BAB 2 KAJIAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN TEORITIK. menyelesaikan permasalahan yang diberikan. Menurut NCTM (2000) pemecahan

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan Sekolah Menengah Atas (SMA). Matematika perlu. diberikan kepada semua siswa mulai dari sekolah dasar untuk

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA KELAS VIII-F SMPN 14 BANJARMASIN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN MEANS END ANALYSIS (MEA)

BAB II KAJIAN TEORI. A. Masalah Matematika. Masalah merupakan kesenjangan antara kenyataan dengan tujuan yang

ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA SPLDV BERDASARKAN LANGKAH PENYELESAIAN POLYA

Alamat Korespondensi: Jl. Ir. Sutami No. 36A Kentingan Surakarta, , 2)

BAB II KAJIAN TEORITIK. sebagai proses dimana pelajar menemukan kombinasi aturan-aturan yang

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dikerjakan untuk menyelesaikannya. Menurut Shadiq (2004) Suatu

TINJAUAN PUSTAKA. keseluruhan, sebagai hasil pengalaman sendiri dalam interaksi lingkungannya.

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan yang sedang dihadapinya. Oleh karena itu, kemampuan pemecahan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR. A. Kajian Pustaka

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Titi Solfitri 1, Yenita Roza 2. Program Studi Pendidikan Matematika ABSTRACT

BAB II LANDASAN TEORI. A. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

BAB II KAJIAN TEORITIK. Pendidikan Matematika menyatakan bahwa masalah merupakan soal (pertanyaan)

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan semua pihak

ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL-SOAL ALJABAR BERDASARKAN GENDER

BAB I PENDAHULUAN. dapat berguna bagi dirinya sendiri dan masyarakat di sekitarnya.

BAB II KAJIAN TEORI. Menurut Erman Suherman (dalam Apriyani, 2010) Pemecahan masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

PROFIL PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA USIA TAHUN DI BANDA ACEH. Intan Kemala Sari 1. Abstrak

BAB II KAJIAN TEORITIK. A. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis. dalam tugas yang metode solusinya tidak diketahui sebelumnya.

BAB II KAJIAN TEORETIK. daya tarik baginya. Menurut Slameto (Djamarah, 2008) minat adalah suatu

ANALISIS KESALAHAN DALAM MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN LANGKAH POLYA SISWA KELAS VII SMP

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan subjek yang sangat penting dalam sistem

P - 51 DIAGNOSIS KESALAHAN SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH FAKTORISASI BENTUK ALJABAR

BAB II KAJIAN PUSTAKA. untuk mengembangkan cara berfikir. Sehingga matematika sangat diperlukan baik

ANALISIS KESALAHAN MAHASISWA CALON GURU MATEMATIKA DALAM MEMECAHKAN MASALAH PROGRAM LINIER

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. lambang yang formal, sebab matematika bersangkut paut dengan sifat-sifat struktural

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis. pelaku, seperti yang dinyatakan Cooney, et al. berikut:...

ANALISIS KESALAHAN DALAM MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN LANGKAH POLIYA SISWA SMK. Program Studi Pendidikan Matematika, FKIP

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan matematika merupakan salah satu unsur utama dalam. mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hakikatnya matematika

BAB II KAJIAN TEORETIK. sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Menurut Winkel

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

HAPUS SALAH SATU BILANGAN DAN BERIKAN ALASAN, KENAPA BILANGAN ITU ANDA HAPUS.

BAB I PENDAHULUAN (1982:1-2):

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING PADA MATERI LINGKARAN SISWA KELAS VIII

BAB II KAJIAN TEORI. A. Deskripsi Konseptual. 1. Metakognitif. Menurut Flavell (1976) yang dikutip dari Yahaya (2005), menyatakan

UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PENALARAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIKA. (PTK Pembelajaran Matematika Kelas VII Semester II SMP Negeri 2

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika sejak peradaban manusia bermula, memainkan peranan yang sangat vital dalam kehidupan sehari-hari.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

BAB I PENDAHULUAN. semester ganjil tahun pelajaran pada mata pelajaran matematika,

