STRATEGI COPING DALAM MENGHADAPI PERMASALAHAN AKADEMIK PADA REMAJA YANG ORANG TUANYA MENGALAMI PERCERAIAN NASKAH PUBLIKASI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keluarga menurut Lestari (2012) memiliki banyak fungsi, seperti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Coping Stress. mengurangi distres. Menurut J.P.Chaplin (Badru, 2010) yaitu tingkah laku

HUBUNGAN ANTARA SELF EFFICACY DENGAN STRATEGI COPING PADA PENDERITA HIPERTENSI DI RSUD BANJARNEGARA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Coping Stress pada Perempuan Berstatus Cerai dengan memiliki Anak

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga yang bahagia dan harmonis merupakan dambaan dari setiap

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN COPING STRESS PADA SISWA AKSELERASI NASKAH PUBLIKASI

GAMBARAN COPING STRESS MAHASISWA BK DALAM MENGIKUTI PERKULIAHAN DI UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

PENDAHULUAN. sebagai subjek yang menuntut ilmu di perguruan tinggi dituntut untuk mampu

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terhadap orang lain, khususnya terhadap lawan jenis. Perasaan saling mencintai,

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA SMA NASKAH PUBLIKASI

PROBLEM PSIKOSOSIAL PADA REMAJA YANG ORANG TUA NYA MERANTAU NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta

STRATEGI KOPING PADA LANSIA YANG DITINGGAL MATI PASANGAN HIDUPNYA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. kalanya masalah tersebut berbuntut pada stress. Dalam kamus psikologi (Chaplin,

HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA MAHASISWA PERANTAU NASKAH PUBLIKASI

PENGARUH PENYESUAIAN DIRI AKADEMIK TERHADAP KECENDERUNGAN SOMATISASI DI SMA AL ISLAM 1 SURAKARTA

COPING STRESS PADA WANITA YANG MENGALAMI KEMATIAN PASANGAN HIDUP. Skripsi. Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1

BAB II LANDASAN TEORI. dapat ditarik kesimpulan bahwa konflik secara umum adalah bertemunya dua kepentingan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. langgeng hingga akhir hayat mereka. Namun, dalam kenyataannya harapan

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia.

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif. Menurut Azwar (2012 a, h. 5), penelitian kuantitatif

Turner, J. S., & Helms, D. B. (1995). Lifespan development (5 th ed.). New York: Harcourt Brace. Waldrop, A. E., Resick, P. A. (2004).

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KOHESIVITAS PEER GROUP PADA REMAJA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. orang disepanjang hidup mereka pasti mempunyai tujuan untuk. harmonis mengarah pada kesatuan yang stabil (Hall, Lindzey dan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja seringkali dihubungkan dengan mitos dan stereotip

HUBUNGAN ANTARA KEBERSYUKURAN DENGAN EFIKASI DIRI PADA GURU TIDAK TETAP DI SEKOLAH DASAR MUHAMMADIYAH

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. istilah remaja atau adolenscence, berasal dari bahasa latin adolescere yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka memasuki era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus

USAHA YANG DILAKUKAN SISWA DALAM MENENTUKAN ARAH PILIHAN KARIR DAN HAMBATAN-HAMBATAN YANG DITEMUI (Studi Deskriptif terhadap Siswa SMA N 3 Payakumbuh)

BAB I PENDAHULUAN. mencapainya, ada beberapa cara yang perlu diperhatikan. Salah satunya

DAFTAR PUSTAKA. Anies, dkk, Penyakit Akibat Kerja, Jakarta: Elex Media Komputindo. Anoraga. P Psikologi Kerja. Jakarta: PT Rineke Cipta.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ditandai dengan adanya perkembangan yang pesat pada individu dari segi fisik, psikis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu dan teknologi yang diikuti dengan meningkatnya

PENGATASAN STRES PADA PERAWAT PRIA DAN WANITA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Strategi Coping. ataupun mengatasi Sarafino (Muta adin, 2002). Perilaku coping merupakan suatu

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN KECEMASAN SEBELUM MENGHADAPI PERTANDINGAN PADA ATLET FUTSAL NASKAH PUBLIKASI

PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN

BAB II LANDASAN TEORITIK

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami

134 Perpustakaan Unika LAMPIRAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dipandang mampu menjadi jembatan menuju kemajuan, dan

1. PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Gambaran Stres..., Muhamad Arista Akbar, FPSI UI, 2008

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jiwa, kepribadian serta mental yang sehat dan kuat. Selayaknya pula seorang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan mental adalah keadaan dimana seseorang mampu menyadari

BAB I PENDAHULUAN. mencapai kebahagiaan seperti misalnya dalam keluarga tersebut terjadi

EFIKASI DIRI, DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DAN SELF REGULATED LEARNING PADA SISWA KELAS VIII. Abstract

ADVERSITY QUOTIENT PADA MAHASISWA BERPRESTASI

Siswanto dan Florentinus Budi Setiawan. Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang. Abstraksi

HUBUNGAN ANTARA SUASANA KELUARGA DENGAN MINAT BELAJAR PADA REMAJA AWAL

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII MTSN NGEMPLAK BOYOLALI NASKAH PUBLIKASI

PERAN KELUARGA INTI DALAM MENUMBUHKAN MOTIVASI BELAJAR REMAJA

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERCERAIAN ORANG TUA DENGAN OPTIMISME MASA DEPAN PADA REMAJA KORBAN PERCERAIAN. Skripsi

STRATEGI COPING REMAJA PEREMPUAN YANG MENGKONSUMSI ALKOHOL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kelas unggulan dalam arti secara umum merupakan kelas yang berisi anakanak

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penurunan kondisi fisik, mereka juga harus menghadapi masalah psikologis.

PERAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA TERHADAP KONSEP DIRI AKADEMIK PADA SISWA SMP

BAB I PENDAHULUAN. juga diharapkan dapat memiliki kecerdasan dan mengerti nilai-nilai baik dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mahasiswa merupakan tahap memasuki masa dewasa dini. Hurlock (2002)

Kesehatan Mental. Mengatasi Stress/Coping Stress MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh 10

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Manajemen Konflik. tindakan pihak lain. Apabila dua orang individu masing-masing berpegang pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. dewasa. Remaja berasal dari kata latin adolescere (kata bendanya, adolescentia

HUBUNGAN LOCUS OF CONTROL TERHADAP STRATEGI COPING STRES PADA WANITA SINGLE PARENT DEWASA AWAL (STUDI DI KECAMATAN PERAK JOMBANG)

BAB I PENDAHULUAN. baik dari faktor luar dan dalam diri setiap individu. Bentuk-bentuk dari emosi yang

BAB I PENDAHULUAN. yang menjembatani masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Pada usia ini individu

COPING REMAJA AKHIR TERHADAP PERILAKU SELINGKUH AYAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. perbuatan curang dalam dunia pendidikan. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya

Pengaruh Kelelahan Emosional Dan Motivasi Belajar Siswa Terhadap Hasil Belajar Matematika. Meilantifa

Piaget (dalam Hurlock, 2000) mengemukakan bahwa masa remaja merupakan masa mencari identitas diri. Oleh karena itu, remaja berusaha mengenali dirinya

BAB V PENUTUP 5.1 Bahasan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Rosi Kurniawati Tino Leonardi, M. Psi Fakultas Psikologi Universitas Airlangga Surabaya

Kesehatan Mental. Mengatasi Stress / Coping Stress. Aulia Kirana, M.Psi, Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi

KEBAHAGIAAN DAN KETIDAKBAHAGIAAN PADA WANITA MENIKAH MUDA

BAB I PENDAHULUAN. alat-alat kelamin manusia mencapai kematangannya. Secara anatomis berarti alatalat

PEDOMAN OBSERVASI. Observasi penelitian ini mengungkap : a. Kesan umum : kondisi fisik, penampilan dan perilaku subyek

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA DENGAN KESIAPAN REMAJA MENGHADAPI PUBERTAS DI SMP N 2 KASIHAN BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

KEMANDIRIAN DITINJAU DARI URUTAN KELAHIRAN DAN JENIS KELAMIN

BAB I PENDAHULUAN. bagi masyarakat, karena banyakdari kaum laki-laki maupun perempuan, tua

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. kepribadian dan dalam konteks sosial (Santrock, 2003). Menurut Mappiare ( Ali, 2012) mengatakan bahwa masa remaja

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. mahasiswa fakultas psikologi dan kesehatan yang sedang mengambil program

