JURNAL HUKUM. Diajukan oleh: Novi Diana Silitonga

dokumen-dokumen yang mirip
JURNAL PELAKSANAAN PEMBERIAN HAK MILIK DARI TANAH NEGARA DAN PERLINDUNGAN HUKUMNYA DI KABUPATEN KUTAI TIMUR PROVINSI KALIMANTAN TIMUR.

JURNAL. Diajukan oleh: Britha Mahanani Dian Utami. Program Kekhususan: Hukum Pertanahan dan Lingkungan Hidup UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Tanah merupakan salah satu sumber daya alam yang penting untuk. kelangsungan hidup umat manusia, hubungan manusia dengan tanah

PENDAFTARAN HAK MILIK ATAS TANAH ADAT (KONVERSI) DALAM MEWUJUDKAN KEPASTIAN HUKUM MELALUI PROGRAM LARASITA DI KECAMATAN DEPOK KABUPATEN SLEMAN

JURNAL. Diajukan oleh : Lusius Maria Bram Bintang Ferdinanta. Program Kekhususan : Hukum Pertanahan dan LingkunganHidup

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tanah merupakan penunjang kesejahteraan dan kemakmuran diseluruh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanah mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia. Tanah

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan tanah. Tanah mempunyai kedudukan dan fungsi yang amat penting

PELAKSANAAN PRONA (TANAH HAK MILIK) DALAM RANGKA MEWUJUDKAN TERTIB ADMINISTRASI PERTANAHAN DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

JURNAL PELAKSANAAN PERALIHAN HAK MILIK ATAS TANAH KARENA PEWARISAN DALAM MEWUJUDKAN KEPASTIAN HUKUM DI KABUPATEN GUNUNG KIDUL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Di Indonesia fungsi tanah semakin meningkat karena meningkatnya

BAB III PENUTUP. pendaftaran Hak Milik atas tanah melalui PRONA pada tahun 2010 di. Kabupaten Bantul telah mewujudkan kepastian hukum karena seluruh

MEWUJUDKAN KEPASTIAN HUKUM DAN PERLINDUNGAN HUKUM DI KABUPATEN BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Tanah merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang menjadi salah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Tanah merupakan salah satu modal pokok bagi bangsa Indonesia dan suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Kehidupan manusia tidak dapat dipisahkan dari tanah. Tanah

JURNAL PEROLEHAN SERTIPIKAT HAK MILIK ATAS TANAH KARENA PERALIHAN (JUAL BELI) DALAM MEWUJUDKAN PERLINDUNGAN HUKUM DI KOTA SAMARINDA

BAB I PENDAHULUAN. kemakmuran seluruh rakyat Indonesia. Secara konstitusional Undang-undang Dasar 1945 dalam Pasal 33 ayat

milik adat yang diperoleh secara turun-temurun (pewarisan).

BAB I PENDAHULUAN. negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA

JURNAL SKRIPSI. Disusun Oleh : AGNES APRILIA SARI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Tanah sangat penting bagi kehidupan manusia, dikarenakan tanah adalah

Bab I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tanah merupakan salah satu sumber daya alam yang penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menentukan bahwa :

JURNAL NASKAH PUBLIKASI PELAKSANAAN PERALIHAN HAK MILIK ADAT KARENA JUAL BELI SETELAH PEMEKARAN WILAYAH KABUPATEN SARMI PROVINSI PAPUA

BAB I PENDAHULUAN. diberlakukan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar

JURNAL PELAKSANAAN PENDAFTARAN HAK MILIK ADAT MELALUI PROYEK OPERASI NASIONAL AGRARIA (PRONA) DI KABUPATEN JAYAWIJAYA PROVINSI PAPUA

JURNAL KEPASTIAN HUKUM TERHADAP PELAKSANAAN KEGIATAN REDISTRIBUSI TANAH PERTANIAN YANG BERASAL DARI TANAH ABSENTEE DI KABUPATEN BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. tanah sebagai sarana utama dalam proses pembangunan. 1 Pembangunan. dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA FAKULTAS HUKUM

Lex Privatum Vol. V/No. 9/Nov/2017

PENDAFTARAN TANAH. Dosen: Dr. Suryanti T. Arief, SH., MKn., MBA

BAB I PENDAHULUAN. ini dikarenakan bahwa Negara Indonesia merupakan negara agraris, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. peruntukan, penggunaan dan pemeliharaan.

BAB IV HAMBATAN-HAMBATAN PENERAPAN ASAS PUBLISITAS DALAM PELAKSANAAN PENDAFTARAN TANAH DI KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN KEPAHIANG.