BAB II KAJIAN TEORITIK. mempelajari pola dari struktur, perubahan dan ruang. Adjie (2006) mengatakan bahwa matematika adalah bahasa, sebab matematika

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1 pada Jurusan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat

BAB II KAJIAN PUSTAKA. belajar yang ditandai adanya hambatan-hambatan tertentu untuk menggapai hasil

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. serta bertanggung jawab. Salah satu cara memperoleh sumber daya manusia yang

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis. pertanyaan itu menunjukan adanya suatu tantangan (challenge) yang tidak

Anggraini Gandung Sugita Program Studi Pendidikan MatematikanUniversitas Tadulako Nia Kurniadin SMP Al-Azhar Palu. Abstrak

Pembelajaran Matematika dengan Pemecahan Masalah

BAB V PEMBAHASAN. peneliti memberikan masalah tentang matriks, siswa menemui kesulitan-kesulitan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu proses perubahan tingkah laku dan kemampuan seseorang menuju ke arah yang lebih baik

BAB II KAJIAN TEORETIK. Sekolah Menengah Pertama Terbuka atau disingkat SMP Terbuka adalah

BAB I PENDAHULUAN. logis, konsisten, dan dapat bekerjasama serta tidak mudah putus asa.

BAB I PENDAHULUAN. Hasratuddin : 2006) menyatakan bahwa: matematika merupaka ide-ide abstrak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan salah satu cabang ilmu yang dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Oleh: RIZKY LINAR PALUPI A

Alamat Korespondensi: Jalan Ir. Sutami No 36 A Kentingan Surakarta, , 3)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATEMATIKA. Ardiyanti 1), Haninda Bharata 2), Tina Yunarti 2)

BAB II LANDASAN TEORI. a. Pengertian Pembelajaran Langsung

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Roheni, 2013

STRATEGI PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMP KRISTEN 2 SALATIGA DITINJAU DARI LANGKAH POLYA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Keterlibatan siswa dalam melakukan langkah - langkah pembelajaran dapat

DESKRIPSI KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL

BAB 1 PENDAHULUAN. muncul dikarenakan kesenjangan antara kenyataan dengan harapan. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurningsih, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan dunia pendidikan menuntut guru untuk efektif dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Pembelajaran SAVI (Somatis Auditori Visual Intelektual) a. Pengertian Pembelajaran Somatis Auditori Visual Intelektual

BAB II KAJIAN TEORITIK. spesifik (Solso, 2008). Menurut Suherman (2001) pemecahan masalah merupakan

ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MAHASISWA PENDIDIKAN MATEMATIKA PADA MATERI REGULA FALSI

BAB V PEMBAHASAN. Setelah melakukan analisis data hasil penelitian, selanjutnya peneliti dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. di sekolah. Mata pelajaran matematika memiliki tujuan umum yaitu memberikan

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran matematika. Melalui pemecahan masalah siswa dapat. memahami masalah dari soal yang ada dengan benar.

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA ARITMATIKA SOSIAL (ANALYSIS OF STUDENT ERRORS TO SOLVE NARATIVE QUESTIONS SOCIAL ARITMATHIC)

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII-F SMPN 14 BANJARMASIN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN MEANS END ANALYSIS (MEA) Muhammad Azhari

BAB II KAJIAN TEORITIK

ANALISIS PROSES BERPIKIR SISWA DALAM PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS DAN EFEKTIFITAS STRATEGI ABDUKTIF-DEDUKTIF UNTUK MENGATASI KESULITANNYA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam kehidupan sehari- hari maupun dalam ilmu pengetahuan.

I. PENDAHULUAN. menghadapi setiap perubahan yang terjadi akibat adanya kemajuan ilmu

BAB 1 PENDAHULUAN. kreatif, dan inovatif serta mampu memecahkan masalah. pembelajaran matematika yaitu pemecahan masalah (problem solving),

Kata Kunci: pemecahan masalah, masalah nonrutin, kesalahan siswa.

