Penataan Model Tata Ruang Perkotaan Menuju City Logistics Direktur Perkotaan, Perumahan dan Permukiman Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional 29 April 2018 1
Highlight sistem logistik di Indonesia 2
Penyediaan Pelayanan Dasar Rasio Elektrifikasi 96,6% Strategi Pembangan Infrastruktur Tahun 2015-2019 Akses Air Minum 100% Akses Sanitasi 100% Akses Perumahan Layak Huni Aksesibilitas Perbatasan & Tertinggal Keamanan & Keselamatan Transportasi Pengendalian Banjir Infrastruktur Mendukung Sektor Unggulan Konektivitas Tol Laut + Antar moda Pembangunan TIK: Infrastruktur TIK: Palapa Ring, dsb Ekosistem: Pemerintah: E-government, E-pendidikan, E- Kesehatan, E-logistik, E-pengadaan Swasta: E-commerce Pembangunan Energi 35 GW Konsumsi listrik 1.200 kwh/orang di 2019 Keandalan / Reserve Margin Bauran Energy Sektor Unggul an Pertanian Industri Pengolaha n Jasa & Pariwisat a Infrastruktur Perkotaan Membangun Angkutan Massal Berbasis Jalan, Rel & Intermoda Meningkatkan kapasitas dan kualitas jaringan jalan perkotaan Konsep Pengembangan Transportasi Perkotaan Avoid Jaringan yang Mendukung Efisiensi Perjalanan Shift Peningkatan Pangsa Angkutan Umum Mengembangkan transportasi perkotaan yang berkelanjutan Energi untuk perkotaan Improve Peningkatan Pemanfaata n Teknologi Mengembangkan infrastruktur perkotaan melalui pemanfaatan 3 TIK untuk menuju kota cerdas
Kualitas Sistem Logistik Indonesia LPI Indonesia berada pada posisi ke-63 dunia dan ke-4 di antara negara-negara ASEAN OVERALL INDEX PERFORMA LOGISTIK (2016) INDEX PERFORMA INFRASTRUKTUR LOGISTIK (2016) NEGARA PERINGKAT NILAI Singapore 6 4.20 Malaysia 33 3.45 Thailand 46 3.12 Indonesia 63 2.65 Vietnam 70 2.70 Philippines 82 2.55 Sumber: LPI, World Bank, 2016 Komponen biaya logistik Indonesia Inventory : Warehouse, Lap. Penumpukan, Dry Port, Pergudangan Land : Antar-moda 4
MALAHAYATI TELUK BAYUR PALEMBANG PANJANG TANJUNG PRIOK/ PATIMBAN Perkuatan Jalur Logistik Utama Merajut konektivitas antar wilayah untuk memantapkan perekonomian regional BELAWAN/ KUALA TANJUNG BATAM JAMBI PONTIANAK RENCANA PEMBANGUNAN JARINGAN KA RIPNAS RENCANA PEMBANGUNAN JARINGAN TOL PEL. HUB INTERNASIONAL PEL. HUB RUTE HUB TOL LAUT RUTE FEEDER TOL LAUT SAMPIT TANJUNG EMAS /SEMARANG KARIANGAU BALIKPAPAN BANJARMASIN TANJUNG PERAK Sumber : Kementerian Perhubungan, Laporan 3 Tahun JKW-JK, KSP, 2017 PALARAN SAMARINDA MAKASAR PANTOLOAN KENDARI BITUNG TERNATE TENAU KUPANG AMBON SORONG JAYAPURA HIGHLIGHT PRIORITAS 24 Pelabuhan Tol Laut: Pel Kuala Tanjung, Pel. Patimban, Pel. Makassar New Port, dan Pel. Bitung Pembangunan Bandara: Bandara Kertajati, Bandara Kulonprogo, Bandara Buntu Kunik Jaringan KA: KA Makassar Pare-pare, Double Track Jawa Selatan, KA Lintas Sumatera Merajut Konektivitas Antar Wilayah Meningkatkan kinerja konektivitas antar wilayah dalam mendukung perekonomian wilayah 5
