EFEKTIFITAS PEMBERIAN TERAPI MUSIK TERHADAP PENURUNAN GEJALA INSOMNIA PADA LANSIA DI PANTI WERDA RINDANG ASIH II BONGSARI SEMARANG

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan disegala bidang selama ini sudah dilaksanakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan suatu bangsa seringkali dinilai dari umur harapan hidup penduduknya

BAB I PENDAHULUAN. dan kapan saja, yang dapat menimbulkan kerugian materiel dan imateriel bagi

Rizan Perdana Kusuma * )., Sri Puguh Kristiyawati ** ), S.Eko Ch. Purnomo *** )

PENGARUH TERAPI OKUPASIONAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI TAHUN 2014

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS AISYIYAH YOGYAKARTA 2016

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan promotif dan preventif baik sehat maupun sakit.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang memiliki umur

BAB 1 PENDAHULUAN. Untuk mengetahui sampai seberapa jauh perubahan yang terjadi, perlu adanya

EFEKTIFITAS TEKNIK RELAKSASI PROGRESIF TERHADAP BERKURANGNYA KELUHAN GANGGUAN TIDUR PADA REMAJA DI PANTI AL-MUDAKKIR DAN DI PANTI AL-AMIN BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional dapat dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan

Abstrak. Abstract. Kata Kunci: Hipertensi, musik klasik, relaksasi autogenik

BAB I PENDAHULUAN. telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya. dan bertambah cenderung lebih cepat (Nugroho, 2000).

PENGARUH TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI DI RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH PALEMBANG

PENGARUH RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP PENINGKATAN JUMLAH KEBUTUHAN TIDUR PADA LANJUT USIA INSOMNIA

BAB I PENDAHULUAN. merupakan istilah bagi individu yang telah memasuki umur di atas 60 tahun (>60

BAB I PENDAHULUAN. membuka dinding perut dan dinding uterus (Sarwono, 2005). Sectio caesarea

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang digunakan yaitu tahun. Penelitian ini menggunakan. tiap panti tersebut mengalami hipertensi.

PERBEDAAN EFEKTIFITAS MANDI AIR HANGAT DAN AROMATERAPI LAVENDER TERHADAP PENURUNAN INSOMNIA PADA LANSIA. Istiana Nurhidayati* ABSTRACT

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam puluh) tahun

Guntur Prasetya*) Maria Suryani**) Mamat Supriyono***)

PENGARUH TERAPI MUSIK JAWA TERHADAP PENURUNAN TINGKAT INSOMNIA PADA LANSIA DI UPT PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA MAGETAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya (Padila, 2013). Pada tahun 2012, UHH penduduk dunia rata rata

BAB I PENDAHULUAN. biasanya progresif dan berhubungan dengan peningkatan respon inflamasi kronik

ABSTRAK PENGARUH PELAKSANAAN SENAM LANSIA TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA DI PUSKESMAS KALUKU BODOA MAKASSAR TAHUN 2015

PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012

Arifal Aris Dosen Prodi S1 keperawatan STIKes Muhammadiyah Lamongan ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain. Indonesia menurut survey Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2006

BAB I PENDAHULUAN. pembunuh diam diam karena penderita hipertensi sering tidak. menampakan gejala ( Brunner dan Suddarth, 2002 ).

BAB I PENDAHULUAN. cenderung lebih cepat. Saat ini di seluruh dunia jumlah orang lanjut usia

GAMBARAN KUALITAS TIDUR DAN GANGGUAN TIDUR PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. Menurut laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (2011), pada tahun

PENGARUH TERAPI MUSIK POPULER TERHADAP TINGKAT DEPRESI PASIEN ISOLASI SOSIAL DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH TERAPI MODALITAS: TERAPI MUSIK TERHADAP KUALITAS TIDUR LANSIA YANG MENGALLAMI INSOMNIA DI PANTI TRESNA WERDHA TERATAI PALEMBANG

BAB I PENDAHULUAN. psikologik, dan sosial-ekonomi, serta spiritual (Nugroho, 2000).

