Abdul Gafar Parinduri RSUD Sultan Sulaiman Dinas Kesehatan Serdang Bedagai

dokumen-dokumen yang mirip
PENENTUAN TINGGI BADAN BERDASARKAN PANJANG LENGAN ATAS

HUBUNGAN TINGGI BADAN DENGAN PANJANG TULANG FEMUR PADA ETNIS SANGIHE DI MADIDIR URE. Novitasari Mangayun

MENENTUKAN TINGGI BADAN BERDASARKAN PANJANG TUNGKAI ATAS TESIS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENENTUAN TINGGI BADAN BERDASARKAN PANJANG TELAPAK TANGAN TESIS ISMURRIZAL / IKF PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS I

Korelasi antara Tinggi Badan dan Panjang Jari Tangan

Panjang Langkah Berkorelasi Secara Positif dengan Tinggi Badan Manusia

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010

BAB 1 PENDAHULUAN. Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 1

Perbandingan Korelasi Penentuan Tinggi Badan antara Metode Pengukuran Panjang Tibia Perkutaneus dan Panjang Telapak Kaki

Hubungan panjang klavikula dan tinggi badan pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Unsrat angkatan 2012

KORELASI PANJANG LENGAN ATAS DENGAN TINGGI BADAN PADA WANITA SUKU BANJAR

ABSTRAK HUBUNGAN TINGGI BADAN DENGAN PANJANG TULANG LENGAN PADA POPULASI DEWASA DI DENPASAR

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

Perkiraan Tinggi Badan Berdasar Panjang Telapak Kaki Pada Populasi Mongoloid Dewasa Di Indonesia

KORELASI PANJANG LENGAN BAWAH DAN TINGGI BADAN MAHASISWI SUKU BANJAR FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. badan yang kemudian dipopulerkan oleh Hewing pada tahun Formula

BAB 1 PENDAHULUAN. Identifikasi forensik merupakan upaya yang dilakukan dengan. tujuan membantu penyidik untuk menentukan identitas seseorang pada

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian analitik dengan menggunakan desain

BAB 1 PENDAHULUAN. Identifikasi forensik merupakan upaya yang dilakukan dengan. tujuan membantu penyidik untuk menentukan identitas seseorang pada

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik (non-eksperimental)

PENGARUH PANJANG JARI TELUNJUK TANGAN DAN JARI MANIS TANGAN TERHADAP TINGGI BADAN SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. faktor lingkungan. Tinggi badan adalah ukuran kumulatif yang terdiri atas

HUBUNGAN TINGGI BADAN DENGAN PANJANG TANGAN PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNSRAT ANGKATAN 2013

I. PENDAHULUAN. Pada tahun 2014 terdapat banyak kasus mutilasi yang terungkap di Indonesia.

ESTIMASI TINGGI BADAN MENGGUNAKAN PANJANG TULANG HUMERUS PADA MAHASISWA PRODI PENDIDIKAN DOKTER FK UNS SEMESTER VII SKRIPSI

HUBUNGAN PENGETAHUAN JAJANAN SEHAT DENGAN STATUS GIZI ANAK DI SD N 80 NGORESAN SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. 1. Ilmu kesehatan anak, khususnya bidang nutrisi dan penyakit metabolik.

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Fenomena maraknya kriminalitas di era globalisasi. semakin merisaukan segala pihak.

HUBUNGAN TINGGI BADAN DAN PANJANG ULNA PADA ETNIS SANGIHE DEWASA DI MADIDIR URE

BAB IV METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan metode analitik korelatif, dengan pendekatan cross

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia yang mempunyai

PANJANG TULANG FEMUR DAPAT MENJADI PENENTU TINGGI BADAN PRIA DEWASA MUDA

PENGUKURAN SEFALIK INDEKS UNTUK MENENTUKAN JENIS KELAMIN PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA. Oleh : HERNA TRI YULIANTY

