BAB II KAJIAN TEORI. dikenal sebagai seorang raja Kediri yang hebat, tetapi juga dikenal dengan

dokumen-dokumen yang mirip
Fenomenologi: Dunia Apa Adanya Realitas Sosial Trilogi Realitas Berger-Luckmann

BAB II KAJIAN TEORI. maupun mempaparkan dua konsep diantaranya definisi yang berkaitan erat

BAB II KONSTRUKSI SOSIAL PETER L. BERGER DAN THOMAS LUCKMANN. A. Pengaruh Fenomenologi Terhadap Lahirnya Teori Konstruksi Sosial

CONTOH BAHAN AJAR. A. TOPIK : PENGERTIAN dan RUANG LINGKUP SOSIOLOGI AGAMA

Posisi Semiotika dan Tradisi-tradisi Besar Filsafat Pemikiran

FILSAFAT SEJARAH BENEDETTO CROCE ( )

BAB II TEORI FENOMENOLOGI ALFRED SCHUTZ. akademik di Universitas Vienna, Austria dengan mengambil bidang ilmuilmu

PARADIGMA POSITIVISTIK DALAM PENELITIAN SOSIAL

FILSAFAT ILMU DAN PENDAHULUAN. Dr. H. SyahrialSyarbaini, MA. Modul ke: 01Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi

BAB II Teori Konstruksi Sosial Peter L. Berger dan Thomas Luckman sebagai Analisa

TEORI SOSIOLOGI KONTEMPORER

SOSIOLOGI AGAMA PRODI PENDIDIKAN SOSIOLOGI SEMESTER VI PERTEMUAN I OLEH: AJAT SUDRAJAT

- alat-alat dan lembaga-lembaga atau petugas-petugas untuk pendidikan (keluarga adalah lembaga pendidikan utama) - organisasi kekuatan (politik)

IDEALISME (1) Idealis/Idealisme:

EKSISTENSIALISME (1) Eksistensialisme:

Filsafat Ilmu dan Logika

Interaksionisme Simbolik dalam Penelitian Kualitatif

AGAMA dan PERUBAHAN SOSIAL. Oleh : Erna Karim

A. Filasafat Ilmu sebagai Akar Metodologi Penelitian

PENDIDIKAN DAN KEHIDUPAN SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT

NATURALISME (1) Naturalisme 'natura' Materialisme

Dampak Perubahan Sosial Budaya

BAB I PENDAHULUAN. Dalam suatu suku bangsa mempunyai berbagai macam kebudayaan, tiap

BAB III METODE PENELITIAN. Boyolali Provinsi Jawa Tengah. Alasan pemilihan lokasi atau tempat penelitian

D. Hubungan antara Antropologi-Sosial dan Sosiologi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivisme. Menurut

MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK INDIVIDU DAN MAKHLUK SOSIAL

BAB I PENDAHULUAN. berkeinginan untuk mengikuti pendidikan di Kota ini. Khusus untuk pendidikan

BAB VI PENUTUP. Berdasarkan kajian tentang Dimensi Epistemologi dalam Sosiologi Peter. Ludwid Berger dan Relevansinya terhadap Pengembangan Studi

BAB I PENDAHULUAN. Sastra daerah merupakan bagian dari suatu kebudayaan yang tumbuh dan

I. PENDAHULUAN. utama bagi pengambil kebijakan pembangunan. Laut hanya dijadikan sarana lalu

BAB II MODERNISASI DAN PERGESERAN BUDAYA SALAMAN DALAM TINJAUAN TEORI INTERAKSIONISME SIMBOLIK HERBERT BLUMER

I.PENDAHULUAN. kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah berupa folklor yang hidup dalam masyarakat.

Filsafat Umum. Kontrak Perkuliahan Pengantar ke Alam Filsafat 1. Arie Suciyana S., S.Si., M.Si. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi

PANCASILA SEBAGAI FILSAFAT

BAB I PENDAHULUAN. Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan

FILSAFAT????? Irnin Agustina D.A, M.Pd

PARADIGMA PENELITIAN KUALITATIF. By: Nur Atnan, S.IP., M.Sc.