PENGARUH TERAPI MUSIK TERHADAP PENINGKATAN KUALITAS TIDUR LANSIA

BAB 1 PENDAHULUAN. organ tubuh. Hal ini juga diikuti dengan perubahan emosi secara

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kesejahteraan masyarakat (Darmodjo, 2000) Hal ini juga diikuti dengan perubahan emosi secara psikologis dan

BAB I PENDAHULUAN. fisilogis organ tubuhnya (Wahyunita, 2010). Banyak kelainan atau penyakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang saling berinteraksi satu

BAB I PENDAHULUAN. pemeriksaan tekanan darah dengan menggunakan sphygmomanometer

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lanjut usia merupakan suatu proses perubahan yang bertahap dalam jangka

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif yaitu eksperimental semu (Quasi Experimental. Design). Tipe penelitian Quasy Eksperimental Design adalah

PENGARUH TERAPI MUSIK UNTUK PENURUNAN TINGKAT STRES PADA REMAJA DI YAYASAN PANTI ASUHAN KYAI AGENG MAJAPAHIT SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. proses alami yang sudah ditentukan oleh Tuhan Yang Maha Esa (Nugroho,

Priyoto Dosen S1 Keperawatan STIKes Bhakti Husada Mulia Madiun ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Reni Ratna Nurul Fauziah, 2013

SKRIPSI. Disusun untuk memenuhi memenuhi Persyaratan mencapai Sarjana Keperawatan. Oleh: MARYANTI NIM G2B PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gangguan jiwa atau mental menurut DSM-IV-TR (Diagnostic and Stastistical

Oleh Sherli Mariance Sari Program Studi Ilmu Keperawatan STIK Bina Husada Palembang

HUBUNGAN KEBIASAAN MANDI AIR HANGAT DENGAN GANGGUAN POLA TIDUR PADA USIA LANJUT DI DESA CANDEN KRAJAN KALIKOTES KLATEN

SKRIPSI PENGARUH SENAM LANSIA TERA TERHADAP PENINGKATAN KUALITAS TIDUR LANSIA DI YAYASAN WERDA SEJAHTERA DESA KAWAN KECAMATAN BANGLI

PENGARUH TERAPI KOMUNIKASI TERAPEUTIK TERHADAP KEMAMPUAN BERINTERAKSI KLIEN ISOLASI SOSIAL DI RSJD DR.AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan untuk dapatbertahan hidup. (Nugroho,2008). struktur dan jumlah penduduk lanjut usia setelah RRC, India, dan Amerika

BAB 1 PENDAHULUAN. bagi lansia adalah tingkatkan kesehatan. Salah satu aspek utama dari peningkatan

Kata kunci : Tekanan darah, Terapi rendam kaki air hangat, Lansia.

PENGARUH TERAPI BERCERITA TERHADAP SKALA NYERI ANAK USIA PRASEKOLAH (3-6 TAHUN) SELAMA TINDAKAN PENGAMBILAN DARAH VENA DI RSUD TUGUREJO SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lanjut usia merupakan suatu anugerah. Menjadi tua, dengan segenap

PENGARUH TERAPI RELAKSASI NAFAS DALAM TERHADAP KUALITAS TIDUR LANSIA DI UPT WREDHA BUDI DHARMA PONGGALAN GIWANGAN UMBULHARJO YOGYAKARTA SKRIPSI

PENGARUH RELAKSASI BENSON TERHADAP TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS DENPASAR TIMUR II TAHUN 2014

KOMPRES HANGAT MENURUNKAN NYERI PERSENDIAN OSTEOARTRITIS PADA LANJUT USIA

BAB I PENDAHULUAN. faktor genetik yang menjadi potensi dasar dan faktor lingkungan yang. hambatan pada tahap selanjutnya (Soetjiningsih, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh Teknik Relaksasi...,Bayu Purnomo Aji,Fakultas Ilmu Kesehatan UMP,2017

GAMBARAN TINGKAT NYERI PASIEN DI INSTALASI GAWAT DARURAT RS PKU MUHAMMADIYAH BANTUL. Karya Tulis Ilmiah

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan akhir-akhir

BAB I PENDAHULUAN. panjang dibandingkan dengan negara berkembang. Perbandingan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peningkatan populasi penduduk lanjut usia (lansia) di dunia terus bertambah

PENGARUH TERAPI WUDHU SEBELUM TIDUR TERHADAP TINGKAT INSOMNIA PADA LANJAT USIA DI PSTW UNIT BUDHI LUHUR YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

