BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: a. Rasio Likuiditas Rasio likuiditas pada penelitian ini diproksikan dengan variabl current ratio. Current Ratio digunakan untuk mengukur kemampuan prusahaan dalam membayar hutang yang harus segera dipenuhi dengan aktiva lancar. Berdasarkan uji beda statistik, rasio current ratio terdapat perbedaan pada 1 tahun sebelum dan 2 tahun setelah, dan 1 tahun sebelum dan 3 tahun seteah merger dan akuisisi. Dan sisanya tidak terdapat perbedaan, hal ini dikarenakan tidak terjadi peningkatan current ratio yang signifikan setelah melakukan merger dan akuisisi. Tidak adanya peningkatan yang signifikan tersebut dapat terjadi karena terdapat kemungkinan bahwa perusahaan hasil merger dan akuisisi menanggung hutang lancar perusahaan yang di merger dan akuisisi, sehingga utang lancar hasil merger menjadi semakin meningkat dibandingkan dengan aktiva lancar yang diperolehnya dari perusahaan yang di merger. b. Rasio Solvabilitas Debt ratio digunakan untuk mengukur sejauh mana kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban-kewajibannya. Rasio solvabilitas menunjukkan besarnya aktiva yang didanai dengan hutang. Berdasarkan uji beda statistik, pada 1 tahun sebelum dan 4 tahun setelah, 1 tahun sebelum dan 5 tahun setelah, 2 tahun sebelum 134
135 dan 4 tahun setelah, dan 2 tahun sebelum dan 5 tahun setelah merger dan akuisisi, dan selanjut tidak terdapat perbedaan. Hal ini dikarenakan perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi belum mampu memenuhi kewajibannya dalam jangka pendek. c. Rasio Aktivitas Total asset turn over digunakan dalam mengukur keampuam dana yang tertanam dalam keseluruhan aktiva dalam suatu periode atau kemampuan modal yang diinvestasikan untuk menghasilkan profit. Rasio total asset turn over tidak terdapat perbedaan menurut uji beda statistik. Hal ini dikarenakan perusahaan tidak efektif mengerjakan sumber-sumber dananya dalam melakukan merger dan akusisi. d. Rasio Profitabilitas Return on equity digunakan untuk mengukur kemampuan dari modal sendiri dalam menghasilkan keuntungan bagi pemegang saham perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi. return on equity tidak mengalami perbedaan menurut uji statistik. Hal ini dikarenakan perusahaan dalam menggunakan modal sendiri untuk menghasilkan laba bersih dari penjualan berpengaruh akan meningkat setelah melakukan merger dan akuisisi dibandingkan sebelum melakukan merger dan akuisisi. Hal ini sejalan dengan penelitian Fuji Jaya (2012). e. Rasio Leverage Debt to equity ratio adalah rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya, yaitu rasio antara jumlah seluruh hutang baik jangka pendek maupun jangka panjang dengan jumlah modal sendiri perusahaan. dalam uji hipotesis didapatkan rasio debt to equity ratio tidak terdapat perbedaan. Hal ini dikarenakan adanya kemungkinan peningkatan total hutang yang
136 lebih tinggi pada perusahaan hasil merger dan akuisisi dibandingkan dengan peningkatan total aktiva yang dimiliki setelah perusahaan melakukan merger dan akuisisi. sehingga leverage hasil merger tidak meningkat secara signifikan dalam jangka pendek. 5.2 Keterbatasan Penelitian ini memiliki keterbatasan. Beberapa hal yang menjadi keterbatasan dalam penelitian ini adalah peneliti ini hanya menggunakan sampel dan jumlah yang terbatas, ini dikarenakan masih jarang perusahaan yang melakukan aktivitas merger dan akuisisi sehingga sulitnya diperoleh sampel yang representatif. 5.3 Saran Dengan pertimbangan keterbatasan yang dimiliki peneliti, maka dapat diajukan beberapa saran bagi peneliti selanjutnya yaitu sebagai berikut: 1. Perlu mempertimbangkan kemungkinan menambah sempel kontrol perusahaan yang tidak melakukan merger dan akuisisi. Dengan demikian ada tidaknya praktik manajemen laba dapat dibandingkan antara sampel penelitian dengan perusahaan dalam industri dan ukuran yang sejenis. 2. Peneliti dapat menggunkan variabel yang beragam dan detail dari setiap rasio keuangan yang ada, sehingga dari variabel-variabel tersebut dapat menunjukkan hasil yang berbeda. 3. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat menambah jangka waktu periode penelitian agar dapat memberikan hasil penelitian yang lebih rinci dan lebih baik. Karena untuk merger dan akuisisi, 5 tahun setelah dan 2 tahun sebelum merger dan
137 akuisisi belum dapat digunakan untuk melihat hasil yang benar-benar akurat dari merger dan akuisisi itu sendiri. 4. Peneliti dianjurkan untuk melakukan analisis data persatu tahun periode sebelum dan setelah merger dan akuisisi, agar dapat melihat kondisi perusahaan persatu tahun dalam proses merger dan akuisisi. 5.4 Implikasi Manajerial Implikasi kebijakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagi Investor Bagi para calon investor untuk lebih berhati-hati untuk menghadapi pengumuman-pengumuman perusahaan yang hendak melakukan merger dan akuisisi, agar lebih bisa teliti meramal perkembangan perusahaan tersebut dan apabila hendak melakukan pembelian saham atau tanam saham terhadap perusahaan yang terlibat dalm penggabungan, agar lebih untuk menganalisa perkembangan kondisi keuangan perusahaan, apakah nantinya dapat memberi keuntungan atau kerugian, karena tidak semua kondisi keuangan perusahaan yang melakukan penggabungan bisaa lebih baik setelah melakukan merger dan akuisisi. 2. Bagi Manajemen Perusahaan sebaiknya perlu berpikir panjang dalam menganalisa lebih lanjut sebelum merencanakan merger dan akuisisi baik secara faktor politik, perekonomian, sosial apakah akan memberi kemudahan pada perusahaan atau tidak setelah melakukan merger dan akuisisi. perlu lebih mempertimbangkan dan menganalisa lebih jauh terhadap perusahaan target untuk melakukan merger dan akuisisi yang diharap mampu bekerja sama dan memberi kemajuan terhadap kondisi keuangan
138 perusahaan keduanya. Hasil dari penggabungan usaha tidak terlihat secara singkat setelah hanya 1 tahun setelah merger dan akuisisi, perlunya usaha dalam pengendalian, memaksimalkan dan konsisten pada tujuan awal melakukan penggabungan.