Yerni Pareang Alumni Fakultas Ekonomi Universitas Balikpapan. Yudea Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Balikpapan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. daerah dari sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri yang dipungut berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat. Semakin besar jumlah penduduk maka semakin. jawab pemerintah dalam mensejahterakan rakyatnya.

DATA ISIAN SIPD TAHUN 2017 BPPKAD KABUPATEN BANJARNEGARA PERIODE 1 JANUARI SAMPAI DENGAN 8 JUNI 2017

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG BAGI HASIL PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH UNTUK DESA

Hubungan Keuangan antara Pemerintah Daerah-Pusat. Marlan Hutahaean

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 3 SERI E

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

4. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 42, Tambahan

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 22 TAHUN 2012 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2013

BUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. mengurus keuangannya sendiri dan mempunyai hak untuk mengelola segala. sumber daya daerah untuk kepentingan masyarakat setempat.

BUPATI DUS BUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan daerahnya sendiri, membuat peraturan sendiri (PERDA) beserta

BUPATI DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 43 TAHUN 2015 TENTANG

PROVINSI JAWA TENGAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS

LAJU PERTUMBUHAN PAJAK RESTORAN, HOTEL DAN HIBURAN DALAM PAD KOTA KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah salah satu

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 20 TAHUN 2016 PENJABARAN PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI PAJAK. Nur ain Isqodrin, SE., Ak., M.Acc Isqodrin.wordpress.com

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG INSENTIF PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA KUASA

BUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS. bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (Mardiasmo, 2009:21). digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

PEMUTAKHIRAN DATA PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH DIREKTORAT PENDAPATAN DAERAH DIREKTORAT JENDERAL BINA KEUANGAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemerintah daerah diberi kewenangan yang luas untuk mengurus rumah

KONTRIBUSI DAN EFEKTIFITAS PAJAK DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN PROVINSI SUMATERA SELATAN

ANALISIS EFEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN (PBB P2) TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KABUPATEN JEMBER

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seluruh pengeluaran daerah itu. Pendapatan daerah itu bisa berupa

BAB II TINJAUAN TENTANG PEMERINTAH DAERAH DAN PENDAPATAN ASLI DAERAH

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. memberikan kesempatan serta keleluasaan kepada daerah untuk menggali

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN 2001 TENTANG RETRIBUSI DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI JASA UMUM

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 385.TAHUN 2012 TENTANG

BAB 2 LANDASAN TEORI. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS. yang menyelenggarakan pemerintahan (Waluyo, 2007: 2) untuk memelihara kesejahteraan secara langsung.

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP), pengertian belanja modal

PEMUNGUTAN PAJAK PARKIR DAN RETRIBUSI PARKIR OLEH PEMERINTAH DAERAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sedangkan pengertian pajak menurut Marihot P. Siahaan (2010:7) adalah: 1. Yang berhak memungut pajak hanyalah negara.

BAB 2 LANDASAN TEORI

ANALISIS PENERIMAAN PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH SERTA KONTRIBUSINYA TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA TOMOHON

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang dibarengi dengan pelaksanaan otonomi daerah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adil dan makmur sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar pembangunan tersebut dibutuhkan dana yang cukup besar.

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Subbag Hukum BPK Perwakilan Provinsi Sumatera Selatan

BAB I PENDAHULUAN. adalah ketersediaan dana oleh suatu negara yang diperlukan untuk pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan suatu tatanan masyarakat yang adil dan makmur dalam naungan

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintahan dengan memberikan keleluasaan pada

EVALUASI PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN (PBB) SETELAH PENETAPAN UU NO

BUPATI KARANGASEM PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI KARANGASEM PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan suatu daerah otonom dapat berkembang sesuai dengan kemampuan