Journal of Health Education

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan menurut Wahyuningsih (2005), terapi Intravena adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Saat ini di seluruh dunia jumlah orang lanjut usia (lansia)

E-Jurnal Sariputra, Juni 2016 Vol. 3(2)

BAB 1 PENDAHULUAN. yang di sebut dengan proses menua (Hurlock, 1999 dalam Kurniawan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap perjalanan kehidupan manusia berada dalam rentang toleransi dan keseimbangan yang dinamis terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa jumlah. jiwa dengan usia rata-rata 60 tahun (Bandiyah, 2009).

BAB III METODE PENELITIAN

Syntax Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia ISSN : e-issn : Vol. 2, No 2 Februari 2017

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Aloei Saboe Kelurahan Wongkaditi, Kecamatan Kota Utara, Kota

BAB I PANDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan yang dinamis dalam

BAB I PENDAHULUAN. tahun. Lanjut usia biasanya mengalami perubahan-perubahan fisik yang wajar,

PENGARUH TERAPI MUSIK DANGDUT RITME CEPAT TERHADAP PERBEDAAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN DEPRESI DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

Mike Yevie Nafilasari* )., Ns. Suhadi, M.Kep; Sp.Kep.Kom** ), Mamat Supriyono, SKM, M.Kes. (Epid)*** )

STUDI KOMPARASI TINGKAT STRES LANJUT USIA YANG MENGIKUTI DAN TIDAK MENGIKUTI SENAM BUGAR LANSIA (SBL) DI DUSUN MRISI DESA TIRTONIRMOLO KASIHAN BANTUL

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh: RITA SUNDARI

BAB V HASIL PENELITIAN. Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 30 perempuan penderita

KEGEL EXERCISE TERHADAP PENURUNAN INKONTINENSIA URINE PADA LANSIA DI DESA UNDAAN LOR KECAMATAN UNDAAN KABUPATEN KUDUS

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak yang berkualitas agar dapat melanjutkan cita-cita bangsa dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan penduduk serta meningkatkan umur harapan hidup manusia.


PENGARUH TERAPI RELAKSASI BENSON TERHADAP KUALITAS TIDUR LANSIA DI POSYANDU PERMADI TLOGOMAS KOTA MALANG ABSTRAK

PENGARUH TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP TINGKAT DEPRESI PADA LANJUT USIA DI PANTI WERDHA HARGO DEDALI SURABAYA

PENGARUH TERAPI BERMAIN TERHADAP RESPON KECEMASAN ANAK USIA PRASEKOLAH DALAM MENJALANI HOSPITALISASI DI RUANG SERUNI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH JOMBANG

PENGARUH LATIHAN HATHA YOGA TERHADAP TINGKAT STRES PADA WANITA DI DUSUN KARANG TENGAH SLEMAN YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tidur merupakan kebutuhan dasar bagi setiap manusia. Lima, Fransisco &

Transkripsi:

EFEKTIFITAS PEMBERIAN TERAPI MUSIK TERHADAP PENURUNAN GEJALA INSOMNIA PADA LANSIA DI PANTI WERDA RINDANG ASIH II BONGSARI SEMARANG Anaya Resha Supriyadi *), Asti Nuraeni **), Mamat Supriyono***) *) Mahasiswa Program Studi S1 Ilmu Keperawatan STIKES Telogorejo **) Dosen Program Studi S1 Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Telogorejo ***) Staf Dinas Kesehatan Kota ABSTRAK adalah ketidakmampuan untuk tidur walaupun ada keinginan untuk melakukannya. Gejala insomnia mencakup kesulitan dalam memulai tidur, sering terbangun, terbangun pada dini hari, keluhan sakit kepala pada siang hari, dan badan terasa lemas. Prevalensi penderita insomnia pada lansia di Indonesia cukup tinggi. Terapi musik dapat mengurangi gangguan tidur, membuat rileks, dan mampu menghilangkan perasaan yang tidak menyenangkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas pemberian terapi musik terhadap penurunan gejala insomnia pada lansia. Penelitian ini menggunakan metode penelitian Quasy Eksperiment dengan rancangan Pretest- Post Test Design. Populasi pada penelitian ini yaitu seluruh lansia di Panti Werda Rindang Asih II Bongsari yang mengalami gejala insomnia. Metode pengambilan sampel dengan menggunakan purposive sampling yang melibatkan 20 responden. Hasil uji perbedaan rerata gejala insomnia dengan uji Wilcoxon Signed Ranks Test diperoleh p value =0,000 yang berarti p value <0,05. Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh terapi musik terhadap penurunan gejala insomnia pada lansia. Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan sebagai saran untuk menurunkan gejala insomnia pada lansia. Kata kunci: gejala insomnia, lansia, terapi musik ABSTRACT is the inability to sleep even though there is a desire to do so. Symptoms of insomnia include difficulty in initiating sleep, frequent waking, waking in the early morning, headaches during the day, and the body feels weak. Prevalence of insomnia in elderly patients in Indonesia is quite high. This study aims to determine the effectiveness of music therapy to decrease the symptoms of insomnia in the elderly. The population in this study is the entire elderly in Panti Werda Rindang Asih II Bongsari are experiencing symptoms of insomnia. This study uses quasy experiment with pretestposttest design. The results showed the effect of music therapy to decrease the symptoms of insomnia in the elderly. The research of purposive sampling method with 20 respondents. The result of average differences symptom of insomnia with Wilcoxon Signed Ranks Test obtained p value 0.000 that meant p value < 0.05. The research result showed that there were effects of music therapy as one of alternative therapies for symptom of insomnia at elderly. The research result can be a solution as an alternative therapy for reducing symptom of insomnia. Keywords: symptoms of insomnia, elderly, music therapy Efektifitas Pemberian Terapi Terhadap Penurunan... (A. Resha. S) 1

PENDAHULUAN Keperawatan komunitas adalah tindakan keperawatan untuk meningkatkan dan mempertahankan kesehatan populasi dengan mengintegrasikan keterampilan dan pengetahuan yang sesuai dengan keperawatan dan masyarakat (ANA, 2004, dalam Efendi & Makhfudli, 2009, hlm.4). Keperawatan kesehatan komunitas merupakan suatu upaya pelayanan keperawatan yang merupakan bagian intergral dari pelayanan kesehatan yang dilaksanakan oleh perawat dengan mengikut sertakan tim kesehatan lainnya dan masyarakat untuk memperoleh tingkat kesehatan yang lebih tinggi dari individu, keluarga dan masyarakat. (Ekasari, 2008, hlm.2) Sasaran keperawatan komunitas terdiri dari individu, keluarga, dan kelompok baik yang sehat maupun yang sakit, khususnya mereka yang berisiko tinggi mengalami masalah kesehatan dalam masyarakat. Sasaran kelompok adalah kelompok masyarakat khusus yang rentan terhadap timbulnya masalah termasuk posyandu, kelompok balita, ibu hamil, sekolah, panti asuhan dan panti werdha yang merupakan tempat tinggal para lansia yang sangat rentan akan masalah kesehatan (vulnerable group) (Efendi & Makhfudli, 2009, hlm. 8). Masalah kesehatan pada lansia meliputi penurunan daya pikir, rasa serba ketakutan, kemunduran pola aktivitas, berkurangnya penglihatan dan pendengaran serta gangguan tidur terutama insomnia (Nugroho, 2008, hlm.25). dapat disebabkan oleh faktor ekstrinsik (luar), misalnya lingkungan yang kurang tenang dan faktor intrinsik yang dibagi menjadi organik semisal nyeri, gatal- gatal, dan penyakit tertentu yang membuat gelisah dan prikogenik semisal depresi kecemasann dan iritabilitas (Bandiyah, 2009, hlm. 47). National Sleep Foundation mengemukakan bahwa sekitar 67% dari 1.508 lansia di Amerika usia 65 tahun keatas melaporkan mengalami gangguan tidur dan sebanyak 7,3 % lansia mengeluhkan gangguan memulai dan mempertahankan tidur atau insomnia (Mahardika, 2012, 4). Menteri Ekonomi dan Kesehatan Masyarakat dalam penelitian Mahardika (2012) menyatakan bahwa di Indonesia setiap tahun sekitar 20% sampai 50% orang dewasa melaporkan adanya gangguan pemenuhan tidur dan 17% mengalami gangguan pemenuhan tidur yang serius. Prevalensi gangguan tidur pada lansia cukup tinggi yaitu sekitar 67%. Peran perawat yang bisa dilakukan untuk merawat lansia dengan masalah gangguan tidur (insomnia) yaitu dengan pengobatan farmakologi dan pengobatan non farmakologi. Pengobatan farmakologi berupa pemberian obat- obatan sedangkan pengobatan non farmakologi dapat berupa terapi relaksasi. Terapi relaksasi banyak digunakan baik untuk penurunan ketegangan, atau mencapai kondisi tenang. Ketika seseorang mengalami gangguan tidur maka ada ketegangan pada otak dan otot sehingga dengan mengaktifkan syaraf parasimpatis dengan teknik relaksasi maka secara otomatis ketegangan berkurang sehingga seseorang akan mudah untuk masuk ke kondisi tidur (Purwanto, 2010, 13). Terapi musik merupakan sebuah rangsangan pendengaran yang berorganisasi terdiri atas melodi, ritme, harmoni, warna (timbre), bentuk, dan gaya. Ketika musik diaplikasikan menjadi sebuah terapi, musik dapat memulihkan, memelihara kesehatan fisik, mental, sosial dan spiritual dari setiap individu. memiliki beberapa kelebihan seperti bersifat universal, nyaman, menyenangkan dan terstruktur. Bagian terpenting dari musik dalah irama (Setyoadi & Kushariyadi, 2011, hlm. 43). Teknik relaksasi nafas dalam dipilih sebagai intervensi keperawatan mandiri untuk menurunkan kecemasan pasien pre operasi. Teknik relaksasi nafas dalam membutuhkan waktu penerapan yang tepat. Pasien akan merasa semakin cemas mendekati waktu operasi dan fase pre operasi dari peran keperawatan akan berakhir ketika pasien dikirim ke ruang operasi. terbagi dalam dua irama, yaitu irama musik yang beraturan dan tidak beraturan. Irama yang beraturan dapat mempengaruhi keseimbangan psikofisik sebaliknya irama yang tidak beraturan dapat menganggu keseimbangan psikofisik (Zuchra dalam Mahardika 2012, 5). Contoh musik yang mempunyai irama yang beraturan yaitu musik keroncong, musik tradisional jawa (gendhing jawa), dan musik klasik. 4 Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan (JIKK)