MALAHAYATI Perkuatan Jalur Logistik Utama dan Keterpaduan Simpul Transportasi Merajut konektivitas antar wilayah untuk memantapkan perekonomian regional BELAWAN/ KUALA TANJUNG BATAM JAMBI PONTIANAK SAMPIT KARIANGAU BALIKPAPAN BANJARMASIN PALARAN SAMARINDA PANTOLOAN KENDARI BITUNG TERNATE AMBON SORONG JAYAPURA HIGHLIGHT PRIORITAS Pembangunan Jalan Tol: Trans Sumatera, Trans Jawa, Balikpapan-Samarinda, Manado Bitung, Cisumdawu TELUK BAYUR PALEMBANG PANJANG TANJUNG PRIOK/ PATIMBAN TANJUNG EMAS /SEMARANG RENCANA PEMBANGUNAN JARINGAN KA RIPNAS RENCANA PEMBANGUNAN JARINGAN TOL PEL. HUB INTERNASIONAL PEL. HUB PEL. FEEDER RUTE HUB TOL LAUT RUTE FEEDER TOL LAUT TANJUNG PERAK MAKASAR TENAU KUPANG Peningkatan Jalan Lintas Utama: Lintas Timur Sumatera, Lintas Pantai Utara Jawa, Lintas Barat Sulawesi Keterpaduan Simpul Transportasi: Jalan akses ke Bandara Komodo, Buntu Kunik, Kertajati, Kulonprogo, Anambas, Werur Jalan akses ke Pelabuhan Makassar New Port, Pelaihari, Pacitan, Tanjung Api-api Merajut Konektivitas Antar Wilayah Meningkatkan kinerja konektivitas antar wilayah dalam mendukung perekonomian wilayah 6
Dukungan Infrastruktur untuk Sektor Unggulan Industri dan Pariwisata Mendorong pengembangan Kawasan di wilayah Luar Jawa untuk pemerataan pembangunan KEK ARUN LHOKSEMAWE KSPN DANAU TOBA KEK TJ. LESUNG KSPN: Kawasan Strategis Pariwisata Nasional KEK: Kawasan Ekonomi Khusus KI: Kawasan Industri KI SEI MANGKE KI KUALA TANJUNG KSPN BOROBUDU R KEK GALANG BATANG KEK TJ. API-API KSPN TJ. KELAYANG KSPN KEP. SERIBU KSPN BROMO TENGGER SEMERU KEK MBTK KI PALU KSPN MANDALIKA KI BANTAENG KEK BITUNG KI MOROWALI KI KONAWE KSPN LABUAN BAJO PEMBANGUNAN KAWASAN LUAR JAWA KEK MOROTAI KSPN WAKATOBI KEK SORONG KI TELUK BINTUNI HIGHLIGHT PRIORITAS Dukungan Bandara, Jalur KA, Pelabuhan Laut dan Pelabuhan Penyeberangan untuk KSPN, KI, dan KEK: Pengembangan Kawasan Pariwisata (Danau Toba, Borobudur dan Mandalika, Labuan Bajo, Kep. Seribu, Wakatobi, dan Bromo Tengger Semeru) (7 KSPN) Pengembangan Kawasan Industri (Kuala Tanjung, Sei Mangkei, Konawe, Palu, Morowali, Tlk. Bintuni dan Bantaeng) (7 KI) Pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (Arun, Galang Batang, Tj. Api-api, Sorong, Tj. Lesung, Tj. Kelayang, Bitung, MBTK, dan Morotai) (9 KEK) Fokus Pengembangan Kawasan Industri, Pariwisata dan KEK Luar Jawa Memeratakan pembangunan dengan pengembangan 7kawasan
Peningkatan Kualitas Antar Moda: Sinergi tahapan pembangunan infrastruktur untuk mendukung pengembangan kawasan KETERPADUAN ANTAR MODA Sinergi perencanaan pembangunan infrastruktur: Pengembangan pelabuhan, jalan tol, dan KA. Sinergi tahapan pembangunan untuk memaksimalkan kemanfaatan infrastruktur. Program Mendukung KSPN Danau Toba Pembangunan Jalan Tol dan Rencana Pembangunan Kereta Api Siantar - Parapat Contoh Kasus Perencanaan Program Mendukung KEK Bitung Pembangunan Jalan Tol Manado Bitung (konstruksi) dan Rencana Pembangunan KA Manado - Bitung KASUS: Pengembangan Aksesibilitas KSPN Danau Toba Sumber: Bank Dunia, 2017 Kajian Tim World Bank: Fokus Infrastuktur transportasi untuk menurunkan waktu tempuh Kebutuhan Medan/Kualanamu-Parapat < 2 jam: Pembangunan tol Medan/Kualanamu- Pematang Siantar (konstruksi); Pelebaran jalan Nasional Pematang Siantar Parapat - Balige menjadi 2 lajur ditiap jalur untuk peningkatan kecepatan; Pembangunan jalur KA Siantar-Parapat belum diperlukan. 8
