BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya dengan tumbuhan berkhasiat, sehingga banyak dimanfaatkan dalam bidang pertanian, kesehatan, dan industri. Umumnya pengetahuan masyarakat tentang khasiat tanaman obat di Indonesia hanya didasarkan pada pengalaman empiris yang diwariskan secara turun temurun dan belum teruji secara ilmiah. Untuk itu diperlukan penelitian tentang obat tradisional sehingga nantinya obat tersebut dapat digunakan berdasarkan data yang lebih akurat dan ilmiah (Soediro, 1998). Penggunaan obat-obatan tradisional khususnya dari tumbuh-tumbuhan untuk membantu meningkatkan kesehatan masyarakat sudah cukup meluas. Salah satu jenis tumbuhan yang dapat digunakan sebagai obat adalah pepaya. Pepaya adalah pohon yang berasal dari genus Caricaceae dengan nama ilmiah Carica papaya Linn (sukardiman, 2006). Herba ini secara tradisional dapat digunakan untuk pengobatan penyakit demam, penambah nafsu makan, keputihan, jerawat, menambah air susu, serta mengobati sakit gigi dan juga digunakan untuk memerangi penyakit kanker. Pepaya berfungsi membantu pengaturan asam amino dan membantu mengeluarkan racun tubuh. Dengan cara ini, sistem kekebalan tubuh dapat ditingkatkan. Pepaya memiliki sifat antiseptik dan membantu mencegah perkembangbiakan bakteri yang merugikan di dalam usus. Pepaya membantu menormalkan ph usus sehingga keadaan flora usus pun menjadi normal. Adanya kandungan karpain pada daun dan buah pepaya juga dapat memperlancar pencernaan dan membunuh mikroorganisme yang mengganggu pencernaan kita (Yahya, 2012). Khasiat tanaman pepaya antara lain sebagai antiinflamasi dari ekstrak etanol akar pepaya (Adjirni dan Sa roni 2006), efek spermisid (antifertilitas) dari ekstrak biji pepaya (Ilyas dkk), anti kanker dari ekstrak daun pepaya (Sukardiman dan Ekasari 2000), peningkatan kemampuan belajar pada tikus Wistar yang diberi ekstrak daun pepaya (Rachmawati 2007) dan buah pepaya sebagai obat kerusakan hati (Hembing 2008). Penelitian Sukardiman (2000) menunjukkan bahwa ekstrak 1
2 metanol daun pepaya memiliki aktivitas inhibisi terhadap enzim DNA Topoisomerase II, suatu enzim yang berperan penting dalam proses replikasi, transkripsi, rekombinasi DNA, dan poliferasi dari sel kanker. Pemanfaatan tumbuhan pepaya telah banyak digunakan oleh masyarakat indonesia sebagai obat tradisional karena mempunyai banyak manfaat. Dalam daun pepaya terkandung senyawa alkaloid karpain, caricaksabtin, violaksantin, papain, saponin, flavonoida, politenol dan saponin yang salah satunya mempunyai aktivitas antibakteri (Sofowora, 1982, 1984). Secara empiris tanaman pepaya memang sudah banyak dimanfaatkan dalam pengobatan. Akar pepaya sering dimanfaatkan sebagai obat cacing, diuretik, kandung kemih, sakit persendian dan pegal-pegal. Senyawa yang terkandung dalam akar papaya diantaranya alkaloid, saponin, polifenol, dan flavonoid (Hutapea, 1991). Tanaman pepaya (Carica papaya L) juga mengandung senyawa yang berfungsi sebagai antibakteri diantaranya alkaloid karpain, glukotropaeolin, dan benzil isotio sianat (Jzou et al., 2003). Infeksi merupakan masalah untuk kesehatan yang banyak dijumpai pada kehidupan sehari-hari. Kasus infeksi disebabkan oleh bakteri atau mikroorganisme patogen, mikroba masuk ke dalam jaringan tubuh dan berkembang biak di dalam jaringan (Waluyo, 2004). Salah satunya bakteri yang dapat menyebabkan infeksi tersebut adalah Staphylococcus aureus (Jawetz et al., 2005). Staphylococcus aureus merupakan bakteri coccus Gram positif yang ditemukan sebagai flora normal pada kulit dan selaput lender manusia, memiliki dinding sel yang tebal sehingga tahan terhadap bahan kimia dan pengaruh suhu, tahan terhadap kondisi kering, panas (tahan pada suhu 50 0 C selama 30 menit) dan Natrium Klorida 9% (Jawetz, 2005). Staphylococcus aureus merupakan pathogen utama pada manusia yang dapt menginfeksi setiap jaringan maupun alat tubuh manusia dan dapat menimbulkan gejala yang khas yaoti peradangan, nekrosis dan membentuk abses, infeksinya berupa furunkel yang ringan pada kulit sampai terjadi piemia yang fatal (Syarurrachman,2001) Dalam pengobatan penyakit infeksi, salah satu masalah serius yang dihadapi adalah terjadinya resistensi bakteri terhadap antibiotik yang digunakan
