BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada 17 Januari 2016 di UD.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 3 METODE PENELITIAN. Usman beralamat di GG. Nusantara 1-3 Kecamatan Cerme Kabupaten Gresik dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Persiapan Benur Udang Vannamei dan Pengemasan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli Benih ikan patin siam di

Pengemasan benih udang vaname (Litopenaeus vannamei) pada sarana angkutan udara

Pengemasan benih udang vaname (Litopenaeus vannamei) pada sarana angkutan darat

II. BAHAN DAN METODE

Pengemasan benih udang vaname (Litopenaeus vannamei) pada sarana angkutan udara

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Alat dan Bahan 2.2 Tahap Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama dua bulan pada bulan September-Oktober 2013,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Pengemasan benih ikan nila hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) pada sarana angkutan udara

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan bulan Agustus sampai September 2011 bertempat di

III. METODE PENELITIAN

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Tahap Penelitian 2.2 Prosedur Kerja Penelitian Pendahuluan Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan Selama Pemuasaan

II. BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE

II. BAHAN DAN METODE

II. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan Agustus

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2012 hingga Februari 2013

II. METODELOGI 2.1 Waktu dan Tempat 2.2 Alat dan Bahan 2.3 Tahap Penelitian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan Bulan Januari sampai Maret 2012 bertempat di

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilakukan selama 2 bulan pada bulan Februari-April 2015,

III. METODE PENELITIAN. Tabel 1. Alat dan Bahan yang digunakan dalam penelitian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 03 Februari sampai dengan 17

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Haliman dan Adijaya (2005), klasifikasi udang vannamei

MODUL: PEMANENAN DAN PENGEMASAN

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE

BAHAN DAN METODE. = data pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j µ = nilai tengah data τ i ε ij

BAHAN DAN METODE. 3.1 Waktu dan tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Agustus 2009 di Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) Jambi.

Benih udang vaname (Litopenaeus vannamei) kelas benih sebar

BAB III BAHAN DAN METODE

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai Maret 2014 bertempat

II. METODE PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE

III. METODOLOGI. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei - Juni 2013 di Balai Benih Ikan (BBI)

Produksi benih ikan patin jambal (Pangasius djambal) kelas benih sebar

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Budidaya Perairan Fakultas

3 METODOLOGI. 3.3 Tahap dan Prosedur Penelitian Penelitian ini terdiri dari persiapan penelitian, penelitian pendahuluan, dan penelitian utama.

BAB III BAHAN DAN METODE

II. METODOLOGI 2.1 Waktu dan Tempat 2.2 Tahap Penelitian 2.3 Alat dan Bahan Alat dan Bahan untuk Penentuan Kemampuan Puasa Ikan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Maret 2014 di

Penanganan induk udang windu, Penaeus monodon (Fabricius, 1798) di penampungan

BAB III BAHAN DAN METODE

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai April 2015 selama 50

METODE PENELITIAN. M 1 V 1 = M 2 V 2 Keterangan : M 1 V 1 M 2 V 2

Produksi benih udang vaname (Litopenaeus vannamei) kelas benih sebar

BAB III BAHAN DAN METODE

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan September-Oktober 2011 bertempat di. Balai Budidaya Ikan Hias, Natar, Lampung Selatan.

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III METODE PENELITIAN. tepung ikan gabus (Channa striata, BLOCH) pada pakan komersial terhadap

BAB III BAHAN DAN METODE

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Juni 2012 di Laboratorium

SNI : Standar Nasional Indonesia. Benih ikan patin siam (Pangasius hyphthalmus) kelas benih sebar

TEKNIK PEMBIUSAN MENGGUNAKAN SUHU RENDAH PADA SISTEM TRANSPORTASI UDANG GALAH (Macrobrachium rosenbergii) TANPA MEDIA AIR 1

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dan Pengembangan Budidaya Ikan Hias, Depok Jawa Barat.

