BAB II KAJIAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pengajaran dimana para siswa bekerja

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan. dapat menunjang hasil belajar (Sadirman, 1994: 99).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. belajar. Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, tidak ada belajar jika tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pesan (Sadiman, 2002: 6). Secara umum alat peraga pembelajaran dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan sasarannya. Sutikno (2005: 29) mengemukakan bahwa pembelajaran efektif

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Keberhasilan belajar tidak akan tercapai begitu saja jika pembelajaran tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang

KAJIAN PUSTAKA. makna tersebut dapat dilakukan oleh siswa itu sendiri atau bersama orang

II. TINJAUAN PUSTAKA. TTW merupakan model pembelajaran kooperatif dimana perencanaan dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai

jadikan sebagai indikator aktivitas belajar siswa adalah:

II. TINJAUAN PUSTAKA. dapat membawa hasil atau berdaya guna. Efektif juga dapat diartikan dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran model koooperatif tipe STAD merupakan salah satu

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. KAJIAN PUSTAKA. dari diri siswa hasil belajar merupakan puncak proses belajar.

II. TINJAUAN PUSTAKA. satunya adalah metode diskusi. Hasibuan dan Moedjiono (2004:20) mengatakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. juga mengalami sehingga akan menyebabkan proses perubahan tingkah laku pada

IMPLEMENTASI METODE PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN TEKNIK KOMPUTER DAN JARINGAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting di dalam interaksi belajar. aktivitas tersebut. Beberapa diantaranya ialah:

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengacu pada

KAJIAN PUSTAKA. Aktivitas mengikuti proses pembelajaran meliputi mendengarkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menuju ke arah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2001: 37) belajar

II. TINJAUAN PUSTAKA. perubahan tingkah laku pada diri sendiri berkat pengalaman dan latihan.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Huda (2014) mengatakan bahwa tidak semua belajar kelompok bisa dianggap

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB.II. KAJIAN PUSTAKA. seseorang, sehinga menyebabkan munculnya perubahan prilaku (Wina Sanjaya,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. siswa tidak cukup hanya mendengarkan dan mencatat seperti yang sering

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran kooperatif saat ini banyak diterapkan oleh guru dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan pemanfaatan kelompok kecil dua hingga

TINJAUAN PUSTAKA. TPS adalah suatu struktur yang dikembangkan pertama kali oleh Profesor

II. TINJAUAN PUSTAKA. belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut. Sehubungan dengan pengertian

BAB. II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memecahkan suatu permasalahan yang diberikan guru.

TINJAUAN PUSTAKA. Banyak orang belum mengetahui apa itu leaflet dan apa perbedaannya dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran mempunyai andil yang cukup besar dalam kegiatan

Oleh Saryana PENDAHULUAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2009:6). Menurut Gagne (dalam Sadiman, 2006:6) menyatakan bahwa media

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PBL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN TATANIAGA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum menurut Gagne dan Briggs (2009:3) yang disebut konstruktivisme

PENERAPAN METODE TANDUR PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMPN 12 PADANG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

(produk, proses dan sikap ilmiah). Pembelajaran IPA berawal dari rasa ingin tahu,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sendiri oleh siswa atau bersama orang lain. Sehingga proses belajar senantiasa merupakan perubahan tingkah laku dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bertanya, mengajukan pendapat, dan menimbulkan diskusi dengan guru.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Pembelajaran matematika membutuhkan proses bernalar yang tinggi

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. mampu merangsang peserta didik untuk menggali potensi diri yang sebenarnya

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADPEMBELAJARAN PKn MELALUI MODEL EVERYONE IS TEACHER HERE DI SDN 08 KINALI PASAMAN BARAT

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Biologi berasal dari bahasa yunani, yaitu dari kata bios yang berarti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari kehidupan manusia, bahkan sejak manusia lahir sampai akhir hayat.

