BAB I PENDAHULUAN. ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PEMBAGIAN KEKUASAAN SECARA VERTIKAL Hubungan Pusat dan Daerah

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, T

BAB I PENDAHULUAN. sangat strategis dan menentukan. Disamping peranannya sebagai pengelola,

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30/PERMEN-KP/2013 TENTANG

2 Pemerintah Nomor 63 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2003 tentang Wewenang Pengangkatan, Pemindahan dan Pemberhe

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2013

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 41/PMK.01/2011 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 214/PMK.01/2011 TENTANG

2016, No Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Le

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA,

KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA DISAMPAIKAN OLEH SEKRETARIS DITJEN POLITIK DAN PEMERINTAHAN UMUM

BUPATI KULON PROGO DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH

2 Tahun 1966 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2797); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1976 tentang Cuti Pegawai Negeri

2014, No diganti; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

2011, No tertulis, pemberian dan pemotongan Tunjangan Khusus Pembinaan Keuangan Negara kepada pegawai di Lingkungan Kementerian Keuangan sebagai

2 Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan N

PARADIGMA BARU PEMBANGUNAN DAERAH 1

PERATURAN BUPATI KARANGANYAR NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN FORUM KOORDINASI PIMPINAN DI DAERAH DAN DI KECAMATAN

2 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara R

, Indonesian (Indonesia), Indonesian (Indonesia), Indonesian (Indonesia) 2011, No Tunjangan Khusus Pembinaan Keuangan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNPB. Tunjangan Kinerja. Pemberian. Tata Cara.

2016, No terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2013 tentang Perubahan Ketujuh atas Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang K

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.66/MENHUT-II/2013 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PEMBERIAN TUNJANGAN KINERJA BAGI PEGAWAI DI

RANCANGAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 45/Permentan/OT.140/4/2014

MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 86/PMK.01/2010 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR,

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6,

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4286);

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Kinerja merupakan suatu fungsi dari motivasi dan kemampuan. Untuk

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 168/PMK.01/2012 TENTANG

BERITA NEGARA. BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL. Tunjangan Kinerja. Pelaksanaan. PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA

IMPLEMENTASI PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TENTANG PENANGANAN KONFLIK SOSIAL

RANCANGAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 68/Permentan/OT.140/11/2012

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 68/Permentan/OT.140/11/2012

2016, No Tunjangan Kinerja Pegawai di Lingkungan Badan Kepegawaian Negara; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sip

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 156 TAHUN 2015 TENTANG

KEMENTERIAN DALAM NEGERI OLEH : BUDI PRASETYO,SH,MM SEKRETARIS DIREKTORAT JENDERAL POLITIK DAN PEMERINTAHAN UMUM MAKASAR, 28 OKTOBER 2015

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 149 TAHUN 2015 TENTANG TUNJANGAN KINERJA PEGAWAI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN LUAR NEGERI

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tamb

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN KEGIATAN DEKONSENTRASI DALAM RANGKA PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN UMUM DAN FORKOPIMDA DI PROVINSI TAHUN ANGGARAN

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN PERTANIAN. Tunjangan Kinerja. Pelaksanaan. Pedoman. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA

2016, No ) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2010 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 16 Ta

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 206.3/PMK.01/2014 TENTANG

PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG

P E L A K S A NA URUSAN PEMERINTAHAN UMUM

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH

BERITA NEGARA. No.1567, 2013 KEMENTERIAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL. Tunjangan Kinerja. PNS. Pelaksanaan. MENTERI PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 154 TAHUN 2015 TENTANG TUNJANGAN KINERJA PEGAWAI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN AGAMA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 153 TAHUN 2015 TENTANG

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2014

BERITA NEGARA. No.1496, 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN Tunjangan Kinerja. Pegawai. Pelaksanaan.

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 184/PMK.04/2014 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL,

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL

PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 04 TAHUN 2014 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 74/PMK.01/2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSTANSI VERTIKAL DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

2017, No Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4266); 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaha

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 20 TAHUN 2012 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 157 TAHUN 2015 TENTANG TUNJANGAN KINERJA PEGAWAI DI LINGKUNGAN SEKRETARIAT JENDERAL KOMISI PEMILIHAN UMUM

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 160 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 170 TAHUN 2015 TENTANG TUNJANGAN KINERJA PEGAWAI DI LINGKUNGAN BADAN INTELIJEN NEGARA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia. Demi terciptanya suatu good governance, pada tahun

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 151 TAHUN 2015 TENTANG TUNJANGAN KINERJA PEGAWAI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 167 TAHUN 2015 TENTANG TUNJANGAN KINERJA PEGAWAI DI LINGKUNGAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. 1. Sejarah Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai (KPPBC) Jenderal Bea dan Cukai sebagaimana telah diubah dengan Peraturan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR: PK. 12 TAHUN 2013 TENTANG

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SALINAN INSTRUKSI MENTERI KEUANGAN NOMOR 01/IMK.01/2009

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 159 TAHUN TENTANG TUNJANGAN KINERJA PEGAWAI DI LINGKUNGAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDO... NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG

K E M E N T E R I A N P E K E R J A A N U M U M 2 1/28/2014

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 188 TAHUN 2014 TENTANG TUNJANGAN KINERJA PEGAWAI DI LINGKUNGAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 155 TAHUN 2015 TENTANG TUNJANGAN KINERJA PEGAWAI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG KEMARITIMAN

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tujuan di bentuknya Negara Republik Indonesia dalam pembukaan UU 1945 adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, serta ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan social. Untuk mencapai tujuan Negara tersebut di susunlah pemerintahan secara bertingkat mulai dari pusat sampai ke daerah. Hal ini sejalan dengan isi Pasal 18 UU Dasar 1945 menjelaskan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah Provinsi dan daerah Provinsi itu dibagi atas Kabupaten dan Kota yang masing-masing mempunyai pemerintahan mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembatuan. Dalam rangka mewujudkan tujuan negara sebagaimana yang diamanatkan dalam pembukaan UU Dasar Republik Indonesia Tahun 1945, yaitu menciptakan masyarakat yang adil dan makmur, maka disusunlah Pemerintahan Indonesia sebagai Negara Kesatuan yang mempunyai 2 bentuk pemerintahan yaitu pemerintahan pusat dan pemerintahan daerah. Dalam pasal 18 disebutkan wilayah Indonesia di bagi atas wilayah provinsi dan provinsi dibagi kedalam Kabupaten atau Kota. Menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintahan yang menjadi urusan Pemerintah, dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan 1

2 masyarakat, pelayanan umum, dan daya saing daerah.tugas-tugaspokok tersebut dapat diringkas menjadi 3 (tiga) fungsi hakiki yaitu:pelayanan (service), pemberdayaan (empowerment), dan pembangunan(development). Pelayanan akan membuahkan keadilan dalam masyarakat,pemberdayaan akan mendorong kemandirian masyarakat, dan pembangunanakan menciptakan kemakmuran dalam masyarakat. Pelaksanaan otonomi daerah sebagai konsekuaensi dilaksanakannya asas desentralisasi memang telah banyak memberikan angin segar, terutama terhadap daerah. Dengan dijalankan sistem desentralisasi ini berarti daerah diberikan kewenangan yang luas untuk mengatur rumah tangganya secara otonom. Pada hakikatnya tujuan dari keberadaan otonomi daerah ini adalah untuk memberi peluang pada daerah untuk mengatur dan mengurus urusan-urusan pemerintahan baik urusan wajib maupun urusan pilihan. Pemerintahan Daerah sebagai penyeolenggara urusan pemerintahan, pada hakekatnya urusan pemerintahan berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah telah diatur dan dinyatakan dengan jelas, terdiri dari; 1. Urusan Absolut. urusan Absolut ini merupakan urusan yang menjadi kewenangan multak dari pemerintah pusat, dan tidak didistribusikan kepada daerah, hal ini dikarenakan urusan absolut tersebut merupakan urusan yang sangat prinsip dan mendasar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, sehingga perlu di atur dan dilaksanakan secara nasional sehingga ada keseragaman dalam pelaksanaan

3 urusan absolut di Indonesia. Urusan absolut terdiri dari 6 urusan, yakni; urusan politik luar negeri, agama, yustisi, moneter dan fiskal nasional, pertahanan dan keamanan. (lihat pasal 10 ayat 1 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014) Pelaksanaan urusan absolut di daerah dilaksanakan melalui asas dekonsentrai dan asas tugas pembantuan.dalam penyelenggaraan urusan absolut pemerintah pusat melaksanakan sendiri atau melimpahkan kewenanngan kepada instansi vertikal atau kepada Gubenur sebagai wakil pemerintah pusat di daerah berdasarkan asas dekonsentrasi. 2. Urusan Konkuren Urusan konkuren merupakan urusan yang diserahkan oleh pemerintah pusat kepada daerah melalui asas otonomi daerah dan.dilaksanakan dengan prinsip otonomi yang seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia.Urusan konkuren ini disebut juga dengan urusan bersama (sebelumnya disebut dengan urusan otonomi daerah) sehingga ada sub urusan yang menjadi kewenangan pemerintahan pusat, ada sub urusan yang menjadi kewenangan pemerintah daerah provinsi dan sub urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintah daerah kabupaten/kota. Urusan konkuren (bersama) terdiri dari urusan pemerintahan wajib dan urusan pemerintahan pilihan, dan urusan pemerintahan wajib terdiri atas urusan pemerintahan yang berkaitan dengan pelayanan dasar dan urusan pemerintahan yang tidak berkaitan dengan pelayanan dasar (non pelayanan dasar) seperti yang diatur pada pasal 11 undang-undang nomor 23 Tahun 2014, dengan rincian 24 urusan pemerintahan wajib dan 8 urusan pemerintahan pilihan sehingga total

