Estimasi Porositas Batuan Reservoir Lapangan F3 Laut Utara Belanda Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan Pada Atribut Seismik

dokumen-dokumen yang mirip
Cadangan bahan bakar fosil dalam bentuk minyak dan gas bumi biasanya. terakumulasi dalam batuan reservoir di bawah permukaan bumi.

INTERPRETASI RESERVOIR HIDROKARBON DENGAN METODE ANALISIS MULTI ATRIBUT PADA LAPANGAN FIAR

Karakterisasi Reservoar Menggunakan Inversi Deterministik Pada Lapangan F3 Laut Utara, Belanda

ANALISA INVERSI ACOUSTIC IMPEDANCE (AI) UNTUK KARAKTERISASI RESERVOIR KARBONAT PADA LAPANGAN X FORMASI PARIGI CEKUNGAN JAWA BARAT UTARA

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Cadzow filtering adalah salah satu cara untuk menghilangkan bising dan

Analisis Kecepatan Seismik Dengan Metode Tomografi Residual Moveout

ESTIMASI PERMEABILITAS RESERVOIR DARI DATA LOG MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PADA FORMASI MENGGALA PT CHEVRON PACIFIC INDONESIA

ARTIKEL RISET. Zulfani Aziz dan Ari Setiawan *

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH KATA PENGANTAR ABSTRAK DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR ISTILAH

Analisis Atribut Seismik dan Seismic Coloured Inversion (SCI) pada Lapangan F3 Laut Utara, Belanda

manusia. Kebutuhan akan energi yang semakin tinggi memerlukan langkah yang efektif guna meningkatkan produktivitas minyak dan gas bumi.

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan dari tanggal 17 November 2014 sampai dengan

APLIKASI INVERSI SEISMIK UNTUK KARAKTERISASI RESERVOIR

Estimasi Porositas pada Reservoir KarbonatMenggunakan Multi Atribut Seismik

BAB IV DATA DAN PENGOLAHAN DATA. Pada penelitian ini data seismik yang digunakan adalah data migrasi poststack 3D

KARAKTERISASI RESERVOAR FORMASI BELUMAI DENGAN MENGGUNAKAN METODE INVERSI IMPENDANSI AKUSTIK DAN NEURAL NETWORK PADA LAPANGAN YPS.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam eksplorasi dan eksploitasi hidrokarbon, seismik pantul merupakan metoda

Jurnal OFFSHORE, Volume 1 No. 1 Juni 2017 : ; e -ISSN :

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang mengambil judul Interpretasi Reservoar Menggunakan. Seismik Multiatribut Linear Regresion

Deteksi Lapisan Hidrokarbon Dengan Metode Inversi Impedansi Akustik Dan EMD (Empirical Mode Decompotition) Pada Formasi Air Benakat Lapangan "X"

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data seismik 3D PSTM Non

III. TEORI DASAR. seismik juga disebut gelombang elastik karena osilasi partikel-partikel

ANALISIS PETROFISIKA DAN PERHITUNGAN CADANGAN GAS ALAM LAPANGAN KAPRASIDA FORMASI BATURAJA CEKUNGAN SUMATERA SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. Lapangan TERRA adalah salah satu lapangan yang dikelola oleh PT.

Kata kunci: Interpretasi seismik, Petrofisika, Volumetrik, OOIP

INTERPRETASI DATA PENAMPANG SEISMIK 2D DAN DATA SUMUR PEMBORAN AREA X CEKUNGAN JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan yang sangat penting di dalam dunia industri perminyakan, setelah

BAB I PENDAHULUAN. Pliosen Awal (Minarwan dkk, 1998). Pada sumur P1 dilakukan pengukuran FMT

Jurnal Fisika Unand Vol. 2, No. 4, Oktober 2013 ISSN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

KARAKTERISASI RESERVOAR BATUPASIR PADA LAPANGAN SG MENGGUNAKAN INVERSI ACOUSTIC IMPEDANCE (AI) DAN ELASTIC IMPEDANCE (EI)