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

ARIS RAHMAD F

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Remaja sebagai sebuah tahapan dalam kehidupan seseorang yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mental yang terjadi antara masa kanak-kanak dan dewasa. Transisi ini melibatkan

HUBUNGAN INTERAKSI TEMAN SEBAYA DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA SMP

BAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa yang terdiri dari dewasa awal,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merasa senang, lebih bebas, lebih terbuka dalam menanyakan sesuatu jika berkomunikasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia sebagai tenaga kerja merupakan salah satu aset yang menentukan

BAB I PENDAHULUAN. antara suami istri saja melainkan juga melibatkan anak. retardasi mental termasuk salah satu dari kategori tersebut.

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN STRATEGI KOPING PADA PENDERITA PASCA STROKE

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ayat di atas bermakna bahwa setiap manusia yang tunduk kepada Allah

Transkripsi:

STRATEGI COPING DALAM MENGHADAPI PERMASALAHAN AKADEMIK PADA REMAJA YANG ORANG TUANYA MENGALAMI PERCERAIAN NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagaian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi Disusun oleh : BETTY AMALINA RAHMAWATI F 100 090 104 Kepada FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014 i

STRATEGI COPING DALAM MENGHADAPI PERMASALAHAN AKADEMIK PADA REMAJA YANG ORANG TUANYA MENGALAMI PERCERAIAN NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagaian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi Disusun oleh : BETTY AMALINA RAHMAWATI F 100 090 104 Kepada FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014 ii

STRATEGI COPING DALAM MENGHADAPI PERMASALAHAN AKADEMIK PADA REMAJA YANG ORANG TUANYA MENGALAMI PERCERAIAN Betty Amalina Rahmawati Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Amalina.lienlien@yahoo.com ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui strategi coping remaja yang orang tuanya mengalami perceraian dalam mengatasi permasalahan akademiknya. Penelitian ini mewawancarai 5 subyek dengan karakteristik sebagai berikut: a) remaja yang orang tuanya mengalami perceraian minimal 2 tahun dan tinggal bersama ayah atau ibu, b) remaja yang orang tuanya mengalami perceraian berusia 15-18 tahun yang duduk di SMA, c) memiliki permasalahan akademik. Teknik analisis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kualitatif dengan metode wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa subyek dalam mengatasi permasalahan akademiknya menggunakan strategi coping yang lebih memfokuskan pada masalah emosi subyek yakni emotion focus coping. Dilihat dari pernyataan subyek, yang mampu untuk menghindari permasalahan, tidak terlalu memikirkan permasalahannya, dapat mengatur emosi, menerima nasib yang diberikan Allah, dan mendapat dukungan moral, simpati ataupun pengertian dari orang disekelilingnya. Kata kunci : Strategi Coping, Remaja, Orang tua bercerai. 1

2 PENDAHULUAN Keluarga menurut Lestari (2012) memiliki banyak fungsi, seperti melahirkan anak, merawat anak, menyelesaikan suatu permasalahan, dan saling peduli antar anggotanya. Keluarga inti menjadi tolak ukur seorang anak dalam sebuah pencapaian suatu hal yang ingin diraih. Pengaruh keluarga memang sangat penting untuk anak, jika keluarga inti itu terpecah atau mengalami sebuah perceraian, maka hal-hal yang menjadi spirit atau dorongan seorang anak akan pudar apabila orang tua tidak menjaganya. Perceraian orang tua membawa dampak positif dan negatif pada anak. Perceraian orang tua tidak selalu berdampak negatif, perceraian orang tua bisa berdampak positif jika menyikapinya dengan hal yang positif juga (Moko, 2013). Menurut hasil penelitian dari Bojuwoye & Akpan (2009), anak yang orang tuanya bercerai memiliki pemikiran atau reaksi yang berbeda-beda terhadap apa yang sedang terjadi pada dirinya. Reaksi emosional dan perilaku sering terjadi antara lain shock, tidak percaya, sedih, marah, kebingungan, kehilangan, pengkhianatan, penolakan, ditinggalkan dan penghinaan Menurut Sun (Santrock, 2007) remaja laki-laki dan perempuan yang orang tua mereka akhirnya bercerai lebih menunjukkan masalah akademis, psikologis, dan perilaku daripada remaja yang orang tuanya tidak bercerai. Winkel (2004) menyatakan remaja yang memiliki prestasi dalam bidang akademik dipengaruhi oleh beberapa faktor, dari faktor internal adalah intelegensi, sikap siswa, bakat siswa, motivasi siswa, sedangkan faktor eksternal adalah dari lingkungan sosial dan lingkungan non-sosial. Remaja berprestasi yang mengalami perceraian orang tua akan mengalami masalah dari sisi lingkungan sosial dimana pada faktor ini remaja berprestasi akan menghadapi ketegangan ataupun kecemasan dalam keluarga yang mengganggu proses belajar. Menurut Taylor (2009) coping didefinisikan sebagai pikiran dan perilaku yang digunakan untuk mengatur tuntutan

