BAB I PENDAHULUAN. tugas dan tanggung jawab untuk kelestarian kehidupan bangsa dan negara. Maka

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 28 PENINGKATAN PERLINDUNGAN DAN KESEJAHTERAAN SOSIAL

LAMPIRAN III PERATURAN BUPATI KARANGASEM NOMOR 41 TAHUN 2014 TENTANG URAIAN TUGAS DINAS DAERAH KABUPATEN KARANGASEM. Dinas Sosial 1.

BAB 28 PENINGKATAN PERLINDUNGAN DAN KESEJAHTERAAN SOSIAL

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA

Himpunan Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga Tahun

7. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2002 tentang Pembentukan Kabupaten Banyuasin di Provinsi Sumatera Selatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

Pasal 152. Bagian Kedua. Bagian Tata Usaha. Pasal 153

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 63 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS SOSIAL PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu masyarakat adalah sebagai penerus cita-cita bangsa dan bagaimana

PEMERINTAH KABUPATEN TUBAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN

BAB V PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT DI KELURAHAN TENGAH

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN MAJENE

PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN,

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 62 TAHUN 2016

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG ORGANISASI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG,

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SIDOARJO PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 73 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK BARAT,

BUPATI TASIKMALAYA KEPUTUSAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR : 30 TAHUN 2001 TENTANG

PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 1

BAB 29 PENINGKATAN PERLINDUNGAN

BUPATI BARRU PROVINSI SULAWESI SELATAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 71 TAHUN 2016 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT

B U P A T I T A S I K M A L A Y A

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 85 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEMENTERIAN SOSIAL REPUBLIK INDONESIA INSTRUMEN PENDATAAN

PROGRAM KEGIATAN. Program Pemberdayaan Kelembagaan Kesejahteraan Sosial. a. Peningkatan peran aktif masyarakat dan dunia usaha

KESEJAHTERAAN SOSIAL OLEH DAN UNTUK SEMUA MENINGKATNYA KESEJAHTERAAN SOSIAL DAN PERAN MASYARAKAT DLM PEMBANGUNAN BIDANG KESEJAHTERAAN SOSIAL

KABUPATEN PESAWARAN KECAMATAN WAY RATAI DESA GUNUNGREJO PERATURAN DESA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA

LEMBARAN DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2011 NOMOR 9 PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN

PERATURAN DESA DAWAN KLOD NOMOR 02 TAHUN 2014 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 3 Tahun : 2017

KUESIONER. 1. Nama : 2. Jenis Kelamin : 3. Umur : Tahun. 4. Agama : 5. Suku : 6.Pendidikan : 7. Pekerjaan :

Komitmen itu diperbaharui

BUPATI PURWOREJO PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA/KELURAHAN

DocuCom PDF Trial. Nitro PDF Trial BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA

PENGEMBANGAN ORGANISASI KEPEMUDAAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU

PEMERINTAH KABUPATEN LAHAT

PEMERINTAHAN KABUPATEN BINTAN

PEMERINTAH KABUPATEN POSO

DHARMOTTAMA SATYA PRAJA PEMERINTAH KABUPATEN SEMARANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 14 TAHUN 2000 TENTANG

IV.B.22. Urusan Wajib Sosial

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 38 TAHUN 2010 TENTANG

BAB II PERENCANAAN KINERJA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 25 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DAN KELURAHAN

PEMERINTAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 10 TAHUN 2013

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Perjanjian Kinerja Dinas Sosial Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2017 NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET

Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan BAB III Urusan Desentralisasi. Hasil pelaksanaan urusan Sosial tahun 2012 dapat dijelaskan sebagai berikut :

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 3 TAHUN 2004 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TABANAN,

INDIKATOR KINERJA UTAMA

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 80 TAHUN 2008 TENTANG

INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS SOSIAL PROVINSI BALI PERIODE

BAB I PENDAHULUAN. yang kaya akan Sumber Daya Alamnya (SDA). Karena, kecendrungan negaranegara

PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP

PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2008 NOMOR 4

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 11 TAHUN 2007

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 53 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 6 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 35 TAHUN 2011 TENTANG