BAB I PENDAHULUAN. masih bercorak agraris. Seluruh bumi, air dan ruang angkasa, termasuk kekayaan

Lex Administratum, Vol. V/No. 1/Jan-Feb/2017

Jurnal Cepalo Volume 1, Nomor 1, Desember 2017 LEGALISASI ASET PEMERINTAH DAERAH MELALUI PENDAFTARAN TANAH DI KABUPATEN PRINGSEWU. Oleh.

ANALISA YURIDIS PELAKSANAAN PROGRAM PRONA DALAM RANGKA PENDAFTARAN HAK ATAS TANAH (Studi Di Desa Ngujung Kecamatan Maospati Kabupaten Magetan)

Disusun oleh: ADE KURNIADY NOOR NPM : Program Kekhususan : Hukum Pertanahan Dan Lingkungan Hidup

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. 1. Pelaksanaan pemberian Hak Milik dari tanah negara dan. perlindungan hukumnya di Kabupaten Kutai Timur pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. karena tanah merupakan sumber kesejahteraan, kemakmuran, dan

JURNAL PELAKSANAAN PERALIHAN DAN PENDAFTARAN PERALIHAN HAK MILIK ATAS TANAH (JUAL BELI) DALAM MEWUJUDKAN TERTIB ADMINISTRASI PERTANAHAN

BAB I PENDAHULUAN. tanah.tanah sendiri merupakan modal utama bagi pelaksanaan pembangunan

MENTERI NEGARA AGRARIA/KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI NEGARA AGRARIA/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. peruntukkan dan dipergunakan sebesar-besar kemakmuran rakyat, baik secara

Bab I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Tanah mempunyai hubungan yang sangat erat dengan manusia karena

BAB I PENDAHULUAN. berlindung dan melanjutkan kehidupannya. Sejalan dengan bertambahnya

PENDAFTARAN TANAH PERTAMA KALI SECARA SPORADIK MELALUI PENGAKUAN HAK. Oleh Bambang Eko Muljono Dosen Fakultas Hukum Universitas Islam Lamongan ABSTRAK

PELAKSANAAN PENDAFTARAN HAK MILIK ATAS TANAH MELALUI PROYEK OPERASI NASIONAL AGRARIA (PRONA) DI KABUPATEN GIANYAR

JURNAL TUGAS DAN FUNGSI KANTOR PERTANAHAN DALAM PENYELESAIAN SERTIPIKAT TANAH HAK MILIK GANDA (OVERLAPPING) UNTUK

BAB I PENDAHULUAN. bidang pertanahan, maka sasaran pembangunan di bidang pertanahan adalah terwujudnya. 4. Tertib pemeliharaan dan lingkungan hidup.

BAB I PENDAHULUAN. terakhirnya. Selain mempunyai arti penting bagi manusia, tanah juga mempunyai kedudukan

JURNAL. Diajukan oleh: PRISKA LARAS DAMASWARI ZEBUA. Program Kekhususan : Hukum Pertanahan dan Lingkungan Hidup UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA

BAB III PENUTUP. 1. Pelaksanaan pendaftaran hak milik adat (Letter C) secara sporadik dalam

BAB III PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, dapat disimpilkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Berbicara masalah hidup manusia, berarti juga berbicara masalah tanah

PENYIMPANGAN DALAM PENERBITAN SERTIPIKAT HAK ATAS TANAH. Urip Santoso Fakultas Hukum Universitas Airlangga Surabaya

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

JURNAL. Diajukan Oleh : WINARDI WIJAYA LIE. N P M : Program Studi : Ilmu Hukum Program kekhususan : Hukum Pertanahan dan Lingkungan Hidup

PENDAFTARAN HAK MILIK ATAS TANAH ADAT (KONVERSI) DALAM MEWUJUDKAN KEPASTIAN HUKUM MELALUI PROGRAM LARASITA DI KECAMATAN DEPOK KABUPATEN SLEMAN

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. dengan tanah, dapat dikatakan hampir semua kegiatan hidup manusia baik secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tanah merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam suatu

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG MASALAH

A. Latar Belakang Masalah

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2015, No Negara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2043); 2. Undang-Undang Nomor 26 Tahu

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Dalam pembangunan peran tanah bagi pemenuhan berbagai keperluan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Salah satu tujuan pembentukan UUPA adalah untuk memberikan

STATUS KEPEMILIKAN TANAH HASIL KONVERSI HAK BARAT BERDASARKAN UU NO. 5 TAHUN 1960

BAB I PENDAHULUAN. dan air dan ruang angkasa, serta kekayaan alam yang terkandung di dalamnya. memberikan jaminan kepastian hukum kepada subyek hukum.