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Rancangan Percobaan 2.2 Prosedur Kerja Persiapan Wadah Ukuran dan Padat Tebar

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Prosedur kerja Kemampuan puasa ikan Tingkat konsumsi oksigen Laju ekskresi amoniak

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan September sampai dengan bulan Nopember

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Prosedur Penelitian Bahan dan Alat Persiapan Wadah Pemeliharaan Ikan Uji Rancangan Pakan Perlakuan

II. BAHAN DAN METODE

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada tanggal 26 Maret - 25 April 2012 di Laboratorium

BAB III BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Deskripsi. METODA PRODUKSI MASSAL BENIH IKAN HIAS MANDARIN (Synchiropus splendidus)

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Aquatik, Fakultas

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan dari bulan Juli hingga Agustus 2011 yang bertempat di

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei sampai Juli 2014, di Laboratorium Budidaya

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan mulai tanggal 10 Mei 30 Juni 2013 selama 50

PRODUKSI BENIH UDANG VANAME (LITOPENAEUS VANNAMEI) KELAS BENIH SEBAR

BAHAN DAN METODE. Percobaan 1. Pengaruh pemberian bahan aromatase inhibitor pada tiga genotipe ikan nila sampai tahap pendederan.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada 2 Oktober sampai 10 November 2014,

SNI : Standar Nasional Indonesia. Benih Ikan Bandeng (Chanos chanos Forskal) kelas benih sebar

II. BAHAN DAN METODE

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei Juni Lokasi penelitian di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan Pada bulan Februari - Maret 2015 di Balai

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan selama 40 hari pada bulan Agustus sampai dengan

BAB III METODE PENELITIAN

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat Metode Penelitian

III. METODOLOGI. Penelitian dilakukan selama 40 hari dari bulan Februari sampai dengan Maret. Bahan yang digunakan dalam penelitian antara lain:

III. METODE KERJA. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Besar Perikanan Budidaya Laut

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

MODUL: PEMANENAN DAN PENGANGKUTAN

PENGARUH UMUR LARVA IKAN NILA (OREOCHROMIS NILOTICUS) TERHADAP TINGKAT KEBERHASILAN PEMBENTUKAN SEL KELAMIN JANTAN RINDHIRA HUMAIRANI Z¹, ERLITA¹

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei - Juli 2014, di Laboratorium Budidaya

II. BAHAN DAN METODE

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Januari April 2014 di Laboratarium Budidaya. Perikanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

BUDIDAYA LELE DENGAN SISTEM BIOFLOK. drh. Adil Harahap dokadil.wordpress.com

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE. 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di PT. Peta Akuarium, Bandung pada bulan April hingga Mei 2013.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Tabanan, Provinsi Bali pada tanggal 17 Februari 28 Februari 2014.

BAB III BAHAN DAN METODE

II. BAHAN DAN METODE

Transkripsi:

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada 17 Januari 2016 di UD. Populer yang terletak di Jalan Raya Cerme Lor no. 46, Kecamatan Cerme Kabupaten Gresik dan Laboratorium Budidaya Perikanan Universitas Muhammadiyah Gresik. 3.2 Peralatan dan Bahan Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 2 berikut. Tabel 2. Peralatan yang digunakan selama kegiatan penelitian No Alat Jumlah Fungsi 1 Loyang plastik 12 buah Wadah penampungan 2 Kantong plastik 12 buah Wadah penelitian 3 Karet gelang 1 kg Mengikat plastik kemasan 4 Refraktometer 1 buah Mengukur salinitas 5 Thermometer 1 buah Mengukur suhu 6 ph meter 1 buah Mengukur ph 7 DO meter 1 buah Mengukur tingkat oksigen 8 Handcounter 1 buah Menghitung benur 9 Styrofoam 3 buah Penyimpanan sample 10 Lakban 1 buah Mengikat penutup stryofoam 11 Skopnet 1 buah Takaran benur 12 Kamera digital 1 buah Mendokumentasikan penelitian 13 Tabung oksigen 1 buah Memberi oksigen dalam kantong 14 Seser kecil 1 buah Mengambil benur 15 Alat tulis 1 paket Mencatat data penelitian 16 Alat simulasi 1 unit Sebagai alat simulasi transportasi 17 Lup 1 unit Untuk melihat kualitas udang 18 Mobil 1 unit Sarana pengangkutan benur Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3 berikut. 22

