BAB I PENDAHULUAN. menghadapi berbagai tantangan dan hambatan. Salah satu tantangan yang cukup

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. menjadi manusia yang mandiri, bertanggung jawab, kreatif, berilmu, sehat,

Rata-rata UN SMP/Sederajat

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang bermartabat dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Secara spesifik

mengembangkan potensi diri mereka melalui proses pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. karakter kuat, berpandangan luas ke depan untuk meraih cita-cita yang

BAB I PENDAHULUAN. partisipasi dalam proses pembelajaran. Dengan berpartisipasi dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. Akan tetapi yang perlu diingat bahwa pendidikan akan berhasil dengan. negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku pada diri pribadinya. Perubahan tingkah laku inilah yang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses belajar yang membantu manusia dalam mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu usaha yang bertujuan untuk mencerdaskan

BAB I PENDAHULUAN. mendorong berbagai upaya dan perhatian seluruh lapisan masyarakat terhadap

mempersiapkan kehidupan masa kini dan masa depan. Pendidikan mengarahkan kehidupan bangsa yang lebih baik di masa depan dan lebih bertakwa kepada

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam menciptakan manusia yang bertakwa

BAB I PENDAHULUAN. mendorong berbagai upaya dan perhatian seluruh lapisan masyarakat terhadap

BAB I PENDAHULUAN. lambatnya pembangunan bangsa sangat tergantung pada pendidikan. Oleh karena. sangat luas terhadap pembangunan di sektor lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. kurang termotivasi dalam belajar matematika. Abdurrahman (2009:253) mengemukakan alasan pentingnya siswa belajar matematika:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan setiap

BAB I PENDAHULUAN. kembangkan potensi-potensi siswa dalam kegiatan pengajaran. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran matematika. Dengan pemahaman, siswa dapat lebih mengerti akan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu kebutuhan yang penting bagi setiap bangsa.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. manusia, baik aspek kemampuan, kepribadian, maupun tanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Hal tersebut sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 3

1. PENDAHULUAN. menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan peluang yang memadai untuk belajar dan mempelajari hal hal yang di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan teknologi yang semakin cepat menuntut sumber daya

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu komponen utama kebutuhan manusia. Melalui

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tingkat kemajuan dari suatu bangsa dapat dilihat dari sektor pendidikannya.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

II. KERANGKA TEORITIS. kepada siswa untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dikatakan berjalan baik apabila mampu berperan secara proporsif,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan cara untuk memenuhi dan meningkatkan mutu

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Peran pendidikan sangat dibutuhkan dalam mempersiapkan dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. kesejahteraan hidup. Pentingnya pendidikan di Indonesia tercermin dalam

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan menuntut tersedianya sumber daya manusia yang memiliki

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER DAN THINK PAIR SHARE TERHADAP HASIL BELAJAR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kurang memperhatikan sektor pendidikannya. Pendidikan memiliki peran dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan media yang sangat berperan untuk menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. semakin tinggi tingkat pendidikan di suatu Negara maka Negara tersebut dapat

BAB I PENDAHULUAN. yang sedang terjadi dengan apa yang diharapkan terjadi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya merupakan proses pengembangan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah pembelajaran, pengetahuan, keterampilan, dan

BAB I PENDAHULUAN. akan berusaha untuk mengaktualisasi pengetahuannya tersebut di dalam. latihan, bagi pemerannya dimasa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. generasi berikutnya melalui pengajaran, pelatihan, atau penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk selalu berfikir dan mencari hal-hal yang baru. Pendidikan tidak

BAB I PENDAHULUAN. karena pada dasarnya setiap orang membutuhkan pendidikan. Pendidikan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memiliki fungsi yang sangat penting dalam pengembangan

I. PENDAHULUAN. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di era globalisasi yang semakin berkembang menuntut adanya

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan, sebab tanpa pendidikan manusia akan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi manusia terdidik sesuai dengan tuntutan jaman. adalah situasi yang mempengaruhi pertumbuhan individu.

I. PENDAHULUAN. dalam mempersiapkan generasi muda, termasuk peserta didik dalam menghadapi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. kehidupan sehingga diperlukan Sumber Daya Manusia (SDM) yang handal.