Transkripsi:

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Masalah Matematika Belajar matematika tentunya tidak terlepas dari masalah, karena berhasil atau tidaknya seseorang dalam belajar dapat dilihat dari kemampuannya dalam menyelesaikan suatu masalah. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 922) masalah adalah sesuatu yang harus diselesaikan atau harus dicarikan jalan keluarnya. Masalah yang dimaksud disini ialah pertanyaan atau soal yang ada unsur permasalahan didalamnya. Masalah ini membutuhkan jawaban yang mungkin tidak dapat secara langsung diselesaikan, untuk itu didalam menyelesaikan suatu masalah membutuhkan perencanaan yang matang dan pemilihan strategi yang tepat guna menyelesaikan suatu permasalahan. Menurut Burns (2007: 17) masalah adalah suatu kondisi dimana seseorang mencari beberapa tujuan yang sesuai dengan tindakan nyata. Dalam konteks matematika, sebuah masalah merupakan situasi yang melibatkan kemampuan matematis, konsep, atau proses yang digunakan untuk mencapai tujuan. Kriteria masalah matematika ialah 1) terdapat kondisi yang membingungkan terkait dengan pemahaman siswa, 2) ketertarikan siswa untuk menemukan suatu penyelesaian, 3) siswa tidak mampu memproses secara langsung penyelesaian, 4) penyelesaiannya mensyaratkan penggunaan ide matematika. Sedangkan menurut Isnaeni (2014: 250) masalah dalam matematika yaitu ketika seseorang dihadapkan pada suatu persoalan matematika tetapi dia tidak dapat langsung mencari solusinya. Suatu pertanyaan atau persoalan akan menjadi masalah jika pertanyaan itu menunjukkan adanya suatu tantangan (chalange) yang tidak dapat dipecahkan oleh suatu prosedur rutin (routine procedure) yang sudah diketahui oleh si pelaku (Sofyan, 2014: 60). Ada dua kemungkinan dikatakan pertanyaan itu masalah, apabila: 1) suatu pertanyaan atau tugas akan menjadi masalah hanya jika pertanyaan atau tugas itu menunjukkan adanya suatu tantangan yang tidak dapat dipecahkan oleh suatu prosedur rutin yang sudah diketahui oleh penjawab pertanyaan, 2) suatu masalah bagi seseorang dapat menjadi bukan masalah bagi orang lain karena ia sudah mengetahui prosedur untuk menyelesaikannya (Wardhani, 2008: 17). Ketika sesorang diberi suatu masalah dan secara langsung mengetahui cara menyelesaikannya dengan benar maka soal tersebut tidak dapat dikatakan sebagai masalah bagi orang tersebut. Namun sebaliknya, jika seseorang belum mampu menyelesaikan permasalahan yang diberikan maka dapat dikatakan bahwa itu adalah suatu masalah bagi dirinya. Menurut Karunia Eka Lestari dan Mokhammad Ridwan Yudhanegara (2015: 84) masalah matematika meliputi: a. Masalah rutin, yaitu masalah yang prosedur penyelesaiannya sekedar mengulang secara algoritmik. b. Masalah non-rutin, yaitu masalah yang prosedur penyelesaiannya memerlukan perencanaan penyelesaian, tidak sekedar menggunakan rumus, teorema atau dalil. 3

