BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Fase perkembangan tersebut meliputi masa bayi, masa kanak-kanak,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang unik dan terus mengalami perkembangan di

BAB I PENDAHULUAN. terutama bagi masyarakat kecil yang hidup di perkotaan. Fenomena di atas

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. kali oleh seorang psikiater asal Inggris bernama John Bowlby pada tahun 1969.

BAB I PENDAHULUAN. ketidakmampuan. Orang yang lahir dalam keadaan cacat dihadapkan pada

BAB II LANDASAN TEORI. yang terbentuk melalui pengalaman-pengalaman yang diperoleh dari interaksi

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam kehidupannya, individu sebagai makhluk sosial selalu

BAB I PENDAHULUAN. sesuatu yang sangat penting untuk meningkatkan kualitas kehidupan, terutama

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode penting dalam rentang kehidupan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting di dalam suatu kehidupan. manusia. Teori Erikson memberikan pandangan perkembangan mengenai

BAB I PENDAHULUAN. bergantung kepada orangtua dan orang-orang yang ada di lingkungannya hingga

BAB II LANDASAN TEORI. berhubungan dengan orang lain. Stuart dan Sundeen (dalam Keliat,1992).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat menimbulkan banyak masalah bila manusia tidak mampu mengambil

BAB II KAJIAN TEORI. seseorang karena konsep diri merupakan kerangka acuan (frame of reference) dalam

BAB I PENDAHULUAN. karena di lembaga inilah setiap anggota masyarakat dapat mengikuti proses

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN READINESS BELAJAR DAN PERSEPSI MATA PELAJARAN MATEMATIKA TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMP

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dukungan sosial timbul oleh adanya persepsi bahwa terdapat orang- orang yang

PERBEDAAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI KEIKUTSERTAAN PADA LEMBAGA BIMBINGAN BELAJAR SISWA SMP NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peranan penting dalam meningkatkan kualitas. sumber daya manusia. Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mutia Faulia, 2014

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak suku, etnis dan budaya. Salah satunya adalah suku

BAB II LANDASAN TEORI

Bab II Tinjauan Teori

HUBUNGAN ANTARA BAKAT NUMERIK DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Prestasi belajar mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi

Pengaruh Penerapan Metode Stimulus-Respon Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Biologi Kelas XI MAN 2 Kota Bima

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diperlukan adanya pembinaan dan bimbingan yang dapat dilaksanakan oleh

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA REMAJA. Naskah Publikasi. Diajukan kepada Fakultas Psikologi

I. PENDAHULUAN. Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan formal, yang masih

BAB I PENDAHULUAN. individu tentang dirinya sendiri inilah yang disebut konsep diri.

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bimbingan dan Konseling memiliki peranan yang sangat menentukan

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi. Untuk itu diperlukan upaya pengajaran. dimensi kehidupan terutama dibidang pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. bawaan dari lahir tetapi berkembang dari beribu-ribu pengalaman secara

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan kebutuhan manusia. Dengan belajar manusia dapat

I. PENDAHULUAN. dasarnya, manusia berkembang dari masa oral, masa kanak-kanak, masa

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

BAB I PENDAHULUAN. ini yang saling berinteraksi, siswalah yang lebih aktif bukan guru. Seperti yang. sentral pembelajaran (Fathurrohman, 2010: 14).

BAB I PENDAHULUAN. Setiap jabatan atau tugas tertentu akan menuntut pola tingkah laku tertentu pula.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Prestasi merupakan sesuatu yang didambakan oleh semua orang dalam

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau

A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan suatu aspek penting bagi manusia untuk. perkembangan dirinya. Isi perbuatan yang mendasar dari mendidik adalah

BAB I PENDAHULUAN. arti penting dalam kehidupan sehari-hari dan dalam mempelajari ilmu

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai lembaga pendidikan formal, sekolah diharapkan mampu. memfasilitasi proses pembelajaran yang efektif kepada para siswa guna

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI PEMBAHASAN, KETERBATASAN PENELITIAN, DAN SARAN. Dari hasil penelitian ini dapat diambil 2 (dua) kesimpulan, yaitu :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Riesa Rismawati Siddik, 2014 Kontribusi pola asuh orangtua terhadap pembentukan konsep diri remaja

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung menempatkan institusi ini sebagai salah satu institusi sosial yang