Klasifikasi Fasies pada Reservoir Menggunakan Crossplot Data Log P-Wave dan Data Log Density

Aplikasi Inversi Seismik untuk Karakterisasi Reservoir lapangan Y, Cekungan Kutai, Kalimantan Timur

STUDI ESTIMASI CURAH HUJAN, SUHU DAN KELEMBABAN UDARA DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION

Jurusan Fisika FMIPA Universitas Brawijaya 2) Pertamina Asset 3

INVERSI IMPEDANSI ELASTIK UNTUK MENGESTIMASI KANDUNGAN RESERVOIR BATUPASIR LAPANGAN Ve FORMASI CIBULAKAN CEKUNGAN JAWA BARAT UTARA

Fisika Batuan 2 sks/ MFG 2943

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah lapangan gas telah berhasil ditemukan di bagian darat Sub-

Analisis dan Pembahasan

KARAKTERISASI RESERVOAR HIDROKARBON PADA LAPANGAN TAB DENGAN MENGGUNAKAN PEMODELAN INVERSI IMPEDANSI AKUSTIK

DAFTAR ISI. BAB IV METODE PENELITIAN IV.1. Pengumpulan Data viii

PREDIKSI PERHITUNGAN DOSIS RADIASI PADA PEMERIKSAAN MAMMOGRAFI MENGGUNAKAN ALGORITMA JARINGAN SYARAF TIRUAN PROPAGASI BALIK

BAB III TEORI DASAR. Prinsip dasar metodee seismik, yaitu menempatkan geophone sebagai penerima

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang mengambil judul Analisis Reservoar Pada Lapangan

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR. Disusun oleh : Reinhard Leonard Riova Naibaho Tempat Yogyakarta

NOVRIANTO PAMILWA CITAJAYA

PREDIKSI CURAH HUJAN DI KOTA MEDAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK

PEMETAAN SEBARAN LITOLOGI DAN POROSITAS RESERVOIR HIDROKARBON MEMANFAATKAN METODE INVERSI ACOUSTIC IMPEDANCE

BAB 3 TEORI DASAR. Seismik refleksi merupakan salah satu metode geofisika yang digunakan untuk

Bab I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

V. PEMBAHASAN. dapat teresolusi dengan baik oleh wavelet secara perhitungan teoritis, dimana pada

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB IV PENGOLAHAN DATA

PENGEMBANGAN PERANGKAT LUNAK PENGOLAHAN CITRA UNTUK PENENTUAN SIFAT FISIS BATUAN

Berkala Fisika ISSN : Vol. 18, No.3, Juli 2015, hal

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat pesat. Hasil perkembangan dari metode seismik ini, khususnya dalam

Acara Well Log Laporan Praktikum Geofisika Eksplorasi II

BAB IV METODE PENELITIAN. Tugas Akhir ini dilaksanakan selama 3 (tiga) bulan pada 13 April 10 Juli 2015

ANALISIS INDEPENDENT INVERSION GELOMBANG PP DAN PS DENGAN MENGGUNAKAN INVERSI POST-STACK UNTUK MENDAPATKAN NILAI Vp/Vs

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. V.1 Penentuan Zona Reservoar dan Zona Produksi

(Journal of Physical Science and Engineering) N F Isniarno 1*, W Triyoso 2, R Amukti 1 1.

BAB IV METODE DAN PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN I-1

KARAKTERISASI RESERVOIR KARBONAT DENGAN APLIKASI SEISMIK ATRIBUT DAN INVERSI SEISMIK IMPEDANSI AKUSTIK

Aplikasi Artificial Neural Network (ANN) untuk Memprediksi Perilaku Sumur Geotermal

Prediksi Curah Hujan Di Kota Pontianak Menggunakan Parameter Cuaca Sebagai Prediktor Pada Skala Bulanan, Dasarian Dan Harian Asri Rachmawati 1)*

BAB I PENDAHULUAN. Pertamina EP yang berada di Jawa Barat (Gambar 1.1). Lapangan tersebut