S A L I N A N LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DEMAK NOMOR 5 TAHUN 2010

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

LAPORAN KEGIATAN TENAGA KESEJAHTERAAN SOSIAL KECAMATAN

PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS SOSIAL KABUPATEN SUBANG BUPATI SUBANG,

URUSAN WAJIB SOSIAL. Hal Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Walikota Semarang Akhir Tahun Anggaran 2016

PERATURAN DESA ( PERDES ) NOMOR 09 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DESA PANGGUNGHARJO KECAMATAN SEWON KABUPATEN BANTUL

PEMERINTAH KABUPATEN BIMA DINAS SOSIAL Jl. Garuda No. 2 Tlp. (0374) 43229

2017, No Indonesia Tahun 2011 Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5235); 4. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 58 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN PEMERINTAHAN DESA

IV.B.22. Urusan Wajib Sosial

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

- 1 - WALIKOTA MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Generasi muda merupakan generasi penerus perjuangan bangsa dan sumber daya insani bagi pembangunan nasional, diharapkan mampu memikul tugas dan tanggung jawab untuk kelestarian kehidupan bangsa dan negara. Maka generasi muda perlu mendapatkan perhatian khusus dan kesempatan yang seluasluasnya untuk dapat tumbuh dan berkembang baik secara jasmani, rohani maupun sosial, sehingga perlu adanya upaya, program dan kegiatan yang secara terus menerus melibatkan peran serta semua pihak baik keluarga, lembaga pendidikan, organisasi pemuda, masyarakat dan terutama generasi muda itu sendiri. Arah kebijakan pembinaan generasi muda dalam pembangunan nasional menggariskan bahwa pembinaan perlu dilakukan dengan mengembangkan suasana kepemudaan yang sehat dan tanggap terhadap pembangunan masa depan, sehingga akan meningkatkan pemuda yang berdaya guna dan berhasil guna. Pembicaraan mengenai generasi muda tidak pernah terlepas dengan adanya berbagai permasalahan yang sangat bervariasi, sedangkan permasalahan tersebut tidak dapat diatasi secara proporsional sendiri-sendiri. Jika hal ini dibiarkan maka pemuda akan kehilangan jati diri sebagai pemuda penerus bangsa. Bahkan akan sangat berbahaya bila generasi muda akan terjerumus ke dalam tindakan-tindakan yang negatif dan merugikan diri sendiri maupun masyarakat, bangsa dan agama.

Selain menghadapi berbagai permasalahan, sebenarnya pemuda juga memiliki potensi-potensi yang melekat pada dirinya. Oleh karena itu berbagai potensi positif yang dimiliki generasi muda harus diarahkan, dibina dan digarap dengan baik dan benar. Pembinaan dan pengembangannya hendaknya harus sesuai dengan asas, arah dan tujuan yang jelas serta berkesinambungan. Generasi muda termasuk cita-cita penerus bangsa yang memiliki jumlah yang bisa dibilang tidak sedikit. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2010 jumlah generasi muda/pemuda di atas 15 tahun adalah sekitar 61.879.378 jiwa atau sekitar 30% dari seluruh penduduk di Indonesia. (http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?tabel=1&daftar=1&id_subyek=12&nota b=1 diakses tanggal 14 Desember 2010 oukul 20.00 wib) Proses sosialisasi generasi muda adalah suatu proses yang sangat menentukan kemampuan diri pemuda untuk menselaraskan diri di tengah-tengah kehidupan masyarakatnya. Pola dasar pembinaan dan pengembangan generasi muda ditetapkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dalam Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor : 0323/U/1978 tanggal 28 Oktober 1978. Maksud dari pola pembinaan dan pengembangan generasi muda adalah agar semua pihak yang turut serta dan berkepentingan dalam penanganannya benarbenar menggunakan pola dasar pembinaan dan pengembangan sebagai pedoman sehingga pelaksanaannya dapat terarah, menyeluruh dan terpadu serta berlangsung secara terus-menerus. Pada tahapan dan pembinaan generasi muda, melalui proses kematangan dirinya dan belajar pada berbagai media sosialisasi yang ada di masyarakat, sehingga diharapkan pemuda dapat hidup ditengahtengah masyarakat dan memiliki motivasi sosial yang tinggi.