3 internal maupun eksternal dari situasi yang menekan. Coping menjadi bagian dari penyesuaian diri, namun coping merupakan istilah khusus yang digunakan untuk menunjukkan reaksi individu ketika menghadapi tekanan atau stress. Coping mengelabuhi penyebab stres atau memperbaiki akibatnya dengan cara langsung. b. Perencanaan, memikirkan tentang bagaimana mengatasi penyebab stres antara lain dengan membuat strategi yang negatif mungkin memunculkan untuk bertindak, memikirkan tentang berbagai gangguan pada diri individu yang bersangkutan. Sebaliknya coping yang positif menjadikan individu semakin matang, dewasa dan bahagia dalam menjalani kehidupannya (Kartono, 2000). Dengan demikian, strategi coping pada langkah upaya yang perlu diambil dalam menangani suatu masalah. c. Kontrol diri, individu membatasi keterlibatannya dalam aktifitas kompetisi atau persaingan dan tidak bertindak terburu - buru. remaja yang orang tuanya mengalami d. Mencari dukungan sosial yang perceraian, dilihat dari tingkat akademinya remaja dituntut untuk menghadapi masalahmasalah yang ada dan mampu mengontrol mengenai masalah yang berhubungan dengan sekolah atau lingkungan. bersifat instrumental, yaitu sebagai nasihat, bantuan atau informasi. e. Mencari dukungan sosial yang bersifat emosional yaitu melalui dukungan moral, simpati atau pengertian. Strategi coping Carver, dkk (1989) menyebutkan aspekaspek strategi coping antara lain: a. Keaktifan diri, suatu tindakan untuk f. Penerimaan, sesuatu yang penuh dengan stres dan keadaan yang memaksanya untuk mengatasi masalah tersebut. mencoba menghilangkan atau

4 g. Religiusitas, sikap individu menenangkan dan menyelesaikan masalah secara keagamaan. Penyebab kesulitan belajar menurut Irham & Wiyani (2013) ditentukan dari faktor yang ada pada siswa itu sendiri (faktor internal) maupun faktor-faktor di luar siswa (faktor eksternal). a. Faktor Internal Faktor internal penyebab kesulitan belajar siswa dapat berupa faktor fisik dan psikologis. Faktor fisik berkaitan dengan kondisi dan kesehatan tubuh seperti cacat tubuh serta penyakit yang mengganggu belajarnya. Faktor psikologis berkaitan dengan tingkat kecerdasan, bakat dan minat, kemauan, perhatian, motivasi, tingkat konsentrasi, ketekunan, dan sebagainya. Faktor internal yang dapat menjadi penyebab munculnya kesulitan belajar dapat berupa kelemahan siswa secara fisik, kelemahan siswa secara mental, kelemahan siswa secara emosional, kebiasaan-kebiasaan belajar atau sikap dan perilaku belajar yang salah, dan siswa tidak memiliki kemampuan dan ketrampilan dasar yang diperlukan. b. Faktor Eksternal Faktor eksternal penyebab kesulitan belajar berupa faktor lingkungan sosial dan lingkungan alam. Faktor eksternal lainnya meliputi guru yang kurang mendukung proses belajar serta perangkat lunak dan perangkat keras dalam pembelajaran. Faktor-faktor tersebut akan berpengaruh pada nilai siswa atau prestasi akademik siswa. Beberapa jenis faktor-faktor eksternal yang dapat menyebabkan kesulitan belajar, antara lain kurikulum yang tidak sesuai dengan tingkat kematangan siswa, beban belajar siswa yang terlalu berat, populasi siswa di kelas yang terlalu besar dan banyak sehingga proses pembelajaran yang kurang efektif, kelemahan sistem pembelajaran di tingkat pendidikan sebelumnya, kelemahan karena ada masalah dengan kondisi dalam rumah tangga, terlalu