TINJAUAN PELAKSANAAN PENDAFTARAN TANAH SECARA SISTEMATIK DI KABUPATEN BANTUL. (Studi Kasus Desa Patalan Kecamatan Jetis dan

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

II. TINJAUAN PUSTAKA. menurut ketentuan yang diatur dengan peraturan pemerintah. Peraturan

JURNAL HUKUM KEWAJIBAN PEMEGANG HAK MILIK ATAS TANAH UNTUK MELESTARIKAN BANGUNAN HOTEL TUGU SEBAGAI BANGUNAN CAGAR BUDAYA PERINGKAT NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Tanah mempunyai peranan penting dalam kegiatan pembangunan untuk

PELAKSANAAN ASAS CONTRADICTOIRE DELIMITATIE DALAM PENDAFTARAN TANAH PERTAMA KALI SECARA SPORADIK DI KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN BANGLI

BAB III PENUTUP. konversi Leter C di Kabupaten Klaten telah mewujudkan kepastian. hukum. Semua responden yang mengkonversi Leter C telah memperoleh

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK-HAK ATAS TANAH. perundang-undangan tersebut tidak disebutkan pengertian tanah.

KEPASTIAN HUKUM SERTIPIKAT HAK ATAS TANAH BERDASARKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 24 TAHUN 1997

BAB V PENUTUP. penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Selaras dengan Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Agraria dan Tata

Dewi Hasmawaty Simanjuntak

KEPASTIAN HUKUM DALAM PEMBERIAN HAK MILIK ATAS TANAH TRANSMIGRASI MELALUI KEGIATAN SERTIPIKASI TANAH TRANSMIGRASI DI PROVINSI ACEH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEMEGANG SAH HAK ATAS TANAH DENGAN ADANYA SERTIFIKAT GANDA HAK ATAS TANAH

PPAT, dengan alasan : a. Menjamin kepastian hukum; c. Agar aman.

KEPASTIAN HUKUM PENDAFTARAN HAK ATAS TANAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Tanah merupakan salah satu faktor penting yang sangat erat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara bercorak

TINJAUAN HUKUM PENDAFTARAN TANAH SECARA SISTEMATIS MELALUI AJUDIKASI BERDASARKAN PP NO. 24 TAHUN 1997 ANIKA SELAKA MURFINI/D ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan tanah dewasa ini semakin meningkat sejalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai salah satu sumber kesejahteraan rakyat dan tempat manusia melakukan

Transkripsi:

JURNAL HUKUM PELAKSANAAN PROGRAM NASIONAL AGRARIA (KHUSUSNYA TANAH HAK MILIK) DALAM RANGKA MEWUJUDKAN KEPASTIAN HUKUM DI KABUPATEN SEKADAU PROVINSI KALIMANTAN BARAT Diajukan oleh: Novi Diana Silitonga N P M : 130511382 Program Studi : Ilmu Hukum Program Kekhususan : Hukum Pertanahan dan Lingkungan Hidup UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA FAKULTAS HUKUM 2017

PELAKSANAAN PROGRAM NASIONAL AGRARIA (KHUSUSNYA TANAH HAK MILIK) DALAM RANGKA MEWUJUDKAN KEPASTIAN HUKUM DI KABUPATEN SEKADAU PROVINSI KALIMANTAN BARAT Novi Diana Silitonga Fakultas Hukum, Universitas Atma Jaya Yogyakarta Email: novidianasili@gmail.com Abstract Legal Writing / Thesis entitled IMPLEMENTATION OF NATIONAL AGRARIAN (especially LAND PROPERTY) IN ORDER TO ACHIEVE SECURITY LAW IN Sekadau PROVINCE WEST KALIMANTAN with the formulation of the problem of how the implementation of the National Program for Agrarian (Especially Land Property Rights) in Sekadau West Kalimantan Province and whether the implementation National Agricultural program (Especially Land Properties) has been realizing legal certainty. The purpose of this study was weeks to find out how the implementation of the National Program for Agrarian (Especially Land Property Rights) in Sekadau West Kalimantan Province and whether the implementation of the National Agricultural Programme (Especially Land Properties) has been realizing legal certainty. Based on the results of the study, data showed that the implementation of PRONA conducted in Sekadau in Fiscal Year 2016 is still based on the regulations of the Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 189 Tahun 1981 tentang Proyek Operasi Nasional Agraria. Fiscal Year 2016 PRONA activities carried out according to the rules although there are obstacles, such as lack of manpower measuring and measuring tools are limited. The constraint is not a hardship for the District Land Office PRONA Sekadau to assist participants in the land registration of property rights through PRONA Fiscal Year 2016 to obtain a certificate of land ownership rights. Implementation PRONA Fiscal Year 2017 will be implemented by the new regulations, namely Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/ Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 35 Tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap. Implementation of the Fiscal Year 2016 PRONA all participants have gained title deed of property rights and has since gained the title deed of property rights there has never been a lawsuit from a third party that has put legal certainty.. Keywords: National Agricultural Program; Land Property Rights; Legal certainty 1. PENDAHULUAN Tanah merupakan bagian yang penting dari sekian sumber daya alam yang terkandung di bumi ini. Tanah juga merupakan tempat untuk manusia tinggal. Semakin berjalannya waktu, persaingan dan perselisihan untuk menguasai tanah menjadi fenomena yang terjadi di Indonesia. Karena pentingnya arti tanah bagi kehidupan manusia, maka tanah harus menjadi salah satu wadah untuk mencapai kesejahteraan bagi kehidupan bangsa. Hal ini diatur di Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 yang menentukan bahwa: Bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai 1