BAB I PENDAHULUAN. yang disetujui bagi berbagai usia di sepanjang rentang kehidupan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas menentukan masa depan bangsa. Sekolah. sekolah itu sendiri sesuai dengan kerangka pendidikan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi, telah berdampak kepada munculnya bidang-bidang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Hasil akhir dari pendidikan seseorang individu terletak pada sejauh mana hal

BAB I PENDAHULUAN. didik dalam mengembangkan potensinya. Hal ini didasarkan pada UU RI No

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Setiap orang pada umumnya memerlukan lapangan kerja untuk bertahan

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Oleh karena itu, bidang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dapat dilakukan di lingkungan mana saja baik di sekolah maupun di luar

BAB 1 PENDAHULUAN. berguna kelak di kemudian hari.sekolah sebagai salah satu institusi pendidikan yang

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN PENYESUAIAN DIRI SISWA KELAS X SMA ISLAM BAWARI PONTIANAK

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. pribadi untuk kontak sosial. Melalui komunikasi seseorang tumbuh dan belajar,

`BAB I PENDAHULUAN. mengalami kebingungan atau kekacauan (confusion). Suasana kebingunan ini

BAB I PENDAHULUAN. Individu pada usia remaja di sekolah adalah sebagai individu yang sedang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gentra Agna Ligar Binangkit, 2013

BAB I PENDAHULUAN. yang dikenal dengan istilah adolescence merupakan peralihan dari masa kanakkanak

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. 1. dasarnya mengantarkan para siswa menuju pada perubahan-perubahan tingkah

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. pandang mereka masing-masing. Berikut ini kutipan pendapat beberapa ahli

BAB I PENDAHULUAN. awal yaitu berkisar antara tahun. Santrock (2005) (dalam

BAB I PENDAHULUAN. tersebut, diharapkan siswa akan mendapatkan hasil yang maksimal

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian yang penulis laksanakan mengenai hubungan

I. PENDAHULUAN. cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan dan tujuan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. berbagai bidang, sehingga munculah berbagai alat sebagai hasil pemanfaatan ilmu

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. daya manusia merupakan prasyarat mutlak untuk mencapai tujuan pembangunan. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mutia Ramadanti Nur,2013

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS. usaha (Depdikbud, 1997:343). Sedangkan pengertian belajar adalah suatu

BAB II LANDASAN TEORI. mau dan mampu mewujudkan kehendak/ keinginan dirinya yang terlihat

BAB I PENDAHULUAN. Ganda (PSG), sebagai perwujudan kebijaksanan dan Link and Match. Dalam. Dikmenjur (2008: 9) yang menciptakan siswa atau lulusan:

HUBUNGAN INTERAKSI SOSIAL, KONSEP DIRI, DAN KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI DI KECAMATAN PITURUH

BAB I PENDAHULUAN. perubahan emosi, perubahan kognitif, tanggapan terhadap diri sendiri

BAB I PENDAHULUAN. Dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 1:

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan

BAB I PENDAHULUAN. sekolah adalah hasil belajar matematika. Pada umumnya, hasil belajar matematika

I. PENDAHULUAN. lain. Menurut Supratiknya (1995:9) berkomunikasi merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari masa anak menuju masa dewasa, dan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu mempunyai kepribadian yang berbeda-beda. Menurut Hurlock

BAB I PENDAHULUAN. Individu disadari atau tidak harus menjalani tuntutan perkembangan.

BAB 1 PENDAHULUAN. 2014, remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun. Menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berbicara tentang siswa sangat menarik karena siswa berada dalam kategori

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan tempat didikan bagi anak anak. Lebih dalam tentang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. 1. Tinjauan Tentang Minat Belajar Sejarah

BAB I PENDAHULUAN. tersebut sangat berpengaruh pada kelangsungan hidup setiap orang, yang berguna

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam kehidupannya mengalami beberapa fase perkembangan. Setiap fase perkembangan tentu saja berbeda pengalaman dan dituntut adanya perubahan perilaku dari individu agar dapat berperan dan diterima oleh masyarakat. Fase perkembangan tersebut meliputi masa bayi, masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa dan masa usia lanjut. Dimana ada batasan usia pada setiap masanya. Masa remaja merupakan periode pengalihan dari masa kanak-kanak. Apa yang dialami sebelumnya akan mempengaruhi masa yang akan datang. Bila beralih dari masa kanak-kanak ke masa remaja, harus meninggalkan sesuatu yang bersifat kekanak-kanakan dan mengubah pola prilaku dan sikap baru untuk menggantikan pola prilaku dan sikap yang lama. Dengan beralihnya masa, maka terjadi pula banyak perubahan seperti perubahan fisik, pola emosi, sosial, minat, moral dan kepribadian. Pada masa ini terjadi pula penyesuaian diri terhadap lingkungan sosialnya yang cenderung remaja menyukai kelompok-kelompok. Manusia dan makhluk hidup yang lain membutuhkan dunia untuk mengembangkan dan melangsungkan hidupnya. Ia selalu berusaha untuk menggunakan dan mengubah dunia untuk kebutuhan dirinya. Ia selalu belajar, menyesuaikan diri dengan dunia luar (Abdul, 2004:209). 1