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI

BAB IV PENGOLAHAN DATA

Gambar 5.8 Crossplot korelasi regresi multiatribut CC = Gambar 5.9 Crossplot korelasi multiatribut-pnn CC = 0.87

KATA PENGANTAR. Yogyakarta, Desember Penulis. 1. TUHAN YESUS KRISTUS yang telah memberikan kesehatan, kekuatan, iii

ANALISIS PETROFISIKA DAN MULTIATRIBUT SEISMIK UNTUK MEMETAKAN POROSITAS, SATURASI AIR, DAN VOLUME CLAY PADA LAPANGAN X, CEKUNGAN SUMATERA SELATAN

Youngster Physics Journal ISSN : Vol. 2, No. 1, Januari 2014, Hal 31-38

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

11. Soemintadiredja, P., dan Kusumajana, A.H.P., (2006), Bahan kuliah Geostatistik, S2 Teknik Geologi join program CPI-ITB.

Metode Seismik Dalam Usaha Pendeteksian Reservoir Minyak Dan Gas Bumi (Penerapan Metode AVO)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pemodelan geologi atau lebih dikenal dengan nama geomodeling adalah peta

UJM 3 (1) (2014) UNNES Journal of Mathematics.

Analisis Persebaran Total Organic Carbon (TOC) pada Lapangan X Formasi Talang Akar Cekungan Sumatera Selatan menggunakan Atribut Impedansi Akustik

APLIKASI ATRIBUT DAN INVERSI SEISMIK UNTUK MEMETAKAN DISTRIBUSI RESERVOAR. Studi Kasus Lapangan M, Cekungan Tarakan TESIS.

PRE-STACK TIME MIGRATION (PSTM) BERBASIS SEISMIC UNIX PADA DATA SEISMIK 2D CEKUNGAN BRYANT CANYON LEPAS PANTAI TELUK LOUISIANA TEXAS

Optimasi Metode Jaringan Syaraf Tiruan pada Pemodelan Salinitas Air Tanah

Optimasi Penempatan Sumur Geotermal Menggunakan Artificial Neural Network (ANN)

III. TEORI DASAR. menjelaskan karakter reservoar secara kualitatif dan atau kuantitatif menggunakan

2014 ESTIMASI BEBAN PUNCAK HARIAN BERDASARKAN KLUSTER TIPE HARI BERBASIS ALGORITMA HYBRID SWARM PARTICLE-ARTIFICIAL NEURAL NETWORK

I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Gambar 1.1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KARAKTERISASI RESERVOIR BATU PASIR FORMASI KEUTAPANG MENGGUNAKAN ANALISIS AVO (AMPLITUDE VERSUS OFFSET) PADA STRUKTUR X SUMATERA BAGIAN UTARA

Perkiraan Luas Reservoir Panas Bumi dan Potensi Listrik Pada Tahap Eksplorasi (Studi Kasus Lapangan X)

Jurnal Fisika Unand Vol. 4, No. 3, Juli 2015 ISSN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Maksud dan Tujuan

BAB III TEORI DASAR. interferensi. Sebagai contoh, pada Gambar 7. ditunjukkan tubuh batugamping

Perbaikan Model Kecepatan Interval Pada Pre-Stack Depth Migration 3D Dengan Analisa Residual Depth Moveout Horizon Based Tomography Pada Lapangan SF

Youngster Physics Journal ISSN : Vol. 5, No. 1, Januari 2016, Hal 1-12

BAB IV ANALISIS KORELASI INFORMASI GEOLOGI DENGAN VARIOGRAM

PREDIKSI KUALITAS AIR BERSIH PDAM KOTA PALU MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION

RANGGA MASDAR FAHRIZAL FISIKA FMIPA INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2011

Transkripsi:

Estimasi Porositas Batuan Reservoir Lapangan F3 Laut Utara Belanda Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan Pada Atribut Seismik Afdal Rahman *, Elistia Liza Namigo Laboratorium Fisika Bumi, Jurusan Fisika, FMIPA, Universitas Andalas Kampus Unand, Limau Manis, Padang, 25163 * afdal.rahman78@gmail.com ABSTRAK Telah dilakukan estimasi porositas batuan reservoir dengan mengkombinasikan metode analisis multiatribut dan jaringan syaraf tiruan (JST) pada data blok F3 sektor laut utara Belanda. Estimasi porositas dilakukan dengan memvariasikan jumlah data masukan pada pelatihan JST untuk menghasilkan porositas sesuai dengan data target menggunakan software OpendTect. Data masukan yang digunakan berupa atribut seismik sedangkan data target berupa data sumur. Atribut seismik yang digunakan terdiri atas atribut Amplitude Average, Math Difference Stack dan Porosity Cube. Data sumur yang digunakan sebagai data target adalah data sumur pada lokasi F02-1, F03-2 dan F03-4. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa pelatihan JST dengan menggunakan tiga atribut seismik mampu mengestimasi porositas reservoir dengan rentang porositas yang besar dibanding dengan menggunakan satu atau dua atribut. Nilai rentang porositas dengan tiga atribut adalah 4,67 % sementara dengan satu dan dua atribut berturut-turut adalah 1,18 % - 3,79 % dan 4,25 % - 4,63 %. Semakin besar rentang porositas maka peta sebaran warna porositas yang dihasilkan tampak lebih jelas dan detail. Dengan demikian, kombinasi metode analisis multi-atribut dengan jaringan syaraf tiruan mampu menghasilkan estimasi porositas yang cukup akurat. Kata kunci: analisis multi-atribut, jaringan syaraf tiruan, porositas, software Opendtect. ABSTRACT Estimation of porosity had been conducted by using multi-attribute analysis methods and Artificial Neural Network (ANN) in North Sea F3 area, The Netherlands. It was carried out by varying the amount of data input to obtain porosity in accordance with the target data on ANN training using OpendTect software. The input data consist of seismic attributes and the target data derived from well logs. The seismic attributes used are Amplitude Average, Math Difference Stack, and Porosity Cube. The well data used as target are well data of F02-1, F03-2 and F03-4 locations. The result shows that ANN training using three attributes gives a large porosity ranges than using the one and two attributes. The range of the porosity use three attributes is 4.67 % while the one attributes 1.18 % - 3.79 % and the two attributes 4.25 % - 4.63 %. The greater the range of the porosity then the clearer the color of the distribution maps produced. In conclusion, mapping the distribution porosity using multi-attribute and neural network analysis gives a good result. Keywords: multi-attribute analysis, artificial neural network, porosity, OpendTect software I. PENDAHULUAN Cadangan bahan bakar fosil dalam bentuk minyak dan gas bumi biasanya terakumulasi dalam batuan reservoir di bawah permukaan bumi. Batuan reservoir merupakan batuan berpori yang dapat diisi oleh fluida seperti air, lumpur, minyak dan gas. Jumlah kandungan fluida pada sebuah batuan reservoir dapat diketahui dari sifat fisis batuan tersebut. Dalam hal ini porositas merupakan parameter utama yang menunjukan kemampuan batuan untuk menyimpan fluida (Koesoemadinata, 1980). Koesoemadinata (1980) menyatakan bahwa porositas merupakan ukuran ruang kosong pada sebuah batuan. Nilai porositas batuan reservoir dapat ditentukan dari hasil perbandingan volume pori dengan volume total batuan. Semakin tinggi nilai porositas maka semakin besar rongga batuan. Rongga tersebut akan diisi oleh fluida yang terdiri dari minyak dan gas bumi. Karena keberadaan batuan reservoir yang jauh di bawah permukaan bumi mengakibatkan sulit untuk mengetahui nilai porositas secara pasti sehingga nilai porositas hanya dapat diprediksi. Metode-metode yang dapat digunakan untuk memprediksi nilai porositas batuan reservoir diantaranya: metode logging sumur (well-logging), analisis atribut, dan kombinasi analisis multi-atribut dengan jaringan syaraf tiruan. Menurut Batemen (1985), logging sumur (well-logging) merupakan proses perekaman sifat lapisan batuan di sepanjang sumur uji dengan menggunakan log. Ada empat jenis log yang 144