Penelitian yang berkaitan dengan terapi musik terhadap penurunan gejala insomnia yaitu penelitian Sutrisno (2007) dengan judul Efektifitas Terapi terhadap Peningkatan Kualitas Tidur Penderita pada Lansia di Panti Wredha Pucang Gading menggunakan rancangan penelitian quasy experiment dengan one group pretest- posttest. Data dianalisis dengan uji korelasi spearman. Berdasarkan hasil dari penelitian, 74% responden mengalami peningkatan dalam kualitas tidurnya. Nilai signifikansi yang dihasilkan dari uji kolerasi spearman yang menunjukkan bahwa 0,001 < α/2 dengan (α) 0,01 atau signifikansi 99% sehingga hipotesis Ho ditolak dan H1 diterima menyatakan bahwa terdapat peningkatan kualitas tidur penderita insomnia di Panti Wredha Pucang gading setelah dilakukan terapi musik kesukaan. Panti Werda Rindang Asih II Bongsari merupakan salah satu panti yang bergerak dibidang sosial khususnya perawatan lansia. Panti Werda Rindang Asih II Bongsari merawat 33 lansia dengan jumlah 14 lansia lakilaki dan 19 lansia perempuan. Hasil Studi Pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 1 Februari 2014 lansia yang mengalami gejala insomnia sebanyak 20 orang (60% dari jumlah lansia). Mereka menyebutkan sering terbangun di malam hari, susah memulai untuk tidur, dan merasakan sakit kepala pada siang hari. Lansia mengaku tidak diberikan intervensi apapun ketika mereka tidak dapat tidur. Berdasarkan fenomena ini maka peneliti tertarik melakukan penelitian tentang efektifitas pemberian terapi musik terhadap penurunan gangguan tidur pada lansia di Panti Werda Rindang Asih II Bongsari. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode penelitian Quasi Eksperimen, dengan rancangan pretestposttest design. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 20 responden. Penelitian ini dilakukan dengan cara melakukan pretest-posttest. Adapun pada responden dilakukan pretest sebelum tidur, kemudian dilakukan intervensi selama 30 menit berupa terapi musik, selanjutnya pada pagi harinya di lakukan posttest. Pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Penelitian ini dilakukan di Panti Werda Rindang Asih II Bongsari, pengambilan data dilakukan pada tanggal 21 April - 27 April 2014. Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan alat ukur lembar observasi pengukuran skala gangguan tidur. Analisa yang digunakan pada penelitian ini adalah analisa univariat untuk mengetahui distribusi frekuensi (presentase) yaitu data usia, jenis kelamin, lansia yang mengalami gangguan tidur dan tidak mengalami gangguan tidur. Data yang berjenis numerik dilakukan analisis dengan pemusatan data (mean) dan nilai penyebaran data (standar deviasi) yaitu skala kecemasan. Analisis bivariat dilakukan dengan uji Wilcoxon Signed Ranks. Data tidak berdistribusi normal, yang sebelumnya dilakukan dengan menggunakan uji normalitas data yaitu Shapiro-Wilk dengan syarat sampel 50 responden. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Usia Tabel 1 Usia Lansia di Panti Werda Rindang Asih II Bongsari Usia Frekuensi Presentase 60-70 thn 4 20.0 >70 thn 16 80.0 Total 20 100 Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui bahwa terdapat lansia berusia 60-70 tahun sebanyak 4 orang (20%) dan berusia >70 tahun sebanyak 16 orang (80%). Usia atau umur adalah satuan waktu yang mengukur waktu keberadaan seseorang dari mulai lahir sampai mati. Usia merupakan salah satu faktor yang dapat menggambarkan kematangan seseorang baik fisik, psikis, maupun sosial sehingga membantu seseorang untuk mampu lebih baik dalam membentuk perilaku (Budiono, 2000, 1). 2. Jenis kelamin Tabel 2 Jenis Kelamin Lansia di Panti Werda Rindang Asih II Bongsari Efektifitas Pemberian Terapi Terhadap Penurunan... (A. Resha. S) 3

