BAB I PENDAHULUAN. yaitu 359 kematian ibu per kelahiran hidup. AKI kembali. hidup pada tahun 2015 (Kemenkes, 2015:104).

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. perdarahan 21,14%, hipertensi 26,34% dan lain-lain sebesar 40,49%

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO tahun 2013, terdapat sekitar kasus kematian ibu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indikator derajat kesehatan masyarakat, tercermin dalam kondisi angka kematian,

BAB I PENDAHULUAN. hamil normal adalah 280 hari dihitung dari hari pertama haid terakhir. Pada

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi kesehatan dunia memperkirakan diseluruh dunia setiap hari

BAB I PENDAHULUAN. ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa

BAB I PENDAHULUAN. setelah kelahiran (Cunningham, 2013). Periode nifas ini terjadi pemulihan

BAB I PENDAHULUAN. menurut WHO merupakan kematian selama kehamilan atau setelah 42 hari

BAB I PENDAHULUAN. dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 Menunjukkan AKI yang sangat signifikan

BAB l PENDAHULUAN. Angka Kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu indikator untuk mengetahui derajat kesehatan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan suatu proses alamiah oleh setiap wanita. Pada

BAB I PENDAHULUAN. per kelahiran hidup, AKI yang dicapai masih jauh dari target

BAB I PENDAHULUAN. Negara dengan Angka Kematian Ibu (AKI) terendah pada tahun 2011

BAB I PENDAHULUAN. Menurut laporan World Health Organization (WHO) tahun 2015 Angka. Kematian Ibu (AKI) di dunia khususnya bagian ASEAN yaitu 923 per

BAB 1 PENDAHULUAN. perempuan, setiap ibu hamil harus mendapatkan pelayanan antenatal care

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa kehamilan merupakan suatu proses penting yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. komunitas miskin dan berpendidikan rendah. Meningkatnya kesehatan ibu

BAB I PENDAHULUAN. Persalinan berawal dari pembukaan dan dilatasi serviks sebagai akibat

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan suatu negara. Angka Kematian Ibu (AKI) adalah indikator di bidang kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. sampai tahun 2015 adalah mengurangi sampai tiga perempat resiko jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Angka kematian ibu (AKI) sebagai salah satu indikator kesehatan ibu

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya angka Kematian Ibu yang masih tinggi (AKI) di. berbagai pihak. Terdapat beberapa penyebab yang

BAB I PENDAHULUAN. waktu hamil atau dalam 42 hari sesudah berakhirnya kehamilan oleh sebab

BAB 1 PENDAHULUAN. partum.dari data WHO menunjukan 25% kematian maternal disebabkan. oleh perdarahan post partum dan di perkirakan 100.

BAB I PENDAHULUAN. Rumah Tangga (SKRT) dan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI)

BAB I PENDAHULUAN. membawa oksigen ke berbagai organ tubuh. trimester III atau kadar <10,5 gr% pada trimester II.

BAB I PENDAHULUAN. pecahnya ketuban yang di sebabkan berbagai faktor seperti infeksi yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung antara minggu (hamil aterm) dan ini merupakan periode

BAB I PENDAHULUAN. dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum

BAB I PENDAHULUAN. maternal disebabkan oleh perdarahan post partum dan diperkirakan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan persalinan normal, hanya sebagian saja (12-15%) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. diprioritaskan pada upaya peningkatan derajat Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Asuhan kebidanan komperhensif mencangkup empat kegiatan. pemeriksaan berkesinambungan yaitu Asuhan Kebidanan

BAB I PENDAHULUAN. Kelahiran seorang bayi juga merupakan peristiwa sosial yang ibu dan

BAB I PENDAHULUAN. persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra-hamil. Lama masa nifas yaitu 6-8 minggu (Mochtar, 2012; h. 87).

