BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi utama bagi manusia. Manusia menggunakan bahasa sebagai media untuk mengungkapkan pikirannya, baik yang dilakukan secara lisan maupun tertulis. Melalui bahasa, manusia berinteraksi dengan manusia lain untuk menerima dan memberi informasi, pesan, berita, ide, gagasan, perasaan, ataupun wujud pengetahuan yang lain. Semua kegiatan yang dilakukan oleh manusia tidak lepas bahasa. Bahasa merupakan kebiasaan aktivitas bunyi yang berasal dari pengalaman manusia. Secara sederhana, bahasa merupakan sistem bunyi yang diperoleh manusia untuk menuturkan makna. Selain untuk berkomunikasi, bahasa dapat dijadikan sebagai identitas diri pemakai bahasa tersebut. Manusia adalah makhluk sosial yang tentu membutuhkan orang lain dalam kehidupannya. Manusia membutuhkan sarana yang menghubungkan untuk berinteraksi. Salah satu sarana itu disebut dengan bahasa. Melalui sebuah bahasa, manusia dapat memberi dan menerima informasi, berita, pesan, ide, gagasan, perasaan, ataupun wujud pengetahuan lainnya. Perwujudan pikiran dan perasaan manusia dalam bentuk bahasa dapat tertuang dalam wadah apapun selama pesan atau informasi yang ingin disampaikan dapat sampai pada sasaran. Bentuk bahasa berupa tuturan. Suatu tuturan dapat berubah maknanya sesuai dengan konteks yang melatarbelakanginya sehingga setiap percakapan mempunyai struktur yang berbeda sesuai dengan situasi, partisipan, dan peristiwa. Tuturan dalam sebuah percakapan akan dapat dipahami apabila situasi, partisipan, 1
2 maupun peristiwa yang terjadi terperinci secara jelas. Semua kriteria itu harus ada dalam sebuah percakapan untuk mendapatkan pesan ataupun makna yang terkandung dalam sebuah peristiwa tutur. Halliday (dalam I Dewa Putu Wijana, 1996:5) memandang studi bahasa sebagai kajian tentang sistem tanda. Sebagai salah satu sistem tanda, bahasa adalah sistem makna yang membentuk budaya manusia. Sistem makna ini berkaitan dengan struktur sosial masyarakat. Bahasa menurut Harimurti Kridalaksana (2008: 24) adalah sistem lambang bunyi yang yang arbitrer, yang dipergunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasi diri. Melalui bahasa manusia dapat berkomunikasi dengan sesama untuk memenuhi keinginannya sebagai makhluk sosial yang saling berhubungan untuk menyatakan pikiran dan pendapat, baik yang dilakukan secara tertulis maupun lisan. I Dewa Putu Wijana (1996: 2) menjelaskan bahwa pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari struktur bahasa secara eksternal, yakni bagaimana kebahasaan dipakai dalam komunikasi. Melalui cabang ilmu pragmatik, pemakai bahasa dapat memaknai apa yang menjadi tujuan manusia menggunakan bahasa sesuai dengan konteks tuturan. Seiring dengan perkembangan zaman, teknologi pun semakin berkembang dengan pesat. Peristiwa komunikasi tidak hanya dilakukan dengan bertatap muka, tetapi dapat juga dilakukan melalui media massa seperti televisi, radio, surat kabar. Peristiwa komunikasi dapat juga dilakukan melalui dunia maya seperti, facebook, twitter, blackberry massengger, dan lain sebagainya. Media massa yang masih sangat digemari dari zaman dahulu sampai sekarang adalah televisi.
