BAB III KONSEP PERANCANGAN A.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III PROSES PERANCANGAN. A. Bagan Pemecahan Masalah. Batik Kudus. Perancangan Motif Batik. Konsep desain

PERANCANGAN MOTIF TERATAI SEBAGAI HIASAN TEPI PADA KAIN LURIK MELALUI TEKNIK BATIK LUKIS

BAB II METODE PERANCANGAN. A. Analisis Permasalahan. masalah utama. Permasalahan utama dalam penciptaan karya ini adalah

BAB III PROSES PERANCANGAN. A. Bagan Pemecahan Masalah. Batik Kreasi Baru. Permasalahan : 1. Bagaimana merancang motif batik dengan sumber ide makanan

BAB II METODE PERANCANGAN. A. Analisis Permasalahan. Berdasarkan fokus permasalahan di atas ada tiga permasalahan yang

BAB III PROSES PERANCANGAN. A. Bagan Pemecahan Masalah. Perancangan Motif Batik Geometri

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Perancangan motif teratai dapat dikolaborasikan dengan lurik karena memiliki

A. Bagan Pemecahan Masalah. Cetak Saring. Desain Motif Fauna

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB II METODE PERANCANGAN. A. Analisis Permasalahan. bergaya doodle. Pertama, permasalahan visual yaitu bagaimana

BAB II METODE PERANCANGAN. A. Analisis Permasalahan. dalam pengembangan motif Batik Bakaran. Ada beberapa permasalahan dan

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB II METODE PERANCANGAN. A. Analisis Permasalahan. Permasalahan utama dalam penciptaan karya ini adalah bagaimana merancang

BAB I PENDAHULUAN. Sejak zaman prasejarah manusia sudah mengenal hiasan yang berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. Kriya merupakan suatu proses dalam berkesenian dengan berkegiatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.3 Rumusan Masalah

BAB IV VISUALISASI. Visualisasi pada proyek perancangan ini adalah terciptanya desain batik tulis

Penerapan Ragam Hias pada Bahan Tekstil

BAB II METODE PERANCANGAN. A. Analisis Permasalahan. Berdasarkan fokus permasalahan di atas ada tiga permasalahan yang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penciptaan

PENERAPAN RAGAM HIAS RELIEF CANDI PRAMBANAN SEBAGAI PERANCANGAN MOTIF TEKSTIL UNTUK CINDERAMATA

Menata Pola Ragam Hias Tekstil

Oleh: Kasiyan, M.Hum. Jurusan Pendidikan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. halnya di daerah Sumatera Utara khususnya di kabupaten Karo, rumah adat

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang memiliki tradisi dan hasil budaya yang

Desain Kerajinan. Unsur unsur Desain. Titik 9/25/2014

BAB I PENDAHULUAN. setelah ditenun dengan tali sebagai perintang atau menolak warna. Ikat celup di

BAB1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

DESKRIPSI KARYA SENI KRIYA BERJUDUL: PRADA

BAB I PENDAHULUAN TESA APRILIANI, 2015 APLIKASI TEKNIK SABLON DENGAN OBJEK SIMBOL NAVAJO SEBAGAI ELEMENT ESTETIK RUANGAN

A. Bagan Pemecahan Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB IV VISUALISASI. sesuai dengan semboyan Pati Bumi Mina Tani. Pengembangan visual desain batik

BAB I PENDAHULUAN. bahasa daerah. Masyarakatnya terdiri dari atas beberapa suku seperti, Batak Toba,

BAB I PENDAHULUAN. UNESCO sejak tahun 1983 M. Taj Mahal terletak disalah satu kota di India yang

BAB I PENDAHULUAN. mendukung kegiatannya sehari-hari. Berbagai macam cara dilakukan untuk

Pengertian. Ragam hias. Teknik. Pada pelajaran Bab 4, peserta didik diharapkan peduli dan melakukan aktivitas berkesenian,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Seni lukis batik berawal dari seni batik yang sudah tua usianya. Seni batik

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Mata kuliah Kriya Tekstil dan Batik III ini merupakan mata kuliah lanjutan dari Kriya

TUGAS SENI BUDAYA ARTIKEL SENI RUPA

RAGAM HIAS FLORA Ragam hias flora

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV VISUALISASI. yang eksklusif, dan dapat menjadi alternatif baru bagi desain pakaian remaja.

BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN A. KELOMPOK DATA BERKAITAN DENGAN ASPEK FUNGSI PRODUK RANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Definisi Batik

BAB II METODE PERANCANGAN

60. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunadaksa (SMPLB D)

Teknik dasar BATIK TULIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seni adalah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika dan artistik.