BAB II KONSTRUKSI SOSIAL - PETER L. BERGER. gagasan-gagasan konstruktif kognitif. Gagasan-gagasan pokok konstruktivisme

SOSIOLOGI PENDIDIKAN

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB III METODE PENELITIAN

ETNOGRAFI KESEHATAN 1

BAB III METODE PENELITIAN

DASAR-DASAR MIKRO BAGI SOSIOLOGI MAKRO

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Pancasila merupakan dasar negara Indonesia. Kelima butir sila yang

I. PENDAHULUAN. yang lainnya. Banyaknya suku bangsa dengan adat istiadat yang berbeda-beda ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dihargai keberadaannya. Penenelitian tentang tattoo artist bernama Awang yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam lagi bahasa tercakup dalam kebudayaan. Bahasa menggambarkan cara berfikir

ILMU ALAMIAH DASAR. Isti Yunita, M. Sc FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2015

Kerangka Etnografi sebagai Riset dalam Antropologi

Memahami (Sekali Lagi) Grounded Research

BAB I PENDAHULUAN. sebagai fakta sosial, manusia sebagai makhluk kultural (Ratna, 2005:14). Dalam

SEMINAR PSIKOLOGI TERAPAN

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra dapat dikatakan bahwa wujud dari perkembangan peradaban

MODUL PERKULIAHAN Kapita Selekta Ilmu Sosial Masyarakat & Budaya

BAB I PENDAHULUAN. lebih mampu memanfaatkan teknologi sesuai dengan fungsinya. Internet

BAB II. Paradigma Sosiologi dan Posisi Teori Konflik

Ilmu sosial adalah ilmu yang mempelajari tentang manusia sosial. yang mempelajari tentang manusia sebagai makhluk sosial.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diri merupakan suatu konsep yang digunakan untuk membedakan individu. mengenai image yang dimiliki seseorang.

ILMU, METODE ILMIAH DAN PENELITIAN ILMIAH KULIAH MATERI

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan hasil kreasi manusia yang indah, di dalamnya

Pengetahun, wawasan, dan pengalaman menjadikan manusia bijak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan yang berkembang di daerah-daerah di seluruh Indonesia

Imaji Vol. 4 - No. 2/ Februari 2009 RESENSI BUKU

PENGAMALAN PANCASILA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI DAN REFORMASI

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

HAKIKAT ILMU SOSIAL. Sifat sifat hakikat sosiologi sehingga dinyatakan sebagai ilmu pengetahuan:

BAB III METODE PENELITIAN. Waktu penelitian yang dilakukan pada bulan Juli September Berikut tabel rincian waktu penelitian yang dilakukan :

LANDASAN DAN PRINSIP-PRINSIP KURIKULUM. Oleh : Muhammad Syamsul Arifin/

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI. Bab ini menyajikan sejumlah kesimpulan yang meliputi kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung selain di kenal sebagai kota Fashion, tapi di kenal juga sebagai

Filsafat Ilmu : Kajian atas Asumsi Dasar, Paradigma, dan Kerangka Teori Ilmu Pengetahuan RESENSI BUKU

FENOMENOLOGI. Kartika Ananda Baiq Nada Buahana Nur Fatma Oktaviana Eka Oktavianingsih

Makna Penggunaan Jilbab di Kalangan Mahasiswi Muslim yang Tidak Berjilbab

PENDEKATAN & KARAKTERISTIK PENELITIAN KUALITATIF

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan

MATA KULIAH: PSIKOLOGI DAN BUDAYA OLEH: DR. ASIH MENANTI, MS PERTEMUAN 1 (LANJUTAN): KONSEP PSIKOLOGI DAN BUDAYA

PENDEKATAN PENELITIAN (Strategi Penelitian) KUALITATIF

Filsafat Manusia (PERKULIAHAN)

BAB VII PENUTUP. Dari kajian di atas dapat disimpulkan sebagai berikut; Pertama, Realitas

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini terkait dengan kebudayaan atau tradisi masyarakat lokal yang

BAB V KESIMPULAN. serba terbatas, dengan konsep pemisahan ruang antara napi laki-laki dengan napi

PERSPEKTIF FILSAFAT PENDIDIKAN TERHADAP PSIKOLOGI PENDIDIKAN HUMANISTIK

Hasanuddin Sirait/ / Phone: /hsirait

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Koentjaraningrat (1947), wujud kebudayaan ada tiga macam: 1)

BAB 1 PENDAHULUAN. perlu untuk ditingkatkan dan digali sebesar-besarnya karena hal tersebut

BAB II TEORI SOSIOLOGI PENGETAHUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

2.2 Fungsi Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa dan Negara...7

KONSEP KEBUDAYAAN. Kuliah 2 - Geografi Kebudayaan

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa konsep, yaitu:

BAB III METODOLOGI DAN METODE PENELITIAN

ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS)

BAB I PENDAHULUAN. sastrawan kelas dunia. Begitu banyak karya sastra Jepang yang telah di

2015 PENANAMAN NILAI-NILAI KESUND AAN MELALUI PROGRAM TUJUH POE ATIKAN ISTIMEWA D I LINGKUNGAN SEKOLAH KABUPATEN PURWAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. metafisika pada puncaknya. Kemudian pada pasca-pencerahan (sekitar abad ke-

KONSEP-KONSEP POKOK DALAM ANTROPOLIGI: KEBUDAYAAN

Transkripsi:

28 BAB II KAJIAN TEORI A. Petilasan Sri Aji Jayabaya Petilasan Jayabaya merupakan warisan zaman dahulu yang selalu didatangi oleh banyak orang, terlebih dari berbagai daerah di Indonesia. Jayabaya tidak saja dikenal sebagai seorang raja Kediri yang hebat, tetapi juga dikenal dengan ramalannya. Dalam ramalannya tersebut, juga selalu berusaha untuk mengingatkan masyarakat untuk selalu berhati - hati ketika berucap ataupun bertindak. Asumsi yang dijadikan konsep dasar dalam penelitian ini untuk memahami bagaimana pengaruh Jayabaya dalam kehidupan keagamaan para penziarah. Bagaimanapun praktik ziarah tidak bisa lepas dari keyakinan pada ajaran agama yang terkait atau disebut Geertz dengan istilah agama sebagai pola tindakan. Terlepas dari itu sangat mungkin ditemukan tipologi masyarakat yang beragam, ketika melakukan ziarah ke Petilasan Jayabaya. Lebih dari itu, masyarakat mempunyai standar atau pedoman yang dijawantahkan oleh Jayabaya yang selalu membekas dalam kehidupan keagamaan Muslim khususnya di Jawa. Terdapat beberapa teori yang dapat dikaitkan dengan pendekatan paradigma sosial dalam sosiologi, yakni interaksionisme simbolik, fenomenologi dan etnografi. Teori interaksionisme simbolik menurut salah satu pelopornya, Herbert Blumer, bertumpu pada tiga premis utama; pertama, manusia bertindak terhadap sesuatu

29 berdasarkan makna yang ada pada sesuatu itu bagi mereka; kedua, makna tersebut berasal dari hasil interaksi sosial seseorang dengan orang lain; ketiga, makna-makna tersebut disempurnakan dan dimodifikasi di saat proses interaksi sosial berlangsung. 1 Implikasi dari pandangan tersebut berarti bahwa tindakan manusia bukan disebabkan kekuatan luar sebagaimana dikemukakan penganut mazhab fungsionalis-strukturalis dan tidak juga dari kekuatan dalam sebagaimana diyakini kalangan reduksionis - psikologis. Tetapi, individu sebagai aktor telah membentuk obyek. Individu senantiasa merancang obyek yang berbeda, memberikan makna, menilai kesesuaiannya dengan tindakan, dan mengambil keputusan berdasarkan penilaian tersebut. B. Teori Fenomenologi Fenomenologi pada awalnya merupakan aliran dalam filsafat yang membicarakan teori fenomena atau segala sesuatu yang tampak atau yang menampakkan diri.teori fenomenologi didasarkan pada pemikiran Edmund Husserl (1859-1938). 2 1 Margaret M. Poloma, Sosiologi Kontemporer, terj. Tim Yasogama (Jakarta: Rajawali Press, 2000). Hal. 258 2 Edmund Husserl lahir di Moravia, Prosssnitz dan belajar fisika, astronomi dan matematika di Universitas Leipzig. Kemudian meneruskan kuliah di Berlin, tahun 1881 masuk ke Universitas Wina. Antara 1884 1886, Edmund Husserl mngikuti kuliah filsafat oleh Franza Brentano. Edmund Husserl menerima gagasan gurunya bahwa filsafat tengah mengalami krisis karena itu diperlukan adanya reformasi. Menurutnya idealisme bukan saintisme tetapi

