NOMOR 2 TAHUN 2006 SERI C

dokumen-dokumen yang mirip
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 33 TAHUN 2008

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA INDUSTRI

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA PENGELOLAAN SARANG BURUNG WALET

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN

PEMERINTAH KABUPATEN POSO

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 31 TAHUN 2007 TENTANG SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN TAHUN 2008 NOMOR 3

LEMBARAN DAERAH KOTA PEKANBARU PERATURAN DAERAH KOTA PEKANBARU NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN TAHUN 2009 NOMOR 16

P E R A T U R A N D A E R A H

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK TAHUN 2003 NOMOR 08 SERI B PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 08 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 24 TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI PERUNTUKAN PENGGUNAAN TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK,

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN

PENYELENGGARAAN IZIN LOKASI

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI IZIN BENGKEL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK,

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR : 20 TAHUN 2004 TENTANG RETRIBUSI IZIN PERUNTUKAN PENGGUNAAN LAHAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULANG BAWANG NOMOR 7 TAHUN 1999 T E N T A N G RETRIBUSI IZIN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKALIS NOMOR 09 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI IZIN PERUNTUKAN PENGGUNAAN TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Peraturan...

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 18 Tahun : 2013

BUPATI CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DI KABUPATEN CILACAP

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI IZIN GANGGUAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUDUS,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI IZIN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI PERPANJANGAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR : 8 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI PEMAKAIAN KEKAYAAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN,

Klik Dibatalkan dan Ditindaklanjuti dgn Instruksi Bupati No 8 Tahun 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 14 TAHUN 2002 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 10 TAHUN 2001 SERI B NOMOR 8 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 10 TAHUN 2001 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLUNGKUNG,

LEMBARAN DAERAH KOTA DUMAI NOMOR : 7, TAHUN : 2004 SERI : B NOMOR : 2 PERATURAN DAERAH KOTA DUMAI NOMOR 6 TAHUN 2004 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

RETRIBUSI TEMPAT PELELANGAN IKAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 43 TAHUN 2005 TENTANG RETRIBUSI IZIN PEMBORAN AIR BAWAH TANAH DAN IZIN PEMAKAIAN AIR BAWAH TANAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS NOMOR 7 TAHUN 2010 T E N T A N G RETRIBUSI IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKALIS NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI PARKIR DI TEPI JALAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 7 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA SUKABUMI PROVINSI JAWA BARAT Rancangan PERATURAN DAERAH KOTA SUKABUMI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 5 TAHUN 2009

1 of 5 02/09/09 11:36

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GUNUNGKIDUL,

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGGAI NOMOR 10 TAHUN 2009 T E N T A N G RETRIBUSI IZIN TRAYEK DAN IZIN USAHA ANGKUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 01 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI JASA PERIZINAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

PEMERINTAH KABUPATEN BOJONEGORO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN,

PERATURAN DAERAH KOTA MAKASSAR NOMOR 2 TAHUN 2006 PENGATURAN PERDAGANGAN BARANG BEKAS LAYAK PAKAI YANG BERASAL DARI LUAR KOTA MAKASSAR

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 14 TAHUN 2005 TENTANG

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

PEMERINTAH KABUPATEN REJANG LEBONG

L E M B A R AN D A E R A H KABUPATEN BALANGAN NOMOR 07 TAHUN 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 07 TAHUN 2006 T E N T A N G

PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA PERDAGANGAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 19 TAHUN 2005 TENTANG RETRIBUSI PARKIR DI TEPI JALAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI IZIN GANGGUAN

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 5 TAHUN 2004 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI KAWASAN PARIWISATA PANTAI WIDURI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI IZIN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI IZIN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 11 TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI PENJUALAN PRODUKSI USAHA DAERAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 5 TAHUN 2011 SERI C.3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PASAR

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR : 16 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI IZIN BIDANG INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KETAPANG NOMOR : 04 TAHUN 2000 T E N T A N G RETRIBUSI IJIN PERUNTUKAN PENGGUNAAN TANAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

BUPATI BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR TAHUN TENTANG RETRIBUSI IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG Nomor : 3 Tahun 2009 PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG

BUPATI NUNUKAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA

NOMOR : 10 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI PASAR GROSIR DAN/ATAU PERTOKOAN BUPATI PURWAKARTA,

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MOJOKERTO NOMOR TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI IZIN PERUNTUKKAN PENGGUNAAN TANAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT PELELANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLUNGKUNG,

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN SRAGEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II SRAGEN NOMOR 4 TAHUN 1999 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PEMAKAMAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

BUPATI PURWAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR : 15 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 22 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PENGENDALIAN MENARA TELEKOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUDUS,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK. Tahun. retribusi kewenangan. Daerah

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABALONG NOMOR 01 TAHUN 2014 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TABALONG,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI PENGUJIAN LAIK TANGKAP KAPAL PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PELALAWAN NOMOR 16 TAHUN 2003 TENTANG IZIN PEMANFAATAN KAYU PADA HUTAN RAKYAT DAN PADA TANAH MILIK

LEMBARAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 21 TAHUN 2012

Transkripsi:

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2006 SERI C PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI IZIN PENGELOLAAN SARANG BURUNG WALET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA SELATAN, Menimbang : a. bahwa burung walet yang bersarang baik di habitat alami maupun diluar habitat alami di wilayah Kabupaten Bangka Selatan merupakan satwa yang populasinya perlu dilindungi dan dilestarikan; b. bahwa sarang burung walet tersebut merupakan potensi alam yang mahal harganya dan telah dimanfaatkan manusia sebagai suatu bahan makanan yang berguna bagi kesehatan yang sejak lama diusahakan oleh masyarakat; c. bahwa untuk mencapai keselarasan dalam pengawasan, pelestarian satwa, penataan bangunan serta sekaligus guna meningkatkan pendapatan asli daerah, perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Retribusi Izin Pengelolaan Sarang Burung Walet; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209); 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Hayati dan Ekosistemnya ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3414);

3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3495); 4. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3685) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4048); 5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3699); 6. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3886); 7. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2000 tentang Pembentukan Propinsi Kepulauan Bangka Belitung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 317, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4033); 8. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4247); 9. Undang Undang Nomor 5 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Bangka Selatan, Kabupaten Bangka Tengah, Kabupaten Bangka Barat dan Kabupaten Belitung Timur di Propinsi Kepulauan Bangka Belitung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4268); 10. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389);

11. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548); 12. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 13. Peraturan Pemerintah Nomor 62 Tahun 1998 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintahan di Bidang Kehutanan Kepada Daerah(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 106, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3769); 14. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3952); 15. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4139); Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN dan BUPATI BANGKA SELATAN MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN TENTANG RETRIBUSI IZIN PENGELOLAAN SARANG BURUNG WALET

BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksudkan dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Bangka Selatan. 2. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 3. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah. 4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Bangka Selatan. 5. Bupati adalah Bupati Bangka Selatan. 6. Sekretaris Daerah adalah Sekretaris Daerah Kabupaten Bangka Selatan. 7. Instansi Teknis adalah instansi yang membidangi kehutanan. 8. Sarang burung walet adalah sarang-sarang burung yang terbuat dari air liur atau air ludah burung walet. 9. Pengelola adalah orang atau badan hukum yang mengelola sarang burung walet pada habitat alami atau diluar habitat alami. 10. Sarang burung walet di habitat alami adalah lingkungan tempat burung walet hidup dan berkembang secara alami. 11. Sarang burung walet di luar habitat alami adalah sarang burung walet yang dikelola oleh pengelola pada suatu bangunan dalam bentuk apapun juga yang sebagian atau seluruhnya diperuntukkan atau disediakan sebagai tempat untuk mengelola sarang burung walet. 12. Izin Pengelolaan sarang burung walet yang selanjutnya disebut izin adalah izin yang diterbitkan oleh Bupati bagi orang atau badan hukum yang mengelola sarang burung walet.