4 c. Masalah rutin terapan, yaitu masalah yang dikaitkan dengan dunia nyata atau kehidupan sehari-hari. Jadi, dapat disimpulkan bahwa masalah matematika adalah suatu pertanyaan atau soal yang menunjukkan adanya tantangan, tidak mudah diselesaikan menggunakan prosedur yang telah diketahui, dan memerlukan perencanaan yang benar didalam proses penyelesaiannya. 1. Pengertian Pemecahan Masalah Matematika Salah satu kemampuan yang diharapkan dapat dikuasai siswa dalam belajar matematika adalah pemecahan masalah. Kemampuan pemecahan masalah diperlukan dalam memahami dan menyelesaikan suatu masalah. Untuk dapat menyelesaikan masalah seseorang dapat menggunakan ilmu pengetahuan matematika yang diperoleh sebelumnya sebagai bekal untuk memecahkan suatu masalah baru. Seperti yang dikemukakan NCTM (2000: 52) bahwa: Pemecahan masalah ialah suatu keterlibatan dalam mencari solusi dengan menggunakan metode yang tidak diketahui sebelumnya. Untuk mencari solusi tersebut, siswa harus memanfaatkan pengetahuan mereka, dan melalui proses inilah siswa dapat mengembangkan pemahaman matematis baru. Menurut Wardani (2008: 18) pemecahan masalah adalah proses menerapkan pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya ke dalam situasi baru yang belum dikenal. Untuk dapat menyelesaikannya dibutuhkan penalaran, pemahaman konsep dan keterampilan dalam matematika yang cukup tinggi. Menurut Wardani (2008: 18) ciri dari pertanyaan atau penugasan berbentuk pemecahan masalah adalah: (1) ada tantangan dalam materi tugas atau soal, (2) masalah tidak dapat diselesaikan dengan menggunakan prosedur rutin yang sudah diketahui penjawab. Sedangkan menurut Polya (1973: 5) menyatakan bahwa Solving a problem means finding a way out of a difficuly, a way around an obstacle, attaining an aim that was not immediately understandable. Hal ini berarti pemecahkan masalah merupakan suatu usaha untuk mencari jalan keluar dari berbagai kesulitan, dimana cara tersebut masih dikelilingi sejumlah hambatan, dan untuk mencapai tujuan tersebut memerlukan suatu usaha yang tidaklah mudah untuk segera dicapai. Dari berbagai penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pemecahan masalah ialah suatu kemampuan seseorang dalam menyelesaikan suatu masalah yang ada pada pertanyaan atau soal dengan cara menggabungkan berbagai materi atau konsep yang sudah dipelajari sebelumnya, dimana tingkat dari masalah yang harus dipecahkan membutuhkan strategi tertentu dan cara menyelesaikannya tidaklah mudah. 2.1.2 Langkah-langkah Menyelesaikan Masalah Matematika Berdasarkan Polya Perlu beberapa langkah dalam menyelesaikan masalah. Menurut Wardhani (2008: 17) siswa dikatakan mampu menyelesaikan masalah apabila ia memiliki kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model, dan

5 menafsirkan solusi yang diperoleh. Menurut Polya (1973: 5) menyatakan bahwa ada empat langkah dalam menyelesaikan masalah matematika, yaitu: a. Memahami masalah (Understand the problem). Pada tahap ini masalah harus dibaca dengan cermat dan teliti, jika perlu bisa baca secara berulang agar mampu memahami isi dari suatu masalah yang diberikan. Sehingga dapat dinyatakan sendiri seperti beberapa hal yaitu mengetahui apa yang ditanyakan pada masalah, apa saja petunjuk yang diketahui maupun yang tidak diketahui, serta apa hubungan dari antara keduanya. b. Membuat rencana penyelesaikan masalah (Make a plane). Setelah memahami masalah, maka langkah selanjutnya ialah membuat rencana penyelesaian masalah. Jika siswa sudah mendapatkan informasi dari apa yang ditanyakan dan apa yang diketahui, selanjutnya siswa memikirkan langkah apa saja yang harus dilakukan untuk memecahkan masalah. Mulai dari memikirkan strategi, metode, rumus, serta prosedur menyelesaikan masalah yang akan digunakan untuk menyelesaikan masalah. c. Melaksanakan rencana (Carry out the plan). Pada tahap ini siswa akan mengimplementasikan hasil dari tahap pertama dan tahap kedua. Siswa akan mulai mengerjakan soal sesuai dengan rencana yang telah dibuat, mulai dari strategi, metode serta prosedur yang telah direncanakan sebelumnya. d. Memeriksa kembali jawaban (look back). Pada tahap ini siswa memeriksa kembali hasil dari jawabannya. Siswa mengecek kembali apakah jawaban sudah dikerjakan dengan langkah-langkah yang benar atau belum. Jika masih ada yang belum sesuai maka siswa dapat membenarkan jawabannya kembali. Pada tahap ini sangat penting, karena mengajarkan siswa untuk lebih teliti dan cermat serta berhati-hati dalam mengerjakan soal. Dari uraian diatas, dalam penelitian ini yang digunakan untuk menyelesaikan masalah adalah menggunakan langkah Polya. Peneliti memilih langkah Polya karena sesuai untuk menyelesaikan masalah. Adapun langkah-langkah menyelesaikan masalah Polya yaitu: (1) memahami masalah, (2) membuat rencana penyelesaian masalah, (3) melaksanakan rencana, dan (4) memeriksa kembali jawaban. Berikut adalah indikator menyelesaikan masalah dengan menggunakan langkah Polya dapat dilihat pada tabel 1. Langkah Polya Memahami masalah Membuat rencana pemecahan masalah Indikator a. Mampu menuliskan petunjuk dari soal yaitu menuliskan yang diketahui dan yang ditanyakan pada soal dengan benar a. Mampu menentukan strategi, rumus, serta cara yang akan digunkan untuk membuat solusi altenatif penyelesaikan masalah dengan benar