oleh Negara dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Realisasi dari Pasal 33 ayat (3) tersebut adalah Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok- Pokok Agraria. Salah satu tujuan pembentukan UUPA adalah untuk menjamin kepastian hukum terhadap hak-hak atas tanah di seluruh wilayah Indonesia. Untuk mewujudkan kepastian hukum, maka diselenggarakan pendaftaran tanah diseluruh wilayah Indonesia. Dalam Pasal 19 ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 ditentukan bahwa: (1) Untuk menjamin kepastian hukum oleh pemerintah diadakan pendaftaran tanah di seluruh wilayah Republik Indonesia menurut ketentuan yang diatur dengan peraturan pemerintah. (2) Pendaftaran tersebut dalam ayat 1 pasal ini meliputi : a. pengukuran, perpetaan dan pembukuan tanah; b. pendaftaran hak-hak atas tanah dan peralihan hak-hak tersebut; c. pemberian surat-surat tanda bukti hak, yang berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat Ketentuan tersebut di atas merupakan keharusan dan kewajiban bagi Pemerintah untuk mengatur dan menyelenggarakan pendaftaran tanah. Demi kepastian hukum pemerintah akan mengadakan pendaftaran tanah di seluruh wilayah Republik Indonesia. 1 Pendaftaran tanah yang dimaksud dalam ketentuan ini adalah 1 Bachtiar Effendie.,1983, Pendaftaran Tanah di Indonesia dan Peraturan-Peraturan Pelaksanaannya,Penerbit Alumni,Bandung,hlm.9 pendaftaran tanah yang bersifat recht cadaster yang kegiatannya meliputi 2 : 1. Pengukuran, pemetaan dan pembukuan tanah. 2. Pendaftaran hak atas tanah dan peralihan hak. 3. Pemberian surat tanda bukti hak. Peraturan pelaksanaannya diatur lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961 tentang Pendaftaran Tanah. Ketentuan tersebut dipandang tidak dapat lagi sepenuhnya mendukung tercapainya hasil yang lebih nyata pada pembangunan nasional, sehingga perlu dilakukan penyempurnaan. Berdasarkan pertimbangan tersebut, perlu menetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah dengan Peraturan Pelaksana Peraturan Menteri Negara Agraria/ Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1997 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah. Berdasarkan Pasal 1 angka 1 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 yang menentukan bahwa : Pendaftaran tanah adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh Pemerintah secara terus menerus, berkesinambungan dan teratur, meliputi pengumpulan, pengolahan, pembukuan, dan penyajian serta pemeliharaan data fisik dan data yuridis, dalam bentuk peta dan daftar, mengenai bidang-bidang tanah dan satuan-satuan rumah susun, 2 A.P.Parlindungan.,1990,Pendaftaran Tanah di Indonesia,Penerbit Mandar Maju,Bandung,hlm.8 2