HUBUNGAN PERSENTASE LEMAK TUBUH DENGAN TOTAL BODY WATER MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

Hubungan Antara Lebar Panggul Dengan Jenis Kelamin dan Tinggi Badan Stephanie Renni Anindita 1, Arif Rahman Sadad 1, Tuntas Dhanardhono 1

BAB 3 METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah merupakan penelitian analitik observasional dengan

PERBANDINGAN TINGGI BADAN DAN RENTANG TANGAN PADA ANAK USIA SEKOLAH DASAR LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

PENENTUAN INDEKS KEPALA DAN WAJAH ORANG INDONESIA BERDASARKAN SUKU DI KOTA MEDAN

BAB 1 PENDAHULUAN pulau dengan keanekaragaman suku yang tinggi (Kementerian

I. PENDAHULUAN. Tinggi badan ditentukan olah kombinasi faktor genetik dan faktor. antropologis untuk menentukan perbedaan rasial (Patel, 2012).

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian yang mencakup bidang Ilmu Fisiologi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PENENTUAN UMUR BERDASARKAN OBLITERASI SUTURA TESIS OLEH INDRA SYAKTI NASUTION / IKK PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS

KORELASI PANJANG RADIUS DENGAN TINGGI BADAN PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNSRAT ANGKATAN 2010

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan cross sectional. Rancangan cross sectional adalah suatu

KORELASI PANJANG LENGAN BAWAH DENGAN TINGGI BADAN PRIA DEWASA SUKU BANJAR

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian observasional analitik dengan rancangan

HUBUNGAN ANTARA PANJANG DEPA/ ARM SPAN TERHADAP TINGGI BADAN PADA SISWA SMA. SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

HUBUNGAN OBESITAS SENTRAL DENGAN PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PASIEN LAKI-LAKI. Oleh : THARMANTHIRAN THIRUCHELVAM

PENENTUAN UMUR BERCAK DARAH MANUSIA BERDASARKAN PERUBAHAN WARNA TESIS DESSY DARMAYANI HARIANJA /IKF

HUBUNGAN RASIO PANJANG JARI TANGAN KEDUA DAN KEEMPAT (2D:4D) DENGAN TINGKAT KEMAMPUAN VERBAL DAN NUMERIK PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 SUNGAYANG

BAB III METODE PENELITIAN

Setuju dalam mengikuti penelitian

ABSTRAK HUBUNGAN OBESITAS YANG DINILAI BERDASARKAN BMI DAN WHR DENGAN KADAR KOLESTEROL TOTAL PADA PRIA DEWASA

HUBUNGAN TINGI BADAN DAN TINGGI BAHU PASIS KODAM I/BUKIT BARISAN TAHUN Oleh : BENJAMIN RICARDO

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. 2) Ilmu Gizi, khususnya pengukuran status gizi antropometri.

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT AKTIVITAS JASMANI DENGAN KESEGARAN JASMANI SISWA PUTRI KELAS VIII SMP N 3 DEPOK YOGYAKARTA

PERBEDAAN TAJAM PENGLIHATAN ANTARA PENGGUNA TELEPON PINTAR DENGAN YANG TIDAK MENGGUNAKAN TELEPON PINTAR PADA SISWA SMA ST.

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN DAN DEPRESI PADA MAHASISWA SISTEM PERKULIAHAN TRADISIONAL DENGAN SISTEM PERKULIAHAN TERINTEGRASI

HUBUNGAN ANTARA PENERAPAN 5 INDIKATOR KADARZI DAN STATUS GIZI BALITA UMUR 6-59 BULAN DI DESA TANJUNG KECAMATAN KLEGO KABUPATEN BOYOLALI

Sikap Sikap adalah perilaku wanita terhadap pemeriksaan mammografi a. Cara Ukur : metode angket

Correlation Analysis between Patient Characteristic with Patient Satisfactory Level in RSGMP UMY