Adanya usaha pemberdayaan guna meningkatkan peran serta pemuda dalam kehidupan bermasyarakat sangatlah penting. Kegunaannya adalah supaya generasi muda dapat menjalankan fungsi sosialnya sebagai anggota masyarakat yang trampil dan aktif berpartisipasi secara produktif. Hal tersebut bermakna bahwa pengangguran harus ditangani. Siapapun orangnya baik secara perorangan maupun kelompok mempunyai tanggung jawab agar generasi muda tidak menjadi pengangguran. Caranya yaitu bagi yang memiliki kemampuan finansial bisa mendirikan tempat-tempat kegiatan, pelatihan ketrampilan/kejuruan atau membiayai mereka untuk bisa mengikuti kegiatan tersebut. Bagi yang tidak memiliki kemampuan finansial, dapat melakukannya dengan memberikan/mencarikan informasi baik kepada anak atau kepada orang tuanya, juga dapat menginformasikan kepada pihak yang melaksanakan kegiatan, lembaga pelatihan bahwa generasi muda di lingkungannya membutuhkan kegiatan, latihan ketrampilan/kejuruan. Dengan adanya penanganan pengangguran, generasi muda akhirnya memiliki kegiatan positif dan juga memiliki bekal ketrampilan yang cukup, yang pada akhirnya generasi muda memiliki tanggung jawab kepada diri sendiri, keluarga maupun masyarakat. Di dalam prinsip-prinsip pekerjaan sosial di kenal dengan istilah membantu individu, kelompok maupun masyarakat agar mereka dapat membantu dirinya sendiri. Untuk mewujudkan tujuan generasi muda tersebut, usaha pemerintah juga sangat diperlukan. Salah satu usaha pemerintah didalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat tersebut adalah dengan membuat berbagai program. Program-program yang dibuat tersebut selanjutnya diserahkan kepada masyarakat

untuk dapat dijalankan dan menuntut partisipasi masyarakat didalam pelaksanaannya. Salah satu program tersebut adalah Program Pemberdayaan Kelembagaan Kesejahteraan Sosial. Dimana tujuannya adalah untuk meningkatkan kemampuan, kepedulian, pelestarian dan pendayagunaan nilai dasar kesejahteraan sosial, dan ketahanan sosial masyarakat, khususnya organisasi sosial (Orsos), tenaga kesejahteraan sosial masyarakat (TKSM)/relawan sosial, dan dunia usaha. Kegiatan pokok yang dilaksanakan antara lain meningkatkan kualitas SDM kesejahteraan sosial dan masyarakat (TKSM/relawan sosial, Karang Taruna, organisasi sosial termasuk kelembagaan sosial di tingkat lokal), meningkatkan peran aktif masyarakat dan dunia usaha dalam mendukung upaya-upaya penyelenggaraan pelayanan kesejahteraan sosial bagi PMKS, membentuk jejaring kerjasama pelaku-pelaku UKS masyarakat termasuk organisasi sosial tingkat lokal dan meningkatkan pelestarian nilai kepahlawanan, keperintisan dan kejuangan. Karang Taruna merupakan salah satu lembaga perwujudan dari kegiatan pokok Program Pemberdayaan Kelembagaan Kesejahteraan Sosial yang berada di tingkat lokal. Karang Taruna merupakan wadah pembinaan generasi muda yang berada di Desa / Kelurahan dalam bidang Usaha Kesejahteraan Sosial. Fungsi Karang Taruna sebagai wadah pembinaan tentu saja mempunyai beberapa program yang akan dilaksanakan melibatkan seluruh komponen dan potensi yang ada di Desa/Kelurahan yang bersangkutan. Sebagai Lembaga / Organisasi yang bergerak di bidang Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan berfungsi sebagai subyek.(http://www.depsos.go.id/modules.php?name=news&file=article&sid=35 5, tanggal akses 18 November2009, Pkl 12:29 Wib)