Mengenal Jenis, Bentuk, dan Teknik Pembuatan Karya Seni Rupa Tradisional Daerah Setempat

BAB I PENDAHULUAN. sedikit pergeseran yaitu tidak hanya sebagai pelindung tubuh dari. gangguan alam dan untuk kesopanan, tetapi juga untuk menyalurkan

BAB I PENDAHULUAN. tangan atau kegiatan yang berkaitan dengan barang yang dihasilkan melalui

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Benda keramik sering kita jumpai dalam kehidupan kita sehari hari, seperti

SOAL PENGAYAAN A. FLORA, FAUNA DAN ALAM BENDA

BAB I PENDAHULUAN. daerah atau suku- suku yang telah membudaya berabad- abad. Berbagai ragam

JURUSAN KRIYA SENI/TEKSTIL FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN. kebenaran, hal ini terkait sekali dengan realitas.

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, kiranya. telah cukup menjawab berbagai permasalahan yang diajukan

53. Mata Pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunanetra (SDLB A)

BAB III METODE PENCIPTAAN. Batik Lukis (Batik Tulis) diajukan konsep berkarya. Pada dasarnya, manusia baik

BAB III CELENG SEBAGAI TEMA DALAM KARYA SENI LUKIS. A. Implementasi Teoritis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kerajinan merupakan suatu benda hasil karya seni manusia yang berkaitan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Permasalahan.

BAB II METODE PERANCANGAN. A. Analisis Permasalahan. kontemporer dengan sumber ide space invaders sebagai busana remaja laki-laki

Pengertian Seni Rupa. Prinsip - prinsip Seni

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penciptaan Nisa Apriyani, 2014 Objek Burung Hantu Sebagai Ide Gagasan Berkarya Tenun Tapestri

Kerajinan Fungsi Hias

BAB I PENDAHULUAN. Moses, 2014 Keraton Ismahayana Landak Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

KOMPETENSI DASAR SENI BUDAYA DAN PRAKARYA SEKOLAH DASAR KELAS I - VI

BAB IV TEKNIS PERANCANGAN

KESIMPULAN. Berdasarkan keseluruhan uraian dapat disimpulkan. penemuan penelitian sebagai berikut. Pertama, penulisan atau

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

55. Mata Pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB D) A. Latar Belakang

2015 BATIK BERMOTIF ANGKLUNG PADA TIRAI PINTU (DOOR CURTAIN PORTIERE)

BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN

I. 1. Latar Belakang I Latar Belakang Pengadaan Proyek

DISKRIPSI KARYA. Pameran Keragaman Seni Budaya Sebagai Pemersatu Bangsa Judul Karya: Keharmonisan

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Kesimpulan, implikasi dan rekomendasi akan diuraikan pada bab ini, yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. adalah salah satu tekstil tradisi yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumatera Utara memiliki beberapa Kesultanan pada masanya, yang

79. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunadaksa (SMALB D)

Aug 14, '08 2:21 PM untuk. Konsep Seni Rupa

Bab 2 Tinjauan Pustaka

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

2016 ANALISIS PROSES PEMBUATAN BONEKA KAYU LAME D I KAMPUNG LEUWI ANYAR KOTA TASIKMALAYA

BAB I PENDAHULUAN. Batik merupakan karya seni budaya bangsa Indonesia yang dikagumi dunia.

ALFABET SEBAGAI SUMBER IDE PENCIPTAAN KARYA BATIK

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

Ragam Hias Tenun Ikat Nusantara

54. Mata Pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunarungu (SDLB B) A. Latar Belakang

61. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunalaras (SMPLB E)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Perancangan. (malam) batik untuk menutup bagian-bagian yang dikehendaki tidak berwarna,

Transkripsi:

BAB III KONSEP PERANCANGAN A. Bagan Pemecahan Masalah Perancangan Motif teratai sebagai hiasan tepi kain lurik Sumber Ide teratai Identifikasi Masalah 1. Perancangan motif teratai sebagai hiasan tepi pada kain lurik 2. Karakteristik lurik dan teknik batik lukis dapat dipadukan dengan proses pengelantangan yang dapat diterapkan pada kain lurik ATBM. Pemecahan masalah: 1. Studi pustaka melalui buku-buku yang berkaitan dengan perancangan motif. 2. Studi visual untuk mencari gambaran awal mengenai produk batik lukis. 3. Studi proses untuk mengurangi kegagalan proses batik lukis. 4. Wawancara untuk memperoleh data bahan lurik dan batik lukis. 5. Observasi untuk mengetahui produk bahan lurik dan batik lukis. 6. Uji coba motif, warna, dan pengelantangan untuk memperkecil kesalahan produksi. Konsep perancangan: 1. Aspek Estetis yang berkaitan dengan desain motif hiasan tepi dan warna. 2. Aspek Teknik yang berkaitan dengan teknik batik lukis dan pengelantangan. 3. Aspek Fungsi sebagai tekstil pakaian hiasan tepi dan mempertahankan lurik ATBM agar tidak punah. 4. Aspek Material meliputi bahan yang kan digunakan lurik ATBM. Alternatif Teknik dan Komposisi Penempatan Visualisasi Desain Bunga Teratai Produk Tekstil Pakaian Sebagai Hiasan Tepi Pada Kain Lurik 36