1. PENDAHULUAN. Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan suatu bangsa karena sasaran dari

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan dan perkembangan suatu negara. Pendidikan nasional berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. pendidikannya. Dengan kata lain, peran pendidikan sangat penting untuk. pendidikan yang adaptif terhadap perubahan zaman.

BAB I PENDAHULUAN. Padahal metode ceramah memiliki banyak kekurangan. Hal ini sejalan dengan pendapat Sanjaya (2006:145),

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu cara untuk membenahi dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3 yang menyatakan bahwa : Proses pembelajaran pada umumnya memiliki komponen-komponen

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana yang tertuang dalam Undang Undang Nomor 20 tahun negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

BAB 1 PENDAHULUAN. sebelumnya. UU nomor 20 tahun 2003 pasal 3 menjelaskan bahwa fungsi

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan optimal sesuai dengan potensi pribadinya sehingga menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasai saat ini suatu bangsa dituntut bersaing dan selalu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan menentukan kualitas sumber daya manusia di suatu negara,

I. PENDAHULUAN. Pendidikan di negara Indonesia dilakukan dalam upaya meningkatkan mutu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Bagian ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman yang semakin pesat menuntut adanya sumber daya manusia. Salah satu wahana untuk meningkatkan kualitas sumber daya

yang diperoleh sebaik mungkin. Seiring dengan kemajuan zaman, proses belajar mengajar masih kurang efektif karena belum terdapat kerjasama yang baik

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi seperti sekarang ini, segala sesuatu berkembang secara pesat dan sangat cepat.

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

BAB I PENDAHULUAN. bangsa ialah dengan pendidikan. Untuk mewujudkan tujuan tersebut maka. menghasilkan perubahan yang positif dalam diri anak.

BAB I PENDAHULUAN. meletakkan dasar hukum yang kuat yaitu dengan dikeluarkannya Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. sampai kapanpun, sepanjang ada kehidupan manusia di dunia ini.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejalan dengan perkembangan masyarakat dewasa ini, pendidikan banyak menghadapi berbagai tantangan dan hambatan. Salah satu tantangan yang cukup menarik adalah yang berkenaan dengan peningkatan mutu pendidikan yang masih disebabkan rendahnya mutu pendidikan di Indonesia. Pemahaman akan pengertian dan pandangan guru terhadap metode mengajar akan mempengaruhi peranan dan aktivitas siswa dalam belajar. Sebaliknya, aktivitas guru dalam mengajar serta aktivitas siswa dalam belajar sangat bergantung pula pada pemahaman guru terhadap metode mengajar. Menurut UU Sisdiknas RI No. 20 Tahun 2003, Bab II pasal 2 dan 3 menyebutkan bahwa : Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradapan bangsa yang bermartabat dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Pemerintah berupaya keras untuk dapat memperbaiki kualitas pendidikan di Indonesia. Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah adalah dengan memperbaharui dan memperbaiki kurikulum yang telah ada. Saat ini pemerintah telah mengeluarkan kurikulum baru, yakni kurikulum 2013. Kurikulum 2013 adalah sebuah kurikulum yang dirancang untuk menyiapkan generasi penerus bangsa dalam menghadapi tantangan dimasa depan. Kurikulum tersebut 1

2 mengutamakan pemahaman, skill, dan pendidikan berkarakter. Siswa dituntut untuk paham atas materi, aktif dalam berdiskusi dan presentasi serta memiliki sopan santun dan disiplin yang tinggi. Permindikbud no. 81a Tahun 2013 lampiran VI, menyebutkan bahwa proses pembelajaran terdiri atas lima pengalaman belajar pokok yaitu mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi, dan mengkomunikasikan. Tabel 1.1 Daftar Nilai Ujian Harian Komunikasi Bisnis Siswa Kelas XI PM SMK Negeri 7 Medan Kelas Jumlah Siswa KKM Jumlah Siswa Yang Lulus KKM (%) Jumlah Siswa Yang Tidak Lulus KKM (%) XI PM 1 33 Siswa 70 11 33% 22 67 % XI PM 2 35 Siswa 70 14 40% 21 60 % XI PM 3 29 Siswa 70 16 55% 13 45 % Jumlah 97 Siswa 41 42 % 56 58 % Sumber : SMK Negeri 7 Medan Dalam kegiatan belajar mengajar yang ada saat ini kemampuan untuk memahami dan mengungkapkan makna apa yang terdapat dalam pembelajaran sangat di butuhkan karena siswa dituntut untuk aktif dalam pembelajaran, kritis dan dapat berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Dan harapannya akan mencapai hasil belajar yang memuaskan. Namun, pada kenyataannya banyak siswa yang memiliki hasil belajar yang rendah atau tidak lulus KKM, hal ini terlihat dari hasil belajar siswa yang ada pada tabel 1.1 di atas yang diperoleh oleh penulis. Hasil belajar yang rendah diakibatkan oleh banyak siswa yang tidak memahami pelajaran yang dijelaskan guru dikelas, karena siswa cenderung diam dan pasif. Pada saat kesempatan bertanya diberikan kepada siswa, banyak siswa yang tidak menggunakan kesempatan yang diberikan, karena alasan malu terhadap temen