3 Televisi sangat digemari karena menampilkan tayangan yang berbentuk audio dan visual, yang tentunya sangat mudah dipahami oleh semua kalangan baik anakanak, remaja, maupun orangtua. Televisi adalah sistem penyiaran gambar yang disertai dengan bunyi (suara) melalui kabel atau melalui angkasa dengan menggunakan alat yang mengubah cahaya (gambar) dan bunyi (suara) menjadi gelombang listrik dan mengubahnya kembali menjadi berkas cahaya yang dapat dilihat dan bunyi yang dapat didengar (KBBI, 2008:1162). Televisi merupakan salah satu media massa yang dapat menampilkan audio-visual, yakni menampilkan bentuk gambar dan suara yang jelas dibandingkan dengan media massa lainnya seperti surat kabar, yang hanya menampilkan tulisan maupun gambar tanpa suara. Pemakaian bahasa dalam acara media elektronik merupakan pemakaian bahasa ragam lisan yang memiliki gaya tuturan yang khas dan maksud-maksud tertentu yang sesuai dengan konteks tuturan serta memerlukan konteks situasi untuk memahaminya. Pragmatik tidak hanya mengkaji bahasa yang dituturkan, tetapi juga makna dan maksud yang terkandung dalam tuturan tersebut. Pemakaian bahasa selalu terikat pada konteks dan situasi yang melingkupinya. Demikian halnya dengan pemakaian bahasa dalam media lisan yang tidak bisa lepas dari fungsi dan tujuan bahasa. Oleh karena itu, untuk memahami makna secara keseluruhan perlu ditinjau secara pragmatik. Dalam penelitian ini, penulis memilih media televisi sebagai bahan penelitian. Trans 7 merupakan salah satu stasiun televisi swasta di Indonesia. Acara Tatap Mata merupakan salah satu acara yang ditayangkan di Trans 7 setiap hari Sabtu pada pukul 21.30 WIB. Akan tetapi, dialog video acara ini diambil dari
4 Youtube. Hal ini dikarenakan untuk mempermudah peneliti dalam mentranskripsi, tanpa harus merekam secara langsung, namun cukup mengunduhnya saja. Video yang diunduh barang tentu video terbaru dan telah disaksikan oleh penulis pada episode sebelumnya. Acara ini berupa forum dialog dengan narasumber yang dihadirkan untuk membahas suatu topik yang sedang hangat di masyarakat. Penggunaan bahasa yang bervariasi yang dicampur dengan suasana komedi, membuat acara ini lebih menarik untuk dinikmati. Acara Tatap Mata lahir pada bulan Maret 2014. Tatap Mata merupakan sebuah acara talkshow di Trans 7 yang disajikan dalam bentuk parodi yang dibumbui dengan humor-humor segar. Acara ini dapat dinikmati oleh semua kalangan, baik remaja maupun orangtua. Hal ini dikarenakan acara Tatap Mata menampilkan pengetahuan dan wawasan yang luas mengenai kasus dan permasalahan yang terjadi di masyarakat, panggung politik, dan pemerintah. Tatap Mata dipandu oleh Rosiana Silalahi ditemani komedian Komeng dan Akbar Stand Up Comedy. Acara Tatap Mata ini menarik untuk diteliti karena mempunyai daya tarik dalam penyampaian tuturannya. Pembawa acara maupun narasumber memberikan perbincangan tentang politik yang sedang hangat dibicarakan. Acara Tatap Mata menampilkan topik permasalahan yang berat, namun permasalahan tersebut disampaikan dengan parodi humor yang membuat acara ini tidak selalu serius di hadapan penonton. Acara Tatap Mata di Trans 7 menarik untuk dikaji dengan pendekatan pragmatik, karena tuturan-tuturan yang terdapat dalam acara tersebut mengandung berbagai macam maksud dari penutur, baik yang tersirat maupun