13. Retribusi Perizinan tertentu adalah retribusi atas kegiatan tertentu pemerintah daerah dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi, atau badan yang dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana, sarana, atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan. 14. Surat Ketetapan Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat SKRD adalah surat keputusan yang menentukan besarnya jumlah retribusi yang terhutang. 15. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Kurang Bayar Tambahan yang selanjutnya disingkat SKRDKBT adalah surat keputusan yang menentukan tambahan atas jumlah retribusi yang telah ditetapkan. 16. Surat Tagihan Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat STRD adalah surat untuk melakukan tagihan retribusi dan atau sanksi administrasi berupa bunga dan atau denda. 17. Kas daerah adalah kas Pemerintah Kabupaten Bangka Selatan. 18. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan, mengolah data dan atau keterangan lainnya untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban retribusi daerah dan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan. 19. Penyidikan tindak pidana di bidang retribusi daerah adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disebut Penyidik, untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tindak pidana di bidang retribusi yang terjadi serta menentukan tersangkanya.

BAB II TEMPAT PENGELOLAAN SARANG BURUNG WALET Pasal 2 (1) Tempat pengelolaan sarang burung walet berada di : a. habitat alami; b. di luar habitat alami. (2) Tempat pengelolaan sarang burung walet di luar habitat alami meliputi: a. rumah; b. bangunan lainnya. BAB III TATA CARA DAN PERSYARATAN PERIZINAN Pasal 3 (1) Setiap pengelola harus mendapat izin terlebih dahulu dari Bupati. (2) Permohonan izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada Bupati melalui instansi teknis. Pasal 4 (1) Izin Pengelolaan Sarang Burung Walet di luar habitat alami dapat diberikan setelah dilakukan pemeriksaan lokasi dan potensi yang dilengkapi dengan berita acara dan harus memenuhi ketentuan-ketentuan sebagai berikut : a. sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah; b. memiliki Izin Mendirikan Bangunan (IMB); c. memiliki Surat Izin Tempat Usaha (SITU) dan Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP); d. struktur bangunan sesuai standar kontruksi teknis yang berlaku; e. surat penyataan bersedia mendirikan bangunan yang memiliki nilai estetika. f. adanya surat pernyataan akan bertanggung jawab terhadap dampak pengelolaan sarang burung walet bagi kesehatan masyarakat sekitarnya;

g. adanya surat penyataan bersedia menyerap tenaga kerja dari masyarakat sekitarnya; h. tidak bertentangan dengan kepentingan umum, mengganggu keseimbangan dan kelestarian hutan, dan atau menyebabkan terjadinya kerusakan lingkungan. (2) Pemeriksaan lokasi dan potensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Pemerintah Daerah yang terdiri dari unsur-unsur : a. Instansi daerah di bidang kehutanan; b. Instansi daerah di bidang peternakan; c. Instansi daerah di bidang pekerjaan umum; d. Instansi daerah di bidang kesehatan; e. Unsur Staf pada Sekretariat Daerah yang membidangi pembangunan; f. Camat setempat; g. Lurah/Kades setempat. (3) Tata cara pemberian izin pengelolaan sarang burung walet sebagaimana dimaksud ayat (1) diatur lebih lanjut oleh Bupati. BAB IV MASA BERLAKU IZIN Pasal 5 (1) Masa berlaku izin ditetapkan selama 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang kembali. (2) Izin sebagaimana dimaksud dalam pasal 3, dinyatakan berakhir apabila : a. sudah habis masa berlakunya; b. dikembalikan oleh pemiliknya; c. dicabut atau dibatalkan oleh Bupati. BAB V NAMA, OBJEK, SUBJEK DAN GOLONGAN RETRIBUSI Pasal 6 Setiap pemberian izin pengelolaan sarang burung walet dipungut retribusi dengan nama retribusi izin pengelolaan sarang burung walet.

Pasal 7 Objek retribusi adalah setiap pemberian izin pengelolaan sarang burung walet. Pasal 8 (1) Subjek retribusi adalah orang atau badan hukum yang memperoleh izin pengelolaan sarang burung walet. (2) Wajib retribusi adalah pengelola sarang burung walet. Pasal 9 Retribusi izin pengelolaan sarang burung walet termasuk golongan retribusi perizinan tertentu. BAB VI CARA MENGUKUR TINGKAT PENGGUNAAN JASA Pasal 10 Tingkat penggunaan jasa diukur berdasarkan golongan dan luas tempat pengelolaan sarang burung walet. BAB VII PRINSIP DAN SASARAN DALAM PENETAPAN STRUKTUR DAN BESARNYA RETRIBUSI Pasal 11 Prinsip dan sasaran dalam penetapan struktur dan besarnya retribusi didasarkan pada tujuan untuk pembinaaan, pengaturan, pengendalian dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, prasarana, sarana atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum, menjaga kelestarian lingkungan dan meningkatkan pendapatan asli daerah.