II. TINJAUAN PUSTAKA. siswa yang melakukan kegitan belajar. Keberhasilan kegiatan pembelajaran

Ratih Rahmawati Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang memberikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

e-issn Vol. 5, No. 2 (2016) p-issn

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran di mana

BAB II KERANGKA TEORITIS. 1. Belajar dan Pembelajaran Matematika. memenuhi kebutuhan hidupnya. Menurut Slameto (2003:

cara kerja suatu alat kepada kelompok siswa.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw mengajarkan siswa untuk bekerjasama

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model dimaknakan sebagai objek atau konsep yang digunakan untuk

PENERAPAN STRATEGI BOWLING KAMPUS UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMP KARTIKA 1-7 PADANG

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut (Sanjaya, 2009: ), pembelajaran kooperatif merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI. usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching And Learning (CTL)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tepat untuk diterapkan guna mencapai apa yang diharapkan yaitu menciptakan manusia

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR FISIKA SISWA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. kemempuan belajar sendiri atau melakukan aktivitas seluas-luasnya kepada

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER

KAJIAN PUSTAKA. Dalam kegiatan belajar mengajar siswa melakukan aktivitas. Pengajaran yang

BAB II KAJIAN TEORIE. Langkah-langkah permainan kategori: dengan subjek pada judul baris. 1. Kategori Gigi Ompong Dentin Magnet Menarik

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Efektivitas merujuk pada kemampuan untuk memiliki tujuan yang tepat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kreativitas menurut para ahli psikologi penjelasannya masih berbeda-beda

pengalaman kelompok menjadi tiga tingkat. Pertama, tingkat problem-solving

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE LISTENING TEAM PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 5 PADANG

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. meningkat. Dalam penelitian tindakan kelas ini memerlukan sebuah pendekatan pembelajaran

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Aktivitas belajar merupakan hal yang sangat penting bagi siswa, karena

ISSN Jurnal Exacta, Vol. X No. 1 Juni 2012

Pada indikator kesiapan dalam belajar, siswa mendapatkan skor 2,08 pada siklus I.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KERANGKA TEORITIS. Perubahan tersebut mencakup aspek tingkah laku, keterampilan dan

PUBLIKASI ILMIAH. Oleh: LULUK RIF ATIN A54F100033

II. TINJAUAN PUSTAKA. kepada anak didik untuk bekerjasama dengan sesama siswa dan saling

II. KAJIAN PUSTAKA. juga diharapkan ada perubahan sikap. Belajar sebagai karakteristik yang

BAB II KAJIAN TEORI. pasang bagi. Metode Pembelajaran ini merupakan metode untuk menunjukkan. dan mendorong siswa bekerja bersama secara informal.

II. TINJAUAN PUSTAKA. salah satunya adalah teknik Numbered Head Together (NHT). Menurut

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA MAGNET MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING

I. TINJAUAN PUSTAKA. tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Partisipasi a. Pengertian Partisipasi Partisipasi dalam Bahasa Inggris yaitu participation.menurut kamus Besar Bahasa Indonesia tahun 2007, partisipasi artinya perihal turut berperan serta dalam suatu kegiatan, keikutsertaan, peran serta. Dari arti kata partisipasi di atas, dapat disimpulkan bahwa partisipasi siswa adalah keikutsertaan siswa dalam pembelajaran yang dilakukan dalam suatu tindakan aktivitas fisik siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung untuk berperan serta dalam suatu kegiatan di dalam kelas. Partisipasi siswa dibutuhkan dalam menetapkan tujuan dan dalam kegiatan belajar dan mengajar. Partisipasi siswa dalam belajar dalam bentuk keaktifan siswa seperti mendengarkan, mendiskusikan, membuat sesuatu, menulis laporan.(hasibuan dan Moedjiono, 2006 : 7) Menurut Solihatin (2007) (dalam Susanto 2013: 93), menyebutkan dalam pembelajaran di SD saat ini, guru masih menganggap siswa sebagai objek bukan sebagai subjek dalam pembelajaran sehingga dalam proses pembelajaran guru masih 7 22

mendominasi aktivitas belajar siswa. Siswa hanya menerima informasi yang disampaikan dari guru secara pasif. b. Jenis-jenis Partisipasi dari Aktivitas Dalam Belajar Aktivitas siswa tidak cukup hanya mendengarkan dan mencatat materi seperti yang terdapatdi sekolah-sekolah tradisional.menurut Sardiman (2011: 101), jenis-jenis aktivitas dalam belajar meliputi: 1) Visual activities, misalnya membaca, memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain. 2) Oral activities, seperti menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi. 3) Listening activities, contoh mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato. 4) Writing activities, seperti menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin. 5) Drawing activities, misalnya menggambar, membuat grafik, peta, diagram. 6) Motor activities, antara lain: melakukan percobaan, membuat kontruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, beternak. 7) Mental activities, misalnya: menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan. 23