Dukungan Infrastruktur Prioritas Terhadap Kawasan Industri Percepatan Pembangunan Kawasan Industri Prioritas Pelabuhan Kuala Tanjung (2,4 T) KA ruas Kuala Tanjung-Sei Mangke (Underpass Bandar Pembangunan Jalan Akses Tinggi - Kuala Tanjung 50,5 M) Pelabuhan Maloy (5 M) Peningkatan jalan akses (30 M) Pembangunan Pelabuhan Pembangunan PLTU Sumut 1 2x150 MW (2018) CPO Maloy (30 M) KEK & KI SEI MANGKEI PLTGU/MGUSumbagut Peaker-1 250 MW (2018) Kab. Simalungun, Sumut PLTGU/MGUSumbagut Peaker 3-4 2x250 MW (2018) PLTA Hasang 40 MW (2019) KEK KALTARA KI KUALA TANJUNG KEK & KI LANDAK Kab. Landak, Kalbar KEK MBTK Kabupaten Kutai Timur, Kaltim KEK & KI BITUNG Kota Bitung, Sulawesi Utara KEK & KI PALU Kota Palu, Sulawesi Tengah Jalan Tol Manado-Bitung (1 T) Persiapan Pembangunan KA Manado-Bitung (100 M) Pembangunan PLTP Lahendong V&VI (FTP 2) 2x20 MW (2017/2018) PLTG/GU/MG Minahasa Peaker 150 MW (2018) KI BULI KEK MOROTAI Kab. Pulau Morotai, Maluku Utara KEK SORONG Keterangan: KEK TANJUNG API- API Kab. Banyuasin, Sumatera Selatan KI TANGGAMUS KEK TANJUNG LESUNG Kab. Pandeglang, Banten Lokasi KEK yang telah ditetapkan sampai 2014 Lokasi KEK 2014-2019 Lokasi 14 Kawasan Industri Lokasi Kawasan Industri Prioritas KI KETAPANG KI JORONG KEK MAKASSAR KEK MANDALIKA Kab. Lombok Tengah, NTB KI BATULICIN Preservasi Jalan Bantaeng Bulukumba (1,2 M) Pembangunan PLTMG Wajo 20 MW (2017) KI MOROWALI KI BANTAENG KI KONAWE KEK NTT Maluku KI TELUK BINTUNI Pemb. Jalan Sausafor Saukorem/Saubeba Wau (40 M) Pembangunan Jembatan Arar CS (12 M) Peningkatan Struktur Jalan Aimas - Pel. Arar Sorong (75 M) KEK MERAUKE Peningkatan Struktur Jalan Makbon Mega/Malaumkarta (82 M) Rekostruksi Jalan Sorong Makbon (24,7 M) Preservasi Jalan Bohonsuai Bungku (5 M) Pelebaran Jalan Pelabuhan Bungku - Kawasan Industri (8 M) Rekonstruksi Jalan Bahadopi Batas Sultra (36,6 M) Pembangunan Bandara Morowali (143 M) Pembangunan PLTU Ampana 2x3 MW (2017) Pembangunan PLTMU Luwuk 40 MW (2017) Pembangunan Transmisi 150 kw Poso-Ampana (2017) 9
Tantangan dan solusi sistem logistik di Indonesia 10
Tantangan perencanaan di Indonesia (1/2) Kota memiliki produk rencana legal? Input Kualitas input (data) tidak baik Tidak menggunakan satu data Perencanaan bersifat sektoral Kualitas input kurang baik Proses Tidak HITS Tidak ada prioritas Tidak ada prioritas kegiatan Belum dilengkapi skema pendanaan yang tepat untuk setiap kegiatan Keberhasilan pembangunan tidak dapat diukur Rencana Pengendalian RPJM vs RTRW, tidak serasi Tidak ada prioritas Tidak ada skema pendanaan Perangkat pengendalian belum kuat 11
Tantangan perencanaan di Indonesia (2/2) a) Dokumen perencanaan yang tidak terintegrasi dengan pembangunan infrastruktur b) Pengembangan kawasan/penggunaan lahan yang tersebar, termasuk permukiman yang terletak jauh dari pusat kota/cbd c) Jaringan infrastruktur yang belum terintegrasi antar pusat kegiatan d) Urban sprawl Ilustrasi diambil dari Johannesburg Spatial Development Framework 2040 Sumber: City of Johannesburg: Department of Development Planning, 2016 12
Proses Pembangunan Ideal 13