USULAN SCOPING LAPORAN EITI 2014

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

PERATURAN WALIKOTA CILEGON NOMOR 43 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENGHAPUSAN PIUTANG PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. dikelola dengan baik dan benar untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak sedikit. Dana tersebut dapat diperoleh dari APBN. APBN dihimpun dari semua

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

EFEKTIVITAS PAJAK RESTORAN UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) PADA PEMERINTAH DAERAH KOTA KEDIRI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BUPATI KARANGASEM PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI KARANGASEM NOMOR 24 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. tentang Pemerintahan Daerah, pada Pasal 1 ayat (5) disebutkan bahwa otonomi

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dan kemasyarakatan harus sesuai dengan aspirasi dari

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. roda pemerintahan. Oleh karena itu tiap-tiap daerah harus mengupayakan agar

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KOTA SUKABUMI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. roda pemerintahan. Oleh karena itu tiap-tiap daerah harus mengupayakan agar

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Kontribusi Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Di Kabupaten Jember

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

Diaz Ardhiansyah Sri Mangesti Rahayu Achmad Husaini Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang

BAB II LANDASAN TEORI. keuangan antara pemerintah pusat dan daerah, pendapatan asli daerah didefinisikan

ANALISIS PENERIMAAN PAJAK REKLAME, PAJAK HIBURAN, PAJAK HOTEL DAN PAJAK RESTORAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA YOGYAKARTA PERIODE

BAB I PENDAHULUAN. ini tidak terlepas dari keberhasilan penyelenggaraan pemerintah propinsi maupun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Negara Republik Indonesia sebagai Negara Kesatuan menganut asas

BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 65 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tahun 2009 dalam pasal 1 angka 1, sebagai berikut

BAB I PENDAHULUAN. diberi kewenangan untuk menjalankan pemerintahan, 1 pembangunan. nasional merupakan serangkaian upaya pembangunan yang

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG MEKANISAME PERFORASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Proses desentralisasi pemerintahan yang dilakukan oleh Pemerintah. daerah memberikan konsekuensi terhadap Pemerintah Daerah untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. daerah adalah untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat dimana

Transkripsi:

VOLUME : 18 NOMOR : 01 MARET 2016 ANALISIS KONTRIBUSI PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KOTA BALIKPAPAN (Studi Pada Kantor Dinas Pendapatan Daerah Kota Balikpapan) Yerni Pareang Alumni Fakultas Ekonomi Universitas Balikpapan Yudea Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Balikpapan ABSTRACT Balikpapan city was given the opportunity to explore the potential of financial resources by setting taxes and fees for the region to increase revenues generated local revenues. This study aims to analyze the contribution of local taxes and levies on revenue Balikpapan City during the last five years (2010-2014). The object of this research is the area of Balikpapan, the focus of research to address locally generated revenue, local taxes and levies. This type of research in this study is quantitative descriptive. This analysis uses the analysis of tax and levy contribution to total revenue every year. Results of this study found that the average contribution of local taxes and levies when the reception local revenues generated Balikpapan City during 2010-2014 were highly variable. The percentage contribution of local taxes is greater than the percentage contribution levies. This study contributes to the government Balikpapan to better see the potential of the region to add value to the contribution of local taxes and levies in improving revenue performance. Keywords: local taxes, levies, locally-generated revenue, Balikpapan city. PENDAHULUAN Era otonomi daerah yang secara resmi mulai diberlakukan di Indonesia sejak 1 Januari 2001 menghendaki daerah untuk berkreasi dalam mencari sumber penerimaan yang dapat membiayai pengeluaran pemerintah daerah dalam rangka menyelenggarakan pemerintahan dan pembangunan. Dari berbagai alternatif penerimaan daerah, Undang-undang tentang Pemerintahan Daerah dan juga Undang-Undang tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah menetapkan pajak dan retribusi daerah sebagai sumber 32

Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang bersumber dari dalam daerah itu sendiri. Pemberian kewenangan kepada daerah untuk memungut pajak dan retribusi daerah telah mengakibatkan pemungutan berbagai jenis pajak dan retribusi daerah yang berkaitan dengan berbagai aspek kehidupan masyarakat. Pemungutan ini harus dapat dipahami oleh masyarakat sebagai sumber penerimaan yang dibutuhkan oleh daerah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di daerah. Untuk mengatur tentang pemungutan pajak dan retribusi daerah, pemerintah bersama dengan DPR telah mengeluarkan Undang- Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang kemudian disempurnakan dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000. Kedua undang-undang ini menjadi dasar hukum pemungutan pajak dan retribusi daerah yang memberikan kewenangan kepada daerah untuk memungut atau tidak memungut suatu jenis pajak atau retribusi pada daerahnya. Agar dapat dipungut secara efektif, pemahaman masyarakat, petugas pajak, dan setiap pihak yang terkait dengan pemungutannya harus sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam undang-undang serta peraturan daerah yang mengatur tentang pajak dan retribusi daerah. Hal ini memerlukan sosialisasi kepada masyarakat umum sehingga mereka mau dengan sadar membayarnya, tetapi disisi lain juga menghendaki adanya kepastian bahwa pemungutan dilakukan sesuai dengan ketentuan yang sebenarnya. Undang-Undang tentang Pajak dan Retribusi Daerah memang memungkinkan perbedaan pemungutan suatu jenis pajak dan retribusi daerah antar daerah provinsi atau kabupaten/kota. Oleh karena itu, untuk memahami secara utuh tentang pemungutan suatu jenis pajak atau retribusi daerah yang diberlakukan pada suatu daerah haruslah mengacu pada peraturan daerah yang berkaitan. KAJIAN PUSTAKA Pajak Daerah Marihot (2005) menyatakan bahwa Pajak Daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh daerah kepada orang pribadi atau badan tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah menyatakan bahwa Pajak Daerah, yang selanjutnya disebut pajak, adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesarbesarnya kemakmuran rakyat. Jenis Pajak dan Objek Pajak Daerah Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah menyatakan bahwa Pajak Daerah dibagi menjadi 2 (dua) bagian, yaitu: 1. Pajak Provinsi yang terdiri dari: a. Pajak kendaraan bermotor; b. Bea balik nama kendaraan bermotor; c. Pajak bahan bakar kendaraan bermotor; d. Pajak air permukaan; dan e. Pajak rokok. 2. Pajak Kabupaten/Kota yang terdiri dari: a. Pajak hotel; b. Pajak restoran; c. Pajak hiburan; d. Pajak reklame; e. Pajak penerangan jalan; f. Pajak mineral bukan logam dan batuan; g. Pajak parkir; h. Pajak air tanah; i. Pajak sarang burung walet; j. Pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan; dan k. Bea perolehan hak atas tanah dan bangunan. 33