8) Emotional activities, misalnya: menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup. c. Indikator Partisipasi Untuk memudahkan kegiatan pengamatan (observasi) dan penyusunan angket partisipasi maka disusunlah indikator partisipasi yang diturunkan dari definisi partisipasi itu sendiri. Dari definisi tersebut dapat dirumuskan indikator partisipasi sebagai berikut: 1) Menanyakan kepada guru jika belum memahami penjelasan guru. 2) Menyampaikan pendapat saat berdiskusi atau tanya jawab. 3) Menyampaikan jawaban dari pertanyaan guru atau teman. 4) Mencatat materi saat proses pembelajaran. 5) Mengerjakan tugas dari guru dengan baik. 6) Menyelesaikan tugas tepat waktu. 7) Berkontribusi dalam kegiatan diskusi. 2. Pembelajaran a. Pengertian Pembelajaran Pembelajaran yang diidentikkan dengan kata mengajar berasal dari kata dasarajar, yang berarti petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui. Kata pembelajaran yang semula diambil dari kata ajar ditambah awalan pe dan akhiran an menjadi kata pembelajaran, diartikan sebagai proses, perbuatan, cara mengajar sehingga siswa mau belajar (Susanto, 2013: 19). 24

Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 dalam Susanto (2013: 19), pembelajaran diartikan sebagai proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu tingkatan lingkungan belajar. Dari pengertian pembelajaran dapat disimpulkan suatu bentuk interaksi antara guru dengan siswa untuk mendapatkan suatu pengetahuan yang berasal dari sumber belajar di sekolah agar dapat belajar dengan baik. 3. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) a. Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam Menurut Susanto (2013: 165), Ilmu Pengetahuan Alam sering disebut juga dengan istilah, pendidikan sains, yang disingkat menjadi IPA. Ilmu Pengetahuan Alam merupakan salah satu mata pelajaran pokok dalam kurikulum pendidikan di Indonesia, termasuk pada jenjang Sekolah Dasar. Menurut Susanto (2013: 167), sains atau IPA adalah usaha manusia dalam memahami alam semesta melalui sebuah pengamatan yang tepat pada sasaran, dengan menggunakan prosedur dan dijelaskan dengan penalaran sehingga mendapatkan kesimpulan. (IPA) merupakan Menurut Depdikbud (1993: 83), Ilmu Pengetahuan Alam hasil kegiatan manusia berupa pengetahuan, gagasan, dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah 25

antara lain penyelidikan, penyusunan dan pengujian gagasangagasan. Berdasarkan pengertian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di atas, maka peneliti dapat menyimpulkan IPA adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh manusia untuk memahami alam berhubungan dengan alam yang ada disekitar yang diperoleh dari hasil pengamatan dan pengalaman langsung. b. Hakikat Pembelajaran IPA Pembelajaran IPA berisi mengenai konsep IPA yang di pahami oleh siswa. Menurut Susanto (2013: 167) hakikat pembelajaran IPA didefinisikan sebagai ilmu tentang alam dalam bahasa Indonesia disebut dengan ilmu pengetahuan alam, dapat diklasifikasikan menjadi tiga bagian yaitu IPA sebagai produk, proses, dan sikap. Dari uraian hakikat pembelajaran IPA di atas, dapat dipahami menurut Susanto (2013: 170) bahwa pembelajaran IPA merupakan pembelajaran yang berdasarkan pada prinsip-prinsip, proses yang mana dapat menumbuhkan sikap ilmiah siswa terhadap konsepkonsep IPA. Pembelajaran IPA di SD dilakukan dengan penyelidikan sederhana dan bukan hapalan terhadap kumpulan konsep IPA. Kegiatan yang ada dalam pembelajaran IPA akan mendapat pengalaman langsung melalui pengamatan, diskusi, dan penyelidikan sederhana. Pembelajaran demikian dapat menumbuhkan sikap ilmiah 26