termasuk pemberian surat tanda bukti haknya bagi bidangbidang tanah yang sudah ada haknya dan hak milik atas satuan rumah susun serta hakhak tertentu yang membebaninya. Berdasarkan ketentuan yang diatas, pendaftaran tanah merupakan rangkaian kegiatan yang rutin dan teratur yang dilakukan oleh pemerintah dengan meliputi pengumpulan, pengolahan, pembukuan, dan penyajian serta pemeliharaan data fisik dan data yuridis, dalam bentuk peta dan daftar, mengenai bidang-bidang tanah dan satuan-satuan rumah susun, termasuk pemberian surat tanda bukti haknya bagi bidang-bidang tanah yang sudah ada haknya dan hak milik atas satuan rumah susun serta hakhak tertentu yang membebaninya. Disamping itu, UUPA juga mengatur ketentuan yang ditujukan kepada pemegang hak atas tanah salah satunya hak milik. Berdasarkan Pasal 20 ayat (1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 ditentukan bahwa : Hak milik adalah hak turun temurun, terkuat dan terpenuh yang dapat dipunyai orang atas tanah dengan mengingat pasal 6. Turun temurun yang artinya hak milik atas tanah dapat berlangsung terus selama pemiliknya masih hidup dan apabila pemiliknya meninggal dunia, maka hak miliknya dapat dilanjutkan oleh ahli warisnya sepanjang memenuhi syarat sebagai subjek hak milik. Terkuat artinya hak milik atas tanah lebih kuat apabila dibandingkan dengan hak atas tanah yang lain, tidak mempunyai batas waktu tertentu, mudah dipertahankan dari gangguan pihak lain, dan tidak mudah hapus dan merupakan suatu induk bagi hak atas tanah yang lain serta tidak berinduk pada hak atas tanah yang lain. Terpenuh artinya hak milik atas tanah memberi wewenang kepada pemiliknya paling luas apabila dibandingkan dengan hak atas tanah yang lain. Mengingat Pasal 6 Undang- Undang Nomor 5 Tahun 1960 bahwa Semua hak atas tanah mempunyai fungsi sosial. Hal ini berarti bahwa hak atas tanah apa pun yang ada pada seseorang, tidaklah dapat dibenarkan, bahwa tanahnya itu akan digunakan (atau tidak digunakan) semata-mata untuk kepentingan pribadinya, apalagi jika hal itu menimbulkan kerugian bagi masyarakat. Penggunaan tanah harus disesuaikan dengan keadaannya dan sifat daripada haknya, hingga bermanfaat baik bagi kesejahteraan dan kebahagiaan yang mempunyainya maupun bermanfaat pula bagi masyarakat dan negara. Tetapi, dalam pada itu ketentuan tersebut tidak berarti, bahwa kepentingan masyarakat luas diutamakan. Undang-Undang Pokok Agraria memperhatikan pula kepentingan-kepentingan perseorangan. Sehingga antara kepentingan masyarakat luas dengan perseorangan dapat seimbang. Berdasarkan Pasal 23 ayat (1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 menentukan bahwa: (1) Hak milik, demikian pula setiap peralihan, hapusnya dan pembebanannya dengan hak-hak lain harus didaftarkan menurut ketentuan-ketentuan yang dimaksud dalam pasal 19. Berdasarkan Pasal 23 ayat (1) mengatur tentang hak milik, dalam 3

setiap pembebanannya, peralihan serta hapusnya hak milik harus didaftarkan menurut ketentuan yang berlaku. Mengingat Pasal 19 Undang Undang Nomor 5 Tahun 1960, sesuai dengan tujuannya yaitu akan memberikan kepastian hukum, maka pendaftaran itu diwajibkan bagi para pemegang hak yang bersangkutan. Jika tidak diwajibkan, maka diadakannya pendaftaran tanah, yang akan memerlukan banyak tenaga, alat, dan biaya itu, tidak akan ada artinya sama sekali. Salah satu bentuk untuk meningkatkan pelaksanaan pendaftaran tanah dalam mewujudkan kepastian hukum, maka pemerintah membuat suatu program yaitu PRONA. Proyek Operasi Nasional Agraria atau PRONA diatur dalam Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 189 Tahun 1981 tentang Proyek Operasi Nasional Agraria. Proyek Operasi Nasional Agraria bertugas : a. Memproses pensertipikatan tanah secara massal sebagai perwujudan daripada program Catur Tertib di bidang Pertanahan yang pelaksanaannya dilakukan secara terpadu dan ditujukan bagi segenap lapisan masyarakat terutama bagi golongan ekonomi lemah. b. Menyelesaikan secara tuntas terhadap sengketa-sengketa tanah yang bersifat strategis Dalam rangka pendaftaran tanah dan untuk membantu masyarakat yang berhak atas tanah dalam memperoleh tanda bukti hak atas tanahnya yang terletak dalam satu wilayah administrasi Desa/ Kelurahan atau sebutan lain atau bagian-bagiannya, dan untuk mempercepat penyelesaian pensertipikatan tanah, maka perlu dilaksanakan Program Nasional Agraria (PRONA) berdasarkan Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/ Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 1 Tahun 2015 tentang PRONA. Mengingat bahwa dalam pelaksanaan kegiatan Program Nasional Agraria (Prona) di beberapa daerah masih terdapat kendala, sehingga perlu dilakukan penyesuaian. Berdasarkan pertimbangan tersebut, perlu menetapkan Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional tentang Program Nasional Agraria Nomor 4 Tahun 2015. Berdasarkan Pasal 1 angka 1 dalam Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang / Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 4 Tahun 2015 yang menentukan bahwa : Program Nasional Agraria selanjutnya disingkat PRONA adalah rangkaian kegiatan pensertipikatan tanah secara massal, pada suatu wilayah administrasi Desa/Kelurahan atau sebutan lain atau bagianbagiannya. Berdasarkan ketentuan dalam Pasal 1 angka 1 PRONA merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah agar masyarakat memperoleh sertifikat tanah yang dilakukan secara massal di suatu Desa / Kelurahan. Tujuan dan sasaran PRONA diatur dalam Pasal 2 ayat (1) dan ayat (2) Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang / Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 4 Tahun 2015 yang menentukan bahwa : 4