30 Seorang fenomenolog suka melihat gejala, dia berbeda dengan sorang ahli ilmu positif yang mengumpulkan data, mencari korelasi dan fungsi, serta membuat hukum - hukum dan teori. 3 Secara lebih terinci model kerja sosiologi pengetahuan Peter L. Berger dan Thomas Luckmann dirumuskan dalam suatu formula yang bersifat dialektis, yaitu; eksternalisasi, obyektivasi, dan internalisasi. Menurut Berger, eksternalisasi adalah penyesuaian diri dengan kondisi sosio kultural sebagai produk manusia; obyektivasi adalah interaksi sosial dalam dunia intersubyektif yang dilembagakan atau mengalami proses institusionalisasi; dan internalisasi adalah individu mengidentifikasi diri di tengah lembaga-lembaga sosial atau organisasi sosial dimana individu tersebut menjadi anggotanya. 4 Hubungan yang bercorak dialektis dapat dirumuskan dalam tiga momentum: masyarakat adalah produk individu, masyarakat adalah realitas obyektif, dan individu adalah produk masyarakat. Ini berarti ada proses menarik keluar (eksternalisasi) sehingga seakan-akan berada di luar (obyektif) dan kemudian ada proses penarikankembali ke dalam (internalisasi) sehingga sesuatu yang berada di luar seakan berada di dalam. Masyarakat adalah produk individu sehingga menjadi membangkitkan spirit yang mendorong mental intelektual aktif bergerak dan tidak hanya sebatas kaki langit dunia empirik. Edmund Husserl mengajar di Universitas Halle dari tahun 1886 1901 kemudian di Gottingen sampai tahun 1916 dan akhirnya di Freiburg. 3 Donny Gahral Adian, Percik Pemikiran Kontemporer: Sebuah Pengantar Komprehensif, (Jakarta: Jalasutra, 2005). Hal.151 4 Peter L. Berger, Langit Suci: Agama sebagai Realitas Sosial, terj. Hartono (Jakarta: LP3ES, 1991). Hal. 5

31 kenyataan obyektif melalui proses eksternalisasi dan individu juga produk masyarakat melalui proses internalisasi. 5 Menurut sejarahnya fenomenologi adalah: 1. Term fenomenologi berasal dari tulisan Immanuel Kant yang membedakan antara fenomena dan nomena. Kant menyatakan bahwa fenomena adalah obyek yang ada didalam dirinya sendiri yang independen dari kesadaran. Pada era Lambert fenomenologi diartikan sebagai ilusi atas pengalaman. 2. Istilah fenomenologi ini untuk pertama kalinya digunakan oleh Hegel. Menurutnya fenomenologi mengunggkapkan hakekat realitas melalui proses dialektika (tesa - antitesa - sintesa). 3. Fenomena sejarah dan budaya selalu berhubungan dengan kesadaran dan sekaligus sebagai fungsi kesadaran. 4. Perkembangan sejarah dan budaya oleh Hegel ditafsirkan sebagai karya diri melalui kesadaran manusia. Semua pengalaman manusia adalah pengalaman budaya yang diproleh melalui perantara akal. Fokus kajian atau penelitian fenomenologi adalah struktur kesadaran atau struktur pengalaman. Struktur dasar kesadaran adalah intensionalitas, makna ini adalah menuju ke, mengarah ke, atau memiliki tujuan atau arah. Dari intensionalitas ini muncul imajinasi, berfikir, signifikansi, interpretasi, interest, cita cita masa depan. Obyek penelitian fenomenologi terarah kepada struktur kesadaran yang 5 Nur Syam, Islam Pesisir (Yogyakarta: LkiS, 2005). Hal. 37-38

32 terdapat dalam diri subyek atau yang memiliki gagasan baru tentang ralitas sosial, bukan realitas yang telah ada secara faktual obyektif, melainkan gagasan untuk menciptakan realitas baru. Fenomenologi juga mengembangkan beberapa konsep yang berhubungan dengan penelitian empirik. Beberapa konsep yang dimaksud antara lain: kesadaran temporal (dalam proses waktu), kesadaran spatial (proses dalam tempat). Kesadaran demikian fenomenologi merupakan basis dari realitas dan idealitas. Konsep konsep lainnya adalah kesadaran diri, kesadaran peran diri, kesadaran dalam lingkungan, dalam kondisi dan situasi, kesadaranberkomunikasi, kesadaran berbahasa, memahami konsep orang lain, kesadaran menghormati dan lainnya. Beberapa pokok doktrin fenomenologi: 1. Husserl mendasarkan filsafatnya diatas keyakinan bahwa realitas merupakan intensionalitas yang dibentuk oleh kesadaran diri manusia. 2. Kita selamanya tidak dapat memahami dunia ini, yang kita lakukan tidak lain hanya berharap diri kita dapat memahami dunia karena makna selalu subyektif sifatnya. 3. Pemahaman yang bersifat obyektif tidak mungkin. 4. Di dalam jiwa manusia terdapat daya kreasi, muncul saat kontak dengan fenomena (obyek) yang masuk ke dalam kesadaran. Kontak antara kesadaran dengan realitas sosial menjadi peluang yang memungkinkan muncul kreativitas baru yang berbeda, atau bahkan bertentangan dengan realitas yang ada dengan keyakinannya.