siswa yang diindikasikan dengan merumuskan masalah, menarik kesimpulan, sehingga mampu berpikir kritis melalui pembelajaran IPA. c. Karakteristik Pembelajaran IPA IPA juga memiliki karakteristik sebagai dasar untuk memahaminya. Menurut Jacobson & Bergam (1980) dalam bukunya Susanto (2013:170) karakteristik Pembelajaran IPA sebagai berikut: 1) IPA merupakan kumpulan konsep, prinsip, hukum, dan teori. 2) Proses ilmiah dapat berupa fisik dan mental, serta mencermati fenomena alam, termasuk juga penerapannya. 3) Sikap keteguhan hati, keingintahuan, dan ketekunan dalam menyingkap rahasia alam. 4) IPA tidak dapat membuktikan semua akan tetapi hanya sebagian atau beberapa saja. 5) Keberanian IPA bersifat subjektif dan bukan kebenaran yang bersifat objektif. d. Fungsi Pembelajaran IPA IPAmerupakan hasil kegiatan manusia yang berhubungan dengan alam sekitar.menurut Depdikbud (1993: 83-84), mata pelajaran IPA berfungsi untuk: 1) Memberikan pengetahuan alam mengenai berbagai jenis dan lingkungan alam serta buatan yang dalam kaitannya dengan pemanfaatan kehidupan sehari-hari. 27

2) Mengembangkan keterampilan proses. 3) Mengembangkan wawasan, sikap dan nilai yang berguna bagi siswa untuk meningkatkan kualitas dari kehidupan sehari-hari. 4) Mengembangkan kesadaran tentang hubungan keterkaitan yang saling mempengaruhi antara kemajuan IPA dan juga keadaan lingkungan serta pemanfaatannya bagi kehidupan. 5) Mengembangkan kemampuan untuk menerapkan ilmu pengetahuan yang berguna dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan fungsi dari pembelajaran IPA di atas maka peneliti dapat menyimpulkan fungsi dari pembelajaran IPA untuk memberikan pengetahuan mengenai alam sekitar sehingga manusia memiliki kesadaran untuk melestarikan agar berguna untuk kehidupan sehari-hari. e. Tujuan Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar Pada buku Susanto (2013: 171-172), ada tujuan pembelajaran sains di Sekolah Dasar yang diambil dari Badan Nasional Standar Pendidikan (BSNP, 2006), yang dimaksud untuk: 1) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-nya. 2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman mengenai konsepkonsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. 28

3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat. 4) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah, dan membuat keputusan. 5) Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan alam. 6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan. 7) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep, keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP. Dari beberapa tujuan Pembelajaran IPA maka dapat disimpulkan agar manusia memiliki keyakinan kepada Tuhan Yang Maha Esa bahwa alam sekitar diciptakan untuk meningkatkan kesadaran manusia memelihara serta melestarikan lingkungan. 4. Penguatan a. Pengertian Penguatan Menurut Alma (2010: 40), pengertian dari penguatanadalah respon positif terhadap suatu tingkah laku tertentu dari siswa yang memungkinkan tingkah laku tersebut timbul kembali. Menurut Usman (2002:80-81), Penguatan adalah segala sesuatu dalam bentuk respons, baik yang bersifat verbal ataupun nonverbal yang merupakan bagian dari perubahan tingkah laku guru 29

terhadap tingkah laku siswa, yang bertujuan untuk memberikan informasi ataupun umpan balik (feedback) bagi siswa atas perbuatannya sebagai suatu tindak dorongan.penguatan adalah suatu respons terhadap tingkah laku yang dapat meningkatkan kemungkinan berulangnya kembali tingkah laku yang dilakukan tersebut. Berdasarkan pengertian penguatan di atas maka peneliti menyimpulkan penguatan merupakan suatu tanggapan yang baik diberikan kepada siswa dalam bentuk kata-kata maupun gerakan tubuh atas perbuatannya yang bertujuan sebagai suatu tindak dorongan. b. Tujuan PemberianPenguatan Penguatan merupakan hal yang penting bagi siswa dalam pembelajaran, sehingga penguatan mempunyai pengaruh yang berupa sikap positif dalam proses pembelajaran. Menurut Alma (2010: 40), mengemukakan bahwa penguatandapat memberikan beberapa tujuan untuk siswa di Sekolah Dasar, meliputi: 1) Meningkatkan perhatian siswa. 2) Memperlancar atau memudahkan proses belajar. 3) Membangkitkan dan mempertahankan motivasi. 4) Mengontrol atau mengubah sikap suka mengganggu dan menimbulkan tingkah laku belajar yang produktif. 5) Mengembangkan dan mengatur diri sendiri dalam belajar. 6) Mengarahkan kepada cara berpikir yang baik dan inisiatif pribadi. 30