(1) Prona bertujuan untuk memberikan pelayanan pendaftaran tanah pertama kali dengan proses yang sederhana, mudah, cepat, dan murah dalam rangka percepatan pendaftaran tanah di seluruh Indonesia untuk menjamin kepastian hak atas tanah. (2) Sasaran PRONA adalah seluruh bidang tanah yang belum bersertipikat yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh perorangan. Berdasarkan ketentuan dalam Pasal 2 ayat (1) PRONA ditujukan untuk memberikan pelayanan pendaftaran tanah pertama kali atas tanah hak milik yang dikuasai oleh seseorang atau badan hukum dengan proses yang sederhana, mudah, cepat dan murah agar tidak terlalu membebankan masyarakat untuk memperoleh kepastian hak atas tanah. Sedangkan dalam Pasal 2 ayat (2) sasaran PRONA adalah seluruh tanah yang belum bersertipikat yang dikuasai atau dimiliki oleh seseorang. Kabupaten Sekadau adalah salah satu kabupaten yang terdapat di Provinsi Kalimantan Barat. Kenyataannya di wilayah Kabupaten Sekadau terdapat beberapa desa yang sudah dilaksanakan PRONA dan terdapat juga beberapa desa lainnya belum dilaksanakan PRONA. PRONA yang diprogramkan oleh Kantor Pertanahan Kabupaten Sekadau untuk Tahun Anggaran 2016 hanya 986 bidang yang meliputi 5 Kecamatan dan 9 desa di Kabupaten Sekadau yaitu Kecamatan Sekadau Hilir (Desa Ensalang dan Desa Tapang Semadak), Kecamatan Sekadau Hulu (Desa Tinting Boyok), Kecamatan Nanga Taman (Desa Rirang Jati, Desa Nanga Mentukak, dan Desa Sungai Lawak), Kecamatan Nanga Mahap (Desa Batu Pahat), Kecamatan Belitang (Desa Maboh Permai dan Desa Padak). Program PRONA ini sangat diharapkan dapat membantu masyarakat Kabupaten Sekadau dalam memperoleh sertipikat hak milik atas tanah. 2. METODE 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian hukum empiris yaitu penelitian yang dilakukan secara langsung kepada responden sebagai data utamanya yang didukung oleh data sekunder yang terdiri dari bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder. 2. Sumber Bahan Hukum a. Bahan hukum primer Bahan hukum primer yaitu bahan hukum yang berupa peraturan perundang-undangan. b. Bahan hukum sekunder Bahan hukum sekunder dalam penelitian ini adalah penjelasan bahan hukum primer misalnya penjelasan peraturan perundang-undangan, buku-buku, literatur-literatur, dokumendokumen, internet, surat kabar, hasil penelitian, terutama yang berkaitan dengan pendaftaran tanah melalui PRONA. 3. Pengumpulan Data Pengumpulan bahan hukum diperoleh dengan melakukan studi kepustakaan. Studi kepustakaan dilakukan untuk mempelajari bahan hukum primer yang berupa Peraturan Perundang Undangan, bahan hukum sekunder yang berupa buku buku literatur, karya ilmiah, artikel hasil penelitian, dan bentuk karya ilmiah lainnya yang berkaitan dengan Pelaksanaan Program Nasional Agraria (Khususnya Tanah Hak Milik) dalam rangka Mewujudkan Kepastian Hukum. 4. Analisis Bahan Hukum Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah 5