3 teman yang ada dikelasnya, dan juga malu kepada guru. Sikap yang pasif dalam belajar, dapat menjadikan siswa tersebut gagal dalam studinya. Kemampuan dalam berkomunikasi juga belum dimiliki sepenuhnya oleh siswa SMK Negeri 7 Medan karena siswa merasa segan dan takut pada gurunya. Hal ini mengakibatkan kebosanan dalam diri siswa untuk belajar lebih baik. Siswa terbiasa dibimbing untuk mengikuti langkah dan prosedur yang ada dan mengerjakan serta menyelesaikan sesuatu sehingga mereka terbiasa mengikuti petunjuk yang ada dan tidak membutuhkan proses berpikir. Permasalahan ini dapat diminimalkan dengan cara meningkatkan kemampuan komunikasi. Seseorang dapat berkomunikasi dengan mudah dengan orang lain jika memiliki kemampuan komunikasi yang baik, dan juga dengan komunikasi seseorang dapat mengekspresikan diri dan perasaannya, saling bertanya, menjawab dan saling berbagi dengan orang lain. Dalam mengajar, guru perlu mengadakan komunikasi dengan pribadi masing masing siswa karena lewat komunikasi tersebut akan tercipta suatu hubungan yang baik dengan siswa. Komunikasi guru pada siswa dengan cara menggunakan model pembelajaran yang ada, ditujukan agar guru bisa dapat memantau pertumbuhan dan perkembangan setiap peserta didik secara langsung maupun tidak langsung, sehingga tercipta pemahaman belajar dan hasil belajar yang lebih baik. Dengan kata lain, semakin baik kemampuan komunikasi siswa dalam komponen itu maka hasil belajar siswa semakin baik juga. Rendahnya kemampuan berkomunikasi siswa terdapat kemungkinan disebabkan juga karena pembelajaran konvensional yang cenderung belajar

4 sendiri. Model pembelajaran konvensional yang pada umumnya diterapkan dalam pembelajaran komunikasi bisnis menyebabkan hanya terjadi komunikasi satu arah dan mengabaikan sifat sosial dari belajar komunikasi bisnis itu sendiri, sehingga siswa cenderung bekerja secara individual dalam kegiatan pembelajaran. Karena pada pembelajaran konvensional yang menjadi pusat pembelajaran bukanlah siswa melainkan guru sebagai pusat pembelajaran. Hal ini yang menjadi tugas besar bagi seorang guru komunikasi bisnis untuk terus melakukan perbaikan agar terjadi peningkatan kemampuan komunikasi pada siswa. Salah satu perbaikan yang harus di lakukan oleh guru adalah dalam pemilihan model pembelajaran. Guru sebaiknya merancang strategi pembelajaran secara berkelompok, sehingga siswa mampu berkomunikasi dengan sesama temannya untuk membangun pengetahuan. Dalam proses pembelajaran komunikasi bisnis diperlukan suatu kondisi yang dapat memungkinkan siswa lebih aktif, lebih bebas mengemukakan pendapat, saling membantu dan berbagi pendapat dengan teman, serta bersamasama menyelesaikan masalah untuk memperoleh pengetahuan baru. Kondisi yang memungkinkan munculnya hal-hal tersebut yaitu belajar dalam kelompokkelompok kecil secara kolaboratif yang terdapat dalam pembelajaran kooperatif. Johnson (Arini, 06 agustus 2009), menyatakan bahwa suasana belajar cooperative learning (pembelajaran kooperatif) menghasilkan prestasi yang lebih tinggi, hubungan yang lebih positif dan penyesuaian psikologis yang lebih baik daripada suasana belajar yang penuh persaingan dan memisah-misahkan siswa. Pembelajaran kooperatif disusun sebagai sebuah usaha untuk meningkatkan