Tabel 3. Bahan yang digunakan dalam kegiatan penelitian No Bahan Jumlah Fungsi 1 Benur vannamei PL 15 12.000 ekor Sampel penelitian 2 Karbon aktif 1 kg Bahan uji penelitian 3 Air bersih 25 liter Media hidup sampel penelitian 4 Koran 1 bendel Membugkus es batu 5 Es batu 1 balok Menetralisir suhu 3.2.1 Wadah penelitian Wadah yang digunakan dalam penelitian ini adalah kantong plastik merek polyprophilen dengan ukuran ketebalan 0,03 cm, lebar 20 cm, dan panjang 50 cm. Kapasitas air yang dapat di tampung dalam setiap wadah sampel sebanyak 1 liter. Wadah utama adalah box dari bahan Styrofoam berukuran 35 cm x 60 cm x 20 cm untuk penempatan benur udang vannamei yang telah dikemas dalam kantong plastik. 3.2.2 Sampel penelitian Sampel pengujian yang digunakan dalam penelitian ini adalah benur udang vannamei (Litopenaeus Vannamei) sebanyak 12.000 ekor yang diperoleh dari hatchery UD. Populer Kecamatan Cerme Kabupaten Gresik. Setiap wadah kantong plastik diisi benur udang vannamei (Litopenaeus vannamei) sesuai perlakuan yaitu 1000 ekor tiap kantong plastik. 3.3 Perlakuan dan Rancangan Percobaan Rancangan percobaan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan empat perlakuan dengan masingmasing perlakuan terdiri dari tiga ulangan. Untuk menentukan dosis yang efektif, terlebih dahulu dilakukan penelitian pendahuluan. Penelitian pendahuluan ini dilakukan empat perlakuan. Penentuan dosis menurut 23

penelitian Ardiyanti (2007) menunjukkan pemberian arang aktif sebanyak 10 g/l pada pengangkutan ikan coridoras ukuran 2 g dengan kepadatan 20 ekor/l dapat menghasilkan SR sebesar 100%. Penentuan dosis dilakukan uji pendahuluan terlebih dahulu dengan perlakuan 5 gram, 10 gram, 15 gram, 20 gram dan tanpa perlakuan sebagai kontrol. Hasil uji pendahuluan dosis 10 gram merupakan dosis terbaik sehingga pada penelitian utama menggunakan perlakuan sebagai berikut: K : kepadatan 1000 ekor/l tanpa penambahan karbon aktif A : kepadatan 1000 ekor/l +5 gram karbon aktif B : kepadatan 1000 ekor/l +10 gram karbon aktif C : kepadatan 1000 ekor/l +15 gram karbon aktif Penggunaan kepadatan 1000 ekor/liter merupakan kepadatan yang digunakan menurut SNI untuk transportasi benur. 3.4. Prosedur Penelitian 3.4.1. Persiapan Tahap persiapan yang dilakukan diawali dengan persiapan alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian yang sebelumnya telah disterilkan. Kantong plastik sebagai wadah untuk pengemasan benur udang vannamei (Litopenaeus vannamei), dipersiapkan terlebih dahulu sebanyak 12 potong dengan mengikat salah satu ujungnya dengan menggunakan karet gelang. 3.4.2. Desain penelitian Penempatan wadah penelitian dilakukan secara acak seperti pada Gambar 5 di bawah ini 24

K1 A3 K2 A2 K3 A1 B2 C3 B1 C2 B3 C1 Gambar 5. Peletakan sampel penelitian dalam wadah sterofoam Keterangan: aktif K1,2,3 : Kepadatan 1000 ekor/l tanpa penambahan karbon A1,2,3 : Kepadatan 1000 ekor/l +10 gram karbon aktif B1,2,3 : Kepadatan 1000 ekor/l +15 gram karbon aktif C1,2,3 : Kepadatan 1000 ekor/l +20 gram karbon aktif 3.4.3. Pelaksanaan Penlitian 25