6 b. Mampu mengaplikasikan soal kedalam bentuk matematika untuk menyelesaikan masalah Melaksanakan rencana a. Mampu menyelesaiakan masalah sesuai dengan strategi dan rumus yang dipilih b. Mampu menjalankan rencana yang telah dibuat sebelumnya dengan benar c. Mampu mengoperasikan sifat-sifat operasi hitung penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian d. Mampu menuliskan langkah serta tahapan perhitungan dengan benar e. Mampu menuliskan hasil akhir yang diperoleh Memeriksa kembali jawaban a. Mampu memeriksa kembali jawaban yang diperoleh terkait hasil perhitungan secara sistematis b. Mampu menuliskan kesimpulan jawaban yang diperoleh Tabel 1. Indikator Menyelesaikan Masalah Berdasarkan Langkah Polya 2.1.3 Kesalahan Siswa Kesalahan berasal dari kata salah dimana dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 1247) berarti tidak benar, gagal, keliru, menyimpang dari yang seharusnya dan tidak mengenai sasaran. Menurut Mulyadi, dkk (2015: 372) suatu kesalahan disebabkan karena ketidaktahuan konsep subjek, karena untuk memahami makna pada soal yang telah disajikan subjek harus menguasai materi dan mengetahui konsep-konsep yang berkaitan dengan soal. Untuk itu penguasaan meteri serta konsep harus dikuasai oleh siswa terlebih dahulu sebelum menjawab soal, karena jika tidak dikuasai dengan baik siswa akan kesulitan didalam memahami masalah. Menurut Saputro, dkk (2014: 936) mengatakan bahwa proses memahami masalah berpengaruh pada proses pemecahan masalah yaitu mengubah informasi pada soal dalam merencanakan dan membuat model matematika. Proses memahami masalah sangat penting didalam proses menyelesaikan masalah. Suatu masalah atau soal tidak akan berhasil diselesaikan dengan tepat dan benar apabila tidak memahami maksud dari masalah yang disajikan. Menurut Tadda (2016: 349), menyebutkan bahwa ada tiga kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan masalah matematika, diantaraya yaitu: 1) kesalahan konsep yaitu ketidakmampuan siswa dalam menyelesaikan soal-soal yang sesuai dengan prasyaratnya, 2) kesalahan algoritma/prosedur yaitu ketidakhirarkian langkah-langkah dalam menyelesaikan suatu masalah atau ketidakmampuan memanipulasi langkah-langkah tersebut, 3) kesalahan teknis yaitu siswa mengalami kesalahan dalam menggunakan notasi atau komputasi, serta siswa salah dalam menggunakan sifat dasar operasi. Adapun kesalahan-kesalahan ini tentu ada faktor dibalik terjadinya siswa melakukan kesalahan