Retribusi Daerah Marihot (2005) menyatakan bahwa Retribusi adalah pembayaran wajib dari penduduk kepada negara karena adanya jasa tertentu yang diberikan oleh negara bagi penduduknya secara perorangan. Jasa tersebut dapat dikatakan bersifat langsung, yaitu hanya yang membayar retribusi yang menikmati balas jasa dari negara. Retribusi Daerah, yang selanjutnya disebut Retribusi, adalah pungutan Daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan. Objek Retribusi Daerah Mardiasmo (2013) menyatakan bahwa ada 3 (tiga) Objek Retribusi Daerah, yaitu: 1. Jasa Umum adalah jasa yang disediakan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan. Jenis retribusi jasa umum, yaitu: 1. Retribusi Pelayanan Kesehatan; 2. Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan; 3. Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk dan Akta Catatan Sipil; 4. Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum; 5. Retribusi Pelayanan Pasar; 6. Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor; 7. Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran; 8. Retribusi Pelayanan Kesehatan Hewan; 9. Retribusi Penyediaan dan/atau Penyedotan Kakus; 10. Retribusi Pengolahan Limbah Cair; dan 11. Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi. 2. Jasa Usaha adalah jasa yang disediakan oleh Pemerintah Daerah dengan menganut prinsip-prinsip komersial karena pada dasarnya dapat pula disediakan oleh sektor swasta. Jenis retribusi jasa usaha, yaitu: 1. Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah; 2. Retribusi Terminal; 3. Retribusi Rumah Potong Hewan; 4. Retribusi Pelayanan Kepelabuhanan; 5. Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga; dan 6. Retribusi Pengolahan Limbah Cair. 3. Perizinan Tertentu adalah kegiatan tertentu Pemerintah Daerah dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau Badan yang dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian dan pengawasan atas kegiatan, pemanfaatan ruang, serta penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana, sarana atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan. Jenis retribusi perizinan tertentu, yaitu: 1. Retribusi Izin Mendirikan Bangunan; 2. Retribusi Izin Gangguan; 3. Retribusi Izin Trayek; 4. Retribusi Izin Bidang Kesehatan; 5. Retribusi Izin Bidang Industri; 6. Retribusi Izin Usaha Kontruksi; 7. Retribusi Izin Tanda Daftar Perusahaan; 8. Retribusi Izin Usaha Perdagangan; 9. Retribusi Izin Membuka dan Memanfaatkan Tanah Negara; dan 10. Retribusi Izin Ketenagakerjaan/ Bidang Perizinan Tenaga Kerja Asing. Subjek Retribusi Daerah Mardiasmo (2013) menyatakan bahwa ada 3 (tiga) Subjek Retribusi Daerah, yaitu: 1. Retribusi Jasa Umum adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan/menikmati pelayanan jasa umum yang bersangkutan. 2. Retribusi Jasa Usaha adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan/menikmati pelayanan jasa usaha yang bersangkutan. 3. Retribusi Perizinan Tertentu adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh izin tertentu dari Pemerintah Daerah. Pendapatan Asli Daerah (PAD) Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah pada pasal 1 menyatakan bahwa 34

Pendapatan Asli Daerah, selanjutnya disebut PAD adalah pendapatan yang diperoleh Daerah yang dipungut berdasarkan Peraturan Daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pendapatan asli daerah merupakan penerimaan daerah dari berbagai usaha pemerintah daerah untuk mengumpulkan dana guna keperluan daerah yang bersangkutan dalam membiayai kegiatan rutin maupun pembangunannya, yang terdiri atas pajak daerah, retribusi daerah, bagian laba usaha milik daerah, dan lain-lain penerimaan asli daerah yang sah. Undang-undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah pada pasal 6 menyatakan bahwa: 1. Pendapatan Asli Daerah (PAD) bersumber dari: a. Pajak Daerah; b. Retribusi Daerah; c. hasil pengelolaan kekayaan Daerah yang dipisahkan; dan d. lain-lain PAD yang sah. 2. Lain-lain PAD yang sah sebagaimana dimaksud pada nomor 1 huruf d, meliputi: a. hasil penjualan kekayaan Daerah yang tidak dipisahkan; b. jasa giro; c. pendapatan bunga; d. keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing; dan e. komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan dan/atau pengadaan barang dan/atau jasa oleh daerah. METODOLOGI PENELITIAN Definisi Operasional Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan deskriptif kuantitatif. Sugiyono (2013), metode deskriptif adalah metode penelitian yang bertujuan untuk membuat gambaran mengenai situasi atau kejadian, sedangkan analisis kuantitatif adalah metode analisis dengan melakukan perhitungan terhadap data-data yang bersifat pembuktian dari masalah. Sehingga metode deskriptif kuantitatif adalah metode penelitian yang memaparkan atau menjelaskan data melalui angka-angka. Sugiyono (2013), operasional merupakan salah satu instrumen dari riset karena merupakan salah satu tahapan dalam proses pengumpulan data. Sebuah definisi operasional juga bisa dijadikan sebagai batasan pengertian yang dijadikan pedoman untuk melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan penelitian. Dalam hal ini, peneliti akan menjelaskan mengenai beberapa variabel yang akan diteliti berdasarkan pada objek penelitian, yaitu: 1. Peraturan Daerah Kota Balikpapan nomor 1 tahun 2003, Pajak Daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada Daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelanggaraan pemerintahan daerah dan pembangunan daerah. 2. Peraturan Daerah Kota Balikpapan nomor 1 tahun 2003, Retribusi Daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau Badan. 3. Kontribusi merupakan persentase penerimaan yang berupa uang dari pencapaian target yang telah ditetapkan oleh pihak Dispenda. 4. Pendapatan Asli Daerah merupakan dana yang dihimpun oleh Dispenda dari penerimaan yang berasal dari pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah lalu kemudian diproses dan digunakan untuk membiayai pengeluaran daerah. Batasan Penelitian Penelitian dilakukan pada Kantor Dinas Pendapatan Daerah Kota Balikpapan dengan 35