Jenis Frekuensi Presentase Kelamin Laki-laki 8 40.0 Perempuan 12 60.0 Total 20 100.0 Berdasarkan tabel 2 diperoleh hasil bahwa sebagian besar jenis kelamin yang menjadi responden penelitian adalah perempuan sebanyak 12 orang (60%) dan laki- laki 8 orang (40%). Gejala insomnia banyak terjadi pada perempuan daripada laki- laki. Resiko terjadinya insomnia pada perempuan 2-5 kali lebih besar dibanding laki- laki. Penyebab pasti kondisi tersebut belum diketahui secara pasti, diduga berkaitan dengan tingkat stress tinggi yang terjadi pada perempuan (Lumbantobing, 2004, hlm. 22). 3. Lansia Yang Mengalami Gejala di Panti Werda Rindang Asih II Bongsari Tabel 3 Yang Mengalami Gejala di Panti WerdaRindang Asih II Bongsari (n=33) Responden Frekuensi Presentase Gejala 20 60.61 Tidak Gejala 13 39.39 Total 33 100.00 Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui bahwa lansia yang mengalami gejala insomnia sebanyak 20 orang (60.61%) dan lansia yang mengalami gejala insomnia sebanyak 13 orang (39.39%).terdapat lansia berusia 60-70 tahun sebanyak 4 orang (20%) dan berusia >70 tahun sebanyak 16 orang (80%). Gejala insomnia menurut Naylor dan Aldirch (1994, dalam Perry & Potter, hlm. 1480) menyebutkan bahwa biasanya muncul dalam bentuk kesulitan tidur, sering terbangun atau terbangun lebih awal. Perubahan normal terjadi secara bertahap sehingga masih menyisahkan waktu untuk beradaptasi. Gejala insomnia yang terjadi dapat mengakibatkan munculnya salah satu dari ketiga masalah, yaitu insomnia, gerakan atau sensasi abnormal dikala tidur atau ketika terjaga pada malam hari, serta rasa ngantuk yang berlebih pada siang hari. 4. Gambaran Gejala Sebelum Diberikan Terapi Tabel 4 Gejala Sebelum Diberikan Terapi di Panti Werda Rindang Asih II Bongsari Gejala Frekuensi Presentase Berat 20 100.0 Sedang 0 0 Ringan 0 0 Total 20 100.0 Berdasarkan tabel 5.4 dapat diketahui bahwa sebelum diberikan terapi musik, semua lansia sebanyak 20 orang (100%) mengalami gejala insomnia berat. adalah gejala yang dialami oleh klien yang mengalami kesulitan kronis untuk tidur, sering terbangun dari tidur, atau singkat atau tidur nonrestoratif. Dapat dibedakan menjadi tiga gejala, yaitu gejala berat, sedang, dan ringan. (Potter & Perry, 2005, hlm. 1481). Hal tersebut dapat terjadi karena beberapa faktor, yaitu lingkungan yang kurang tenang, penyakit tertentu yang membuat gelisah, dan depresi atau kecemasan (Nugroho, 200, hlm. 41). 5. Gambaran Gejala Sesudah Diberikan Terapi Tabel 5 Gejala Sesudah Diberikan Terapi di Panti Werda Rindang Asih II Bongsari 4 Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan (JIKK)