Perkiraan Tinggi Badan Berdasarkan Tulang Panjang Usia Tahun

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

KARAKTERISTIK PASIEN RADIODERMATITIS DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN JANUARI AGUSTUS Oleh : MUHAMMAD FACHRUL ROZI LUBIS

Abstrak. v Universitas Kristen Maranatha

PERBEDAAN RASIO D2:D4 ANTARA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN USU. Oleh : RATNA MARIANA TAMBA

PERBANDINGAN KARAKTERISTIK KEKERASAN YANG TERJADI TERHADAP ANAK DI SEKOLAH PADA SEKOLAH MENENGAH ATAS DAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN DI KOTA TEGAL

Universitas Sumatera Utara-RSUP-HAM Medan

KORELASI DAN REGRESI ANTARA TINGGI BADAN DENGAN PANJANG TUNGKAI BAWAH PERKUTANEUS PADA MAHASISAWA FKIK UMY RAS JAWA USIA PERTUMBUHAN

HUBUNGAN KEIKUTSERTAAN ORGANISASI DENGAN REGULASI DIRI PADA REMAJA : STUDI KASUS DI SMA N 2 NGAWI

Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang 2)

ABSTRAK KORELASI ANTARA BENTUK WAJAH DAN BENTUK GIGI INSISIVUS SENTRAL MAKSILA PADA ETNIS TIONGHOA USIA TAHUN

HUBUNGAN SENAM HAMIL DENGAN NYERI PUNGGUNG PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS PAKISJAYA KARAWANG KARYA TULIS ILMIAH OLEH : SITI SURYATI NIM : R

HUBUNGAN ANTARA PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DENGAN MOTIVASI BELAJAR MAHASISWA PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

BAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan penelitian ini mencakup bidang Ilmu Patologi

Inpatient Satisfaction of Nursing Services in RSUP Dr. Kariadi Semarang

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI SMP MUHAMMADIYAH 1 YOGYAKARTA TAHUN 2011 NASKAH PUBLIKASI

PHBS yang Buruk Meningkatkan Kejadian Diare. Bad Hygienic and Healthy Behavior Increasing Occurrence of Diarrhea

GAMBARAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DIRUANG RAWAT INAP RSUD SULTANSYARIF MOHAMAD ALKADRIE KOTA PONTIANAK

SKRIPSI HUBUNGAN BEBAN KERJA PERAWAT DENGAN KESELAMATAN PASIEN DI RUANG MEDICAL SURGICAL RSUP SANGLAH DENPASAR

KUALITAS DOKUMENTASI KEPERAWATAN DAN BEBAN KERJA OBJEKTIF PERAWAT BERDASARKAN TIME AND MOTION STUDY (TMS)

ABSTRAK. HUBUNGAN PENGUKURAN STATUS GIZI YANG DIUKUR DENGAN METODE BMI (Body Mass Index) DAN METODE WC (Waist Circumference)

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah ilmu gizi. Semarang. periode Mei Juni 2014

HUBUNGAN ANTARA KECEPATAN, KELINCAHAN DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP KEMAMPUAN MENGGIRING BOLA PEMAIN SEPAKBOLA SSB BENGKULU USIA TAHUN

SOFIA PARAMITA R

KARYA TULIS ILMIAH. Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan SOFIA PARAMITA R

BAB III METODE PENELITIAN. diobservasi hanya sekali pada saat yang sama (Arief, 2008).

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN ORANGTUA DENGAN PENGETAHUAN TENTANG PELECEHAN SEKSUAL PADA ANAK REMAJA DI SURAKARTA SKRIPSI

HUBUNGAN TEKANAN PANAS DAN BEBAN KERJA FISIK DENGAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA WANITA BAGIAN SEWING DI CV.