objek penelitian yaitu pajak daerah dan retribusi daerah di Kota Balikpapan, Kalimantan Timur. Instrumen Penelitian Sugiyono (2013) menyatakan bahwa pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran terhadap fenomena sosial maupun alam. Oleh sebab itu, harus ada alat ukur yang baik. Alat ukur dalam penelitian biasanya dinamakan instrumen penelitian. Instrumen dalam penelitian ini berupa pedoman dokumen yaitu Realisasi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dan pedoman dokumen Pendapatan Asli Daerah Kota Balikpapan. Dokumen-dokumen tersebut digunakan sebagai alat untuk mengetahui seberapa besar kontribusi pajak daerah dan retribusi daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Balikpapan selama 5 (lima) tahun 2010-2014. Data dan Teknik Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu data primer dan data sekunder. Data Primer merupakan data yang diperoleh penulis dengan langsung mendatangi objek penelitian dan melakukan wawancara kepada pihak yang bersangkutan. Dalam hal ini, objek penelitian yang dimaksud adalah Kantor Dinas Pendapatan Daerah (DISPENDA) Kota Balikpapan dan pihak yang bersangkutan yaitu pihak yang mampu memberikan data yang berkaitan dengan penelitian ini. Sedangkan Data Sekunder merupakan data yang diperoleh dari studi pustaka untuk beberapa teori yang berkaitan dengan permasalahan dan juga sebagai pembanding terhadap hasil-hasil penelitian terdahulu untuk mendukung pemecahan permasalahan dan mampu menambah keyakinan penulis terhadap suatu kesimpulan penelitian, misalnya jumlah penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) melalui kontribusi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. TEKNIK ANALISIS DATA Sugiyono (2013), teknik analisis data merupakan salah satu tahap kegiatan penelitian berupa proses penyusunan dan pengolahan data, guna menafsirkan data yang telah diperoleh melalui metode statistik. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif untuk mengetahui kontribusi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah secara langsung. Metode deskriptif adalah suatu analisis yang mengumpulkan, menyusun, mengolah, dan menganalisis data angka, agar dapat memberikan gambaran mengenai suatu keadaan tertentu sehingga dapat ditarik kesimpulan. Berikut gambaran untuk menganalisis data yang akan diperoleh: Kontribusi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah. Untuk menghitung kontribusi penerimaan Pajak Daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD), digunakan rumus sebagai berikut: Realisasi Penerimaan Pajak Daerah Kontribusi = x 100% Realisasi Penerimaan PAD Realisasi Penerimaan Retribusi Daerah Kontribusi = x 100% Realisasi Penerimaan PAD Berdasarkan hasil perhitungan melalui rumus diatas, dapat diketahui tingkat kontribusi yang diberikan berdasarkan persentase yang diketahui. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Target dan Realisasi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Pihak Dinas Pendapatan Daerah Kota Balikpapan bersama Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) dan Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) setiap tahunnya berkoordinasi untuk membahas penentuan target penerimaan pendapatan daerah yang berupa Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Berikut adalah data target dan penerimaan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Kota Balikpapan. 36