4 urusan pemerintahan konkuren sebanyak 32 urusan. Selanjutnya dari 24 urusan pemerintahan wajib ada 6 urusan dengan pelayanan dasar, dan 18 urusan non pelayanan dasar. Pembagian urusan pemerintahan konkuren antara pemerintah pusat dan daerah provinsi serta daerah kabupaten/kota didasarkan pada prinsip: a. Akuntabilitas, b. Efisiensi, c. Eksternalitas d. Kepentingan strategis nasional 3. Urusan Pemerintahan Umum Urusan pemerintahan umum merupakan urusan pemerintahan yang tidak termasuk dalam urusan absolut dan tidak termasuk dalam urusan konkuren atau urusan otonomi daerah. Urusan pemerintahan umum meliputi; a. Pembinaan wawasan kebangsaan dan ketahanan nasional dalam rangka memantapkan pengamalan Pancasila, pelakasanaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, pelestarian Bhinneka Tunggal Ika serta pemertahanan dan pemeliharaan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia; b. Pembinaan persatuan dan kesatuan bangsa; c. Pembinaan kerukunan antarsuku dan intasuku, umat beragama, ras, dan golongan lainnya guna mewujudkan stabilitas keamanan lokal, regional, dan nasional; d. Penanganan konflik sosial sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan;

5 e. Koordinasi pelaksanaan tugas antar instansi pemerintahan yang ada di wilayah daerah provinsi dan wilayah daerah kabupaten/kota untuk menyelesaikan permasalahan yang timbul dengan memperhatikan prinsip demokrasi, hak asasi manusia, pemerataan, keadilan, keistimewaan dan kekhususan, potensi serta keanekaragaman Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. f. Pengembangan kehidupan demokrasi berdasarkan Pancasila. g. Pelaksanaan semua urusan pemerintahan yang bukan merupakan kewenangan daerah dan tidak dilaksanakan oleh intansi vertikal. Urusan Pemerintahan umum dilaksanakan oleh Gubernur dan Bupati/Walikota di wilayah kerjanya masing-masing.untuk dapat melaksanakan urusan pemerintahan umum tersebut maka Gubernur dan Bupati/Walikota dibantu oleh instansi vertikal.dalam melaksanakan urusan pemerintahan umum tersebut Gubernur bertanggungjawab kepada Presiden melalui Menteri, dan Bupati/Walikota bertanggungjawab kepada Menteri melalui Gubernur sebagai wakil pemerintah. Selanjutnya, terkait dengan proses penyelenggaraan pemerintahan daerah di Indonesia diperkuat dan diperjelas pada pasal 57 UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, yang menyatakan bahwa; Penyelenggara pemerintahan daerah provinsi dan kabupaten/kota terdiri dari Kepala Daerah dan DPRD dan dibantu oleh perangkat daerah. Berdasarkan Undang-Undang diatas maka masalah Bea dan Cukai termasuk dalam urusan absolut yang berkaitan denganfiskal nasional. Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor: 87/PMK.01/2008 mengenai organisasi dan

6 Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 74/PMK.01/2009 tanggal 08 April 2009 tentang hal yang sama menunjuk Direktorat Jenderal Jenderal Bea dan Cukai melakukan perubahan tipologi untuk mengoptimalkan fungsi dengan menyempurnakan tata kerja instansi vertical organisasi Direktorat Jenderalm Jenderal Bea dan Cukai, untuk mencapai hal tersebut pihak instansi terus berupaya meningkatkan mutu pelayanan, kualitas sumber daya manusia serta menumbuhkan kembangkan kreativitas dan inovasi baru sebagai upaya yang terbaik bagi pengguna jasa Direktorat Jenderal Jenderal Bea dan Cukai. Kantor Pengawasan dan Pelayanan (KPPBC) adalah instansi vertikal Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Kantor Wilayah. Tugas dan fungsi KPPBC Madya pada prinsipnya sama dengan tugas dan fungsi yang ditetapkan pada KPPBC non Madya. Kantor Pengawasan dan Pelayanan mempunyai tugas melaksanakan pengawasan dan pelayanan kepabeanan dan cukai dalam daerah wewenangnya berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan No.557/KM.1/2017 tentang Uraian Jabatan Struktural Instansi Vertikal dan Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. Selain kewajiban melaksanakan tugas sebagaimana tersebut diatas, Kantor Pengawasan dan Pelayanan (KPPBC) juga mendapat mandat untuk menyelenggarakan fungsi fungsinya meliputi hal-hal sebagai berikut: a. pelaksanaan intelijen, patroli, penindakan, dan penyidikan di bidang kepabeanan dan cukai.

7 b. pengelolaan dan pemeliharaan sarana operasi, sarana komunikasi dan senjata api. c. pelaksanaan pelayanan teknis di bidang kepabeanan dan cukai. d. pelaksanaan pemberian perijinan dan fasilitas di bidang kepabeanan dan cukai. e. pelaksanaan pemungutan dan pengadministrasian bea masuk,cukai, dan pungutan negara lainnya yang dipungutoleh Direktorat Jenderal. f. penerimaan, penyimpanan, pemeliharaan, dan pendistribusian dokumen kepabeanan dan cukai. g. pelaksanaan pengolahan data, penyajian informasi, dan laporan kepabeanan dan cukai. h. pengawasan pelaksanaan tugas dan evaluasi kinerja. i. pelaksanaan administrasi Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai. Sumber daya manusia di dalam organisasi memegang peranan yang sangat strategis dan menentukan. Disamping peranannya sebagai pengelola, sumber daya manusia juga berperan sebagai penentu keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuan. Hal tersebut menunjukkan bahwa diperlukan manajemen yang efektif terhadap sumber daya manusia agar tujuan organisasi dapat tercapai dengan maksimal. Manajemen sumber daya manusia pada prinsipnya diorientasikan pada peningkatan kinerja. Kinerja merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dengan instansi. Dukungan dari puncak manajemen yang berupa pengarahan,