Gejala Frekuensi Presentase Berat 0 0 Sedang 8 40.0 Ringan 12 60.0 Total 20 100.0 Berdasarkan tabel 5 dapat diketahui bahwa sesudah diberikan terapi musik, sebanyak 8 orang (20%) mengalami gejala insomnia sedang dan 12 orang (60%) mengalami gejala insomnia ringan. Lansia yang mengalami gejala insomnia mengatakan bahwa mereka merasa kurang tenang, gelisah, sering terbangun, mimpi buruk, dan lemas tubuh di siang hari ketika tidak bisa tidur di malam harinya. Pemberian terapi musik pada lansia dapat membuat rileks pikiran dan memberikan pengaruh positif terhadap kondisi suasana hati dan emosi sehingga dapat membantu proses turunnya gejala insomnia pada lansia. 6. Uji Normalitas Data Tabel 6 Uji Normalitas Data Responden Dengan Skor Gejala Sebelum Dan Sesudah Diberikan Terapi Di Panti Werda Rindang Asih II Bongsari Skor Gejala Skor Gejala Sebelum Terapi Skor Gejala Sesudah Terapi Frekuensi Shapiro- wilk p.value 20.0001 20.012 Berdasarkan tabel 5.6 didapatkan hasil uji normalitas dengan menggunakan uji Shapiro- Wilk didapatkan data variabel skor gejala insomnia sebelum terapi musik nilai standar uji normalitas sebesar 0,0001 (p <0,05) dan skor gejala insomnia sesudah terapi musik nilai standar uji normalitas sebesar 0,012 (p <0,05), maka dapat disimpulkan data pada penlitian ini berdistribusi tidak normal, sehingga untuk uji analisis data dilanjutkan dengan menggunakan Uji Wilcoxon Signed Rank Test. 7. Hasil Analisa Data Tabel 7 Hasil Analisa Data Responden Dengan Menggunakan Uji Wilcoxon Signed Rank Test Di Panti WerdaRindang Asih II Bongsari Kategori Terapi Uji Wilcoxon Signed Rank Sebelum Terapi Sesudah Terapi (n) (%) (n) (%) Berat 20 100 0 0.000 1 Sedang 0 0 8 40 Ringan 0 0 12 60 Jumlah 20 100 20 100 Berdasarkan hasil Uji Wilcoxon Signed Rank Test diatas efektifitas terapi musik terhadap penurunan gejala insomnia pada lansia menunjukkan hasil nilai p= 0.0001 (<0.05), maka dapat disimpulkan bahwa Ha diterima, artinya ada keefektifan pemberian terapi musik terhadap penurunan gejala insomnia pada lansia. SIMPULAN 1. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Panti Werda Rindang Asih II Bongsari usia lansia yang mengalami gejala insomnia berumur lebih dari 70 tahun dan berjenis kelamin perempuan. 2. Rata- rata skor gejala insomnia sebelum diberikan terapi musik sebesar 6.75 dan sesudah diberikan terapi musik turun menjadi 2.30. Maka terjadi penurunan skor gejala insomnia setelah dilakukan terapi musik sebesar 4.45. 3. Hasil penelitian yang telah di uji dengan Uji Wilcoxon membuktikan bahwa ada efektifitas antara pemberian terapi musik terhadap penurunan gejala insomnia pada lansia. Terapi musik dapat mengurangi gangguan tidur, membuat rileks, dan mampu menghilangkan perasaan yang tidak Efektifitas Pemberian Terapi Terhadap Penurunan... (A. Resha. S) 9