7 dalam menyelesaikan masalah. Menurut Asikin, dkk (2016: 92) penyebab siswa melakukan kesalahan adalah: kurang memahami materi prasyarat, tidak terampil mengaplikasikan rumus dalam menyelesaikan soal, kurang menguasai operasi aljabar dan ketidakcermatan. Sedangkan menurut Suhita (2013: 45) faktor- faktor penyebab kesalahan siswa antara lain: tergesa-gesa dalam menjawab soal, belum siap mengikuti tes, tidak memahami maksud soal, kurang menguasai konsep yang berkaitan dengan soal tes, dan tidak terbiasa menulis kesimpulan atau menafsirkan. Pada penelitian ini, penyebab siswa melakukan kesalahan adalah kurang memahami materi prasyarat, kurang menguasai operasi aljabar, ketidakcermatan, tergesagesa dalam menjawab soal, tidak memahami maksud soal, dan kurang menguasai konsep yang berkaitan dengan soal tes. 1. Jenis kesalahan berdasarkan langkah polya Berdasarkan uraian dari pemecahan masalah Polya dapat disimpulkan bahwa jenis kesalahannya, yaitu: (1) kesalahan memahami masalah, (2) kesalahan membuat rencana penyelesaian masalah, (3) kesalahan melaksanakan rencana, dan (4) kesalahan memeriksa kembali jawaban. Berikut adalah indikator jenis kesalahan berdasarkan langkah polya dapat dilihat pada tabel 2. Jenis Kesalahan Kesalahan memahami masalah Kesalahan membuat rencana pemecahan masalah Kesalahan melaksanakan rencana Indikator a. Tidak menuliskan petunjuk dari yang diketahui dan yang ditanyakan pada soal a. Tidak dapat menentukan strategi, rumus, serta cara yang akan digunkan untuk membuat solusi altenatif penyelesaikan masalah dengan benar b. Tidak dapat mengaplikasikan soal kedalam bentuk matematika untuk menyelesaikan masalah a. Tidak mampu menyelesaiakan masalah sesuai dengan strategi dan rumus yang dipilih b. Tidak menjalankan rencana yang telah dibuat dengan benar c. Salah mengoperasikan sifat-sifat operasi hitung penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian d. Tidak menuliskan langkah serta tahapan perhitungan dengan benar e. Tidak memperoleh hasil akhir dari penyelesaian soal Kesalahan memeriksa jawaban kembali b. Tidak memeriksa kembali jawaban yang diperoleh terkait hasil perhitungan secara sistematis c. Salah dalam melakukan perhitungan ketika memeriksa kembali solusi yang diperoleh. Tabel 2 Indikator jenis kesalahan berdasarkan langkah polya

8 2.1.4 Pengertian Minat Belajar Menurut Slameto (1995: 180) menyatakan bahwa minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat yang tumbuh berdasakan keinginan sendiri atau tanpa adanya campur tangan orang lain akan membuat seseorang lebih bersemangat dalam melakukan suatu aktivitas. Mereka akan melakukan segala sesuatu yang disenanginya dengan sukarela, ikhlas, dan senang hati. Hal ini tententunya berlaku untuk semua aktivitas yang akan dilakukan, salah satunya yaitu belajar. Seseorang yang memiliki minat terhadap belajar maka ia akan melakukannya dengan rasa senang, sungguh-sungguh, dan antusias terhadap belajarnya. Menurut Supriyatin (2010: 18) menyatakan bahwa minat belajar adalah suatu perhatian, kecenderungan hati, kesukaan ataupun keinginan yang bersifat aktif sebagai landasan yang mendorong siswa dalam belajar tanpa adanya paksaan dari pihak manapun dan merasa senang dalam mempelajari dan melakukan kegiatan tersebut. Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena apabila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, maka siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya sebab tidak ada daya daya tarik baginya (Slameto, 1995: 57). Dengan demikian minat sangat penting bagi seseorang, karena tanpa adanya minat seseorang tidak akan melakukan suatu hal dengan sungguh-sungguh guna mencapai suatu kepuasan tersendiri bagi dirinya. Menurut Guilfor (dalam Karunia Eka Lestari dan Mokhammad Ridwan Yudhanegara 2015: 93) menyatakan bahwa minat belajar adalah dorongan-dorongan dari dalam diri siswa secara praktis dalam mempelajari sesuatu dengan penuh kesadaran, ketenangan dan kedisiplinan sehingga menyebabkan individu secara aktif dan senang untuk melakukannya. Adanya dorongan kuat yang muncul pada diri sendiri tanpa adanya dorongan orang lain membuat seseorang menjadi lebih bersemangat untuk melakukan sesuatu. Seseorang yang memiliki minat belajar pasti akan melakukannya dengan penuh kedisiplinan, terus-menerus dan secara sadar hingga ia memperoleh kepuasan tersendiri seperti mendapatkan nilai yang bagus, dapat berprestasi dibidang akademik maupun mendapat hasil belajar yang memuaskan sesuai dengan apa yang diinginkannya. Jadi, berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa minat belajar adalah suatu ketertarikan untuk belajar yang diikuti dengan kesungguhan hati, rasa senang, secara sadar melakukannya dengan sukarela, terus-menerus dan secara langsung muncul dari dalam diri sendiri tanpa adanya suatu paksaan atau dorongan dari pihak manapun. 1. Indikator minat belajar Menurut Hery, M.T. (2015: 5) menyebutkan ada empat indikator minat belajar. Diantaranya yaitu: 1) perhatian, 2) perasaan suka atau tidak suka, 3) kesadaran, dan 4) kemauan. Dari uraian diatas, indikator minat belajar yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: (1) perhatian siswa selama proses belajar, (2) perasaan suka atau tidak suka yang ditunjukkan siswa dalam belajar, seperti semangat dan kesiapan dalam belajar. (3) kesadaran siswa dalam belajar, dan (4) kemauan siswa untuk belajar.