8 dukungan sumber daya seperti, memberikan peralatan yang memadai sebagai sarana untuk memudahkan pencapaian tujuan yang ingin dicapai dalam pendampingan, bimbingan, pelatihan serta pengembangan akan lebih mempermudah penilaian kinerja yang obyektif. Pada dasarnya setiap instansi yang didirikan mempunyai harapan bahwa kelak di kemudian hari akan mengalami perkembangan yang pesat di dalam lingkup kegiatannya dan menginginkan terciptanya produktivitas yang tinggi dalam bidang pekerjaannya. Untuk mewujudkan operasinya tersebut dibutuhkan beberapa faktor produksi yaitu, tenaga kerja, modal, dan keahlian, dimana keempat faktor tersebut tidak dapat berdiri sendiri, melainkan harus saling mendukung untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisisen dan diantara keempat faktor utama tersebut faktor tenaga kerja atau manusia dalam hal ini adalah pegawai, merupakan hal yang terpenting karena manusia merupakan pemakai dan penggerak serta penentu dari semua aktivitas.untuk mengetahui jumlah pegawai Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai (KPPBC) Tipe Madya Pabean B Pekanbaru, maka dapat dilihat pada tabel berikut ini :

9 Tabel 1.1. Perkembangan Jumlah Pegawai Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai (KPPBC) Tipe Madya Pabean B Pekanbaru tahun 2005-2016 No. Tahun Jumlah Pegawai 1. 2005 80 2. 2006 80 3. 2007 82 4. 2008 84 5. 2009 87 6. 2010 87 7. 2011 90 8. 2012 93 9. 2013 93 10. 2014 95 11. 2015 95 12. 2016 99 Sumber : Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai (KPPBC) Tipe Madya Pabean B Pekanbaru, 2017 Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui jumlah pegawai Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai (KPPBC) Tipe Madya Pabean B Pekanbaru yang setiap tahunnya mengalami peningkatan sesuai dengan kebutuhan instansi dan perkembangan pekerjaan yang dilaksanakan. Dari jumlah pegawai yang ada, KPPBC Tipe Madya Pabean B Pekanbaru harus dapat memaksimalkan kerja pegawainya untuk dapat memperoleh kinerja yang diharapakan sehingga peran KPPBC Tipe Madya Pabean B Pekanbaru terhadap pembangunan negara dapat terlihat nyata, hal ini tidak luput dari peran remunerasiuntuk memotivasi pegawainya agar bekerja maksimal. Salah satu bentuk perhatian suatu instansi terhadap para pegawai yaitu dengan menerapkan suatu strategi pemberian kompensasi dalam bentuk remunerasi, hal ini dilakukan guna memacu kinerja dari para pegawainya.pemberian remunerasi merupakan imbalan yang diberikan kepada pegawai berdasarkan grading atau posisi jabatan dan kinerja yang dihasilkan.

10 Pemberian remunerasi sangat penting bagi pegawai guna merangsang seseorang untuk melakukan pekerjaan melebihi apa yang diinginkan oleh organisasi. Disamping itu pemberian remunerasi juga berfungsi sebagai penghargaan dari pegawai yang telah melakukan suatu pekerjaan yang telah ditetapkan oleh pimpinan.remunerasi sebagai salah satu program reformasi birokrasi. Pada awalnya remunerasi ini disebut sebagai Tunjangan Khusus Pembinaan Keuangan Negara (TKPKN) adalah penghasilan selain gaji yang diberikan kepada Pegawai Negeri Sipil (PNS) Kementrian Keuangan dan PNS lain yang dipekerjakan atau diperbantukan di lingkungan Kementerian Keuangan. TKPKN pertama kali dibayarkan pada tahun 1971 berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 15 Tahun 1971.Pada saat itu, TKPKN ditulis dengan ejaan Tundjangan Chusus Pembinaan Keuangan Negara atau disingkat TCPKN. Orang biasa menyebutnya hanya dengan Tundjangan Chusus saja dengan singkatan TC [baca: te-se]. Pemberian tunjangan kinerja di Kementrian Keuangan telah di mulai pelaksanaannya pada tahun di mulai yaitu tahun 2007 dengan label sebutan nama istilah TKPKN (Tunjangan Khusus Pembinaan Keuangan Negara) berdasarkan Kepmenkeu No. 289/KMK.01/02007. Dan hal ini berlanjut sampai dengan saat ini dengan perubahan-perubahan keputusan Menteri Keuangan Indonesia yang tengah menjabat ketika perberlakuan remunerasi ditetapkan. Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor : 87/PMK.01/2008 mengenai Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 74/PMK.01/2009 tanggal 08 08 April 2009