5 partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama siswa yang berbeda latar belakangnya. Jadi dalam pembelajaran kooperatif siswa berperan ganda, yaitu sebagai siswa ataupun sebagai guru. Dengan bekerja secara kolaboratif untuk mencapai sebuah tujuan bersama, maka siswa akan mengembangkan keterampilan komunikasinya. Terdapat beberapa model pembelajaran kooperatif, salah satu model pembelajaran kooperatif yang memenuhi indikator kemampuan komunikasi siswa adalah model pembelajaran think pair share (TPS) yang pertama kali dikembangkan oleh Frank Lyman dan koleganya di Universitas Maryland. Menurut Nurhadi (2004:23) menyatakan bahwa Think pair share merupakan struktur pembelajaran yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa, agar tercipta suatu pembelajaran kooperatif yang dapat meningkatkan penguasaan akademik dan keterampilan siswa. Selain itu, TPS juga merupakan salah satu model pembelajaran yang dikembangkan dari teori konstruktivisme yang merupakan perpaduan antara belajar secara mandiri dan belajar secara berkelompok. Pendekatan konstruktivisme merupakan proses pembelajaran yang menerangkan bagaimana pengetahuan disusun dalam pemikiran pelajar. Think pair share merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana diskusi kelas. Dengan asumsi bahwa semua diskusi membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas secara keseluruhan, dan prosedur yang digunakan dalam think pair share dapat memberikan siswa lebih banyak waktu berfikir, untuk merespon dan saling membantu. (Lyman dalam Aryani, 2016:5),

6 Sehingga dapat dikatakan bahwa think pair share adalah pola diskusi kelas menuntut siswa untuk lebih aktif dalam berpikir dan merespon serta saling membantu. Sedangkat menurut Arends (dalam Aryani, 2016:6) : Model pembelajaran think pair share (saling bertukar pikiran secara berpasangan) merupakan struktur pembelajaran kooperatif yang efektif untuk meningkatkan partisifasi siswa dan daya pikir siswa. Hal ini memungkinkan dapat terjadi karena prosedurnya telah disusun sedemikian sehingga dapat memberikan waktu yang lebih banyak kepada siswa untuk berpikir, serta merespon sebagai salah satu cara yang dapat membangkitkan bentuk partisipasi siwa. Pengetahuan dikembangkan secara aktif oleh siswa itu sendiri dan tidak diterima secara pasif dari orang disekitarnya. Hal ini bermakna bahwa pembelajaran merupakan hasil dari usaha siswa itu sendiri dan bukan hanya ditransfer dari guru kepada siswa. Hal tersebut berarti siswa tidak lagi berpegang pada konsep pengajaran dan pembelajaran yang lama, dimana guru hanya menuangkan atau mentransfer ilmu kepada siswa tanpa adanya usaha terlebih dahulu dari siswa itu sendiri. Model pembelajaran kooperatif tipe TPS membantu siswa menginterpretasikan ide mereka bersama dan memperbaiki pemahaman siswa terhadap suatu konsep. Dengan demikian, model pembelajaran TPS dapat membantu siswa dalam meningkatkan kemampuan komunikasi. Komunikasi sangat penting karena mata pelajaran komunikasi bisnis tidak hanya menjadi alat berfikir yang membantu siswa untuk mengembangkan ilmu, menyelesaikan masalah dan menarik kesimpulan tetapi juga sebagai alat untuk mengkomunikasikan pikiran, ide dan gagasan secara jelas, tepat dan singkat. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran think pair share adalah model pembelajaran yang mampu membantu siswa lebih mudah