metode analisis kualitatif yaitu suatu analisis yang menghasilkan data deskriptif analisis yaitu dinyatakan oleh responden secara tertulis/ lisan dan juga perilakunya yang nyata, yang diteliti dan dipelajari secara utuh. Proses berpikir yang digunakan untuk menarik kesimpulan adalah proses berpikir secara induktif yaitu proses berpikir untuk menarik suatu kesimpulan dari hal-hal yang bersifat khusus menjadi suatu kesimpulan yang bersifat umum. 3 3. HASIL DAN PEMBAHASAN PRONA merupakan kegiatan pensertipikatan tanah secara massal, pada suatu wilayah administrasi Desa/Kelurahan atau sebutan lain atau bagian-bagiannya. PRONA bertujuan untuk memberikan pelayanan pendaftaran tanah pertama kali dengan proses yang sederhana, mudah, cepat, dan murah dalam rangka percepatan pendaftaran tanah di seluruh Indonesia untuk menjamin kepastian hukum hak atas tanah. PRONA pertama kali dilaksanakan oleh Kantor Pertanahan Kabupaten Sekadau pada tahun 2003 semenjak dibukanya pertama kali kantor pertanahan tersebut. Setiap tahun diadakan PRONA di Kabupaten Sekadau. PRONA Tahun Anggaran 2016, Kantor Pertanahan Kabupaten Sekadau menargetkan sejumlah 986 bidang mengingat anggaran yang terbatas. Tahap awal dalam proses PRONA Tahun Anggaran 2016 adalah penyuluhan atau sosialisasi mengenai PRONA Tahun Anggaran 2016 di Desa Ensalang dilakukan oleh Kepala Desa agar informasi yang disampaikan lebih akurat. Sedangkan di Desa Rirang Jati, penyuluhan atau sosialisasinya dilakukan oleh Kepala Dusun atau Ketua RT setempat dikarenakan penyampaian informasi mengenai PRONA 3 Soeryono Soekanto, 1984, Pengantar Penelitian Hukum, UI Pres, Jakarta, hlm. 29 Tahun Anggaran 2016 agar lebih mudah dimengerti oleh warga desa. Responden menyambut baik setelah mendengar informasi tersebut mengenai PRONA akan dilakukan di desanya. Sesuai dengan surat pemberitahuan dari Kantor Pertanahan Kabupaten Sekadau, masyarakat desa yang tertarik untuk mendaftarkan tanah hak miliknya melalui PRONA segera mendaftarkan diri kepada Kepala Desa setempat. Nama-nama calon peserta PRONA didaftar, selanjutnya Kepala Desa Ensalang dan Rirang Jati mengajukan Surat Penyampaian Usulan Calon PRONA Tahun Anggaran 2016 kepada Kantor Pertanahan Kabupaten Sekadau untuk ditindaklanjuti. Jumlah nama-nama calon peserta PRONA Tahun Anggaran 2016 yang terdaftar dari Desa Ensalang berjumlah 117 orang dan 64 orang dari Desa Rirang Jati. Pada surat penyampaian usulan calon PRONA diterima, Kantor Pertanahan Kabupaten Sekadau melakukan peninjauan langsung ke Desa Ensalang dan Desa Rirang Jati. Sebelum didaftarkan, kepemilikan hak atas tanah tersebut harus dibuktikan terlebih dahulu dengan menunjukkan alas haknya. Alas hak yang dimaksud berupa SKT atau Surat Keterangan Tanah yang isinya menerangkan bahwa tanah tersebut adalah benar-benar dikuasai / dimiliki. Pembuatan SKT atau Surat Keterangan Tanah dibuat oleh Badan Perangkat Desa setempat. Selanjutnya, Pengukuran bidang tanah dilakukan batas-batas bidang tanah dan pemasangan tanda-tanda batas. Pemasangan tanda batas tersebut dilakukan oleh peserta PRONA Tahun Anggaran 2016. Sedangkan, pemeriksaan tanah dilakukan oleh panitia Ajudikasi untuk memeriksa bahwa tanah-tanah tersebut sesuai dengan data fisik yang tercantum di Surat Keterangan Tanah atau SKT. Setelah panitia Ajudikasi telah mengumpulkan data yuridis dan data fisik dari peserta PRONA Tahun Anggaran 2016, 6