11 tentang hal yang sama menunjuk Direktorat Jenderal Bea dan Cukai melakukan perubahan tipologi untuk mengoptimalkan fungsi dengan menyempurnakan tata kerja instansi vertikal organisasi Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, untuk mencapai hal tersebut pihak instansi terus berupaya meningkatkan mutu pelayanan, kualitas sumber daya manusia serta menumbuh kembangkan kreativitas dan inovasi baru sebagai upaya yang terbaik bagi pengguna jasa Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. Berdasarkan Peraturan Menteri Negara PAN Nomor: PER/09/ M.PAN/5/2007 mengenai Pedoman Umum Penetapan Indikator Kinerja Utama di Lingkungan Instansi Pemerintah. Serta Keputusan Dirjen Bea dan Cukai No. KEP- 25/BC/2009 tentang Pengelolaan Indikator Kinerja Utama di Lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, serta Kep-66/BC/2006 tanggal 14 Juni 2006 yang diubah dengan Kep-10/BC/2007 tanggal 18 Januari 2007, telah dibentuk Tim Percepatan Reformasi Kebijakan Bidang Pelayanan Bea dan Cukai. Aturan normatif tersebut menjadi payung hukum sekaligus dasar bagi peningkatan kinerja pegawai di Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.Salah satu kebijakan yang telah diputuskan oleh Kementrian Keuangan dalam rangka reformasi birokrasi saat ini adalah dengan diberikannya remunerasi bagi pegawai DJBC yang merupakan bagian dari pegawai Kementrian Keuangan.Kepuasan dan kinerja Pegawai Negeri Sipil (PNS) diharapkan meningkat setelah adanya pemberian remunerasi atau kompensasi. Pemberian remunerasi ini diharapkan dapat membentuk kondisi yang membuat pegawai termotivasi. Motivasi pegawai tak kalah lebih pentingnya

12 dalam memberikan kontribusi terhadap suatu instansi.motivasi merupakan kemauan untuk memberikan upaya lebih untuk meraih tujuan organisasi, yang disebabkan oleh kemauan untuk memuaskan kebutuhan individual (Robbins, 2007:52). Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai (KPPBC) Tipe Madya Pabean B Pekanbaru tengah berbenah dalam rangka memperbaiki kinerjanya. Usaha yang dilakukan dalam rangka peningkatan kinerja KPPBC Tipe Madya Pabean B Pekanbaru seiring dengan reformasi birokrasi yang dicanangkan oleh Departemen Keuangan meliputi 4 (empat) pilar utama, yaitu: penataan organisasi, perbaikan proses bisnis, peningkatan sumber daya manusia dan perbaikan remunerasi. Perbaikan remunerasi juga telah diberlakukan di KPPBC Tipe Madya Pabean B Pekanbaru sejak dikeluarkannya Keputusan Menteri Keuangan No.SR- 47/BC.01/2016 tentang Pelaksanaan Pembayaran Tunjangan Tambahan Unsur TKPKN berdasarkan nilai kinerja pegawai sedangkan untuk Gaji Pokok masih mengacu pada sistem lama sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 15 tahun 2012 tentang Perubahan Keempat belas Atas Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1977 tentang Peraturan Gaji Pegawai Negeri Sipil dimana besaran gaji pokok ditentukan berdasarkan Golongan, Pangkat, dan Masa Kerja Pegawai Negeri Sipil (PNS). TKPKN diberikan kepada pegawai KPPBC Tipe Madya Pabean B Pekanbaru berdasarkan peringkat jabatan yang telah ditentukan atau berdasarkan nilai kinerja pegawai tersebut.tkpkn diberikan kepada pegawai KPPBC Tipe