Menyiapkan alat dan bahan Kantong plastik diisi air dan karbon sesuai dosis Dilakukan pengukuran kualitas air Dimasukkan styrofoam Kantong diberi label Benur Dimasukkan dalam kantong plastik Kantong plastik diisi oksigen Styrofoam diberi es batu yang ditaruh dalam koran Styrofoam di lakban Analisis data Penghitungan SR, Kualitas benur dan kualitas air Kotak styrofoam diangkut selama 14 jam Gambar 6. Skema Alur Pelaksanaan Penelitian Benur yang digunakan adalah benur udang vaname PL15 yang didapat dari tempat pendederan udang vaname di UD. Populer di Jalan Raya Cerme Lor no. 46, Kecamatan Cerme Kabupaten Gresik. Pengambilan sampel benur udang vannamei (Litopenaeus vannamei), dilakukan pukul 07.00 WIB untuk 14 jam perjalanan. Benur yang telah terseleksi sebagai sampel dalam penelitian ini dikemas dalam kantong plastik dengan volume air 1 liter. Sebelum dimasukkan ke dalam kantong plastik, benur terlebih dahulu dipuasakan. Benur udang vannamei (Litopenaeus vannamei), dihitung dengan menggunakan alat berupa handcounter. Penghitungan benur dilakukan dengan dengan metode sampling. Dimana benur yang berasal dari UD. 26

Populer, ditampung dalam bak fiber. Selanjutnya benur udang vannamei diambil dengan menggunakan skop net dengan kapasitas 1000 ekor/skop net. Benur udang vannamei yang terambil oleh skop net kemudian dimasukkan ke dalam bak plastik dan selanjutnya dihitung dengan menggunakan handcounter sesuai perlakuan yang dilakukan. Setelah dihitung benur udang vannamei (Litopenaeus vannamei) dimasukan ke dalam kantong plastik. Setelah itu karbon aktif sesuai dosis yang ditentukan dimasukkan ke dalam kantong plastik. Selanjutnya ditambahkan oksigen ke dalam kantong plastik tersebut. Perbandingan oksigen dan air adalah 3 : 1. Kemudian bagian terbuka dari kantong plastik diikat dengan menggunakan karet gelang dan dimasukan ke dalam kotak Styrofoam, yang terlebih dahulu kantong plastik diberi label sebagai tanda perbedaan perlakuan yang dilakukan. Diberi label pada masing masing kantong plastik yang berisi benur udang vannamei selanjutnya kantong plastik tersebut dimasukkan ke dalam kotak Styrofoam. Kantong plastik yang berisi benur diletakan dalam posisi berdiri dalam kotak Styrofoam, yang diacak sesuai dengan pengacakan Rancangan Acak Lengkap. Selanjutnya pada bagaian sudut sudut kotak Styrofoam diletakkan potong es batu yang telah dibungkus dengan kertas koran agar tidak cepat mencair. Setelah kantong plastik tersusun dengan rapi selanjutnya kotak Styrofoam ditutup dan diikat dengan menggunakan lakban sehingga kantong plastik aman selama pengangkutan. Masing masing kotak diberi label sebagai penanda pengambilan sampel data. Selanjutnya kotak Styrofoam diangkut menggunakan mobil pik up selama 14 jam. 27

Perjalanan 14 jam dilakuakan selanjutnya Styrofoam yang berisi benur dibuka dan dilakukan penghitungan dan pengukuran kualitas air. Pengecekan dilakukan secara visual dengan mengamati kantong benur ada yang rusak atau bocor dan juga mengamati benur yang berada dalam kantong benur. Penghitungan benur kembali atau biasa disebut hitungan tambak dilakukan dengan menghitung jumlah benur yang mati pada masing masing kantong plastik sesuai perlakuan. Penghitungan dilakukan dengan memasukkan benur udang vannamei ke dalam loyang yang selanjutnya diamati kondisi benur udang vannamei tersebut. Benur udang vannamei (Litopenaeus vannamei), yang mati ditandai dengan mengapungnya udang vannamei tersebut pada permukaan air dalam loyang. Pengukuran parameter kualitas air berupa suhu, ph, salinitas, DO dan amoniak dilakukan sebelum benur udang vannamei dimasukkan kedalam loyang, dimana saat kantong plastik dibuka ikatannya. 3.5 Parameter Penelitian 3.5.1 Parameter utama Parameter Utama yang diteliti adalah tingkat kelangsungan hidup. Penghitungan kelangsungan hidup benur udang vaname pada masingmasing perlakuan dilakukan dengan menghitung jumlah PL udang pada awal dan PL udang yang hidup sampai akhir penelitian. Tingkat kelangsungan hidup dihitung dengan rumus menurut Effendie (2003). SR = Nt x 100 % No Keterangan : SR : tingkat kelangsungan hidup (%) 28