5 yang tersurat. Semua itu dapat dikaji dalam ilmu pragmatik. Dengan teori pragmatik, dapat dijelaskan fenomena-fenomena bahasa yang terjadi dalam suatu percakapan melalui tuturan-tuturan yang disampaikan oleh penutur dan mitra tutur. Selain itu, yang membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terhadap acara Tatap Mata di Trans 7 dengan menggunakan pendekatan pragmatik adalah karena banyak muncul keterkaitan bahasa yang digunakan oleh para pembawa acara, narasumber, dan tokoh lain (figuran) dengan unsur-unsur eksternalnya yang menjadi ciri khas ilmu pragmatik. Hal tersebut seperti yang dikatakan oleh George Yule, (1996:3), bahwa pragmatik adalah studi yang mengkaji makna kontekstual atau makna yang terikat dengan konteks. Sebagian besar ungkapan yang ada dalam tuturan acara Tatap Mata merupakan wujud dari ekspresif pembawa acara dalam membawakan acara ini dengan nuansa komedi. Semua ungkapan yang dibawakan sebagian besar mengandung tindak tutur ekspresif sebagai penghangat suasana dalam menyampaikan aspirasi yang ditujukan pada politikus maupun pemerintahan. Contoh ungkapan ekspresif dalam acara Tatap Mata adalah sebagai berikut: 58) Konteks tuturan: Tuturan disampaikan oleh Rosiana Silalahi kepada Akbar dan Vincent. Percakapan tersebut membahas tentang bahasa yang digunakan di Kota Bandung.Rosiana Silalahi memuji kekreatifitasan orang-orang maupun walikota Bandung karena kotanya terdapat beragam bahasa. Bentuk tuturan: Vincent Akbar Rosiana Silalahi : Nah tadi bahasanya Nyunda sama Inggris. : Tapi kan di sana ada orang Jawa juga ada. : Itu menunjukkan bahwa orang-orang, ee walikota Bandung lebih kreatif... (58/TTE/TM/TRANS 7/12 Juli 2014) Tuturan tersebut berisi ungkapan ekspresif. Rosiana Silalahi (Pembawa acara) mengungkapkan ekspresif memuji, yaitu memuji bahwa walikota Bandung
6 mau menerima berbagai macam bahasa maupun orang yang berasal dari berbagai macam daerah dan luar negeri untuk hadir dan menikmati indahnya kota Bandung. Tindak tutur ekspresif tersebut kemudian dikaitkan dengan kesantunan dalam bertutur, yaitu strategi kesantunan. Penulis mengkaitkan antara tindak tutur khususnya ekspresif dengan strategi kesantunan karena memang dalam bertutur atau berkomunikasi tersebut, masyarakat harus memperhatikan kesantunan dalam bertutur. Kesantunan merupakan aspek penting dalam kehidupan untuk menciptakan komunikasi yang baik di antara penutur dan mitra tutur. Menurut Brown dan Levinson (1987:60), strategi kesantunan digunakan oleh penutur untuk menghindari tindak pengancaman terhadap muka mitra tutur. Tindak pengancaman muka tersebut oleh Brown dan Levinson disebut dengan FTA (Face Threatening Act). Oleh sebab itulah, peneliti tertarik untuk meneliti tindak tutur ekspresif dan strategi kesantunan dalam acara Tatap Mata di Trans 7. Dari uraian latar di atas dapat diambil kesimpulan bahwa penelitian yang dilakukan penulis terhadap acara Tatap Mata di Trans 7 terkait dengan penggunaan bahasa sebagai alat interaksi antara pembawa acara, penelis, dan narasumber. Penelitian ini difokuskan pada masalah pemakaian bahasa dalam acara Tatap Mata di Trans 7 yang terbatas pada tindak tutur ekspresif dan strategi kesantunan. Dengan demikian, penelitian ini berusaha untuk mendeskripsikan realisasi tindak tutur ekspresif dan realisasi strategi kesantunan berbahasa dalam acara Tatap Mata di Trans 7. Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis tertarik untuk mengkaji penelitian dengan judul Tindak Tutur Ekspresif dan Strategi Kesantunan Berbahasa dalam Acara Tatap Mata di Trans 7.