33 Fenomenologi memiliki doktrin yang khas tentang presepsi, yaitu ada dua: inner dan outer. Inner adalah presepsi sesuai dengan fakta tanpa disertai dengan penafsiran atau komentar. Outer memberikan berbagai penafsiran dan bahkan penafsiran dari beberapa orang yang juga menyaksikan fenomena tersebut. Presepsi inner berada dalam wilayah immanen, sesuatu yang tidak perlu diragukan. Sedangkan outer presepsi yang menembus kaki langit dunia immanen menyeruak jauh memasuki wilayah transenden. Beberapa prosedur dalam melakukan, diantaranya: 1. Peneliti harus memahami prespektif dan filosofi yang ada di belakang pendekatan yang digunakan, khususnya konsep studi bagaimana individu mengalami suatu fenomena dan mencoba memahami fenomena yang terjadi. Konsep Epoche merupakan inti ketika peneliti mulai menggali dan mengumpulkan ide ide mereka mengenai fenomena dan mencoba memahami fenomena yang terjadi menurut sudut pandang subyek yang bersangkutan. Epoche adalah mengesampingkan atau menghilangkan semua prasangka peneliti terhadap suatu fenomena. Artinya sudut pandang yang digunakan benar benar bukan merupakan sudut pandang peneliti, melainkan murni sudut pandang subyek penelitian. 2. Peneliti membuat pertanyaan penelitian yang mengeksplorasi serta menggali arti dari pengalaman subyek dan meminta subyek untuk menjelaskan pengalamannya sendiri. 3. Peneliti mencari, menggali, dan mengumpulkan data dari subyek yang

34 terlibat secara langsung dengan fenomena yang terjadi. 4. Peneliti mulai melakukan analisis data yang terdiri atas tahapan analisis. 5. Laporan fenomenologi diakhiri dengan diperolehnya pemahaman yang lebih esensial dan mengenali setiap unit terkecil dari arti yang diperoleh berdasarkan pengalaman individu tersebut. Beberapa tantangan yang umumnya dihadapi oleh peneliti, sebagai berikut: 1. Peneliti membutuhkan pemahaman yang kuat dan mendalam dalam hal prespektif filosofis terhadap fenomena yang diangkat. Maksudnya pemahaman mendalam bahkan hingga dasar (hakikat) dan inti dari semua fenomena. 2. Peneliti harus sangat berhati hati dalam pemilihan dan penentuan subyek penelitian.subyek yang dipilih harus benar benar orang yang mengalami suatu pengalaman tentang fenomena yang diangkat. 3. Ketika subyek sudah ditentukan, dan pengalaman tentang fenomena sudah ditemukan, permasalahan selanjutnya yang biasanya terjadi adalah dalam menentukan batasan pengalaman. 4. Menuntut kejelian peneliti dengan langkah bagaimana memutuskan dan bagaimana pengalaman pribadinya dapat terlibat dalam penelitian yang dilakukan. Istilah fenomenologi psikologis menunjukkan pada fenomenologi sebagai metode yang diterapkan pada masalah psikologis atau digunakan pada penyelidikan taraf psikologis. Fenomenologi psikologis adalah prosedur yang lebih terbatas dan

35 spesifik, yang dirancang untuk mengeksplorasi kesadaran dan pengalaman manusia yang segera atau langsung. Dapat juga diartikan sebagai observasi dan deskripsi yang sistematis atas pengalaman individu yang sadar dalam situasi tertentu. Data fenomena yang dieksplorasi mencakup persepsi, perasaan, ingatan, gambaran, gagasan, dan berbagai hal lainnya yang hadir dalam kesadaran. Ciri ciri yang menunjukkan sifat psikologi, sebagai berikut: 1. Metode dasarnya adalah metode fenomenologi yang telah dikemukakan sebelumnya.metode tambahan dan teknik yang baik bagi studi tentang pengalaman manusia dan relasinya dengan dirinya sendiri, dengan orang lain. 2. Tujuannya adalah memahami manusia dengan segenap aspeknya. 3. Minat utamanya terletak pada pengalaman manusia dan eksplorasi kualitatifnya. Juga mempelajari tingkah laku, tetapi menentang pembatasan yang ekslusif yang menganggap psikologi sebagai ilmu pengetahuan yang hanya mempelajari tingkah laku dan pengendaliannya. C. Teori Etnografi Bahan mengenai kesatuan kebudayaan suku bangsa di suatu komunitas dari suatu daerah geografi ekologi, atau di suatu wilayah administratif tertentu yang menjadi pokok deskripsi sebuah buku etnografi, biasanya dibagi ke dalam bab-bab tentang unsur-unsur kebudayaan menurut suatu tata-urut yang sudah baku. Susunan tata-urut itu kita sebut saja "Etnografi."