Pengukuran Sefalik Indeks Etnis Batak dan Cina pada Siswa-Siswi Kelas X dan Kelas XI SMA Swasta Santo Thomas 1 Medan Tahun Pelajaran

TINGKAT PENGETAHUAN PELAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS ( SMA ) TERHADAP KESEHATAN MATA DI KOTA MEDAN. Oleh KUHAPRIYA SELVARAJAH NIM :

HUBUNGAN PELAYANAN POSYANDU X DENGAN TINGKAT KEPUASAN LANSIA

PERBANDINGAN PENGUKURAN PERSENTASE LEMAK TUBUH DENGAN SKINFOLD CALIPER DAN BIOELECTRICAL IMPEDANCE ANALYSIS (BIA) JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA

Transkripsi:

MENENTUKAN TINGGI BADAN DARI TINGGI STERNUM Determine the Strature from the Sternal Length Abdul Gafar Parinduri RSUD Sultan Sulaiman Dinas Kesehatan Serdang Bedagai Abstrak Latar Belakang. Menentukan tinggi badan seseorang merupakan hal yang sangat dibutuhkan dalam proses identifikasi forensik, salah satu penentuan tinggi badan dapat dilakukan melalui pengukuran terhadap tinggi sternum. Tujuan. Penelitian ini bertujuan menentukan tinggi badan seseorang berdasarkan tinggi sternum yang ditemukan di tempat kejadian perkara (TKP) pada kasus mutilasi, sebagian korban dalam keadaan terpotong-potong dengan jaringan otot dan kulit pembungkus tulang dijumpai masih melekat. Metode. Desain penelitian adalah deskritif dengan pendekatan cross sectional. Data diperoleh dari sampel mahasiswa yang sedang menjalani kepaniteraan klinik periode April 2015 sampai Agustus 2016 dilakukan pengukuran tinggi badan dan tinggi sternum, seterusnya mencari formula hubungan tinggi sternum terhadap tinggi badan, kemudian data tersebut dianalisis dengan teknik uji korelasi. Hasil. Dari 240 reponden menunjukkan adanya korelasi positif antara tinggi badan dengan tinggi sternum pada laki-laki dari 77 (r : 0.9504, p : 0.0001) dan 163 perempuan (r : 0.9599, p : 0.00001). Analisa regresi menunjukkan hubungan yang cukup kuat antara tinggi badan dengan tinggi sternum. Kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian ini maka tinggi badan dapat ditentukan berdasarkan tinggi sternum. Kaca kunci : tinggi badan, tinggi sternum Abstract Background. Determine the stature of a person is very necessary in the process of forensic identification, one of the method can be done through the measurement of the sternal length. Objective. This study aims to determine the stature of an individual based on the sternal length found at the crime scene (TKP) in cases of mutilation. Methods. The design of this studyis descriptive with cross-sectional study approach, data obtained from a sample of students who are undergoing clinical internship from April 2015 until August 2016, measurement of the height and the sternal length were done in finding a correlation of sternal length and body height, then the data is analyzed by correlation technique. Results. Of the 240 respondents showed a positive correlation between height to the length of the sternum in men from 77 (r: 0.9504, p: 0.0001) and 163 women (r: 0.9599, p: 0.00001) regression analysis shows quite strong correlation between height with high sternum. Conclusion. So based on these results, the height can be determined based on the sternal length. Keywords: height, sternal length 35