37 B. Konsep Perancangan Konsep perancangan pada proyek tugas akhir ini adalah perancangan motif teratai sebagai hiasan tepi pada kain lurik melalui teknik batik lukis dengan menambahkan teknik pendukung melalui teknik pengelantangan yang bersumber ide teratai, motif teratai dikolaborasikan dengan lurik karena memiliki kedekatan antara lurik dan teratai yang sudah memiliki kepercayaan pada agama Hindhu dan Budha. Makna pada lurik mencerminkan kehidupan masyarakat pada zamannya, disamping itu masih ada kepercayaan lama yang menganggap kain tenun bercorak garis-garis mempunyai kekuatan magis yang melindungi. Nama- nama corak lurik di ambil dari nama flora dan fauna di sekitar kehidupan masyarakat yang memberi manfaat bagi mereka, terdapat pula nama- nama yang dianggap sakral yang dapat memberi berkah serta lindungan dari segala petaka, dengan istilah tolak bala sedangkan teratai kepercayaan sebagai bunga suci atau menyimbolkan kesempurnaan,dalam konsep pemikiran Hindu. Bagi umat Hindu tanaman ini misterius dan sakral, serta telah dimuliakan selama berabad-abad sebagai simbol alam semesta. Bunga teratai berada dibawah pada relief candi yang ada di Prambanan melambangkan sebagai penompang/tumpuan yang bersingga sana diatas simbol kesucian, sehingga dapat diterapkan pada kain yang bertujuan untuk penghias bagian tepi kain lurik. Konsep perancangan ini bertujuan sebagai hiasan tepi pada kain lurik dan memberi nilai lebih di daerah observasi yang selama ini pengrajin lurik dan batik lukis belum terjadi kolaborasi produk, serta mengembangkan lurik ATBM yang hampir punah sehingga membangkitkan kembali lurik ATBM semakin perkembang dan bisa mengikuti perkembangan global. Perancangan ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan lurik ATBM yang

38 di kolaborasikan dengan batik lukis sebagai hiasan tepi untuk masyarakat dan wisatawan yang berkunjung ke pengrajin di daerah pedan maupun cawas, serta memperkaya kebaharuan ide-ide antara lurik dan batik lukis yang ada di Indonesia. Ada beberpa aspek yang menjadi pertimbangan dalam perancangan ini meliputi aspek teknik, aspek material, aspek desain, dan aspek fungsi. 1. Aspek Estetis Aspek estetis merupakan ilmu dasar dalam sebuah perancangan yang berhubungan dengan keindahan, apresiasi, keindahan seni. Aspek estetis pada perancangan ini merupakan hasil dari keseluruan aspek teknik, bahan, dan desain motif. Unsur estetis yang dimunculkan dalam perancangan ini adalah kain lurik dengan motif teratai sebagai hiasan tepi melalui teknik batik lukis goresan-goresan malam pada teknik batik lukis lebih ekspresif sehingga tidak akan ada goresan yang sama dalam setiap pengulangannya, motif teratai ini dengan gaya penggambaran distorsi. Warna-warna yang digunakan menggunakan warna gradasi. Perancangan ini mengutamakan pada pengolahan teknik tekstil dalam pembuatan motif, dalam perancangan motif teratai dengan penggayaan distorsi, beberapa unsur yang mendukung estetika yang tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lainnya dalam pembentukan karya-karya ini adalah motif, warna, dan teknik yang saling terkait antara satu dengan yang lain, sebagai berikut:

39 a. Pemilihan motif Pemilihan motif perancangan karya dengan motif teratai, Tumbuhtumbuhan juga menunjang/menentukan kelangsungan hidup manusia. Flora merupakan sumber inspirasi bagi manusia dalam berkarya, dengan memahami karakter dasarnya maka eksplorasi flora dalam ornamen akan memunjulkan wujud-wujud yang bervariasi, tidak selamanya motif flora itu mengandung makna simbolik, sebab sering kali gubahan-gubahan motif tumbuh-tumbuhan dalam ornamen nusantara lebih menekankan pada segi keindahan hiasan, lebih-lebih jika jenis tanaman yang digunakan sebagai motif hiasnya tidak teridentifikasi dengan jelas, artinya tidak menggambarkan jenis tanaman atau unsur tanaman tertentu. Jenis tanaman tertentu seperti teratai yang banyak muncul pada motif hias sejak zaman Hindu dan pohon kalpataru atau pohon hayat memiliki makna simbolik masingmasing. Motif teratai dikolaborasikan dengan lurik karena memiliki kedekatan antara lurik dan teratai yang sudah memiliki kepercayaan pada agama Hindhu dan Budha. Makna pada lurik mencerminkan kehidupan masyarakat pada zamannya, disamping itu masih ada kepercayaan lama yang menganggap kain tenun bercorak garis-garis mempunyai kekuatan magis yang melindungi. Bunga teratai berada dibawah pada relief candi yang ada di Prambanan melambangkan sebagai penompang/tumpuan yang bersingga sana diatas simbol kesucian, sehingga dapat diterapkan pada kain yang bertujuan untuk penghias bagian tepi kain lurik.

40 b. Pemilihan warna Warna merupakan salah satu unsur rupa yang sangat besar pengaruhnya dalam tata rupa, di samping unsur bentuk. Namun warna tidak dapat berdiri sendiri dalam membentuk keindahan, karena masih banyak unsur lain yang mempengaruhinya. Warna berfungsi untuk menyempurnakan bentuk dan memberi karakter terhadap karya seni/desain. Arahan warna yang sesuai dengan konsep yang di ambil adalah warna yang memberikan kesan ceria dan lebih menarik. Contoh warna-warna yang di gunakan untuk perancangan produk ini adalah warna-warna gradasi, warna merah, orange, biru, kuning dan warna-warna lain, sehingga memunculkan karakter lukisnya. c. Komposisi hiasan tepi Beberapa desain hiasan tepi tidak meninggalkan konsep komposisi tradisi batik yang mengolah pengulangan motif, keberaturan motif dan unsur yang menjadi poin utama (motif utama) dalam permukaan kain lurik. Komposisi alternatif untuk hiasan tepi antara lain kearah garis horizontal, vertikal, horizontal dan vertikal, dan sekeliling tepi kain lurik pada beberapa desain dimaksudkan untuk menciptakan irama (kesan atau arah desain). 2. Aspek Teknik Aspek teknik merupakan aspek yang penting dalam sebuah perancangan karena teknik yang digunakan akan mempengarui hasil ahir sebuah produksi, untuk perancangan ini teknik yang akan digunakan adalah teknik batik lukis

41 dengan penambahan teknik pendukung pengelantangan. Pemilihan teknik batik lukis pada perancangan ini dikarenakan, penulis ingin mengembangkan batik lukis yang dikalaborasikan dengan lurik ATBM supaya lurik ATBM tidak akan punah. Tambahan teknik pendukung yaitu pengelantangandengan proses semprot menggunakan surfurit (pengelantangan tekstil) dengan takaran perbandingan 1 liter surfurit : ½ liter air melalui pengelantangan kondisi kuat dengan teknik semprot, menunggu reaksi perubahan warna selama 3-6 menit tergantung serat bahan pada lurik ATBM, sebagai penetral surfurit menggunakan Sir (penetral bau + bahan kimia) takarannya 3 tutup botol aqua/ 2 liter air. Menggunakan semprot yang diterapkan pada hiasan tepinya pada lurik melalui teknik batik lukis, hiasan tepi pada kain lurik yang perlu diingat bahwa ragam hias tidak merusak struktur dari benda atau bidang tersebut. Kemudian letak atau posisi ragam hias dan bidang yang akan dihias harus ada kesatuan dan keharmonisan. 3. Aspek Fungsi Perancangan motif teratai berfungsi untuk tekstil pakaian sebagai hiasan tepi pada kain lurik, mempertahankan lurik ATBM agar tidak punah sehingga lurik ATBM kembali bangkit dan berkembang seperti dulu lagi dan bertujuan memberi nilai lebih didaerah observasi yang selama ini pengrajin lurik dan batik lukis belum terjadi kolaborasi produksi. 4. Aspek Material Bahan merupakan media yang dapat mewadahi aspek teknik. Bahan yang baik dapat memberikan nilai lebih pada sebuah produk. Bahan yang digunakan dalam pembuatan batik lukis ini adalah lurik ATBM. Kain yang