7 B. Pembatasan Masalah Pembatasan masalah sangat penting dilakukan dalam melakukan sebuah penelitian. Pembatasan masalah dimaksudkan agar penelitian lebih terarah dan mempermudah penulis untuk menentukan data yang diperlukan, sehingga dapat diperoleh hasil yang sesuai dengan tujuan penelitian. Sehubungan dengan hal tersebut, maka ruang lingkup penelitian ini penulis fokuskan pada masalah tindak tutur Ekspresif dan realisasi strategi kesantunan pada acara Tatap Mata di Trans 7. C. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah di atas, terdapat beberapa rumusan masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini, yaitu: 1. Bagaimanakah realisasi tindak tutur ekspresif pada acara Tatap Mata di Trans 7? 2. Bagaimanakah realisasi strategi kesantunan berbahasa pada acara Tatap Mata di Trans 7? D. Tujuan Penelitian Suatu penelitian harus mempunyai tujuan yang jelas, sehingga hasil penelitiannya dapat diketahui. Tujuan yang ingin dicapai penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Merealisasikan bentuk-bentuk tindak tutur ekspresif pada acara Tatap Mata di Trans 7.
8 b. Merealisasikan bentuk-bentuk strategi kesantunan berbahasa pada acara Tatap Mata di Trans 7. E. Manfaat Penelitian Hasil kajian penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoretis maupun secara praktis. a. Manfaat Teoretis Manfaat ini berhubungan dengan pengembangan ilmu dan dalam hal ini ilmu kebahasaan (linguistik). Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kevariasian model analisis dengan pendekatan pragmatik terutama dalam subtindak tutur ekspresif dan strategi kesantunan berbahasa. b. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pemahaman dan memperkaya terhadap percakapan atau dialog talkshow, terutama dalam memahami tindak tutur ekspresif dan strategi kesantunan berbahasa. Selain itu, diharapkan masyarakat dapat menerapkan penggunaan tindak tutur dan strategi kesantunan berbahasa dalam percakapan sehari agar terjadi suatu tuturan yang relevan dan mitra tutur mampu memahami maksud tuturan yang disampaikan oleh penutur. Penelitian ini juga diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk landasan kajian penelitian sejenis selanjutnya.
9 F. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan pada hakikatnya akan mempermudah dan mengarahkan hasil penelitian agar tidak menyimpang dari pembahasan yang akan diteliti. Sistematika menjadikan penulisan hasil penelitian menjadi lebih terarah, jelas, mendetail, dan sistematis. Penulisan yang sistematis banyak membantu pembaca dalam memahami hasil penelitian. Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini tersusun atas lima bab. Kelima bab itu adalah sebagai berikut. Bab pertama merupakan pendahuluan. Bab ini mencakup latar belakang masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan. Bab kedua adalah kajian pustaka dan kerangka pikir. Bab ini terdiri atas tinjauan studi terdahulu, landasan teori, dan kerangka pikir. Tinjauan studi terdahulu berisi penelitian sejenis yang pernah dilakukan sebelumnya. Selanjutnya adalah landasan teori, yakni teori yang secara langsung berhubungan dengan masalah yang hendak diteliti dan dikaji sebagai landasan atau acuan dalam penelitian yakni melalui pendekatan pragmatik. Kerangka pikir berisi cara kerja yang dilakukan oleh penulis untuk menyelesaikan permasalahan yang akan diteliti. Bab ketiga adalah metode penelitian. Bab ini terdiri atas jenis penelitian, sumber data dan data, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, klasifikasi data, teknik analisis data, dan teknik penyajian hasil analisis data. Bab keempat adalah analisis data. Bab ini menjabarkan analisis terhadap data-data yang menjadi objek penelitian berdasarkan data yang tersedia. Dari
10 analisis ini akan didapatkan hasil penelitian yang akan menjawab permasalahan yang telah dirumuskan dalam bab pertama. Bab kelima merupakan simpulan. Bab ini berisi simpulan daari hasil penelitian dan dilanjutkan dengan saran dari penulis yang berhubungan dengan proses penelitian yang telah diselesaikan.