c. Jenis-jenis Penguatan Penguatan yang diberikan oleh guru pada saat pembelajaran sangat bervariasi.menurut Usman (2002: 81-82), mengemukakan bahwa ada 2 jenis penguatan, yaitu: a. Penguatan Verbal Penguatan verbal biasanya diungkapkan dengan menggunakan kata-kata, pujian, penghargaan, persetujuan. Contoh dari penguatan verbal: bagus, bagus sekali, betul, benar, pintar, ya, seratus buat kamu!. b. Penguatan nonverbal Penguatan nonverbal dibagi menjadi beberapa yaitu: 1) Penguatan dengan gerak isyarat, misalnya menganggukan kepala, menggelengkan kepala, senyuman, acungan jempol, wajah cerah maupun mendung. 2) Penguatan dengan pendekatan Penguatan dengan pendekatan ini dilakukan dengan cara guru sesekali mendekati siswanya sebagai bentuk perhatian dan kesenangannya terhadap mata pelajaran, tingkah laku, ataupun penampilan siswanya. Misalnya guru berdiri berjalan menuju siswa, guru berdiri disamping siswa, duduk dengan siswa maupun kelompok, ataupun berjalan disisi siswa.penguatan dengan pendekatan berfungsi sebagai penambah dari penguatan verbal. 31

3) Penguatan dengan sentuhan (contact) Penguatan dengan sentuhan dilakukan dengan cara guru memberikan sentuhan dengan cara menepuk bahu, berjabat tangan sebagai penghargaan terhadap usaha atau kerja keras yang telah dilakukan oleh siswa. Penguatan dengan sentuhan dilakukan dengan menggunakan pertimbangan seksama agar sesuai dengan usia, jenis kelamin, dan latar belakang dari kebudayaan yang ada di sekolah. 4) Penguatan dengan kegiatan yang menyenangkan Penguatan ini dapat dilakukan oleh guru dengan menggunakan berbagai kegiatan maupun tugas yang disenangi oleh siswa sebagai pemberian penguatan. 5) Penguatan berupa simbol atau benda Penguatan berupa simbol atau benda dapat dilakukan guru dengan cara memberikan gambar bintang dan simbol,sebagai penguatan yang diberikan untuk siswa. Penguatan ini digunakan pada saat tertentu sehingga siswa tidak terbiasa atau mengharapkan imbalan setelah selesai mengerjakan sesuatu dari guru. 6) Apabila siswa memberikan sebagian jawaban yang benar, kemudian guru hendaknya tidak menyalahkan siswa. Saat keadaan seperti ini, maka guru memberikan penguatan terhadap siswa agar termotivasi. 32

Dari beberapa jenis penguatan di atas, maka peneliti dpat menyimpulkan bahwa penguatan terdiri dari 2 jenis yaitu penguatan verbal dan penguatan non verbal. Penguatan verbal adalah penguatan yang diberikan guru pada saat proses pembelajaran dengan menggunakan kata-kata. Sedangkan penguatan non verbal merupakan penguatan yang diberikan guru dalam bentuk gerakan tubuh, simbol atau benda kepada siswa yang berguna untuk membangkitkan semangat siswa dalam pembelajaran. d. Cara Penggunaan Penguatan Cara penggunaan penguatan yang dilakukan oleh guru menurut Usman (2005: 83) dibedakan menjadi beberapa cara diantaranya: 1) Penguatan kepada pribadi tertentu Penguatan yang diberikan harus jelas kepada orang yang ditujukan apabila tidak jelas, maka akan kurang efektif. Sebelum memberikan penguatan, guru terlebih dahulu menyebut nama siswa yang diberikan peguatan. 2) Penguatan kepada kelompok Penguatan dapat diberikan kepadasekelompok siswa misalnya, apabila tugas diselesaikan dengan baik oleh satu kelas kemudian guru membolehkan kelas tersebut melakukan kegiatan yang menjadi kegemarannya. 33