7 untuk memahami materi materi pelajaran komunikasi bisnis dikarenakan oleh kemampuan komunikasi mereka akan lebih terpacu dalam model pembelajaran ini dan juga karena dengan penggunaan model pembelajaran ini para siswa akan lebih terbuka untuk berkomunikasi dengan temannya. Model pembelajaran think pair share dapat mengembangkan aspek kognitif dan aspek sosial siswa dalam pembelajaran serta dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk berbicara dan menggutarakan ide dan pemikirannya. Sesuai dengan hal tersebut maka model pembelajaran think pair share dianggap sebagai model pembelajaran yang mampu meningkatkan kemampuan siswa untuk berkomunikasi dan memahami konsep konsep dalam pelajaran komunikasi bisnis. Oleh karena itu diharapkan bahwa model pembelajaran ini mampu meningkatkan hasil belajar dan kemampuan komunikasi siswa. Peneliti memilih model TPS untuk mata pelajaran komunikasi bisnis karena TPS merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang dapat meningkatkan partisipasi siswa dan relatif mudah diterapkan dikelas. Selain itu model ini juga merupakan cara yang efektif untuk meningkatkan daya fikir siswa. Dengan permasalahan yang didapat sewaktu observasi. Berdasarkan beberapa permasalahan di atas maka penulis melakukan penelitian yang berjudul Peningkatan Hasil Belajar dan Kemampuan Komunikasi dengan Penggunaan Model Pembelajaran Think Pair Share pada Mata Pelajaran Komunikasi Bisnis Siswa Kelas XI Pemasaran di SMK Negeri 7 Medan T.A 2016/2017.

8 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, masalah yang muncul dapat diidentifikasi sebagai berikut : 1. Rendahnya kemampuan berkomunikasi siswa kelas XI Pemasaran SMK Negeri 7 Medan T.A 2016/2017. 2. Rendahnya hasil belajar siswa kelas XI Pemasaran SMK Negeri 7 Medan T.A 2016/2017. 3. Siswa kelas XI Pemasaran SMK Negeri 7 Medan T.A 2016/2017 dalam proses belajar mengajar tidak terlibat secara aktif. 4. Kegiatan pembelajaran pada mata pelajaran komunikasi bisnis kelas XI Pemasaran SMK Negeri 7 Medan yang umumnya digunakan guru di kelas adalah dengan menerapkan model pembelajaran konvensional yaitu guru menyampaikan pokok bahasan pelajaran cenderung menggunakan metode ceramah sehingga membosankan bagi siswa. 5. Penerapan model pembelajaran kooperatif masih jarang diterapkan dalam kegiatan pembelajaran termasuk model pembelajaran kooperatif think pair share. 1.3 Pembatasan Masalah Dengan memperhatikan latar belakang masalah dan identifikasi masalah, maka pada penelitian ini penulis akan membatasi masalah pada: 1. Model pembelajaran yang dipakai pada penelitian ini adalah model pembelajaran think pair share.

9 2. Kemampuan komunikasi yang dimaksud dalam penelitian adalah kemampuan komunikasi interpersonal siswa kelas XI Pemasaran SMK Negeri 7 Medan T.A 2016/2017. 3. Hasil belajar yang ditelitih adalah hasil belajar pada mata belajaran komunikasi bisnis kelas XI Pemasaran SMK Negeri 7 Medan T.A 2016/2017. 1.4 Perumusan Masalah Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Apakah pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran think pair share dapat meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran komunikasi bisnis siswa kelas XI Pemasaran di SMK Negeri 7 Medan T.A 2016/2017? 2. Apakah pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran think pair share dapat meningkatkan kemampuan komunikasi interpersonal pada mata pelajaran komunikasi bisnis siswa kelas XI Pemasaran di SMK Negeri 7 Medan T.A 2016/2017? 1.5 Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui apakah dengan menggunakan model pembelajaran think pair share dapat meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran komunikasi bisnis siswa kelas XI Pemasaran di SMK Negeri 7 Medan T.A 2016/2017.

10 2. Untuk mengetahui apakah pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran think pair share dapat meningkatkan kemampuan komunikasi interpersonal pada mata pelajaran komunikasi bisnis siswa kelas XI Pemasaran di SMK Negeri 7 Medan T.A 2016/2017. 1.6 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi : 1. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan peneliti tentang peningkatan hasil belajar dan kemampuan komunikasi dengan penggunaan model pembelajaran think pair share pada mata pelajaran komunikasi bisnis siswa kelas XI Pemasaran di SMK Negeri 7 Medan. 2. Sebagai masukan bagi sekolah, kepala sekolah dan guru tentang peningkatan hasil belajar dan kemampuan komunikasi dengan penggunaan model pembelajaran think pair share pada mata pelajaran komunikasi bisnis siswa kelas XI Pemasaran di SMK Negeri 7 Medan. 3. Sebagai bahan referensi bagi peneliti untuk masa yang akan datang.