Jurnal Fisika Unand Vol. 6, No. 2, April 2017 ISSN 2302-8491 digunakan dalam proses perekaman yaitu log radioaktif, log listrik, log suara dan log caliper. Dari hasil analisis data log ini dapat diketahui sifat petrofisika suatu batuan serta zona-zona tempat hidrokarbon terakumulasi dengan akurat. Namun, metode ini hanya mencakup daerah yang sangat sempit dan membutuhkan biaya yang sangat besar. Metode analisis atribut seismik merupakan metode karakterisasi reservoir dengan atribut seismik sebagai input dan data sumur sebagai kontrol (Sukmono, 2000). Atribut seismik merupakan informasi yang diperoleh dari data seismik melalui pengukuran langsung, komputasi maupun pengalaman. Haq (2009) mengatakan bahwa metode analisis atribut mampu memprediksi porositas suatu lapisan batuan dalam bentuk peta sebaran porositas. Peta sebaran porositas dihasilkan berdasarkan atribut dengan koefisien korelasi paling besar di antara atributatribut yang digunakan. Dengan demikian, nilai koefesien korelasi pada atribut lain harus disetarakan dengan perhitungan matematis yang kompleks. Semakin banyak atribut yang digunakan maka perhitungan akan semakin rumit. Untuk itu, perlu dilakukan pengkombinasian analisis atribut dengan jaringan syaraf tiruan (artificial neural networks). Jaringan Syaraf Tiruan (JST) merupakan suatu sistem komputasi matematika yang dirancang untuk mengenali pola yang kompleks dengan sejumlah parameter masukan untuk menghasilkan sebuah keluaran. JST menggunakan sistem konfigurasi tiga lapis, dimana informasi merambat dari lapisan pertama menuju lapisan ketiga. Lapisan tersebut terdiri atas lapisan masukan (input layer), lapisan tersembunyi (hidden layer) dan lapisan keluaran layer output (Leite dan Drummond, 2010). Menurut Iturrarán-Viverosa dan Parra (2014), kombinasi metode analisis multi-atribut dan JST dengan atribut seismik sebagai masukan dan data sumur sebagai data target mampu mengukur pola dan parameter estimasi porositas batuan. Estimasi porositas dinyatakan dalam bentuk peta sebaran warna pada rentang nilai tertentu. Semakin besar nilai rentang porositas maka semakin jelas dan detail peta sebaran warna porositas yang dihasilkan. Ekowati dan Sukmono (2009) menyatakan bahwa metode analisis multi-atribut dan JST menghasilkan volume pseudo densitas dan pseudo porositas yang lebih baik dibandingkan dengan metode analisis multi-atribut saja. Selain itu, menurut Leite dan Drummond (2010) model JST dengan algoritma backpropagation terbukti efisien dalam memprediksi porositas dan menghasilkan koefisien korelasi 0,84. Penelitian tersebut diperkuat oleh Aziz (2016), bahwa penggunaan JST pada atribut-atribut seismik menghasilkan nilai korelasi sebesar 0,920 dan error sebesar 0,683. Dengan demikian, metode analisis multi-atribut dengan JST ini merupakan metode yang relatif lebih efektif dibandingkan dengan metode analisis atribut dan lebih ekonomis dibandingkan dengan metode well logging. Pada penelitian ini, akan dilakukan estimasi porositas batuan reservoir dengan menggunakan metode JST pada atribut seismik dari data Lapangan F3 sektor laut utara Belanda. Atribut seismik yang digunakan merupakan atribut yang mampu memberikan informasi mengenai porositas dan belum pernah digunakan sebagai data input pada pelatihan JST sebelumnya. Data F3 dipilih untuk penelitian ini karena data tersebut cukup lengkap untuk pengamatan karakteristik batuan reservoir. Selain itu, data tersebut dapat diperoleh secara gratis (open source). II. METODE 2.1 Data Data blok F3 sektor laut utara Belanda yang digunakan terdiri dari data seismik, data sumur dan atribut seismik. Data seismik merupakan data yang berisi informasi mengenai parameter dasar gelombang seismik refleksi dalam domain posisi, waktu dan kecepatan. Data sumur merupakan data yang direkam oleh detektor yang dimasukan ke dalam sumur uji. Data sumur memberikan informasi sesungguhnya mengenai struktur dan sifat batuan di sepanjang sumur uji. Data sumur yang digunakan terdiri dari data sumur F02-1, F03-2 dan F03-4. Data sumur digunakan sebagai data target untuk memprediksi porositas dengan metode JST dan sebagai data kontrol untuk menghasilkan atribut seismik. Atribut seismik merupakan parameterparameter dasar yang diperoleh dari data seismik melalui pengukuran langsung, komputasi maupun pengalaman (Chopra dan Marfurt, 2007). Atribut seismik digunakan sebagai data input 145