menyenangkan. Penurunan tersebut dapat terjadi dengan pemberian terapi musik selama 30 menit setiap hari sebelum tidur dengan kondisi relax dan pendampingan SARAN 1. Bagi Panti Werda Rindang Asih II Bongsari Panti Werda Rindang Asih II Bongsari dapat menggunakan hasil penelitian efektifitas pemberian terapi musik terhadap penurunan gejala insomnia sebagai salah satu alternatif dalam menurunkan gejala insomnia pada lansia dengan memberikan pelatihan kepada perawat tentang pemberian terapi musik kepada lansia selama 30 menit setiap hari sebelum tidur dengan kondisi relax yang mengalami gejala insomnia. 2. Bagi Pendidikan Keperawatan Hasil penelitian efektifitas pemberian terapi musik terhadap penurunan gejala insomnia dapat dijadikan proses pembelajaran bahwa salah satu intervensi mandiri perawat dalam menurunkan gejala insomnia pada lansia dengan terapi non-farmakologi yaitu dengan pemberian terapi musik selama 30 menit setiap hari sebelum tidur dengan kondisi relax. 3. Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan Hasil penelitian efektifitas pemberian terapi musik terhadap penurunan gejala insomnia dapat digunakan sebagai dasar penelitian lain dalam mengembangkan ilmu 8 Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan (JIKK)

DAFTAR PUSTAKA Bandiyah, Siti. 2009. Lanjut Usia dan keperawatan Gerontik. Yogyakarta : Nuha Medika Effendi, F., & Makhfudli. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas Noorkasiani & S. Tamher. 2009. Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Djohan. 2006. Terapi, Teori, dan Aplikasi. Yogjakarta: Galangpress Sutrisno (2007). Efektifitas Terapi terhadap Peningkatan Kualitas Tidur Penderita pada Lansia di Panti Wredha Pucang Gading. http://eprints.undip.ac.id/16397/8/hal AMAN_DEPAN.pdf Diakses tanggal 18 Desember 2013\ Ekasari, M.F. et al. 2008. Keperawatan Komunitas upaya memandirikan masyarakat untuk hidup siap. Jakarta : Trans Info Media Fina Juli. 2012. Perbedaan Tingkat pada Lansia Sebelum dan Sesudah Pemberian Terapi Keroncong di Pelayanan Sosial Lanjut Usia Tulungagung. http://www.google.co.id/search?q=fin a+yuli+%282012.+perbedaan+tingka t++pada+lansia+sebelum+d an+sesudah+pemberian+terapi+musi k+keroncong+di+pelayanan+sosial+l anjut+usia+tulungagung&hl=id&gbv =2&oq=Fina+Yuli+%282012.+Perbed aan+tingkat++pada+lansia+ Sebelum+dan+Sesudah+Pemberian+T erapi++keroncong+di+pelayana n+sosial+lanjut+usia+tulungagung& gs_l=heirloomserp.3...51080.54768.0.54942.1.1.0.0.0.0.0.0..0.0...0...1ac.1.34.heirloomserp..1.0.0.z9o_9boci10 diakses tanggal 18 Desember 2013 Mahardika. 2010. Hubungan Keteraturan Mengikuti Senam Lansia dan Kebutuhan Tidur Lansia di UPT PSLU Pasuruan di Babat Lamongan. http://www.google.co.id/search?q=pen elitian+jefrry+mahardika&hl=id&gbv =2&oq=Penelitian+Jefrry+Mahardika &gs_l=heirloomserp.3...138907.146108.0.146308.310. 10.0.2.437.3657.0j4j3j4j2.13.0...0...1a c.1.34.heirloomserp..30.1.143.kfbwe g diakses tanggal 18 Desember 2013 Efektifitas Pemberian Terapi Terhadap Penurunan... (A. Resha. S) 9