Sebagai contoh perwujudan dari bentuk perhatian kepada generasi, pada tanggal 7 Juni 2010 Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Tuban bekerja sama dengan UPT PSRT Bojonegoro dan Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK) telah mengadakan seleksi bagi Calon Siswa UPT PSRT Bojonegoro, Tempat di Aula Bidang Sosial pada Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Tuban dengan sasaran remaja anggota Karang Taruna yang diakibatkan oleh masalah sosial ekonomi, pengangguran, tidak memiliki ketrampilan, tingkat pendidikan rendah dan persyaratan untuk menjadi calon siswa.(http://pekerjasosialtuban.wordpress.com/category/karang-taruna/ diakses pada tanggal 30 Agustus 2010 pukul 19:02 wib) Daerah lain yang menjalankan program karang taruna adalah lingkungan RW. XV Per. Mangun Jaya Indah II, Ds. Mekarsari, Tambun Selatan Bekasi. Sebagai salah satu bentuk kepedulian terhadap lingkungan yang sekarang sedang dikampanyekan pemerintah kabupaten Bekasi untuk meraih Adipura, sebagai bagian dari masyarakat betapa pentingnya kebersihan dan jika kita lihat terjadi berbagai tragedi lingkungan, dari banjir yang masih setia mendatangi Jabodetabek saban musim hujan, pencemaran air di Teluk Buyat, sampai longsornya Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Leuwigajah, Cimahi, dan jebolnya tanggul Situ Gintung, Cirendeu, Tangerang, yang menewaskan lebih dari 100 orang saudarasaudara kita. Kegiatan sosial yang semakin jarang dilakukan pada sekarang ini ialah Kerja Bakti, dan dalam kesempatan ini Pengurus Karang Taruna RW. XV Perumahan Mangun Jaya Indah II melakukan kegiatan ini di beberapa tempat ibadah dan mudah-mudahan ini akan terus bisa dilanjutkan karena akan tumbuh

rasa kebersamaan antar sesama warga masyarakat khususnya yang ada di lingkungan Perumahan Mangun Jaya Indah II. Kepedulian terhadap tempat-tempat ibadah di Masjid Darul Muttaqien dan Mushola Al-Ukhuwah telah dilakukan kebersihan lingkungan dan sebagai bagian dari masyarakat anggota dan Pengurus Karang Taruna ikut serta bersama-sama pengurus DKM melaksanakan kegiatan ini. Aksi Sosial Kerja Bakti yang dilakukan oleh pengurus dan anggota Karang Taruna RW. XV Perumahan Mangun Jaya Indah II tersebut, merupakan wujud Pengabdian Para Pemuda kepada Masyarakat dan kegiatan ini telah menambah satu lagi rentetan satu bukti nyata bahwa Para Pemuda memiliki potensi positif yang patut di perhatikan keberadaannya sebagai salah satu komponen kekuatan sosial Masyarakat Perumahan Mangun Jaya Indah II. (http://karang-taruna-rwxv.blogspot.com/ diakses tanggal 30 Agustus 2010 pukul 19:01 wib) Karang Taruna di daerah Bali, Karang Taruna Eka Taruna Bhakti merupakan satu-satunya organisasi Karang Taruna di Kecamatan Denpasar Timur yang melaksanakan program dengan tujuan untuk mengatasi masalah pengangguran. Dengan adanya program ini diharapkan permasalahan pengangguran di Desa Sumerta Kelod pada khususnya dapat diatasi. Selain itu dengan adanya kegiatan ini diharapkan agar memacu organisasi-organisasi lain untuk bersama-sama mengatasi permasalahan pengangguran yang ada tersebut. Sasaran dari program penanggulangan pengangguran ini adalah meningkatkan kesejahteraan dari warga Desa Sumerta Kelod serta membantu setiap warga Sumerta Kelod yang sudah memiliki usaha ataupun juga warga Desa Sumerta Kelod yang masih mencari pekerjaan untuk disalurkan ke perusahaan-