pada pelatihan jaringan syaraf tiruan. Pada penelitian ini, digunakan tiga buah atribut seismik yaitu Amplitude Average, Math Difference Stack dan Porosity Cube. 2.2 Pengolahan data Peta sebaran porositas dihasilkan dari pengolahan atribut seismik dengan menggunakan metode pelatihan jaringan syaraf tiruan (JST) pada software OpendTect. Proses pengolahan data dengan JST pada software OpendTect dilakukan dengan menggunakan window dan icon perintah yang telah terintegrasi. Jaringan syaraf telah diintegrasikan dengan algoritma backpropagation dengan tipe pelatihan jaringan terawasi. Pelatihan terawasi merupakan metode pelatihan dengan nilai keluaran yang diharapkan telah diketahui sebelumnya. Pelatihan JST dilakukan dengan memvariasikan jumlah atribut seismik yang digunakan sebagai masukan. Variasi masukan yang dilakukan adalah satu atribut, dua atribut dan tiga atribut. Tahapan dalam pengolahan data dapat dilakukan dengan langkah sebagai berikut: 1. Pemilihan data masukan dan data target. Pada tahapan ini akan ditampilkan beberapa jenis atribut dan data sumur yang tersedia pada software OpendTect yang dapat dipilih. Atribut seismik yang dipilih akan digunakan sebagai data masukan sedangkan data sumur yang dipilih akan digunakan sebagai data target. Atribut seismik dan data sumur yang telah dipilih kemudian ditampilkan dalam bentuk tabel data set. Pada tabel data set tersebut dapat dilihat parameter-parameter nilai yang terkandung dalam atribut seismik dan data sumur. 2. Persiapan training JST. Pada tahapan persiapan training JST dilihat tingkat kesetaraan antara data masukan dengan data target berdasarkan koefisien korelasi yang dihasilkan grafik crossploting sebelum dilakukan training JST. Nilai koefesien korelasi menunjukan tingkat keidentikan nilai input dengan target pada pelatihan JST. Data yang identik dinyatakan oleh nilai koefisien korelasi yang mendekati nilai 1. 3. Training jaringan syaraf tiruan. Saat proses training JST berlangsung, jaringan akan memproses data masukan untuk mengenali data target. Pelatihan dapat dihentikan ketika error yang dihasilkan memiliki nilai yang kecil atau telah mencapai jumlah maksimal iterasi yang ditetapkan. Pada penelitian ini, proses training akan dihentikan saat vectors trained data menunjukan nilai 1000000. 4. Analisis training JST. Analisis hasil training JST dilakukan setelah semua rangkaian training selesai. Hal ini bertujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan pelatihan JST untuk peta porositas yang telah dilakukan. Parameter-parameter yang akan dianalisis adalah sebaran warna peta porositas, nilai rentang porositas dan selisih rentang porositas. III. HASIL DAN DISKUSI 3.1 Peta Porositas Hasil Training JST dengan Satu Atribut Gambar 1 memperlihatkan sebaran warna peta porositas setelah dilakukan pelatihan JST pada masing-masing atribut Amplitude Average, Math Difference Stack dan Porosity Cube. Pada gambar tersebut terlihat bahwa nilai porositas paling tinggi berada pada lapisan batuan yang dilingkari. Warna yang dihasilkan pada lingkaran tersebut adalah warna merah kehitaman yang menunjukan nilai porositas tertinggi pada kode bar. 146 (a) (b) (c) Gambar 1 Hasil training JST satu atribut (a) Amplitude Average (a) Math Difference Stack (c) Porosity Cube