BAB I PENDAHULUAN. Kematian seorang ibu sewaktu hamil atau dalam waktu 42 hari. sesudah berakhirnya kehamilan tidak bergantung pada tempat, maupun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut data yang diperoleh dari WHO tahun 2010, sebanyak

BAB I PENDAHULUAN. Asuhan Komprehensif Kebidanan..., Harlina Destri Utami, Kebidanan DIII UMP, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Cakupan pelayanan lengkap ibu hamil K1 di Kabupaten Banyumas 2014

BAB I PENDAHULUAN. AKI yaitu perdarahan, infeksi, hipertensi, gangguan sistem peredaran darah,

BAB I PENDAHULUAN. 99 persen kasus kematian ibu terjadi di negara berkembang. Hal ini terungkap

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan persalinan yang ditolong tenaga kesehatan di. kesehatan meluncurkan upaya terobosan berupa Jaminan Persalinan

BAB I PENDAHULUAN. karena berbagai penyebab baik langsung maupun tidak langsung. Kematian

BAB I PENDAHULUAN. kelahiran hidup. Angka ini meningkat dibandingkan dengan SDKI tahun

BAB I PENDAHULUAN. disebut dengan puerperium (Patricia W. Ladewig, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. bayi (AKB) 32/1.000 kelahiran hidup dan angka kematian neonatus (AKN) meninnggal setiap 1 jam (Profil Kesehatan Indonesia, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. menentukan jumlah Perdarahan yang terjadi karena tercampur dengan air

BAB I PENDAHULUAN. terakhir (Mochtar, 2012;h.35). Persalinan adalah rangkaian proses yang

BAB I PENDAHULUAN. Masa kehamilan dimulai dari konsepsi (fertilisasi) sampai lahirnya janin.

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk melihat

BAB I PENDAHULUAN. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fatihah Rizqi, Kebidanan DIII UMP, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANG. Definisi kematian maternal menurut WHO adalah kematian seorang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Menurut definisi WHO, kematian ibu adalah kematian seorang wanita hamil

BAB I PENDAHULUAN. Definisi WHO (World Health Organization), kematian maternal ialah

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan akibat langsung proses reproduksi

BAB 1 PENDAHULUAN. Kehamilan yang Aman atau Making Pregnancy Safer (MPS) pada tanggal 12

BAB I PENDAHULUAN. Profil Kesehatan RI (2015) mengalami penurunan. Tercatat tahun 2012 sebanyak

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan pada 2007 sebesar 228 per kelahiran hidup. Kenyataan

BAB I PENDAHULUAN. dan angka harapan hidup. Angka Kematian Bayi (AKB) menjadi salah satu

BAB I PENDAHULUAN. dalam penyelenggaraan upaya kesehatan, karena ibu dan anak merupakan. dan anak penting untuk dilakukan (Kemenkes RI, 2016)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ketuban pecah dini adalah pecahnya selaput ketuban sebelum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pelayanan kebidanan merupakan bagian integral dari pelayanan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit jantung telah menjadi salah satu penyebab utama

BAB I PENDAHULUAN. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Dwi Anggun Nugraeni, Kebidanan DIII UMP, 2015

BAB I PENDAHULUAN. menentukan kualitas sumber daya manusia (SDM) pada generasi. mendatang. Kematian ibu menurut WHO didefinisikan sebagai kematian

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu merupakan salah satu indikator pembangunan. kesehatan dasar. Di negara-negara ASEAN, Indonesia menempati posisi

BAB I PENDAHULUAN. jiwa, Afrika Utara jiwa dan Asia Tenggara jiwa. AKI di negaranegara

BAB 1 PENDAHULUAN. bayi baru lahir merupakan proses fisiologis, namun dalam prosesnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Asuhan selama periode masa nifas perlu mendapat perhatian karena sekitar

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. laporan dari kabupaten/kota Angka Kematian Ibu (AKI) di Provinsi Jawa

BAB 1 PENDAHULUAN. keadaan keluarga dan sekitarnya secara umum. Penilaian status kesehatan dan

BAB I PENDAHULUAN. keluarganya secara fisiologis, emosional dan sosial. Baik di negara maju

BAB I PENDAHULUAN. kebidanan dalam suatu negara adalah Kematian Maternal. Kematian

BAB I PENDAHULUAN. Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. nifas tanpa memperhitungkan lama kehamilan per kelahiran hidup.

Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014

BAB I PENDAHULUAN. posisi penting dan strategi terutama dalam penurunan AKI dan AKB. Bidan memberikan pelayanan kebidanan berkesinambungan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tenaga bidan merupakan salah satu tenaga kesehatan utama

BAB I PENDAHULUAN. dhihitung dari hari perama haid terakhir. Masalah kematian ibu adalah

BAB I PENDAHULUAN. infeksi virus selain oleh bakteri, parasit, toksin dan obat- obatan. Penyakit

BAB I PENDAHULUAN. pula 1 lahir mati. Penyebab kematian bayi adalah asfiksia, trauma kelahiran,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penurunan angka kematian ibu per kelahiran hidup masih

BAB I PENDAHULUAN kelahiran hidup. Penyebab kematian terbanyak ibu di sebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. masih cukup tinggi jika dibandingkan dengan negara negara tetangga.

BAB I PENDAHULUAN. diukur dengan menentukan tinggi rendahnya angka kematian ibu dan

BAB I PENDAHULUAN. sempurna. Tetapi dalam kenyataannya tidak selalu demikian, sering kali

BAB 1 PENDAHULUAN. tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm. (Manuaba, 2010)

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari ovulasi, migrasi sperma dan ovum, konsepsi dan pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan bayi yang paling penting, terutama pada bulan-bulan pertama kehidupan bayi. ASI juga merupakan

B AB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam menilai derajat kesehatan masyarakat, terdapat beberapa

BAB I PENDAHULUAN. dan tidak menular yang dapat mengancam jiwa ibu dan atau janin.

BAB I PENDAHULUAN. Ethiopia (13 000), Indonesia ( 8800), Pakistan (7900), Republik Tanzania

HUBUNGAN UMUR DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN ABORTUS INKOMPLIT DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAHARIFIN ACHMAD PEKANBARU TAHUN 2012

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Hasil survey demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI ) pada tahun 1991 sampai dengan 2007 mengalami penurunan AKI, yaitu dari 390 menjadi 228. Namun pada tahun 2012 menunjukan peningkatan AKI yang signifikan yaitu 359 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup. AKI kembali menunjukan penurunan menjadi 305 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015 (Kemenkes, 2015:104). Angka kematian ibu di Provinsi Jawa Tengah tahun 2015 bedasarkan laporan dari kabupaten/kota sebesar 111,16/100.000 kelahiran hidup, mengalami penurunan bila dibandingkan dengan AKI pada tahun 2014 sebesar 126,55/100.000 kelahiran hidup (Profil Jateng, 2015: 17). Berdasarkan laporan Dinas kesehatan Kota Semarang pada tahun pada tahun 2014 sebesar 122,29/100.000 kelahiran hidup dibandingkan pada tahun 2015 mengalami peningkatan menjadi 128,05/100.000 kelahiran hidup. Pada tahun 2016 AKI mengalami penurunan sebesar 121,5/100.000 kelahiran hidup. Jumlah kematian ibu pada tahun 2014 adalah 33 kasus, pada tahun 2015 adalah 35 kasus dan pada tahun 2016 adalah 32 kasus. Jumlah kematian ibu yang disebabkan oleh abortus pada tahun 2016 adalah sebanyak 654 kasus (Dinas Kesehatan Kota Semarang, 2016:3). Lima penyebab kematian ibu terbesar yaitu perdarahan, hipertensi dalam kehamilan, infeksi, partus macet/lama, dan abortus. Kematian ibu di

2 Indonesia masih didominasi oleh tiga penyebab utama kematian yaitu perdarahan, hipertensi dalam kehamilan dan infeksi, namun proporsinya telah berubah, dimana perdarahan dan infeksi cenderung mengalami peningkatan. Lebih dari 25% kamatian ibu di Indonesia pada tahun 2013 disebabkan oleh hipertensi dalam kehamilan (Kemenkes, 2015:118). Sebesar 60,90% kematian maternal terjadi pada waktu nifas, pada waktu hamil sebesar 26,34% dan pada waktu persalinan sebesar 12,76%. Sementara bedasarkan kelompok umur, kejadian kematian maternal terbanyak adalah pada usia produktif (20-34 tahun) sebesar 62,02%, kemudian pada kelompok umur >35 tahun sebesar 30,53% pada kelompok umur <20 tahun sebesar 7,45% sedangkan untuk penyebab kematian ibu di Provinsi Jawa Tengah tahun 2015 adalah perdarahan 21,14%, hipertensi 26,34%, infeksi 2,76%, gangguan sistem peredaran darah 9,27%, lain- lain 40,49% (Profil Jateng, 2015:16-17). Berdasarkan data Kementrian Kesehatan penyebab AKI tahun 2015 adalah perdarahan, data Provinsi Jawa Tengah penyebab AKI tahun 2015 adalah perdarahan 21,14% dan data Dinas Kesehatan Kota Semarang tahun 2016 penyebab AKI adalah perdarahan 12,6% (Kemenkes, 2015:120). Penyebab kematian ibu pada tahun 2016 adalah penyakit tumor otak, kanker getah bening, PJB, TB, kanker mamae, AIDS sebesar 51%, syok neurogic sebesar 9,4%, PEB sebesar 21% dan perdarahan sebesar 12% (Dinas Kesehatan Kota Semarang, 2016:4). Perdarahan per vagina berasal dari kanalis servikalis yang terjadi pada wanita dalam masa reproduksi dengan