PENDAHULUAN Modus operandi kejahatan semakin meningkat dimana akhirakhir ini para pelaku tindak pidana pembunuhan sering berusaha menghilangkan identitas korbannya, dengan cara mutilasi sehingga sangat diperlukan keahlian khusus dalam mengidentifikasi jenazah korban pembunuhan tersebut. Identifikasi dari tubuh seseorang yang tidak dikenal, baik yang masih hidup ataupun sudah mati dapat dilakukan bagi kepentingan penyidikan perkara-perkara pidana dan bagi tugas-tugas kepolisian yang lain seperti misalnya pada peristiwa bencana alam, kecelakaan yang mengakibatkan korban massal (mass disaster) atau pada peristiwa ditemukannya korban yang tidak utuh lagi atau korban yang tubuhnya terpisah-pisah (korban mutilasi). 1 Banyaknya bagian-bagian yang berbeda dari tubuh dapat digunakan untuk memperkirakan tinggi seseorang. Dalam antropologi forensik, metode umum mengestimasi tinggi para korban adalah mengukur panjang tulang dan mengolah data. Ukuran bagianbagian tubuh lainnya seperti panjang telapak kaki, panjang lengan atas, panjang lengan bawah dan telapak tangan juga dapat digunakan. Meskipun ukuran-ukuran yang telah disebutkan, umumnya tidak tersedia dan didasarkan pada bukti yang tertinggal di tempat kejadian perkara. 2 Banyak peneliti telah melakukan penelitian untuk melihat hubungan antara tinggi badan dari beberapa panjang bagian tubuh korban atau tulang-tulang seperti menentukan tinggi badan berdasarkan tulang tulang panjang yang masih segar atau yang sudah tidak segar yang dilakukan oleh Karl Pearson s di Eropa (1899). Trotter dan Glesser s (1952 dan 1958) membuat formula penentuan tinggi badan pada ras Mongoloid berdasarkan panjang tulang. 3 Di Indonesia penentuan tinggi badan pernah dilakukan penelitian dengan menghasilkan formulaformula seperti formula Atmadja S Djaja (20-11-2012) yang melakukan penelitian dalam penentuan tinggi badan berdasarkan panjang-panjang tulang panjang pada kelompok populasi dewasa muda di Indonesia, Amir. A (1989) melakukan penelitian dalam penentuan tinggi badan berdasarkan tulang-tulang panjang manusia di Medan, Singh. A (1993), meneliti perkiraan tinggi badan berdasarkan panjang telapak kaki manusia di Medan, serta Ritonga. M (1992), melakukan penelitian tentang penentuan tinggi badan berdasarkan tinggi hidung manusia di kota Medan. Hutahean. R (2010), melakukan penelitian tentang penentuan tinggi badan berdasarkan panjang lengan bawah pada orang hidup di kota Medan. 4 Sedangkan penelitian mengenai penentuan tinggi badan berdasarkan panjang tulang sternum pada orang mati, pernah juga dilakukan di Indonesia (Surabaya) oleh Yudianto. A, UNAIR (2006), yang bertujuan untuk menentukan apakah terdapat hubungan kolerasi antara tinggi badan dengan panjang os sternum pada orang Indonesia usia dewasa (>30 tahun). Dengan cara pengukuran, tinggi badan (Y) diukur secara tegak lurus dari puncak kepala (vertek) sampai 36