Tabel 4.1 Target dan Realisasi Pajak dan Retribusi Daerah Tahun 2010-2014 Tahun Jenis Pajak Daerah Retribusi Daerah P.A.D 2010 Target 79.912.849.921 31.320.124.972 130.345.817.293 Realisasi 88.442.340.405 29.083.767.415 139.231.153.341 2011 Target 143.584.347.507 28.147.271.394 200.000.000.000 Realisasi 170.407.776.955 27.439.734.654 221.274.968.057 2012 Target 235.170.966.501 37.849.480.240 303.983.530.207 Realisasi 261.380.972.015 43.791.684.143 352.034.256.557 2013 Target 262.423.628.135 51.248.954.189 354.840.272.692 Realisasi 340.998.753.948 57.381.026.800 470.719.065.633 2014 Target 496.803.855.927 59.547.489.715 638.630.681.123 Realisasi 575.567.514.292 68.314.359.063 729.037.647.063 Sumber: Dispenda Kota Balikpapan 2015 Dari tabel di atas diketahui bahwa target penerimaan Pajak Daerah yang ditetapkan Pemerintah Kota Balikpapan selalu meningkat dari tahun ke tahun. Sedangkan target untuk penerimaan Retribusi Daerah mengalami penurunan pada tahun 2011. Mulai dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 target yang ditetapkan Dispenda Kota Balikpapan selalu terpenuhi. Berbeda dengan Pajak Daerah yang selalu mengalami peningkatan penerimaan setiap tahunnya, Retribusi Daerah justru mengalami penurunan penerimaan pada tahun 2011. Salah satu faktor yang membuat target selalu terpenuhi adalah jumlah wajib pajak yang dari tahun ke tahun meningkat. Kontribusi Pajak Daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Balikpapan. Untuk mengetahui kontribusi pajak daerah terhadap pendapatan asli daerah Kota Balikpapan pada tahun 2010-2014 adalah sebagai berikut: 37

Tabel 4.2 Kontribusi Pajak Daerah terhadap PAD Tahun 2010-2014 Tahun Pajak Daerah Pendapatan Asli Daerah % 2010 Rp 88.442.340.405 Rp 139.231.153.341 63,5 % 2011 Rp 170.407.776.955 Rp 221.274.968.057 77 % 2012 Rp 261.380.972.015 Rp 352.034.256.557 74,2 % 2013 Rp 340.998.753.948 Rp 470.719.065.633 72,4 % 2014 Rp 575.567.514.292 Rp 729.037.647.063 78,9 % Sumber: Dispenda Kota Balikpapan 2015 Dari tabel diatas diketahui bahwa kontribusi Pajak Daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah dari tahun 2010-2014 mengalami fluktuasi. Pada tahun 2010 Pajak Daerah memberikan kontribusi sebesar 63,5 %, dan pada 2011 kontribusi yang diberikan oleh Pajak Daerah mengalami peningkatan yaitu sebesar 77 %, pada tahun 2012 dan 2013 kontribusi pajak daerah mengalami selalu mengalami penurunan, dan kembali mengalami kenaikan pada tahun 2014 yaitu sebesar 78,9 %. Kontribusi Retribusi Daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Balikpapan. Untuk mengetahui kontribusi retribusi daerah terhadap pendapatan asli daerah Kota Balikpapan pada tahun 2010-2014 adalah sebagai berikut: Tabel 4.3 Kontribusi Retribusi Daerah terhadap PAD Tahun 2010-2014 Tahun Retribusi Daerah Pendapatan Asli Daerah % 2010 Rp 29.083.767.415 Rp 139.231.153.341 20,8 % 2011 Rp 27.439.734.654 Rp 221.274.968.057 12,4 % 2012 Rp 43.791.684.143 Rp 352.034.256.557 12,4 % 2013 Rp 57.381.026.800 Rp 470.719.065.633 12,1 % 2014 Rp 68.314.359.063 Rp 729.037.647.063 9,3 % Sumber: Dispenda Kota Balikpapan 2015 38