Setiap manusia di manapun berada selalu melakukan kegiatan belajar. Seorang siswa yang ingin mencapai cita-citanya tentu harus belajar dengan giat, bukan hanya di sekolah saja, tetapi juga harus belajar di rumah, dalam masyarakat, lembaga-lembaga pendidikan ekstra di luar sekolah, berupa kursus, les privat, bimbingan studi dan sebagainya. Belajar adalah suatu usaha atau kegiatan yang bertujuan mengadakan perubahan di dalam diri seseorang, mencakup perubahan tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu pengetahuan, keterampilan, dan sebagainya. Perubahan yang terjadi dalam proses belajar tersebut adalah berkat pengalaman atau praktik yang dilakukan dengan sengaja dan disadari, atau dengan kata lain bukan kebetulan. Dalam hal ini pendidikan pada hakikatnya adalah mengembangkan potensi secara menyeluruh yang pelaksanaannya dilakukan dengan cara mengajarkan berbagai pengetahuan dan kecakapan yang dibutuhkan oleh manusia itu sendiri. Untuk mengetahui apakah hal ini telah tercapai perlu adanya penilaian. Hasil penilaian belajar disebut juga dengan prestasi belajar. Jadi, prestasi belajar adalah hasil yang dicapai dari apa yang sudah dikerjakan atau apa yang sudah diusahakan sesudah belajar. Setiap siswa diharapkan dapat mencapai prestasi belajar yang memuaskan, namun pada kenyataannya banyak siswa yang memiliki prestasi belajar yang tidak memuaskan atau rendah. Banyak faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa, salah satunya adalah konsep diri. Anggrilli dan Helfat (1981:27) menyatakan konsep diri 2

sebagai pandangan internal yang dimiliki setiap orang tentang dirinya termasuk penilaian yang bersifat pribadi mengenai berbagai karakteristiknya. Selain itu, konsep diri menurut Alex Sobur (2003:507) adalah semua persepsi kita terhadap aspek diri yang meliputi aspek fisik, aspek sosial, dan aspek psikologis, yang didasarkan pada pengalaman dan interaksi kita dengan orang lain. Sebetulnya, konsep diri itu terbentuk berdasarkan persepsi seseorang tentang sikap orang lain terhadap dirinya. Pada seorang murid, ia mulai belajar berpikir dan merasakan dirinya seperti apa yang telah ditentukan oleh orang lain dalam lingkungannya; misalnya, orang tuanya, gurunya atau teman-temannya, sehingga apabila seorang guru mengatakan secara terus menerus pada seorang muridnya bahwa ia bisa, lama kelamaan murid tersebut akan mempunyai konsep diri semacam itu. Berdasarkan wawancara dengan guru bimbingan konseling (BK) di MAN 2 Bandung, para murid merasa kurang percaya diri jika mereka belum berkonsultasi dengan guru khususnya guru BK dan mendapat saran atau pendapat yang positif dari guru BK tersebut. Hal ini terjadi karena setiap murid di MAN 2 khususnya kelas XII selalu berkonsultasi kepada guru BK untuk mendapatkan kepercayaan diri dan tentunya hal itu berpengaruh juga terhadap konsep diri mereka. Yang dikonsultasikan para murid kepada guru BK beragam permasalahan, seperti masalah keluarga, masalah pribadi, masalah teman dan tentunya juga masalah pelajaran. Tidak sedikit siswa yang berkonsultasi tentang masalah pelajaran sekolah. Masalah pelajaran di sekolah disebabkan salah satu faktornya adalah karena mereka memang tidak menyukai mata pelajarannya 3