13 Madya Pabean B Pekanbaru berdasarkan peringkat jabatan yang telah ditentukan. Nilai TKPKN bagi pegawai pelaksana diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor : 190/PMK.01/2008 tentang Pedoman Penetapan, Evaluasi, Penilaian, Kenaikan dan Penurunan Jabatan dan Peringkat Bagi Pemangku Jabatan Pelaksana di lingkungan Departemen Keuangan. Berikut dapat dilihat perbandingan pemberian tunjangan kinerja awal pemberlakuan pemberian remunerasi tahun 2007 dan perkembangan pemberian remunerasi tahun 2016, sebagai berikut : Tabel 1.2. Pembagian Tunjangan Kinerja pada Lingkungan Kementrian Keuangan No Kelas Jabatan Tunjangan Kinerja Tahun 2016 Tunjangan Kinerja Tahun 2007 Kenaikan % 1 2 3 4 5 6 1. 27 Rp. 46.950.000 Rp. 46.950.000 - - 2. 26 Rp. 41.550.000 Rp. 41.550.000 - - 3. 25 Rp. 36.770.000 Rp. 36.770.000 - - 4. 24 Rp. 32.540.000 Rp. 32.540.000 - - 5. 23 Rp. 24.100.000 Rp. 24.100.000 - - 6. 22 Rp. 21.330.000 Rp. 21.330.000 - - 7. 21 Rp. 18.880.000 Rp. 18.880.000 - - 8. 20 Rp. 16.700.000 Rp. 16.700.000 - - 9. 19 Rp. 13.670.000 Rp. 12.370.000 Rp. 1.300.000 11% 10. 18 Rp. 12.370.000 Rp. 10.760.000 Rp. 1.610.000 15% 11. 17 Rp. 10.947.000 Rp. 9.360.000 Rp.1.587.000 17% 12. 16 Rp. 8.458.000 Rp. 6.930.000 Rp. 1.528.000 22% 13. 15 Rp. 7.474.000 Rp. 6.030.000 Rp.1.444.000 24% 14. 14 Rp. 6.349.000 Rp. 5.240.000 Rp. 1.109.000 21% 15. 13 Rp. 5.079.000 Rp. 4.370.000 Rp. 709.000 16% 16. 12 Rp. 4.837.000 Rp. 3.800.000 Rp.1.037.000 27% 17. 11 Rp. 4.607.000 Rp. 3.450.000 Rp.1.157.000 34% 18. 10 Rp. 4.388.000 Rp. 3.140.000 Rp.1.248.000 40% 19. 9 Rp. 4.179.000 Rp. 2.850.000 Rp.1.329.000 47%

14 20. 8 Rp. 3.980.000 Rp. 2.550.000 Rp.1.430.000 56% 21. 7 Rp. 3.864.000 Rp. 2.360.000 Rp.1.504.000 64% 22. 6 Rp. 3.611.000 Rp. 2.140.000 Rp.1.471.000 69% 23. 5 Rp. 3.375.000 Rp. 1.950.000 Rp.1.425.000 73% 24. 4 Rp. 3.154.000 Rp. 1.770.000 Rp.1.384.000 78% 25. 3 Rp. 2.948.000 Rp. 1.610.000 Rp.1.338.000 83% 26. 2 Rp. 2.755.000 Rp. 1.460.000 Rp.1.295.000 89% 27. 1 Rp. 2.575.000 Rp. 1.330.000 Rp.1.245.000 94% Sumber : Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean B Pekanbaru Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa pada tahun 2007 kompenen remunerasi hanya diberikan tunjangan kinerja dan besar tunjangan kinerja pada tahun 2007 mengalami peningkatan pada tahun 2016 terutama dimulai pada kelas jabatan 19 sampai kelas jabatan 1. Kemudian pada tahun 2016, dalam pembagian remunerasi diberikan dua jenis tunjangan yaitu tunjangan kinerja dan tunjangan tambahan. Hal ini sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 741/KMK.01/2016 tentang peringkat jabatan structural dan peringkat jabatan fungsional di Lingkungan Kementrian Keuangan serta Kepmenkeu No. 1104/KMK.01/2015 tentang jabatan dan peringkat bagi pelaksanaan di Lingkungan Kemenku. Berikut dapat dilihat pembagian tunjangan kinerja dan tunjangan tambahan padapada Lingkungan Kementrian Keuangan, yaitu:

15 Tabel 1.3. Pembagian tunjangan kinerja dan Tunjangan Tambahan pada Lingkungan Kementrian Keuangan No Kelas Jabatan Tunjangan Kinerja Tunjangan Tambahan Jabatan Tertentu yang Memperoleh 1 2 3 5 5 1. 27 Rp. 46.950.000 Rp. 2.500.000 Direktur Jenderal Bea dan Cukai 2. 26 Rp. 41.550.000 Rp. 2.500.000-3. 25 Rp. 36.770.000 Rp. 3.710.000-4. 24 Rp. 32.540.000 Rp. 4.370.000-5. 23 Rp. 24.100.000 Rp. 5.400.000 Sekretaris DJBC 6. 22 Rp. 21.330.000 Rp. 5.790.000 Kepala Kantor Wilayah 7. 21 Rp. 18.880.000 Rp. 5.860.000 Kepala Bagian 8. 20 Rp. 16.700.000 Rp. 5.660.000 Kepala Sub Direktorat 9. 19 Rp. 13.670.000 Rp. 6.440.000 Sub Direktorat 10. 18 Rp. 12.370.000 Rp. 5.700.000 Kepala Kantor Pelayanan 11. 17 Rp. 10.947.000 Rp. 5.083.000 Kepala Seksi 12. 16 Rp. 8.458.000 Rp. 3.809.000 Kepala Seksi 13. 15 Rp. 7.474.000 Rp. 4.291.000 Kepala Seksi 14. 14 Rp. 6.349.000 Rp. 4.611.000 Kepala Seksi 15. 13 Rp. 5.079.000 Rp. 3.809.000 Kasubsi 16. 12 Rp. 4.837.000 Rp. 3.053.000 Pelaksana 17. 11 Rp. 4.607.000 Rp. 2.916.000 Pelaksana 18. 10 Rp. 4.388.000 Rp. 2.732.000 Pelaksana 19. 9 Rp. 4.179.000 Rp. 2.611.000 Pelaksana 20. 8 Rp. 3.980.000 Rp. 1.890.000 Pelaksana 21. 7 Rp. 3.864.000 Rp. 1.666.000 Pelaksana 22. 6 Rp. 3.611.000 Rp. 1.657.000 Pelaksana 23. 5 Rp. 3.375.000 Rp. 1.448.000 Pelaksana 24. 4 Rp. 3.154.000 Rp. 496.000 Pelaksana 25. 3 Rp. 2.948.000 Rp. 370.000 Pelaksana