42 dipilih untuk test product merupakan jenis kain dengan kualitas paling bagus, dapat menyerap warna dengan baik, dan memiliki serat yang kuat. Pemilihan warna, motif batik lukis menggunakan pewarna sintetis, pewarna sintetis untuk memberikan kesan yang lebih ceria dan lebih menarik. C. Kriteria Perancangan Kriteria perancangan pada tugas akhir ini adalah mampu merancang motif teratai dengan teknik batik lukis pada kain lurik sebagai hiasan tepi. Komposisi motif yang dirancang untuk hiasan tepi pada kain lurik adalah komposisi motif yang dinamis yaitu memiliki kesan gerak dengan memadukan antara gradasi warna dan gradasi bentuk motif teratai dari hasil perintangan warna. Teknik batik lukis goresan-goresan malam pada teknik batik lukis lebih ekspresif sehingga tidak akan ada goresan yang sama dalam setiap pengulangannya. Adapun teknik tambahan untuk memberikan nilai kebaruan produk batik lukis pada kain lurik dengan diberi teknik pendukung pengelantanganmenggunakan zat warna tekstil surfurit. Warna yang dihasilkan dari teknik pengelantangan dalam perancangan ini adalah warna krem keputih-putihan tergantung serat luriknya, sedangkan pada motif batik lukisnya menggunakan warna gradasi, bahan pewarnanya menggunakan remasol dengan proses tolet. Karya yang dibuat dalam perancangan ini harus mampu menampilkan ciri khas yang dapat membuat produk tersebut dikenal sebagai wacana baru sebagai produk tekstil pakaian. Produk ini merupakan produk dengan desain permukaan

43 yang ekslusif karena hubungannya dengan teknik batik lukis dan proses pendukung pengelantangan yang dilakukan secara semprot. Desain ini menawarkan karya yang lebih ke arah pengembangan desain yang inovatif dan ke kinian. Kekhasan dan kekuatan karakter desain ini dapat menjadi penguat nilai dari produk dan menjadikan produk ini lebih bernilai di banding dengan produk lurik batik lainnya. Selain itu, pemanfaatan visual dari teratai yang dipadukan dengan lurik akan menjadi kekuatan desain, dengan pertimbangan tersebut maka produk motif teratai sebagai hiasan tepi pada kain lurik di harapkan tidak hanya menjadi produk berupa lembaran kain semata. D. Pemecahan Desain Tahap pemecahan desain berguna untuk memperkuat konsep desain kedalam desain yang lebih spesifik tentang aspek-aspek yang mendukung dalam visualisasi karya ini. Visualisasi desain adalah bentuk kerja kreatif dalam mengeksternalkan ide, gagasan, dan konsep. Visualisasi desain menjadi sebuah bentuk penggabungan dari kesatuan berbagai macam aspek yang sudah dipertimbangkan untuk menghasilkan sebuah produk. Pemecahan visual dalam perancangan karya ini diawali dengan melakukan survai, studi literatur, wawancara terkait visualisasi karya, serta pendalaman sumber tentang lurik, batik lukis dan motif. Pengolahan motif teratai dilakukan karakter penggayaan secara distorsi. Komposisi motif yang dirancang untuk hiasan tepi pada kain lurik adalah komposisi motif yang dinamis yaitu memiliki kesan gerak dengan memadukan antara gradasi warna dan gradasi bentuk motif teratai dari hasil perintangan warna. Teknik batik lukis goresan-goresan malam

44 pada teknik batik lukis lebih ekspresif sehingga tidak akan ada goresan yang sama dalam setiap pengulangannya. Desain motif dengan menggunakan teknik batik lukis pada kain lurik dan penambahan teknik pendukung yaitu pengelantanganke dalam bentuk yang saling berkesinambungan melalui gradasi bentuk dalam bidang naik turun maupun besar kecil yang sesuai dengan penggayaan bentuk motif distorsi untuk memperkuat kesan gerak yang dinamis. Sedangkan dari segi pewarnaan dibuat lebih beragam pada warna-warna gradasi agar terlihat efek lukisnya. Proses pewarnaan menggunakan zat warna sintetis (zat warna kimia) seperti zat reaktif (Remazol) supaya meberikan gambaran warna yang beragam dan yang sesuai dengan desain. Warna diaplikasikan ke kain dengan teknik colet. Bahan atau material yang digunakan adalah tenun lurik ATBM. Hal ini dilakukan guna memberi gambaran desain jika diaplikasikan kedalam kain dengan jenis yang berbeda.