Jurnal Fisika Unand Vol. 6, No. 2, April 2017 ISSN 2302-8491 Nilai porositas biasanya dinyatakan dalam bentuk persentase. Oleh karena itu, nilai porositas yang terdapat pada kode bar dikonversi ke dalam bentuk persentase. Gambar 1a menunjukan hasil training menggunakan atribut Amplitude Average. Nilai porositas yang dihasilkan berkisar pada rentang nilai 30,04 % - 33,83 %. Hasil JST untuk atribut Math Difference Stack dan atribut Porosity Cube ditunjukan oleh Gambar 1b dan Gambar 1c. Atribut Math Difference Stack menghasilkan nilai porositas pada rentang 29,77 % - 32,97 %. Atribut Porosity Cube menunjukan nilai porositas pada rentang 33,16 % - 34.34 %. Masing-masing atribut menghasilkan selisih rentang porositas yang berbeda. Atribut Amplitude Average menghasilkan nilai sebesar 3,79 % sedangkan atribut Math Difference Stack sebesar 3,20 % dan atribut Porosity Cube sebesar 1,18 %. Nilai selisih rentang tersebut menunjukan kualitas hasil training JST. Semakin besar selisih rentang porositas yang dihasilkan maka kualitas training JST semakin bagus. Hasil training JST yang bagus mampu memberikan peta sebaran warna porositas yang lebih mendetail dan lebih jelas. Training JST dengan atribut Amplitude Average menghasilkan selisih rentang porositas yang paling besar dibanding atribut lain. Dengan demikian, hasil training JST menggunakan atribut Amplitude Average dapat digunakan untuk estimasi batuan reservoir. 3.2 Peta Porositas Hasil Training JST dengan Dua Atribut Gambar 2 memperlihatkan hasil training JST untuk dua atribut. Gambar 2a merupakan hasil training JST dengan mengkombinasikan atribut Amplitude Average dan Porosity Cube sebagai masukan. Gambar 2b dan 2c masing-masing adalah hasil training dengan atribut Amplitude Average dan Math Difference Stack serta atribut Math Difference Stack dan Porosity Cube. Gambar 2a memperlihatkan bahwa nilai rentang porositas yang dihasilkan berkisar pada nilai 29,76 % - 34,01 %. Porositas lapisan batuan pada Gambar 2b dan 2c masing-masing berkisar pada nilai 29,51 % - 34,09 % dan 29,47 % - 34,10 %. (a) (b) (c) Gambar 2 Hasil JST dua atribut (a) Amplitude Average dan Porosity Cube (b) Amplitude Average dan Math Difference Stack (c) Math Difference Stack dan Porosity Cube. Berdasarkan selisih nilai rentang porositas, tampak bahwa kombinasi Math Difference Stack dan Porosity Cube menghasilkan nilai yang paling besar yaitu 4,63 %. Nilai selisih rentang porositas pada kombinasi atribut Amplitude Average dan Porosity Cube serta Amplitude Average dan Math Difference Stack masing-masing adalah 4,25 % dan 4,58 %. Nilai selisih rentang porositas yang besar akan menghasilkan peta porositas yang jelas dan detail. Dengan demikian, kombinasi Math Difference Stack dan Porosity Cube dapat digunakan untuk menyatakan nilai porositas pada lapisan batuan reservoir. 3.3 Peta Porositas Hasil Training JST dengan Tiga Atribut Gambar 3 memperlihatkan sebaran porositas lapisan batuan hasil training JST dengan menggunakan tiga atribut sebagai masukan. Atribut yang digunakan adalah Amplitude Average, Porosity Cube dan Math Difference Stack. Hasil training memperlihatkan bahwa nilai porositas lapisan batuan berkisar pada rentang nilai 29,21 % - 33,88 %. Selisih rentang nilai porositas yang dihasilkan sebesar 4,67 %. Nilai selisih rentang porositas tersebut lebih besar dibanding 147