3) Pemberian penguatan dengan segera Penguatan seharusnya diberikan dengan segera setelah muncul respons maupun tingkah laku yang diharapkan. 4) Variasi dalam penggunaannya Jenis dari penguatanyang digunakan bervariasi, tidak terbatas karena akan menimbulkan kebosanan dan akan kurang efektif. Berdasarkan penjelasan cara penggunaan penguatan di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa cara guru menggunakan penguatan dilihat dari penguatan yang diberikan kepada siswa secara pribadi, kelompok, serta memberikan penguatan dilakukan dengansegera. e. Prinsip Penggunaan Penguatan Penggunaan penguatan yang dilakukan oleh guru kepada siswa melihat prinsip dari penggunaan penguatan.menurut Usman (2005: 82), prinsip dari penggunaan penguatan berupa: 1) Kehangatan dan keantusiasan Sikap dangaya guru termasuk suara, mimik, dan gerak badan, akan menunjukkan adanya kehangatan dan keantusiasan dalam memberikan penguatan pada siswa. 2) Kebermaknaan Penguatan diberikan sesuai dengan tingkah laku dan penampilan siswa sehingga siswa mengerti bahwa diberi penguatan oleh guru. 34

3) Menghindari penggunaan respons yang negatif Respons negatif yang diberikan guru berupa komentar, bercanda menghina, ejekan yang kasar perlu dihindari karena akan mematahkan semangat siswa untuk mengembangkan dirinya. Dari prinsip penggunaan penguatan di atas, maka peneliti menyimpulkan penguatan diberikan dengan gaya dan sikap guru yang dilihat dari gerakan maupun suara dalam menunjukkan pemberian penguatan dengan siswa sesuai dengan tingkah laku siswa sehingga menghindari penggunaan pemberian penguatan yang negatif. f. Prosedur Penguatan Melalui Pemberian Nilai Angka Penguatan merupakan bentuk respon positif dari seorang guru kepada siswa yang berhasil dalam mengerjakan tugas. Menurut Purwanto (2010: 79-80), prosedur pemberian nilai yang paling sederhana dan dapat dikatakan paling banyak dilakukan di lembaga pendidikan ialah prosedur yang tidak membedakan dengan jelas adanya dua fase yaitu pengukuran dan penilaian.pada pelaksanaannya sering dikacaukan antara angka atau skor yang sebenarnya merupakan biji, kemudian dianggap sebagai nilai yang dipergunakan sebagai alat untuk menentukan kepada siswa yang memperoleh biji tersebut. Penguatan terdiri atas 2 komponen meliputi penguatan verbal dan penguatan non verbal. Salah satu jenis penguatan menurutusman (2002: 81-82) yaitu penguatan dengan kegiatan yang menyenangkan. Penguatan ini dapat dilakukan oleh guru dengan menggunakan 35

berbagai kegiatan maupun tugas yang disenangi oleh siswa sebagai pemberian penguatan. Pada penelitian ini, peneliti mengambil penguatan pemberian nilai angka sebagai unsur pokok dalam penelitian.prosedur penguatan dalam pemberian nilai angka yaitu denganmemberikan nilai angka kepada siswa yang aktif dan terlibat dalam kegiatan pembelajaran.siswa yang sering dan ikut terlibat pada saat pembelajaran berlangsung maka akan mendapat nilai dari guru sebagai penguatan dalam pemberian nilai angka. Guru memberikan nilai dari skor 1 sampai 5 kepada siswa dengan cara memberitahu terlebih dahulu kepada siswa yang aktif dalam pembelajaran maka akan diberi nilai tambahan. Pemberian nilai berupa angka, diberikan untuk siswa yang aktif dalam kelompok, menjawab pertanyaan, kerja sama, berpendapat saat melakukan diskusi dan presentasi kelompok. Apabila siswa yang lebih aktif dan terlibat maka guru memberikan skor sebagai penguatan pemberiannilai angka pada partisipasi siswakemudian memberitahukan kepada siswa yang mendapat skor tersebut, misalnya siswa A mendapat skor 3. Hal ini untuk penguatan kepada siswa tersebut agar siswa yang lain ikut termotivasi untuk ikut berpartisipasi. Kriteria dalammemberikan nilai angka yaitu skor 5 jika siswa sangat dan sering aktif dalam menjawab atau berpendapat atau 36