3 (Volk dan Wheeler,1993). Dengan berkembangnya populasi bakteri yang resisten, maka antibiotik yang pernah efektif untuk mengobati penyakit-penyakit tertentu kehilangan nilai kemoterapeutiknya. Sejalan dengan hal tersebut, jelas bahwa ada kebutuhan yang terus-menerus untuk mengembangkan obat-obat baru dan berbeda untuk menggantikan obat-obat yang telah menjadi tidak efektif (Pelczar dan Chan, 1988). Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Oladimeji dkk. (2007), ekstrak etanol daun pepaya memiliki aktivitas antibakteri secara in vitro terhadap bakteri Bacillus subtilis, Staphylococcus aureus, Escherichia coli, Salmonella typhi, dan Klebsiella pneumoniae dengan metode difusi padat cakram berdiameter 6 mm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kadar 1,5% dan 3% ekstrak etanol daun pepaya mampu menghambat pertumbuhan bakteri Bacillus subtilis dengan zona hambat masing-masing 12,0 mm dan 13,0 mm, pada Staphylococcus aureus memiliki zona hambat yaitu 13,0 mm dan 15,0 mm, pada Escherichia coli memiliki zona hambat yaitu 10,0 mm dan 11,0 mm, pada Salmonella typhi memiliki zona hambat yaitu 11,0 mm dan 11,5 mm, dan pada Klebsiella pneumoniae memiliki zona hambat yaitu 10,0 mm dan 10,5 mm. Hasil dari studi tentang salah satu bagian aktivitas biologis carica papaya L, ekstrak dan senyawa terisolasi menunjukkan bahwa ekstrak pada daun menunjukkan sifat bakteriostatik terhadap Staphylococcus aureus, Escherichia coli, Salmonella typhy, Bacilus subtilis dan Entamoeba histolytica secara in vitro (Emeruwa, 1982). Daughari et al. (2007) telah meneliti tentang aktivitas antibakteri dari akar pepaya (C. papaya L) terhadap berbagai bakteri patogen dengan metode difusi cakram. Akar pepaya diekstraksi menggunakan air dan pelarut organik (metanol dan aseton). Ekstrak air tidak menunjukkan aktivitas antibakteri yang signifikan, sedangkan ekstrak metanol mempunyai aktivitas antibakteri yang paling tinggi pada semua bakteri uji baik Gram positif maupun Gram negatif. Nilai Minimum Inhibitory Concentration (MIC) dan Minimum Bactericidal Concentration (MBC) dari ekstrak antara 50-250 mg/ml. Hasil skrining fitokimianya menunjukkan bahwa ekstrak metanol akar pepaya (C. papaya L) mengandung senyawa alkaloid, tannin, saponin, glikosida, dan fenol.
4 Berdasarkan penelitian penelitian sebelumnya dan teori- teori dari beberapa literature yang menyatakan bahwa daun dan akar papaya memiliki aktivitas antibakteri yang telah dipaparkan diatas sehingga saya tertarik untuk melakukan penelitian terhadap zat-zat kimia yang terkandung pada daun dan akar papaya untuk membuktikan aktivitas antibakteri dalam menghambat pertumbuhn bakteri Staphylococcus aureus. Tujuannya untuk melakukan perbandingan aktifitas dan efektifitas daun dan akar papaya dalam menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan. 1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimana aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun dan akar Carica papaya Linn terhadap bakteri Staphylococcus aureus secara in vitro? 2. Bagaimana perbandingan potensi aktivitas antibakteri antara daun dan akar Carica papaya Linn terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus secara in vitro? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini, antara lain adalah sebagai berikut 1. Untuk mengetahui efek antibakteri dari ekstrak etanol daun dan akar pepaya (Carica papaya Linn) terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus secara in vitro 2. Untuk mengetahui Kadar Hambat Minimal (KHM) dan KBM dari ekstrak etanol daun dan akar pepaya (Carica papaya L.) dalam menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus secara in vitro. 3. Untuk mengetahui perbandingan aktivitas antibakteri antara ekstrak etanol daun dan akar pepaya terhadap menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus secara in vitro.
5 1.4 Hipotesis 1. Ekstrak etanol daun dan akar pepaya (Carica papaya L.) memiliki efek antibakteri terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus secara in vitro. 2. Adanya perbedaan potensi antibakteri dari ekstrak etanol daun dan akar pepaya (carica papaya L.) dalam menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus secara in vitro. 1.5 Manfaat Penelitian Dari penelitian ini dapat diketahui khasiat dari Carica papaya Linn yaitu sebagai obat antibakteri Staphylococcus aureus dengan efek samping yang ringan, ekonomis, dan efektif dalam membunuh bakteri Staphylococcus aureus.