rentang porositas pada pelatihan JST dengan dua atribut atau satu atribut. Dengan demikian, sebaran warna porositas yang dihasilkan lebih mendetail dan lebih jelas dibanding menggunakan satu atau dua atribut. Pada gambar tampak bahwa lapisan batuan dengan nilai porositas tertinggi berada di sepanjang daerah yang dilingkari. Gambar 3 Hasil training JST tiga atribut IV. KESIMPULAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa pelatihan jaringan syaraf tiruan pada atribut seismik mampu memberikan peta porositas batuan reservoir dalam bentuk sebaran warna. Semakin banyak jumlah atribut yang digunakan sebagai data masukan pada pelatihan jarigan syaraf tiruan maka semakin besar nilai selisih rentang porositas batuan yang dihasilkan. Rentang porositas dengan satu, dua dan tiga atribut berturut-turut berkisar pada nilai 1,18 % - 3,79 %; 4,25 % - 4,63 % dan 4,67 %. Nilai selisih rentang porositas yang besar mampu memberikan peta sebaran porositas yang lebih detail dan lebih jelas. Dengan demikian, pengamatan porositas pada lapisan batuan reservoir dapat dilakukan dengan mudah. Nilai porositas yang berhasil teramati adalah sebesar 29,21 % - 33,88 %. DAFTAR PUSTAKA Aziz, Z., 2016, Perbandingan Antara Multi Atribut Seismik Regresi Linier dan Multi Atribut Seismik Probabilistic Neural Network untuk Estimasi Porositas Reservoir Batu Pasir pada Lapangan Minyak Teapot Dome, Tesis, S2 Ilmu Fisika, UGM, Yogyakarta. Batemen, R., 1985, Open-Hole Analysis and Formation Evaluation, IHRDC, Boston. Chopra, S. dan Marfurt, K.J., 2007, Seismic Attributes for Prospect Identification and Reservoir Characterization, Society of Exploration Geophysicists and European Association of Geoscientists and Engineers, USA. Ekowati, P.D. dan Sukmono, S., 2009, Aplikasi Analisa Seismik Multiatribut untuk Prediksi Penyebaran Reservoir Batupasir E dan Porositasnya pada Lapangan PDE, Cekungan Sumatera Tengah, Jurnal Teknologi Mineral, Vol. 16, No. 3, hal 135-148. Program Studi Teknik Geofisika ITB. Haq, M., 2009, Analisa Atribut Amplitudo Seismik untuk Karakterisasi Reservoar pada Cekungan Sumatera Selatan, Skripsi, FMIPA, UI, Jakarta. Iturrarán-Viverosa, U. dan Parra, J.O., 2014, Artificial Neural Networks Applied to Estimate Permeability, Porosity and Intrinsic Attenuation Using Seismic Attributes and Well-Log Data, Journal of Applied Geophysics, No. 107, Elsevier, hal 45-54. Koesoemadinata, R.P., 1980, Geologi Minyak dan Gasbumi, Jilid 1, Edisi Kedua, ITB, Bandung Leite, E.P. dan Drummond, R, D., 2010, 3D Acoustic Impedance and Porosity Mapping from Seismic Inversion and Neural Networks, SEG Denver 2010 Annual Meeting, hal 2226-2230. Sukmono, 2000, Seismik Inversi untuk Karakterisasi Resevoir, Departemen geofisika ITB, Bandung. 148