telapak kaki (tumit) dalam satuan sentimeter (cm), yang merupakan variabel terikat (tergantung). Panjang tulang dada (os sternum) (x) diukur setelah terpotong dari tulang iga kanan dan tulang iga kiri, dibersihkan dari otot-otot, jaringan ikat yang melekat dan diukur secara tegak lurus dari jugular notch (manubrium) sampai distal corpus os sternum dalam satuan sentimeter (cm), yang merupakan variabel bebas. Didapatkan hubungan regresi antara tinggi badan dengan panjang tulang dada (os sternum): TB = 136,488 + 1,542 X (SE = 8,04913; r = 0,525). 5 Penulis melakukan penelitian mengenai penentuan tinggi badan dari tinggi sternum pada orang Indonesia. Dengan harapan dapat diciptakan suatu formula (rumusan yang baku) dalam penentuan tinggi badan dari tinggi sternum. Hasil penelitian ini dapat membantu dalam penilaian identifikasi korban mati, khususnya dalam penentuan tinggi badan seseorang berdasarkan pengukuran tinggi sternum, terutama pada jenazah yang tidak lengkap, pada jenazah yang sudah membusuk serta terbakar, dengan memperhitungkan kondisi jaringan dan otot yang masih ada pada tulang tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan tinggi badan dari tinggi sternum berdasarkan jenis kelamin. METODE PENELITIAN Penelitian ini adalah penelitian analitik korelasi dengan menggunakan desain penelitian cross sectional. Penelitian dilakukan di Departeman Kedokteran Forensik dan Medikolegal di RSUP. H. Adam Malik dan RSUD Pirngadi Medan, Provinsi Sumatera Utara Republik Indonesia. Sampel penelitian adalah semua mahasiswa/i kedokteran yang sedang menjalani Kepaniteraan Klinik Senior (KKS) di Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal, RSUP. H. Adam Malik dan RSUD Pirngadi Medan, yang bersedia sebagai subjek penelitian, serta diketahui berumur (minimal 21 tahun), sehat serta tidak cacat atau pernah mengalami patah tulang. Pengambilan sampel dengan cara random sampling. Kriteria inklusi adalah mahasiswa/i kedokteran yang sedang menjalani Kepaniteraan Klinik Senior (KKS) di Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal, RSUP. H. Adam Malik dan RSUD Pirngadi Medan. Berusia minimal 20 tahun sehat fisik dan mental.bersedia ikut serta dalam penelitian. Sedangkan kriteria eksklusi adalah subjek yang memiliki cacat fisik seperti kerdil (cebol), Lordosis, Xhiposis, tungkai berbentuk O atau X, dll, subjek yang menggunakan jilbab tetapi tidak bersedia dibuka jilbabnya, subjek yang hamil atau berperut besar, subjek yang pernah mengalami patah tulang atau operasi tulang. Dari hasil perhitungan jumlah sampel adalah 70 orang. Alat yang digunakan adalah lembar data untuk pengukuran tinggi sternum dan tinggi badan. Caliper (caliper geser), alat ukur tinggi sternum yang terbuat dari logam stainless stell hardener. Alat ukur tinggi badan dengan alat Stature yang memiliki panjang 2 meter. 37

HASIL Dari 70 responden pada penelitian ini didapatkan perempuan lebih banyak dari laki-laki, yaitu responden perempuan 36 orang (51,4 %) dan Tabel 1 Sebaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%) Laki-laki Perempuan 34 36 48,6 51,4 Jumlah 70 100 laki-laki berjumlah 34 responden (48,6 %). Gambaran tersebut dapat dilihat pada table 1 di bawah ini. Kelompok umur responden terbanyak adalah 20-23 tahun, yaitu ada 62 orang (88.6%) dan yang lebih sedikit kelompok umur responden adalah 24-27 tahun, yaitu hanya 8 orang (11.4%). Dari 70 orang responden diketahui usia rata-rata responden 22.64 tahun, dengan usia termuda adalah 21 tahun dan usia tertua adalah 25 tahun. Sedangkan tinggi badan rata-rata responden adalah 163.86 cm dengan tinggi badan terendah 148 cm dan tinggi badan tertinggi adalah 187 cm, serta tinggi sternum rata-rata responden adalah 16.36 cm dengan tinggi sternum terendah 13,7 cm dan tinggi sternum tertinggi adalah 21,2 cm. Tabel 2. Hubungan tinggi sternum dengan Tinggi Badan Pengukuran Pearson correlation N P (r) Tinggi tulang dada 0.97 70 0.000 dengan tinggi badan Nilai konstanta = 1 tinggi sternum dengan nilai p=0.000, Dari tabel 2 dapat dilihat adanya dengan kekuatan hubungan=0.97 hubungan (korelasi) yang tidak linier positif pada 70 responden. signifikan antara tinggi badan dengan Tabel 3. Pengaruh panjang tulang dada dengan tinggi badan No Pengukuran Koefisien Standard Error P SE 1. Konstanta (a) 87,50 2,675 0.000 2. Panjang Tulang Data (b) 4,663 0,166 0.000 Y=a+bx; x=panjang Tulang Dada 38