kerjasama dalam presentasi kelompok. Skor 4 jika siswa selalu aktif dalam menjawab atau berpendapat atau kerjasama dalam presentasi kelompok. Skor 3 jika siswa sering aktif dalam menjawab atau berpendapat atau kerjasama dalam presentasi kelompok. Skor 2 jika siswa kadang-kadang aktif dalam menjawab atau berpendapat atau kerjasama dalam presentasi kelompok. Skor 1 jika siswa kurang aktif dalam menjawab atau berpendapat atau kerjasama dalam presentasi kelompok. 5. Presentasi Kelompok a. Presentasi Kelompok Presentasi dalam bahasa inggris yaitu presentation.menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia tahun 2007, presentasi merupakan pemberian, pengucapan pidato, perkenalan tentang seseorang kepada seseorang yang biasanya kedudukannya lebih tinggi, serta penyajian kepada orang-orang yang diundang. Presentasi merupakan diskusi yang dilakukan oleh beberapa orang saja.biasanya antara 3 sampai dengan 7 orang penyaji. Siswa lain yang bertindak sebagai pendengar (audiens). Diskusi yang dilakukan oleh penyaji, pendengar dapat memahami maksud terkandung pada masalah yang didiskusikan dan merangsang berpikir untuk mendiskusikan lebih lanjut.oleh karena itu, penyaji dilakukan oleh orang yang benar-benar memahami masalah yang didiskusikan. (Ali, 1983: 62) 37

Dari pengertian di atas maka peneliti menyimpulkan presentasi bisa diartikan menyajikan atau mengemukakan informasi kepada orang lain dengan tujuan yang bermacam-macam seperti: memberi tahu, mempengaruhi ataupun mengajak. Presentasi juga dilakukan dalam proses pembelajaran, baik yang dilakukan oleh guru maupun siswa. Berdasarkan pengertian presentasi di atas maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa presentasi kelompok berarti menyajikan informasi yang telah didiskusikan dengan siswa yang lain untuk mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan dan memecahkan suatu masalah secara kelompok dengan mempresentasikan di depan kelompok lain.tujuan dari presentasi dalam proses pembelajaran bermacam-macam, misalnya: untuk memberi informasi, untuk meyakinkan peserta, menyampaikan pesan dan bahkan untuk melakukan penilaian. Presentasi kelompok dilakukan setelah adanya kegiatan diskusi dengan kelompok.menurut Ali, 1983: 61 mengemukakan bahwa guru dalam kelas mengemukakan masalah kemudian masalah tersebut dipecahkan oleh siswa secara berkelompok dengan mendiskusikan. Hasil dari diskusi kelompok kemudian dipresentasikan di depan kelas dan di tanggapi oleh kelompok lain. 38

B. Kerangka Pikir Siswa kelas IVA SD Negeri Menganti pada pembelajaran IPA partisipasi dalam belajarnya kurang. Masalah yang muncul pada pembelajaran IPA adalah pada pembelajaran siswa kurang terlibat pada pembelajaran, hal ini dilihat dari siswa yang tidak ikut serta berperan aktif pada saat proses pembelajaran berlangsung. Perlu adanya perubahan dalam pembelajaran IPA mengenai partisipasi siswa dalam belajar. Salah satu cara untuk meningkatkan partisipasi siswadalam mata pelajaran IPA yaitu dengan penguatan pemberian nilai angka pada kegiatan presentasi kelompok. Peneliti berharap dengan adanya penelitian ini dapat meningkatkan partisipasi siswa dengan penguatan pemberian nilai angka pada kegiatan presentasi kelompok. C. Penelitian Relevan Penelitian oleh Zahidi Sedyadiasto (2012) tentang Pemberian Penguatan untuk Meningkatkan Motivasi dan Prestasi Belajar Seni Budaya Siswa Kelas VII D SMP Islam Sudirman Ambarawa menunjukkan bahwa pada pembelajaran dengan menggunakan pemberian penguatan sangat efektif. Penelitian di atas relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti karena di dalam penelitian ini pemberian penguatan menjadi variabel yang digunakan dalam penelitian.namun penelitian yang dilakukan oleh peneliti, fokus pada meningkatkan partisipasi siswadengan penguatan pemberiannilai angka pada kegiatan presentasi kelompok. 39

D. Hipotesis Tindakan Hipotesis tindakan pada penelitian ini yang akan dicapai berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir yaitu partisipasi siswa dalam pembelajaran IPA materi cara pencegahan kerusakan lingkungandi kelas IVA SD Negeri Menganti dapat ditingkatkan dengan penguatan pemberian nilai angka pada kegiatan presentasi kelompok. 40