No : jumlah PL awal penelitian (ekor) Nt : jumlah PL akhir penelitian (ekor) Kriteria benur sehat dapat diketahui dengan melakukan observasi berdasarkan pengujian visual mikroskopik dan ketahanan benur. Hal tersebut dapat dilihat dari warna,ukuran panjang dan bobot sesuai umur PL. Kulit dan tubuh bersih dari organisme parasit dan patogen, tidak cacat tubuh, tidak pucat, gesit, merespon cahaya, bergerak aktif, dan menyebar di dalam wadah (Haliman dan Adijaya 2005). Hendrajat dan Erfan (2003), menyatakan bahwa kriteria benur yang sehat dapat diketahui dengan melakukan observasi berdasarkan pengujian visual dan pengujian mikroskopis. Pengujian visual (kasat mata) benur meliputi aktivitas, kondisi sirip dan ekor, kecepatan pertumbuhan serta keseragaman. Benur yang baik berwarna bening memanjang kecoklatan, benur yang tidak sehat dicirikan dengan warna putih coklat, hitam dan kemerahan pada bagian tertentu. Pengujian mikroskopis yaitu pengujian yang bersifat mikro atau bisa dilihat dengan alat mikroskop. Secara mikroskopis benur berkualitas baik pada seluruh permukaan kulitnya terlihat bersih. Hal tersebut menunjukan bahwa benur mengalami moulting secara periodik. Benur yang berkualitas jelek terlihat lemah dan pada permukaan kulitnya berwarna coklat keputihan. Hal tersebut disebabkan infeksi jamur yang menempel pada permukaan kulit benur vannamei. Adapun menurut Ruliaty L dkk (2014), kriteria skoring penilaian kualitas benur dengan pengambilan 10% dari sampel. Pada penelitian ini menggunakan 10% dari sampel yaitu 100 ekor benur. Kemudian yang diamati yaitu gerakan berenang, fototaksis, respon terhadap pakan, 29

pengamatan bentuk tubuh (kelengkapan organ, warna benih dan pengamatan melawan arus), dan uji salinitas. Gerakan Berenang dapat dilihat dengan banyaknya benur menempel di dinding wadah pengamatan. Pengamatan gerakan benih di bak untuk melihat langsung gerakan benih di bak pada umumnya gesit atau tidak. Benih yang baik gerakannya lurus menantang arus aerasi. Benih dengan gerakan berenang aktif >95% mendapatkan skor=10, sedang 70-95% skor=5, di dasar <70% skor=0. Pengamatan sifat fototaksis benih dilakukan dengan melihat pola populasi benih di bak. Benih yang baik akan cenderung banyak berkumpul di tempat arah datangnya cahaya. Penelitian dengan memberi cahaya senter pada bak sample. Benih yang Positif >95% skor=10, sedang 70-96% skor=5, negatif <70% skor=0 Pengamatan respon benih terhadap pakan dilakukan dengan menebar pakan buatan yang berbentuk tepung dan kering pada permukaan air. Benih yang responsif terhadap pakan, maka ketika ditebar pakan, benih akan banyak naik berkumpul ke arah pakan di tebar. Nilai terhadap respon terhadap pakan Baik >95% skor=10, sedang 70-95% skor=5, jelek<70% skor=0 Pengamatan Bentuk tubuh benih udang windu dilakukan dengan cara mengambil sampel benih sebanyak 100 ekor pada tiap bak dan di tempatkan ke dalam beaker glas untuk memudahkan di dalam pengamatan. Pengamatan bentuk tubuh benih antara lain kelengkapan organ, warna benih dan gerakan melawan arus. Kelengkapan organ dilihat satu per satu pada 30