Dari tabel diatas diketahui bahwa kontribusi Retribusi Daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah dari tahun 2010-2014 mengalami penurunan. Pada tahun 2010 Retribusi Daerah memberikan kontribusi sebesar 20,8 %, dan pada 2011 sampai dengan tahun 2013 kontribusi yang diberikan oleh Retribusi Daerah yaitu sebesar 12,4 %, pada tahun 2014 kontribusi Retribusi Daerah kembali mengalami penurunan yaitu menjadi 9,3 %. Tabel 4.4 Klasifikasi Kriteria Kontribusi Persentase Kriteria 0,00 % - 10 % Sangat kurang 10,10 % - 20 % Kurang 20,10 % - 30 % Sedang 30,10 % - 40 % Cukup baik 40,10 % - 50 % Baik Diatas 50 % Sangat baik Sumber: Tim Litbang Depdagri-fisipol UGM 1991 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Realisasi penerimaan Pajak Daerah dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 selalu mencapai target yang telah ditetapkan, sedangkan realisasi penerimaan Retribusi Daerah dari tahun 2010 sampai dengan 2011 tidak mencapai target yang telah ditentukan. Namun pada tahun 2012 sampai dengan 2014 bisa mencapai target yang telah ditentukan. 2. Kontribusi Pajak Daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Balikpapan secara keseluruhan sudah memberikan tingkat kontribusi yang sangat baik dengan rata-rata kontribusi sebesar 73,2%. Berbanding terbalik dengan Pajak Daerah, Retribusi Daerah justru memberikan kontribusi yang kurang bagi Pendapatan Asli Daerah Kota Balikpapan, yaitu sebesar 13,4%. Saran 1. Bagi Pemerintah Daerah Kontribusi Pajak Daerah sudah sangat baik sehingga harus dipertahankan atau lebih ditingkatkan, sedangkan kontribusi Retribusi Daerah masih dalam kapasitas yang kurang dan harus ditingkatkan lagi dengan cara memperbaiki dan meningkatkan sistem pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah serta melakukan inovasi dan terobosan-terobosan baru dalam pelayanan dan potensi daerah yang ada agar kontribusi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah semakin besar. 2. Bagi Peneliti Selanjutnya Dengan adanya beberapa keterbatasan dalam penelitian ini, kepada peneliti selanjutnya diharapkan untuk melakukan penelitian sejenis lebih lanjut dengan pendekatan kuantitatif untuk mengetahui pengaruh kontribusi pajak daerah dan retribusi daerah terhadap PAD, sehingga dapat ditemukan hasil yang lebih optimal dan bisa digeneralisasikan pada wilayah yang lebih luas. 39

DAFTAR PUSTAKA Isfatul, F., Achmad, H., dan M. Shobaruddin. 2014. Analisis Kontribusi Penerimaan Pajak Daerah sebagai salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Malang. Jurnal Perpajakan.Vol.3 No.1 (Desember). Krisna, Md.Arta., Wirawati, Ni Gst.Putu. 2013. Analisis Pengaruh Penerimaan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah terhadap peningkatan Pendapatan Asli Daerah Propinsi Bali. E-Jurnal Udayana. ISSN:2302-8556 Mardiasmo. 2013. Perpajakan. Edisi Revisi. Yogyakarta: Penerbit Andi. Siahaan, Marihot. 2005. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.Edisi 1. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Tim Litbang Depdagri-fisipol UGM 1991 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. 40