Dari tabel 3 didapatkan rumus regresi yang menunjukkan nilai hubungan yang kurang kuat antara tinggi badan dengan tinggi sternum yaitu y : 87,50 + 4,663xtinggi tulang dada. Tabel 4. Pengaruh panjang tulang dada dengan tinggi badan pada jenis kelamin laki-laki No Pengukuran Koefisien Standard Error (SE) 1. Konstanta (a) 64,25 7,61 0,000 2. Panjang Tulang Data (b) 5,92 0,43 0,000 Y=a+bx; x=panjang Tulang Dada Dari tabel 4 didapatkan rumus regresi yang menunjukkan nilai hubungan yang cukup kuat antara tinggi badan dengan tinggi sternum menurut jenis kelamin yaitu : Y = 64.25 + 5. 93 tinggi tulang dada lakilaki. Dari perhitungan korelasi diperoleh adanya hubungan (korelasi) yang signifikan antara tinggi badan dengan tinggi sternum dengan nilai p=0.000, dengan kekuatan hubungan=0.999 linier positif. Tabel 5. Pengaruh Panjang Tulang Dada dengan Tinggi Badan pada Jenis Kelamin Perempuan No Pengukuran Koefisien Standard Error P SE 1. Konstanta (a) 51.45 6.6263 0.000 2. Panjang Tulang Data (b) 7.139 0.421 0.000 Y=a+bx; x=panjang Tulang Dada Dari tabel 5 didapatkan rumus regresi yang menunjukkan nilai hubungan yang cukup kuat antara tinggi badan dengan tinggi sternum menurut jenis kelamin yaitu : Y = 51.45 + 7.139 tinggi tulang dada perempuan. DISKUSI Dari seluruh total sampel yang diperiksa sebanyak 70 sampel yang terdiri dari 34 sampel laki-laki dan 36 sampel perempuan diperoleh tinggi badan maksimal 187,0 cm, tinggi badan minimal 148,0 cm, serta tinggi badan rata-rata 163.86 cm. Tinggi sternum maksimal 20.1cm, tinggi sternum minimal 14,8 cm serta ratarata tinggi sternum 16.36 cm. Dalam lampiran tabulasi hasil analisa data yang dibuat oleh komputer untuk memudahkan analisa statistik, jelas terlihat bahwa gambaran visualisasi dengan grafik bergaris linier seimbang yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang cukup signifikan antara tinggi sternum pada laki-laki dan perempuan dengan tinggi badan. Maka semakin tinggi sternum akan diikuti dengan semakin bertambahnya tinggi badan. Didapatkan rumus regresi yang menunjukkan nilai hubungan yang kurang kuat antara tinggi badan dengan tinggi sternum yaitu y : 87,50 + 4,663x tinggi tulang dada. P 39

KESIMPULAN Dari hasil penelitian dan pembahasan diperoleh formula untuk menentukan tinggi badan berdasarkan jenis kelamin: Sternum laki-laki: TB = 64.25 + 5. 93 x tinggi sternum lakilaki. Sternum perempuan: TB = 51.450+ 7.139 x tinggi sternum perempuan. Maka dapat disimpulkan adanya hubungan yang signifikan antara tinggi badan berdasarkan jenis kelamin. DAFTAR PUSTAKA 1. Dahlan S. Ilmu Kedokteran Forensik Pedoman Bagi Dokter dan Penegak Hukum. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro; 2005.P. 149-57. 2. Rohren AM, Brenda. Estimation of Stature from foot and Shoe Lenght : Applications in Forensic Science.Jurnal : Forensic Science. USA ; 2007. P. 1 15. 3. Nandy A. Identification of An Individual. In: Principles of Forensic Medicine.1st. New Central Book Agency (P) Ltd. Calcutta ; 1996. P. 47 109. 4. Budiyanto A, Widiatmaka W, Sudiono S. dkk. Identifikasi Forensik. Dalam Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi Pertama. Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta ; 1997. Hal.197 202. Korespondensi: Abdul Gafar Parinduri. RSUD Sultan Sulaiman Dinas Kesehatan Serdang Bedagai. Email: sauqipancasilawati@gmail.com. Telp 085361841915 40