perusahaan yang membutuhkan tenaga kerja. Implementasi logis dalam hal ini demi keberlangsungan dan keberhasilan program penanggulangan pengangguran adalah diperlukan adanya pemantauan secara berkala dan teratur oleh petugas terkait. Hal ini perlu dilakukan karena dengan adanya pemantauan yang teratur maka segala permasalahan yang terjadi di lapangan akan dapat diketahui secara cepat sehingga permasalahan yang ada di lapangan tersebut dapat pula dipecahkan serta diatasi secara cepat agar tidak mengganggu pelaksanaan program di masa yang akan datang. Sayangnya, sampai saat ini setelah 3 tahun berjalannya program penanggulangan pengangguran, dari pihak Karang Taruna Eka Taruna Bhakti belum dilakukan pemberian kredit bagi masyarakat yang mengikuti program penanggulangan pengangguran ini. Berikutnya yang dapat diberikan adalah perlu adanya kemudahan bagi para peserta program dalam memperoleh kredit. Dalam hal ini perlu adanya perhatian dan dukungan dari pemerintah dalam kemudahan pemberian kredit. Pemberian kredit ini diperlukan agar para peserta mampu untuk lebih mengembangkan usaha yang dibangunnya sehingga kesejahteraan masyarakat di Desa Sumerta Kelod bisa lebih ditingkatkan. Selain itu dalam pelaksanaan program penanggulangan pengangguran ini, banyak dilakukan kerjasama dengan instansi-instansi pemerintah maupun swasta. Kerjasama seperti ini perlu terus dilakukan dan perlu lebih ditingkatkan karena dengan adanya kerjasama dengan instansi-instansi lain dalam memberikan pendidikan dan pelatihan bagi para peserta program maka keterampilan dan keahlian dari para peserta program akan lebih meningkat. Mengingat semakin sempitnya lapangan pekerjaan yang tersedia saat ini, apalagi di daerah perkotaan,

maka dianjurkan dalam pelaksanaan program ini bagi warga masyarakat yang mengikuti program tersebut sebaiknya diarahkan agar warga masyarakat mampu untuk berwirausaha atau menciptakan lapangan pekerjaan sendiri sehingga keterampilan dan keahlian yang dimiliki oleh warga masyarakat dapat dimanfaatkan dengan baik. Selain itu perlu adanya kesadaran dari warga masyarakat untuk turut serta dalam pelaksanaan program penanggulangan pengangguran ini mengingat banyak manfaat yang akan bisa diperoleh dengan mengikuti program tersebut. Propinsi Sumatera Utara juga tidak terlepas dari program karang taruna. Usaha di bidang kesejahteraan sosial ini ditujukan untuk memberikan pelayanan kepada orang-orang lanjut usia, anak terlantar, para penderita cacat, fakir miskin, tuna sosial, anak nakal dan korban narkotika. Di samping itu akan diusahakan peningkatan pembinaan organisasi dan yayasan-yayasan sosial yang bergerak di bidang kesejahteraan sosial untuk meningkatkan partisipasi masyarakat. Untuk menjangkau sasaran pelayanan dan pembangunan bidang kesejahteraan sosial di daerah pedesaan dikembangkan dan dibina tenaga-tenaga PSM (pekerja sosial masyarakat). Peranan dan fungsi wanita di berbagai kegiatan sosial akan lebih digairahkan, sedangkan pembinaan karang taruna akan ditingkatkan dan kegiatannya akan dipadukan dengan program pembinaan generasi muda serta di samping itu karang taruna baru akan dibentuk bagi yang belum memiliki. Seperti yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Langkat, wadah Karang Taruna menjadi agen pemberdayaan sosial dalam menggerakkan pembangunan Desa/Kelurahan serta sumber utama rekruitmen pendamping sosial. Pemkab Langkat melalui Bupati telah berkomitmen bahwa penyandang