9 2.2 Kajian Penelitian yang Relevan Penelitian terdahulu yang menggunakan Polya sebagai dasar analisis kesalahan adalah penelitian dari Shofia Hidayah (2016) dalam jurnal penelitiannya yang berjudul Analisis Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Cerita SPLDV Berdasarkan Langkah Penyelesaian Polya, menyimpulkan bahwa terdapat empat jenis kesalahan yang dilakukan siswa kelas X IPA 3 SMA Negeri 3 Jember dalam menyelesaikan soal cerita SPLDV berdasarkan langkah penyelesaian Polya, yaitu kesalahan memahami soal sebesar 5,00%; kesalahan menyusun rencana sebesar 21,50%; kesalahan melaksanakan rencana sebesar 22,88%; dan kesalahan memeriksa kembali solusi yang diperoleh sebesar 18,00%. Pada penelitian ini faktor penyebab kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal cerita dibatasi pada faktor penyebab kesalahan internal. Selain itu penelitian terdahulu yang menggunakan Polya sebagai dasar analisis kesalahan adalah penelitian dari Maria Kristofora Wati dan Sujadi (2017) dalam jurnal penelitiannya yang berjudul Analisis Kesalahan dalam Menyelesaikan Masalah Matematika dengan Menggunakan Langkah Polya Siswa Kelas VII SMP. Hasil penelitiannya diperoleh empat jenis kesalahan dan besar persentase untuk setiap jenis kesalahan yaitu kesalahan memahami masalah 49,36%, kesalahan menyusun atau membuat rencana 26,92%, kesalahan melaksanakan rencana 34,16%, dan kesalahan memeriksa kembali jawaban 41,5%. Hasil menunjukan kesalahan memahami masalah dan lebih dominan dibandingkan dengan kesalahan lainnya. Kesalahan tahap pertama dan kedua merupakan kesalahan konsep dan prinsip, kesalahan ketiga merupakan kesalahan prosedur dan algoritma dan kesalahan tahap empat merupakan kesalahan penegasan jawaban. Berdasarkan kedua penelitian diatas, persamaan dari penelitian ini dengan penelitian yang terdahulu terletak pada teori yang digunakan, yaitu menggunakan langkah Polya yang nantinya dapat digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan penelitian. Sedangkan perbedaan dari penelitian sebelumnya dengan penelitian yang dilakukan adalah terletak pada variabel lain yang digunakan yaitu minat belajar. Selain itu perbedaannya juga terletak pada meteri yang dikaji dan subjek yang diteliti.