3 terlambat haid dan telah dibuktikan adanya kehamilan (Maryunani A, 2016:77), sedangkan abortus inkompletus adalah perdarahan dari uterus pada kehamilan kurang dari 20 minggu disertai keluarnya sebagian hasil konsepsi dan menimbulkan perdarahan yang kadang kadang menyebabkan syok (Maryunani A, 2016:97). Penanganan gawat darurat pada pasien abortus inkompletus adalah Segera rujuk ke fasilitas yang lebih lengkap (Rumah Sakit), Optimalisasi keadaan umum ibu dengan pemberian cairan, pemberian oksigen atau bila dicurigai ada infeksi diberikan juga antibiotika, Pada keadaan syok segera diberikan infus cairan fisiologis NaCl atau Ringer Laktat (kondisi penderita harus di perbaiki, kontrol tekanan darah, nadi dan pernafasan) dan Penanganan yang ideal adalah menghentikan sumber perdarahan segera dengan penanganan curretase setelah diagnosa dipastikan (Maryunani A, 2016:98-99). Hal- hal penting yang perlu diperhatikan pada tatalaksana abortus inkompletus adalah: membuat diagnosa, mengawasi perdarahan, dan segera mempersiapkan pasien untuk segera dirujuk kerumah sakit/fasilitas kesehatan yang lebih lengkap untuk mendapatkan pertolongan yang tepat (Maryunanik A, 2016:98)

Jumlah kasus 4 Tabel 1.1 Grafik Batang Abortus Di RSUD K.R.M.T Wongsonegoro Kota Semarang Tahun 2010 2015 1400 1200 1000 800 600 400 200 0 2010 2011 2012 2013 2014 2015 TOTAL ABORTUS INKOMPLETUS 169 193 212 346 26 338 1284 ABORTUS KOMPLETUS 3 4 23 10 97 8 145 ABORTUS IMMINENS 55 36 36 96 6 97 326 MISSED ABORTION 21 13 96 34 286 41 491 Sumber: RSUD K.R.M.T Kota Semarang, 2016 Data yang penulis dapatkan di RSUD K.R.M.T Wongsonegoro Kota Semarang pada bulan Januari-Oktober 2016 bahwa jumlah ibu hamil yang mengalami abortus sebanyak 402 kasus diantaranya abortus inkompletus 292, abortus kompletus 12 kasus, abortus imminens 74 kasus, dan missed abortion24 kasus. Dari data tersebut menunjukan bahwa kejadian abortus inkompletus masih cukup tinggi jika dibandingkan dengan kejadian abortus jenis lain. Berdasarkan masalah tersebut diatas, maka penulis tertari untuk mengambil dan menyusun Karya Tulis Ilmiah dengan Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Kehamilan dengan Abortus Inkompletus di RSUD K.R.M.T Wongsonegoro Kota Semarang.

5 B. Rumusan masalah Dengan melihat latar belakang yang ada maka yang menjadi rumusan masalah adalah Bagaimana Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Kehamilan dengan Abortus Inkompletus di RSUD K.R.M.T Wongsonegoro Kota Semarang dengan menggunakan pendekatan Manajemen Kebidanaan menurut 7 langkah Varney? C. Tujuan 1. Tujuan umum Untuk melakukan Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Kehamilan dengan Abortus Inkompletus di RSUD K.R.M.T Wongsonegoro Kota Semarang dengan 7 langkah varney. 2. Tujuan Khusus a. Diharapkan penulis mampu: 1) Melaksanakan pengkajian pada Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Kehamilan dengan Abortus Inkompletus di RSUD K.R.M.T Wongsonegoro Kota Semarang. 2) Menganalisa dan mengintrepetasikan data pada Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Kehamilan dengan Abortus Inkompletus di RSUD K.R.M.T Wongsonegoro Kota Semarang. 3) Mengantisipasi kemungkinan timbulnya diagnosa dan masalah potensial pada Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Kehamilan