5 banyak kegiatan diluar jam pelajaran dan kegiatan ekstrakulikuler, dan sebagainya yang harus diikuti oleh siswa. 1. Organisasi data 2. Koding 3. Menentukan tema 4. Mencari kategori METODE Subjek Penelitian Informan yang 5. Mendiskripsikan kategori 6. Pembahasan hasil penelitian digunakan adalah remaja yang orang tuanya mengalami perceraian. Yang berjumlah 5 orang. Secara khusus karakteristik informan peneliti adalah: 1. Remaja yang orang tuanya mengalami perceraian minimal sudah 2 tahun dan tinggal bersama bapak atau ibu. 2. Remaja berusia 15-18 tahun yang duduk di SMA, yang orang tuanya mengalami perceraian. 3. Memiliki permasalahan akademik Alat pengumpulan data. Berupa wawancara untuk subjek utama dan kuesioner untuk subjek pendukung, sehingga data-data yang diperoleh berupa narasi dan diskripsi dari hasil wawancara yang telah dilaksanakan. Langkah-langkah dalam analisis data penelitian ini sebagai berikut: HASIL DAN PEMBAHASAN Menurut Sarwono (2012) mengungkapkan guru adalah salah satu faktor yang paling besar menurut siswa adalah cara mengajar guru. Dari kesimpulan diatas keaktifan diri dalam hal ini dikaitkan dengan akademik subyek yaitu kreatifitas guru dalam mengajar dapat mempengaruhi subyek dalam hal akademik, subyek mempunyai keinginan untuk belajar baik di dalam kelas maupun diluar kelas dan mempunyai dorongan untuk bertanya pada teman ataupun guru mengenai pelajaran yang kurang dimengerti, hal-hal tersebut adalah suatau tindakan subyek untuk meminimalisasi nilai pelajaran yang rendah. Menurut Rola (2006) salah satu faktor yang mempengaruhi prestasi akademik yaitu

6 konsep diri dimana individu berpikir tentang dirinya sendiri. Individu percaya bahwa dirinya mampu untuk melakukan sesuatu dan termotivasi untuk melakukan hal tersebut. Dari pernyataan tersebut mengungkapkan bahwa dengan mengatur jam belajarnya, menandakan subyek sudah termotifasi untuk meningkatkan prestasi akademiknya. Menurut Tanumidjojo (2004) faktorfaktor yang mempengaruhi coping stress antara lain perkembangan kognitif, yaitu bagaimana subyek berpikir dan memahami kondisinya. Faktor selanjutnya adalah kematangan usia yaitu bagaimana subyek mengelola emosi, pikiran, dan perilakunya saat menghadapi masalah. Hal tersebut sependapat dengan guru BK yang mengungkapkan bahwa subyek yang mengikuti ekstrakulikuler sudah mampu berfikir dan memahami kondisinya sehingga subyek menyalurkannya ke hal-hal yang positif untuk menutupi kekurangannya. Dan dikukung juga dari pernyataan subyek, sebagian besar mengikuti ekstrakulikuler dengan alasan yang berbeda-beda namun mendapatkan hal positif yang sama yaitu untuk meningkatkan akademik. Dari hasil penelitian subyek mendapat dukungan terbesar dari teman, hal ini dapat dilihat bahwa kelompok teman sebaya adalah kumpulan dua individu atau lebih yang berinteraksi tatap muka, yang masingmasing menyadari keanggotaannya dalam kelompok dana masing-masing menyadari saling ketergantungan dalam mencapai tujuan bersama (Sarwono, 2012). Menurut Fatimah (2010) Remaja menyadari bila prestasi atau hasil yang di capai disekolah baik, maka masa depannya akan baik. Sebaliknya, apabila prestasi atau hasil prestasi kurang baik maka hasilnya kurang baik untuk masa depannya. Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan walaupun sebagian besar subyek merasakan berat dalam menghadapi pelajaran, subyek mampu mengatasinya dengan berusaha dengan maksimal untuk mendapatkan prestasi akademiik yang bagus untuk kepentingan masa depannya.