BAB VIII STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF RETRIBUSI Pasal 12 (1) Besarnya retribusi izin ditetapkan sebagai berikut : a. untuk golongan A dengan luas bangunan sama dengan dan atau lebih dari 400 m 2 sebesar Rp. 5.000.000,- ( lima juta rupiah); b. untuk golongan B dengan luas bangunan kurang dari 400 m 2 sebesar Rp. 2.500.000,- ( dua juta lima ratus ribu rupiah). (2) Retribusi izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disetor ke kas daerah sebelum izin dikeluarkan. BAB IX WILAYAH DAN TATA CARA PEMUNGUTAN RETRIBUSI Pasal 13 Retribusi dipungut di wilayah daerah tempat izin pengelolaan sarang burung walet diberikan. Pasal 14 (1) Pemungutan retribusi tidak dapat diborongkan. (2) Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD, SKRDKBT atau dokumen lain yang dipersamakan. BAB X TATA CARA PENAGIHAN Pasal 15 (1) Pengeluaran surat teguran / peringatan / surat lain yang sejenis sebagai awal tindakan pelaksanaan penagihan retribusi dikeluarkan setelah 7 (tujuh) hari sejak jatuh tempo pembayaran. (2) Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah teguran / peringatan / surat lain yang sejenis wajib retribusi harus melunasi retribusinya yang terutang. (3) Surat teguran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikeluarkan oleh Pejabat yang ditunjuk.

BAB XI KEDALUARSA PENAGIHAN Pasal 16 (1) Hak untuk melakukan penagihan retribusi mengalami kedaluarsa setelah jangka waktu 3 (tiga) tahun terhitung sejak saat terutangnya retribusi, kecuali apabila wajib retribusi melakukan tindak pidana di bidang retribusi. (2) Kedaluarsa penagihan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tertangguh apabila : a. diterbitkannya surat teguran; atau b. ada pengakuan utang retribusi dari wajib retribusi baik langsung maupun tidak langsung. BAB XII PEMBERIAN KERINGANAN, PENGURANGAN, PEMBEBASAN DAN PENGHAPUSAN PIUTANG RETRIBUSI Pasal 17 (1) Bupati dapat memberikan keringanan, pengurangan dan pembebasan retribusi berdasarkan permohonan dari wajib Retrbusi. (2) Pemberian keringanan, pengurangan dan pembebasan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan memperhatikan permohonan wajib retribusi sebagai akibat terjadinya kesalahan hitung dan atau kekeliruan dalam penerapan Peraturan Daerah dan peraturan perundang-undangan lainnya. (3) Tata cara pemberian keringanan, pengurangan dan pembebasan retribusi diatur lebih lanjut oleh Bupati. Pasal 18 (1) Piutang Retribusi yang tidak ditagih lagi karena hak untuk melakukan penagihan kedaluarsa dapat dihapuskan. (2) Penghapusan piutang retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Bupati.

BAB XIII PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Pasal 19 (1) Bupati melakukan pembinaan, pengawasan serta bimbingan teknis pengelolaan sarang burung walet melalui instansi teknis. (2) Bila dipandang perlu Bupati dapat membentuk Tim Pengawas Pengelolaan Sarang Burung Walet dengan keanggotaan ditentukan oleh Bupati. Pasal 20 Tim pengawas sebagaimana dimaksud dalam pasal 19 ayat (2) dalam melakukan pengawasan dapat memasuki bangunan atau goa yang menjadi tempat bersarangnya burung walet. BAB XIV HAK DAN KEWAJIBAN Pasal 21 (1) Pengelola sarang burung walet mempunyai hak : a. mengelola sarang burung walet di luar habitat alami sesuai dengan izin yang diberikan; b. memperoleh pembinaan dan perlindungan dari pemerintah daerah melalui instansi terkait dalam pengelolaan usahanya. (2) Masyarakat mempunyai hak : a. memberikan informasi kepada pemerintah daerah berkenaan dengan pengelolaan sarang burung walet di lingkungannya; b. mendapatkan perlindungan dari dampak yang ditimbulkan akibat pengelolaan sarang burung walet; c. mendapatkan jaminan / ganti rugi dari pengelola atas segala akibat pengelolaan sarang burung walet baik langsung maupun tidak langsung.