6 dengan Abortus Inkompletus di RSUD K.R.M.T Wongsonegoro Kota Semarang. 4) Melaksanakan tindakan segera dan kolaborasi pada Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Kehamilan dengan Abortus Inkompletus di RSUD K.R.M.T Wongsonegoro Kota Semarang. 5) Merencanakan tindakan pada Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Kehamilan dengan Abortus Inkompletus di RSUD K.R.M.T Wongsonegoro Kota Semarang. 6) Melaksanakan implementasi pada Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Kehamilan dengan Abortus Inkompletus di RSUD K.R.M.T Wongsonegoro Kota Semarang. 7) Mengevaluasi tentang efektifitas tindakan yang telah dilakukan pada Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Kehamilan dengan Abortus Inkompletus di RSUD K.R.M.T Wongsonegoro Kota Semarang. b. Diharapkan penulis mampu mendokumentasikan hasil Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Kehamilan dengan Abortus Inkompletus di RSUD K.R.M.T Wongsonegoro Kota Semarang. c. Diharapkan penulis mampu mengidentifikasi dan menganalisis kesenjangan teori dan praktek dilapangan pada Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Kehamilan dengan Abortus Inkompletus di RSUD K.R.M.T Wongsonegoro Kota Semarang

7 D. Ruang Lingkup Studi Kasus 1. Sasaran Subyek atau sasaran yang akan diberikan Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Kehamilan dengan Abortus Inkompletus di RSUD K.R.M.T Wongsonegoro Kota Semarang. 2. Tempat Lokasi pengambilan kasus adalah di ruang Gynekologi RSUD K.R.M.T Wongsonegoro Kota Semarang. 3. Waktu Februari - Juli 2017 E. Manfaat Studi Kasus 1. Bagi penulis Dapat meningkatkan pengetahuan dan wawasan penulis khususnya dalam memberikan asuhan kebidanan kegawatdaruratan kehamilan dengan Abortus Inkompletus. 2. Bagi profesi Dapat memberi tambahan ilmu pengetahuan dan sebagai pertimbangan dalam pengembangan asuhan kebidanan serta meningkatkan keterampilan dalam memberikan atau melaksanakan asuhan kebidanan kegawatdaruratan kehamilan dengan Abortus Inkompletus.

8 3. Bagi institusi a. Rumah Sakit Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan studi banding dalam melaksanakan asuhan kebidanan kegawatdarutan kehamilan pada Ny.S G 3 P 2 A 0 Umur 36 Tahun Usia Kehamilan 9 Minggu dengan Abortus Inkompletus di RSUD K.R.M.T Wongsonegoro Kota Semarang. b. Pendidikan Dapat digunakan sebagai sumber bacaan referensi khususnya tentang penanganan Abortus Inkompletus. F. Metode Memperoleh Data Dalam laporan kasus ini, digunakan metode deskriptif, yaitu pengumpulan data dengan apa yang ada dan terjadi pada waktu observasi. Sedangkan teknik penulisannya adalah: 1. Wawancara (anamnesa): Ada dua metode yang digunakan: a. Auto anamnesa Yaitu pengmpulan data dengan cara mengajukan pertanyaan kepada pasien untuk mendapat informasi yang diperlukan. b. Allo anamnesa Yaitu pengumpulan data dengan cara mengajukan pertanyaan kepada keluarga pasien untuk mendapatkan informasi yang diperlukan.

9 2. Observasi partisipatif Yaitu pengumpulan data yang diperoleh dengan cara melakukan kunjungan dan pemantauan secara langsung kepada pasien. 3. Pemeriksaan penunjang Yaitu pemeriksaan yang dilakukan atas indikasi medis tertentu guna memperoleh keterangan keterangan lebih lengkap. 4. Studi dokumentasi Yaitu pengumpulan data dari buku register kunjungan pasien yang dimiliki oleh lahan atau rumah sakit untuk menambah informasi yang tidak sebutkan pasien secara langsung guna melakukan asuhan kebidanan secara benar.