16 No Kelas Jabatan Tunjangan Kinerja 26. 2 Rp. 2.755.000 27. 1 Rp. 2.575.000 Tunjangan Jabatan Tertentu yang Tambahan Memperoleh Rp. 210.000 Pelaksana Rp. 170.000 Pelaksana Sumber : Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean B Pekanbaru Tunjangan kinerja diberikan kepada pegawai yang mempunyai jabatan tertentu di lingkungan Kemenkeu setiap bulan sesuai dengan kelas jabatan dengan memperhitungkan capaian kinerja pegawai tersebut.tunjangan kinerja tidak dapat diberikan kepada : 1. Pegawai yang tidak mempunyai jabatan tertentu 2. Pegawai yang diberhentikan untuk sementara atau dinonaktifkan 3. Pegawai yang diberhentikan dari jabatan organiknya dengan diberikan uang tunggu (belum diberhentikan sebagai PNS) 4. Pegawai yang diperbantukan/dipekerjakan pada badan/instansi lain di luar Kemenkeu 5. Pegawai yang diberikan CDLTN atau dalam bebas tugas untuk menjalani masa persiapan pensiun 6. Pegawai pada Badan Layanan Umum yang telah mendapatkan remunerasi sebagaimana diatur PP No 74 Tahun 2012 Selain perbedaan nominal remunasi yang diberikan juga terdapat potongan bagi pemberian remunerasi berdasarkan hal-hal berikut ini :

17 a. Potongan Tunjangan Bagi Pegawai yang Terlambat Masuk Kerja Tabel 1.4. Persentase Potongan Tunjangan Bagi Pegawai yang Terlambat Masuk Kerja Tingkat Keterlambatan (TL) Waktu Masuk Kerja Persentase Potongan TL 1 07.31 s.d. < 08.01 0.5% TL 2 08.01 s.d. < 08.31 1% TL 3 08.31 s.d. < 09.01 1.25% TL 4 09.01 dan atau tidak mengisi daftar hadir 2.5% masuk bekerja b. Potongan Tunjangan Bagi Pegawai yang Pulang Sebelum Waktunya Tabel 1.5. Persentase Potongan Tunjangan Bagi Pegawai yang Pulang Sebelum Waktunya Tingkat Keterlambatan (TL) Waktu Masuk Kerja Persentase Potongan PSW 1 16.31 s.d. < 17.00 0.5% PSW 2 16.01 s.d. < 16.31 1% PSW 3 15.31 s.d. < 16.01 1.25% PSW 4 15.31 dan atau tidak mengisi daftar hadir 2.5% masuk bekerja c. Potongan Tunjangan Karena Pelanggaran Terkait Hukuman Disiplin Tabel 1.6. Persentase Potongan Tunjangan Karena Pelanggaran Terkait Hukuman Disiplin No Jenis Hukuman Disiplin Hukuman Disiplin Besar Pot. Lama Hukdis (bulan) Teguran lisan 25% 2 1. Ringan Teguran tertulis 25% 3 Pernyataan tidak puas secara tertulis 25% 6 Penundaan kenaikan gaji berkala selama 1 (satu) tahun 50% 6 2. Sedang Penundaan kenaikan pangkat selama 1 (satu) tahun 50% 6 Penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 1 (satu) tahun 50% 12 Penurunan pangkat setingkat lebih 3. Berat rendah selama 3 (tiga) tahun 85% 12 Pemindahan dalam rangka penurunan 90% 12

18 jabatan setingkat lebih rendah Pembebasan dari jabatan 95% 12 Pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri atau pemberhentian tidak dengan hormat dan mengajukan banding administrasi ke Badan Pertimbangan Kepegawaian 100% - d. Potongan Tunjangan Dalam Hal Cuti Tabel 1.7. Persentase Potongan Tunjangan Dalam Hal Cuti Minimal Maksimal Besar No. Jenis Cuti (Jumlah (jumlah Pot. Hari) Hari) 1. 2. Cuti Tahunan Cuti Alasan Penting 3. Cuti Sakit 3-0% - 3 0% - 2 0% - 2 2.5% - 25 0% - - 2.5% - 5 0% Keterangan Cuti tahunan pada tahun berjalan yang kemudian menjalani cuti besar pada tahun yang sama maka tunjangan yang sudah dibayarkan harus dikembalikan Orang tua, istri/suami, anak dan atau saudara kandung meninggal dunia Mertua dan atau menantu meninggal dunia Tidak menjalani rawat inap Disertai surat keterangan dokter Rawat inap Disertai surat keterangan + fotocopy rincian biaya rawat inap Rawat jalan setelah selesai menjalani rawat inap Dibuktikan dengan surat keterangan dokter Wanita yang mengalami gugur kandungan tetapi tidak menjalani rawat inap Dibuktikan dengan surat