Permasalahan Sosial akan mendapat perhatian khusus sesuai kemampuan keuangan daerah, dan peran pihak ketiga maupun swasta melaui Karang Taruna untuk terus bergerak melakukan pendekatan-pendekatan dan langkah mengatasi masalah-masalah yang muncul dengan pendekatan persuasif. Kabupaten Karo juga merupakan salah satu daerah yang menjalankan program karang taruna di provinsi sumatera utara, termasuk di dalamnya Desa Ajijulu Kecamatan Tiga Panah Kabupaten Karo. Sebagai wujud pelaksanaannya, para pemimpin dan organisasi masyarakat memutuskan hasil musyawarah antara kepala desa, LKMD, LMD dan Masyarakat Desa Ajijulu Hari : Sabtu Tanggal 2 Desember 1995 dan membentuk karang taruna diberi nama Karang Taruna Giat Bersama. Bentuk bentuk program yang dijalankan oleh karang taruna Giat Bersama terdiri dari Kegiatan Sosial, seperti mengujungi serta membantu kegiatan pada orang kemalangan dan membantu pesta adat kapan saja diperlukan. Kegiatan Kesenian, seperti mengembangkan bakat di bidang kesenian dari anggota Karang Taruna Giat Bersama Desa Ajijulu sendiri dan melestariakan Pakaian Adat. Kegiatan Gotong Royong, seperti membersihkan Lingkungan dengan kegiatan diantaranya menjaga serta mengawasi kebersihan lingkungan, membuat pagar hidup serta memeliharanya, membersihkan rumah Ibadah, membantu masyarakat dalam pesta adat dan kemalangan. Kesejahteraan Masyarakat, yang diperhatikan Karang Taruna Giat Bersama Desa Ajujulu yaitu melaksanakan perkembangan serta mencatat kegiatan program kependudukan, melaksanakan kegiatan pencatatan keadaan kesejahtraan masyarakat, Usaha ekonomis produktif yang bersifat menambah pendapatan. Kegiatan Olahraga yaitu mengolahragakan

masyarakat serta memasyarakatkan olah raga dan mengadakan pertandingan sekali setahun dalam memperingati Kemerdekaan Republik Indonesia. (Modul Musyawarah karang Taruna Giat Bersama Desa Ajijulu, 1995) Dari uraian yang telah disebutkan diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti dan menyusunnya menjadi sebuah penelitian yang berjudul Respon Kelompok Pemuda Terhadap Program Pelayanan Sosial Oleh Karang Taruna Giat Bersama Di Desa Ajijulu Kecamatan Tiga Panah Kabupaten Karo. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang yang telah diuraikan, maka penulis merumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana respon kelompok pemuda terhadap program pelayanan sosial oleh karang taruna Giat Bersama di desa Ajijulu Kecamatan Tiga Panah Kabupaten Karo. Dalam penelitian ini, penulis akan membatasi permasalahan. Setelah mengetahui banyaknya program yang dilaksanakan oleh Karang Taruna Giat Bersama, maka peneliti membatasi pokok pembahasan. Dalam penelitian ini, penulis lebih fokus untuk membahas Program Kegiatan Sosial dan Program Kesejahteraan Masyarakat. 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang ada maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon kelompok pemuda terhadap program pelayanan sosial oleh

Karang Taruna Giat Bersama di Desa Ajijulu Kecamatan Tiga Panah Kabupaten Karo. 1.3.2 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan terhadap Karang Taruna dimanapun berada sehingga menjadi acuan didalam peningkatan kualitas program pelayanan sosial yang dilakukan.

1.4 Sistematika Penulisan Penulisan Penelitian ini disajikan dalam enam bab dengan sistematika sebagai berikut : BAB I : PENDAHULUAN Bab ini berisi latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan manfaat Penelitian, serta sistematika penulisan. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisikan uraian dan konsep yang berkaitan dengan masalah dan objek yang diteliti, kerangka pemikiran, defenisi konsep dan defenisi operasional. BAB III : METODE PENELITIAN Bab ini berisikan tipe Penelitian, lokasi Penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, serta teknik analisa data. BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN Bab ini berisikan tentang sejarah singkat berdirinya Karang Taruna dan struktur organisasi, dan gambaran umum lokasi Penelitian. BAB V : ANALISIS DATA Bab ini berisikan tentang uraian data yang diperoleh dari hasil Penelitian dan analisisnya. BAB VI : PENUTUP Bab ini berisikan kesimpulan dan saran yang bermanfaat sehubungan dengan penelitian yang dilakukan.