sehingga berpengaruh terhadap nilai mata pelajaran tersebut. Hal itu karena konsep diri mereka terhadap mata pelajaran tersebut sudah negatif. Seperti beberapa siswa tidak menyukai pelajaran matematika karena dari SMP pun mereka tidak menyukai pelajaran matematika karena guru mata pelajaran ketika SMP tidak menyenangkan, sehingga masih terbawa sampai mereka duduk di bangku MAN ini. Hal itu dapat terjadi karena konsep diri mereka ketika SMP terhadap mata pelajaran matematika sudah negatif, jadi berpengaruh terhadap mata pelajaran matematika di MAN ini meskipun guru mata pelajarannya berbeda bahkan gurunya sangat menyenangkan sekalipun tapi mereka tetap tidak menyukai mata pelajaran matematika. Tidak hanya mata pelajaran matematika, tetapi mata pelajaran lain pun sama. Dari sinilah penulis tertarik untuk meneliti, bagaimana konsep diri siswa kelas XII? Bagaimana prestasi belajar siswa kelas XII? Apakah terdapat hubungan antara konsep diri dengan prestasi belajar siswa kelas XII? Untuk menjawab dan mencari pemecahan masalah diatas, akan dilakukan penelitian yang diarahkan pada judul penelitian: HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN PRESTASI BELAJAR. B. Rumusan Masalah Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana konsep diri siswa kelas XII di MAN 2 Bandung? 2. Bagaimana prestasi belajar siswa kelas XII di MAN 2 Bandung? 4

3. Adakah hubungan konsep diri dengan prestasi belajar siswa kelas XII di MAN 2 Bandung? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan-rumusan masalah yang telah dipaparkan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui beberapa hal yaitu sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui konsep diri siswa kelas XII di MAN 2 Bandung. 2. Untuk mengetahui prestasi belajar siswa kelas XII di MAN 2 Bandung. 3. Untuk mengetahui hubungan konsep diri dengan prestasi belajar siswa kelas XII di MAN 2 Bandung. D. Kegunaan Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut: 1. Kegunaan Teoritis Penelitian ini diharapkan bisa memberikan sumbangsih untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, serta memperluas khazanah kepustakaan mengenai hubungan konsep diri dengan prestasi belajar. 2. Kegunaan Praktis a. Bagi subjek penelitian, akan mendapatkan informasi perihal konsep diri dan korelasinya dengan prestasi belajar yang dapat digunakan sebagai acuan untuk menyusun langkah kedepan yang lebih baik demi terciptanya sebuah prestasi belajar yang optimal 5

b. Bagi institusi pendidikan, akan mendapatkan suatu rujukan cara yang mungkin dapat diterapkan sebagai solusi masalah prestasi belajar yang kerap muncul c. Hasil penelitian dapat dijadikan bahan dasar bagi pelaksanaan kegiatan lebih lanjut. E. Kerangka Pemikiran Prestasi belajar dapat didefinisikan secara sederhana seperti dikemukakan oleh Woodworth yang dikutip oleh Sumadi Suryabrata (1993:169), dengan actual ability yang dapat diukur dengan alat atau tes tertentu. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdikbud, hal.700), dikatakan prestasi adalah hasil yang dicapai, karena perbuatan, tindakan atau kepandaiannya sehingga dapat dibedakan antara kemampuan seseorang dengan orang lain atau hasil yang dicapai dari yang telah dilakukan. Sementara itu belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa, sehingga perbuatannya (performance) berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi itu ke waktu sesudah ia mengalami situasi tadi. Abin Syamsudin (2000:185), menyatakan hasil belajar atau prestasi belajar adalah kecakapan yang segera dapat didemonstrasikan dan diuji karena merupakan hasil usaha belajar yang bersangkutan dengan cara, bahan dan dalam hal tertentu yang dijalaninya. Nana Sudjana (1995:124) memberikan pengertian 6