19 keterangan dokter Persalinan yang pertama s.d ketiga sejak diangkat sebagai CPNS - 5 0% Untuk hari berikutnya Cuti 4. dikenakan potongan Bersalin sebesar 2.5% Persalinan yang keempat - - 5% dan seterusnya sejak diangkat sebagai CPNS 5. Cuti Besar - - 5% - Fenomena yang dihadapi Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean B Pekanbaru berdasarkan hasil pengamatan langsung terlihat adanya peningkatan kinerja pegawai setelah diberlakukannya remunerasi untuk semua pegawai sehingga pegawai dapat lebih termotivasi dalam bekerja. Nawawi (dalam Retnaningsih, 2007:24) menyatakan bahwa kegiatan peningkatan kinerja produktivitas dimulai dengan upaya menumbuhkan dorongan atau motivasi supaya sukses dalam melaksanakan pekerjaan berdasarkan kesadaran personel yang bersangkutan. Pegawai memberikan kinerja yang baik untuk kemajuan instansi, sedangkan instansi memberikan motivasi, kesempatan yang sama setiap pegawai untuk berkembang, dan pemberian remunerasi yang sesuai atas kinerja yang telah diberikan pegawai terhadap instansi. Remunerasi itu sendiri merupakan imbalan atau balas jasa yang diberikan instansi kepada tenaga kerja sebagai akibat dari prestasi yang telah diberikannya dalam rangka mencapai tujuan instansi. Pengertian ini mengisyaratkan bahwa keberadaannya di dalam suatu organisasi instansi tidak dapat diabaikan begitu saja. Sebab, akan terkait langsung dengan pencapaian tujuan instansi.

20 Berikut dapat dilihat perkembangan kinerja pegawai pada Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean B Pekanbaru tahun 2005 sampai 2016, yaitu : Tabel 1.8. Perkembangan Kinerja Pegawai pada Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean B Pekanbaru tahun 2005 sampai 2016 No Kategori Tahun 1. Diatas 100 (Baik Sekali) 2. 90-100 (Baik) 3. Dibawah 90 (Cukup Baik) 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 0 0 1 5 6 7 7 7 7 7 7 7 45 47 49 70 73 73 77 81 83 83 84 88 35 33 32 9 8 7 6 5 3 4 4 4 Jmlh Pegawai 80 80 82 84 87 87 90 93 93 95 95 99 Sumber :Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean B Pekanbaru, 2017 Berdasarkan data diatas diketahui adanya peningkatan kinerja pegawai yang dinilai melalui NKP K3 yang menjadi dasar untuk memperoleh tunjangan tambahan unsur TKPKN berdasarkan NKP (Nilai Kinerja Pegawai) yang dibayarkan secara Tahunan terutama setelah diberlakukannya pemberian remunerasi. Peningkatan kinerja bagi pegawai tidak terlepas dari rangsangan maupun motivasi dari pegawai itu sendiri atau dari eksternal. Dalam hal ini baik secara langsung maupun tidak langsung remunerasi merupakan salah satu pendorong semangat kerja dan produktivitas kerja pegawai, dengan memanfaatkan dan menggunakan serta memaksimalkan sumber daya yang dimiliki yang didukung budaya organisasi yang tepat diharapkan dapat tercapainya kinerja yang optimal. Remunerasi diharapkan mampu memberikan dorongan dan motivasi kerja terhadap para pegawai untuk tetap bekerja

21 giat.disamping memotivasi, peranan remunerasi sangat penting dalam rangka menciptakan kinerja yang tinggi.hal ini disebabkan karena setiap pegawai mempunyai kebutuhan-kebutuhan dan harapan yang berbeda-beda. Dari latar belakang tersebut dan fenomena yang peneliti dapatkan selama observasi, maka penulis mengambil judul Pengaruh Remunerasi Terhadap Kinerja Pegawai Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean B Pekanbaru 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan permasalahan diatas maka dapat dirumuskan masalah penelitian yaitu : apakah remunerasi berpengaruh terhadap kinerja pegawai Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean B Pekanbaru. 1.3. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini untuk : a. Untuk mengetahui remunerasi dan kinerja pegawai Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean B Pekanbaru. b. Untuk mengetahui pengaruh remunerasi terhadap kinerja pegawai Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean B Pekanbaru.

22 1.4. Manfaat Penelitian Sedangkan kegunaan penelitian ini antara lain : a. Sebagai bahan pertimbangan dan telaah/masalah bagi pihakkantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean B Pekanbaru dalam peningkatan kinerja pegawai. b. Sumber informasi bagi pihak yang berkepentingan dalam meningkatkan kinerja pegawai melalui pemberian remunerasi. c. Hasil penelitian ini dilakukan agar dapat bermanfaat dalam bidang ilmu pengetahuan khususnya ilmu administrasi publik dan bisa menjadi bahan pertimbangan dalam penelitian-penelitian yang mempunyai kesamaan (guna teoritis).