maka Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Sekadau mengesahkan SK Hak. Kemudian, Kantor Pertanahan Kabupaten Sekadau menerbitkan sertipikat hak milik yang telah ditandatangani oleh Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Sekadau. Penyerahan sertipikat berbedabeda dilakukan di setiap desa. Di Desa Ensalang, penyerahan sertipikat dilakukan oleh Presiden Jokowi dan diserahkan kepada Kepala Desa dengan disaksikan oleh warga desa. Sedangkan di Desa Rirang Jati, penyerahan sertipikat diberikan oleh Kepala Desa, kemudian Kepala Desa menyerahkan sertipikat hak milik kepada masing-masing peserta PRONA Tahun Anggaran 2016. Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Sekadau, adanya kendala atau hambatan yang dihadapi oleh petugas Kantor Pertanahan Kabupaten Sekadau dalam proses kegiatan PRONA di desa tersebut, yaitu : a. Kurang lengkapnya dokumen kepemilikan atas tanah oleh peserta PRONA b. Jarak tempuh dalam Kabupaten Sekadau sehingga memakan waktu yang lama dan agak terhambat Adapun strategi untuk menghadapi kendala tersebut dari Kantor Pertahana Kabupaten Sekadau adalah : a. Pemilihan Desa yang proaktif yang membantu peserta PRONA untuk melengkapi dokumen kepemilikan atas tanah b. Meminta jadwal yang pasti kepada Kepala Desa agar warga desa sudah siap saat dilakukan pengkuran dan pengumpulan data. Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Desa Ensalang dan Rirang Jati, tidak adanya biaya yang dipungut oleh Kantor Pertanahan Kabupaten Sekadau untuk melaksanakan kegiatan PRONA Tahun Anggaran 2016, akan tetapi adanya kesepakatan antara peserta PRONA dengan Kepala Desa mengenai biaya administratif untuk pembuatan Surat Keterangan Tanah serta biaya konsumsi untuk petugas pengukur tanah dari Kantor Pertanahan Kabupaten Sekadau dan para warga desa setempat yang turut membantu. Pendaftaran tanah pertama kali melalui PRONA Tahun Anggaran 2016 oleh Kantor Pertanahan Kabupaten Sekadau masih menggunakan peraturan lama yaitu Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 189 Tahun 1981 tentang PRONA karena masih melanjutkan proyek sebelumnya. Program Nasional Agraria atau PRONA telah diganti dengan Percepatan Pelaksanaan Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap dengan menggunakan Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/ KBPN Nomor 35 Tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap. 4. KESIMPULAN 1. Pelaksanaan Program Nasional Agraria yang dilakukan di Kabupaten Sekadau pada Tahun Anggaran 2016 masih berdasarkan peraturan Keputusan Dalam Negeri Nomor 189 Tahun 1981 tentang Prona. Kegiatan PRONA Tahun Anggaran 2016 dilaksanakan sesuai peraturan walaupun ada kendala yaitu kurangnya tenaga kerja juru ukur dan alat-alat pengukur yang terbatas. Kendala tersebut bukan merupakan kesulitan bagi pihak Kantor Pertanahan Kabupaten Sekadau untuk membantu pendaftaran tanah hak milik melalui PRONA Tahun Anggaran 2016 dalam memperoleh sertipikat tanah hak milik. Program Nasional Agraria atau PRONA akan diganti menjadi Percepatan Pelaksanaan Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap berdasarkan peraturan baru yaitu Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/ KBPN Nomor 35 Tahun 2015 tentang Percepatan Pelaksanaan Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap. 2. Pelaksanaan PRONA Tahun Anggaran 2016 semua peserta PRONA telah 7

mendapatkan sertipikat tanah hak milik dan semenjak memperoleh sertipikat tanah hak milik tersebut tidak pernah ada gugatan dari pihak ketiga sehingga telah mewujudkan kepastian hukum. 5. REFERENSI Buku-Buku: Adrian Sutedi,2010, Peralihan Hak atas Tanah dan Pendaftarrannya,Cetakan IV,Sinar Grafika, Jakarta Ali Achmad Chomzah, 2004, Hukum Agraria (Pertanahan Indonesia) Jilid 1, Prestasi Pustaka, Jakarta Bachtiar Effendie,1983, Pendaftaran Tanah di Indonesia dan Peraturan-Peraturan Pelaksanaannya,Penerbit Alumni,Bandung Boedi Harsono, 2003Hukum Agraria Indonesia Sejarah Pembentukan Undang-Undang Pokok Agraria,Djambatan,Jakarta Effendi Perangin-angin,1989,Hukum Agraria di Indonesia Suatu Telaah dari Sudut Pandang PraktisiHukum,Rajawali, Jakarta Herman Hermit, 2004, Cara memperoleh Sertifikat Tanah Hak Milik, Tanah Negara dan Tanah Pemda; Teori dan Praktek Pendaftaran Tanah di Indonesia,Cetakan I, Mandar Maju, Bandung A.P Parlindungan,1990,Pendaftaran Tanah di Indonesia,Penerbit Mandar Maju,Bandung Peraturan Perundang undangan: Undang-Undang Dasar Republik Indonesia tahun 1945 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 1963 tentang Penunjukan Badan-badan hukum Yang Dapat Mempunyai Hak Milik Atas Tanah Peraturan Menteri Negara Agraria/kepala Badan Peratanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1997 tentang Ketentuan Pelaksanaan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 189 Tahun 1981 tentang Proyek Nasional Agraria Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 1995 tentang Perubahan Besarnya Pungutan Biaya Dalam Rangka Pemberian Sertipikat Hak Atas Tanah Yang Berasal Dari Pemberian Hak Atas Tanah Negara, Penegasan Hak Atas Tanah Adat Dan Konversi Bekas Hak Atas Tanah Adat, Yang Menjadi Obyek Proyek Operasional Agraria Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/ Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 4 Tahun 2015 tentang PRONA Soeryono Soekanto,1984,Pengantar Penelitian Hukum,UI Pres,Jakarta Supriadi, 2007, Hukum Agraria, Sinaf Grafika, Jakarta Urip Santoso,2010,Hukum Agraria,Penerbit Kencana,Jakarta ---------------,2011,Pendaftaran dan Peralihan Hak atas Tanah, Kencana, Jakarta 8