prestasi belajar atau hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa sesudah ia menerima pengalaman belajar. Banyak faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa. Roijekhers (1989:15), mengemukakan faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa secara garis besar terbagi atas dua jenis, yaitu: faktor yang berasal dari dalam diri siswa dan faktor lingkungan. Faktor dari dalam disebut faktor internal, yang meliputi : segi fisik seperti: alat indra dan kesehatan jasmani. Faktor psikologis mencakup: intelegensi, bakat, minat, emosi, sikap, perhatian, kesiapan, kematangan, tanggapan, konsep diri, dan motivasi. Faktor lingkungan (eksternal), meliputi : keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat dan lingkungan alam (dikutip dari http://xcontohmakalah.blogspot.com/2014/01/hubungan-antarakonsep-diri-dan-motivasi.html, diunduh tanggal 17 Februari 2014, 19.40 WIB). Salah satu faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah konsep diri (Roijekhers, 1989:15). Konsep diri menurut Rogers yang dikutip Alex Sobur (2003:507) adalah bagian sadar dari ruang fenomenal yang disadari dan disimbolisasikan, yaitu aku merupakan pusat referensi setiap pengalaman. Menurut Alex Sobur (2003:507) Siapakah saya? Apakah saya? Jawaban yang saya berikan terhadap kedua pertanyaan ini mengandung konsep diri, yang terdiri atas: 1. Citra-diri (self-image). Bagian ini merupakan deskripsi sederhana; misalnya, saya seorang pelajar, saya seorang kakak, saya seorang pemain bulutangkis, saya seorang pesilat, saya seorang petiju, tinggi badan saya 170 cm, berat badan saya 73 kg, dan sebagainya. 2. Penghargaan-diri (self-esteem). Bagian ini meliputi suatu penilaian, suatu perkiraan, mengenai kepantasan-diri (self worth); misalnya, saya peramah, saya sangat pandai, dan sebagainya. 7

Burns menganggap konsep diri sebagai suatu organisasi dari sikap-sikap diri (self attitudes). Konsep diri merupakan persepsi, konsep-konsep dan evaluasi individu mengenai dirinya sendiri, termasuk gambaran dari orang lain terhadap dirinya yang dia rasakan serta gambaran tentang pribadi yang dia inginkan dan di pelihara dari suatu pengalaman lingkungan yang dievaluasikan secara pribadi. William H. Fitts mengemukakan dimensi-dimensi yang terdapat dalam konsep diri, yaitu: a. Dimensi internal, merupakan persepsi individu mengenai dirinya berdasarkan dunia dalam dirinya yang terdiri dari: 1) The identity self, merupakan persepsi individu mengenai siapa dirinya yang meliputi simbol-simbol atau label-label yang diberikan pada diri oleh individu tersebut. 2) The behavioral self, merupakan persepsi mengenai diri yang meliputi pertanyaan mengenai apa yang ia lakukan dan bagaimana ia bertingkah laku. Konsekuen dari tingkah lakunya akan mempengaruhi apakah tingkah laku tersebut akan dilanjutkan atau tidak, bisa bersifat internal atu eksternal. 3) The judging self, merupakan persepsi individu sebagai hasil pengamatan dan hasil evaluasi atau penilaian terhadap diri. b. Dimensi Eksternal, merupakan persepsi individu mengenai dirinya melalui hubungan dan aktivitas sosialnya serta nilai-nilai yang dianutnya dan hal-hal lain yang berasal dari dunia di luar dirinya yang terdiri dari: 1) Physical Self, merupakan persepsi terhadap keadaan dirinya secara fisik misalnya kondisi kesehatan ataupun penampilan fisik yang tampak umum. 8

2) Moral Ethical Self, merupakan persepsi tentang bagaimana ia menggunakan nilai-nilai yang ia perolah dan berinteraksi dengan dunia luar, persepsi hubungan dengan tuhan, agama dan nilai-nilai moral. 3) Personal Self, merupakan persepsi terhadap keadaan pribadinya. Sejauhmana seseorang merasa dirinya sebagai pribadi yang tepat. 4) Family Self, merupakan persepsi mengenai dirinyna dalam berinteraksi dengan keluarga dan orang-orang terdekat. Misalnya dukungan keluarga. 5) Social Self, merupakan persepsi individu mengenai dirinya dalam berinteraksi dengan orang laindiluar keluarga secara umum. 9

Tabel 1.1 Kerangka Pemikiran Hubungan Variabel X Konsep Diri Variabel Y Prestasi Belajar a. Dimensi internal: 1) The identity self 2) The behavioral self 3) The judging self, b. Dimensi Eksternal: 1) Physical Self 2) Moral Ethical Self 3) Personal Self 4) Family Self 5) Social Self Faktor internal : segi fisik seperti: alat indra dan kesehatan jasmani. Faktor psikologis: intelegensi, bakat, minat, emosi, sikap, perhatian, kesiapan, kematangan, tanggapan, konsep diri, dan motivasi. Faktor lingkungan (eksternal), meliputi : keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat dan lingkungan alam. Responden 10