Strategi Avoid Shift Improve: Pengembangan Konektivitas Transportasi Perkotaan Pengembangan transportasi perkotaan perlu dilakukan terpadu dengan dukungan angkutan umum massal dan fasilitas infrastruktur Transit Oriented Development serta pemanfaatan perkembangan teknologi. AVOID Reducing the need to travel and avoid unnecessary trip Manajemen perjalanan dengan pengaturan tata kota dengan konsep mixed use Pengembangan Infrastruktur Transit Oriented Development (TOD) Benefit: Pengurangan waktu tempuh, peningkatan kualitas udara, kesehatan, keselamatan, dan lainnya SHIFT Promote Shifting to Public Transport with Inclusive Design Meningkatkan penggunaan Angkutan umum, Pedestrian, dan Sepeda Pembangunan Angkutan Umum Benefit: Mengurangi kemacetan dan pemerataan akses aktivitas, pengurangan polusi dan keselamatan. IMPROVE Increasing the energy efficiency of vehicles, fuels and transport operations Teknologi hemat energi (bahan bakar) Intelligent Transportation Systems (ITS) Development Benefit: Meningkatkan penggunaan energi terbarukan, produktivitas, dan keterjangkauan. 14
Transit Oriented Development (TOD): peningkatan efisiensi logistik perkotaan Transportasi dan tata ruang merupakan hal yang saling berkaitan satu dengan lainnya. Urban sprawling menerus perlu dihentikan dengan pengembangan Transit Oriented Development (TOD) terpadu dengan infrastruktur angkutan massal perkotaan. KONDISI SAAT INI KONDISI IDEAL Urban Sprawling Kerugian: Ketidak efisienan perjalanan; Dampak negatif pada daya dukung lingkungan (resepan air, energi) Pusat Kota Terjadi urban sprawling dimana masyarakat menengah ke bawah semakin terpinggirkan akibat ketidak mampuan untuk mengakses hunian dikarenakan harga tanah dan hunian yang tinggi di tengah kota. Masyarakat menengah kebawah semakin banyak menanggung beban karena harus menanggung biaya transportasi akibat dari tinggal jauh dari pusat aktivitas di tengah kota. Konsep Pembangunan Vertikal dengan sistem ToD (Transit Oriented Development) Adanya penyesuaian Koefisien Dasar Bangunan (KDB) dan Koefisien Lantai Bangunan (KLB) Pusat Kota Transportasi Publik Stasiun/terminal Transportasi Publik Konsolidasi vertikal perlu didorong karena sangat efisien dalam pemanfaatan lahan yang jumlahnya relatif tetap dihadapkan dengan kebutuhan akan hunian yang terus meningkat. Pembangunan tersebut harus dapat dialokasikan pada lokasi yang terkoneksi 15 baik dengan transportasi publik dan pusat kegiatan ekonomi.
Transit Oriented Development (TOD): peningkatan efisiensi logistik perkotaan Penentuan dan penetapan lokasi kawasan TOD sebagai masukan penyusunan Kajian yang harus dilakukan antara lain: a) Pengembangan sistem transportasi massal dalam lingkup regional dan lokal, serta sarana penunjang b) Kebutuhan dan arah pengembangan kota/kawasan perkotaan, strategi pembiayaan pembangunan c) Lingkungan hidup (kemampuan dan kesesuaian lahan serta kerentanan dan risiko bencana) d) Daya dukung prasarana kawasan e) Karakteristik pemanfaatan ruang kota (ketersediaan ruang/tanah, status tanah, dan perizinan) f) Kondisi sosial ekonomi masyarakat *sesuai dengan Permen PUPR Nomor 17 Tahun 2009 *sesuai dengan Permen ATR/BPN Nomor 16 Tahun 2017 16
Kesimpulan 17
Memperkuat City Logistics Menyusun perencanaan berbasis compact city Memastikan seluruh dokumen perencanan (RTRWK dan RDTRK) sudah mengakomodir kebijakan city logistics dalam struktur dan pola pemanfaatan ruangnya Memastikan seluruh program terncantum dalam RPJMD dan RKPD Sumber: ITDP, 2014 18
Terima kasih perkim@bappenas.go.id 19