tiap benur udang. Jika jumlah spesies yang organ tubuhnya lengkap maka kualitas benur tinggi >95% di beri skor 10, sedang 70-95% skor=5, rendah <70% skor=0. Warna benih yang baik akan bening transparan, tidak berwarna pucat susu pada punggung dan tidak berwarna putih perak pada bola matanya. Jika jumlah udang denga warna benih bening transparan maka kualitas benur baik >95% dan diberi skor 10, sedang 70-95% skor=5, jelek <70% skor=0. 3. Pengamatan daya tahan benih terhadap arus dilakukan dengan mengambil 100 ekor benih dari tiap bak. Benih kemudian di tempatkan ke dalam baskom berwarna putih dengan volume air 2-5 liter. Benih yang baik, jika diputar air dalam baskom akan kelihatan melawan arus. Jumlah benih yang melawan arus sebanyak >95% akan di nilai baik dengan skor = 10, sedang 70 95% dengan skor 5 dan rendah <70% dengan skor = 0. Pengujian ketahanan terhadap salinitas dilakukan dengan mempersiapkan tempat dan personil yang akan melaksanakan uji. Mengambil benih dan dimasukan ke dalam ember penampung Mengambil air pemeliharaan dengan gayung, ditampung dalam ember plastik dan mencampur dengan air tawar (0 ppt) dengan jumlah yang sama dengan air media yang diambil. Perbandingan air media dan air tawar adalah 1:1. Memasukkan campuran air laut dan air tawar dalam ember yang akan digunakan sebagai tempat uji kemudian dicatat kadar garamnya Memasukkan benih ke dalam media uji sebanyak 100 ekor tiap ember dan pengamatan jam ke 0 dimulai. Pengamatan dilakukan selama 1 jam. Hitung SR benih pada tiap ulangan dan di bagi sesuai jumlah ulangan. Skor Benih: 31

SR >95%, skor = 10 SR 75-90%, skor = 5 SR < 75% = 0. Kriteria Benih Nilai pengamatan terhadap seluruh parameter di catat pada Form 01. Jumlah skor yang di dapatkan pada setiap pengamatan kemudian di jumlahkan. Hasil tersebut merupakan Kriteria Benih, dengan nilai : Baik = >60, Sedang = 30 60 dan Jelek = < 30. Untuk Formulir pengisisan data dapat dilihat di Tabel. 4 sebagai berikut: Tabel 4. Formulir Pengisian Skor Kriteria Kualitas Udang No Uraian Kriteria Skor 1 Gerakan berenang aktif >95% skor=10, sedang 70-95% skor=5, di dasar <70% skor=0 2 Fototaksis Positif >95% skor=10, sedang 70-96% skor=5, negatif <70% skor=0 3 Respon terhadap pakan Baik >95% skor=10, sedang 70-95% skor=5, jelek<70% skor=0 4 Kelengkapan organ Tinggi >95% skor=10, sedang 70-95% skor=5, rendah <70% skor=0 5 Warna tubuh Baik >95% skor=10, sedang 70-95% 6 Daya tahan terhadap arus skor=5, jelek <70% skor=0. Baik >95% skor=10, sedang 70-95% skor=5, jelek <70% skor=0. 7 Uji salinitas SR >95%, skor = 10 SR 75-90%, skor = 5 3.5.2 Parameter Penunjang SR < 75% = 0. Penghitungan parameter penunjang yang diamati dalam penelitian ini adalah oksigen terlarut dengan DO meter, ph dengan ph meter, temperatur dengan termometer dan amoniak dengan teskit amoniak. Pengukuran dilakukan sebelum dan sesudah pengangkutan. 3.6 Analisis Data Data yang telah diperoleh kemudian ditabulasi dan dianalisis menggunakan program SPSS 16, Analisis Ragam (ANOVA) dengan uji F 32

pada selang kepercayaan 90 %, digunakan untuk menentukan apakah perlakuan berpengaruh nyata terhadap kelangsungan hidup. Apabila berpengaruh nyata, untuk melihat perbedaan antar perlakuan akan diuji lanjut dengan menggunakan uji Duncan. 33