Pasal 22 Pengelola sarang burung walet berkewajiban : a. membantu kelancaran tugas Tim Pengawas sebagaimana dimaksud dalam pasal 19 ayat (2); b. meminimalisasi dampak pengelolaan sarang burung walet terhadap ketertiban umum, kesehatan masyarakat dan kelestarian sumber daya alam; c. bertanggung jawab dan memberikan ganti rugi kepada masyarakat atas segala akibat pengelolaan sarang burung walet baik langsung maupun tidak langsung; d. melaksanakan kewajiban - kewajiban lain dalam pengelolaan sarang burung walet sesuai dengan peraturan perundang-undangan. BAB XV LARANGAN Pasal 23 Pengelola sarang burung walet dilarang : a. melakukan pengelolaan sarang burung walet tanpa izin. b. memindahtangankan izin pengelolaan kepada pihak lain tanpa persetujuan Bupati; c. mengubah struktur tempat pengelolaan sarang burung walet baik yang berada di habitat alami maupun di luar habitat alami tanpa persetujuan Bupati. BAB XVI SANKSI ADMINISTRASI Pasal 24 (1) Dalam hal wajib retribusi tidak membayar tepat pada waktunya atau kurang membayar dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua per seratus) dari retribusi yang terutang atau kurang dibayar dan ditagih dengan menggunakan STRD.

(2) Apabila pengelola tidak dapat memenuhi kewajiban-kewajiban sebagaimana telah ditentukan dalam izin yang bersangkutan dan melanggar larangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 23 dapat diberikan sanksi administratif berupa pencabutan izin. BAB XVII KETENTUAN PENYIDIKAN Pasal 25 (1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan pemerintah daerah diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana di bidang retribusi daerah yang pengangkatannya ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. (2) Apabila tidak terdapat Penyidik Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan pemerintah daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), maka penyidikan atas tindak pidana dalam Peraturan Daerah ini dilakukan oleh Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia sesuai dengan peraturan perundang-undangan. (3) Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah: a. menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan yang berkenaan dengan tindak pidana dibidang retribusi agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lengkap dan jelas; b. meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana retribusi; c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan tindak pidana di bidang retribusi; d. memeriksa buku-buku, catatan-catatan, dan dokumen-dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana di bidang retribusi; e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan, pencatatan, dan dokumen-dokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut;

f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana di bidang retribusi; g. menyuruh berhenti dan / atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang dan / atau dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud pada huruf e; h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana retribusi; i. memanggil orang untuk di dengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi; j. menghentikan penyidikan; k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana di bidang retribusi menurut hukum yang bertanggung jawab. (4) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1), memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum melalui Penyidik Pejabat Polisi Negara Indonesia, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam peraturan perundangundangan. BAB XVIII KETENTUAN PIDANA Pasal 26 (1) Pelanggaran terhadap ketentuan dalam pasal 22 dan pasal 23 diancam pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan dan atau denda paling banyak Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah). (2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelanggaran.

BAB XIX KETENTUAN PERALIHAN Pasal 27 Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, orang atau badan yang sudah memiliki izin pengelolaan sarang burung walet, harus memperbaharui izin yang dimiliki dan wajib menyesuaikan dengan Peraturan Daerah ini. BAB XX KETENTUAN PENUTUP Pasal 28 Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai teknis pelaksanaannya diatur dan ditetapkan lebih lanjut oleh Bupati. Pasal 29 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Bangka Selatan. Ditetapkan di Toboali pada tanggal 20 Desember 2006 BUPATI BANGKA SELATAN, ttd Diundangkan di Toboali pada tanggal 20 Desember 2006 JUSTIAR NOER SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN, ttd HARDI LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN TAHUN 2006 NOMOR 1 SERI C