7 Subyek dalam hal religiustasnya mengungkapkan bahwa ketika dekat dengan Allah selain membuat hati tenang juga diberikan petunjuk oleh Allah. Dalam Q.S. Luqman ayat 22, Allah berfirman : Dan barang siapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia orang yang berbuat kebaikan, maka sesungguhnya ia telah berpegang teguh kepada buhul tali yang kokoh. Dan hanya kepada Allah-lah kesudahan segala urusan. Faktor yang dapat meningkatkan kondisi stres pada remaja dimana orang tuanya mengalami perceraian yaitu kurang adanya dukungan dari keluarga terdekat dan lingkungan sosial. Sedangkan kondisi stres pada remaja yang orang tuanya bercerai dapat menurun apabila ada dukungan sosial dan kemampuan individu menghadapi ataupun memecahkan masalah. Hasil analisis copingnya sendiri terdapat faktor yang mempengaruhi subjek untuk melakukan coping yaitu mampu mengelola KESIMPULAN Awal proses perkembangan stres terjadi setelah perceraian orang tua, subyek dihadapkan pada pilihan mengenai pemecahan masalah terhadap kondisi stresnya. Coping dilakukan subyek untuk meminimalisir kondisi stres yang muncul tersebut dilakukan dengan beberapa misalnya, seperti dengan cara pengalihan perhatian pada permasalahannya, banyaknya dukungan yang subjek rasakan dari keluarga dan teman-temannya, dan meyakinan diri pada nasib yang diberikan Allah. kognitif, keyakinan atau pandangan positif, dan yang terakhir dukungan sosial. Proses coping yang terus menerus dilakukan subyek hingga sekarang mampu meminimalisir kondisi stres, sehingga tidak mengganggu akademik maupun kehidupan sehari-harinya. Kondisi subyek yang kurang stabil setelah perceraian orang tuanya, kini sudah teratasi dan subyek mampu menstabilkan kondisinya. Dalam menghadapi permasalahan yang terjadi pada dirinya tersebut, subjek lebih condong menggunakan strategi coping

8 yang lebih memfokuskan pada masalah emosi subjek yakni emotion focused coping, dapat dilihat dari pernyataan subjek antara lain subjek lebih memilih untuk menghindari permasalahan, mencoba untuk tidak terlalu memikirkan permasalahannya, mengatur emosi dan tindakannya dalam menghadapi permasalahannya, bersikap pasrah, menerima dan yakin akan nasib yang telah diberikan Allah kepada subjek dan lebih mengarah kepada dukungan moral yang diperoleh subjek, simpati ataupun pengertian dari orang lain terhadap masalah yang sedang dihadapinya. Kartono, K. 2000. Hygiene Mental. Bandung: Mandar Maju. Lestari, S. 2012. Psikologi Kelurga. Jakarta : Kencana Prenada Media Group. Moko, C. 2013. Broken Home Broken Dreams. Jakarta: Mediakita. Santrock, J. W. 2007. Remaja. Jilid 2, Edisi kesebelas. Jakarta : Erlangga. Sarwono, S. W. 2012. Psikologi Remaja. Edisi kelimabelas. Jakarta : Rajawali Pers. Taylor, S. E. 2009. Health Psychology. 7th edition. New York : McGraw-Hill, International Edition. Tanumidjojo, Y., Basoeki, L., & Yudiarso, A. 2004. Stres dan Perilaku Coping pada Remaja Penyandang Diabetes Millitus Tipe 1. Jurnal Anima, 19 (4), 399-406. Winkel, W.S. 2004. Psikologi Pengajaran (edisi revisi). Yogyakarta: Media Abadi. DAFTAR PUSTAKA Bojuwoye, O. & Akpan, O. 2009. Children s Reactions to Divorce of Parents. The Open Family Studies Journal 2, 75-81. South Africa. Carver, C. S., Scheier, M. F., dan Weintraub, J. K. 1989. Assessing coping strategies: A theoretically based approach. Journal of Personality and Social Psychology, 56, 267 283. Fatimah, E. 2010. Psikologi Perkembangan (Perkembangan Peserta Didik). Bandung: CV Pustaka Setia. Irham, M. & Wiyani, N. A. 2013. Psikologi Pendidikan: Teori dan aplikasi dalam proses pembelajaran. Jogjakarta: Arruzz Media.