36 Sedangkan pendekatan secara etnografi, peneliti Bertindak memerinci unsurunsur bagian dari suatu kebudayaan, sebaliknya dipakai daftar unsur-unsur kebudayaan universal yaitu bahasa, sistem teknologi, sistem ekonomi, organisasi sosial, sistem pengetahuan, kesenian, dan sistem religi. Karena unsur-unsur kebudayaan itu bersifat universal maka dapat diperkirakan bahwa kebudayaan suku bangsa yang menjadi pokok perhatian ahli antropologi pasti juga mengandung aktivitas adat-istiadat, pranata-pranata sosial dan benda-benda kebudayaan yang dapat digolongkan ke dalam salah satu dari ketujuh unsur universal tadi. Mengenai tata-urut dari unsur-unsur itu, para ahli antropologi dapat memakai suatu sistem menurut selera dan perhatian mereka masing-masing. Sistem yang paling lazim dipakai adalah sistem dari unsur yang paling konkret ke yang paling abstrak. Hal itu berarti bahwa kecuali unsur bahasa yang selalu diuraikan dalam Bab paling depan sebagai suatu unsur yang dapat memberi identifikasi kepada suku bangsa yang dideskripsi, unsur yang diuraikan dulu adalah sistem teknologi, sedangkan yang paling akhir adalah sistem religi. Dalam Bab tentang sistem teknologi misalnya, dapat dimasukkan deskripsi tentang benda-benda kebudayaan dan alat-alat kehidupan sehari-hari yang sifatnya konkret, sedangkan dalam Bab tentang sistem religi termasuk gagasan-gagasan dan keyakinan-keyakinan tentang roh nenek moyang dan sebagainya, yang bersifat abstrak sekali. Walaupun demikian, setiap ahli antropologi mempunyai fokus perhatian tertentu. Ada misalnya ahli antropologi memperhatikan sistem ekonomi sebagai pokok utama dari deskripsinya. Lainnya memfokus kepada kehidupan kekerabatan,

37 kepada sistem pelapisan masyarakat, atau kepada sistem kepemimpinan; lainnya lagi memusatkan perhatian kepada kesenian, atau lebih khusus lagi kepada suatu cabang kesenian yang tertentu; ada lagi ahli antropologi lain, yang memfokus kepada sistem religi. Pengarang etnografi dengan suatu fokus perhatian seperti itu biasanya mulai dengan unsur pokoknya itu dan memandang unsur-unsur lainnya hanya sebagai pelengkap atau dari unsur pokok tadi. Bisa juga mempergunakan susunan etnografi yang lain dan mulai dengan unsur-unsur lainnya sebagai pengantar kebudayaan (cultural introduction) terhadap unsur pokoknya, yang diuraikan pada akhir karangan etnografinya, yang seolah-olah merupakan klimaks dari deskripsinya. Kecuali babbab yang mengandung deskripsi mengenai unsur-unsur universal dari kebudayaan suku bangsa, sebuah karangan etnografi perlu didahului dengan suatu Bab permulaan yang mendeskripsi lokasi dan lingkungan geografi dari wilayah suku bangsa yang bersangkutan. Kecuali itu, Bab pertama biasanya juga dilengkapi dengan keterangan demografi dari suku bangsa yang bersangkutan. Bab selanjutnya biasanya mengandung uraian tentang asal dan sejarah dari suku bangsa yang bersangkutan, dan dari wilayah yang didiaminya. Uraian tentang sejarah pada permulaan menjadi lebih bermanfaat kalau Bab terakhir mengandung uraian tentang keadaan masa sekarang, disambung dengan uraian tentang perubahan serta pergeseran dari kebudayaan yang bersangkutann. Bab penutup seperti itu biasanya memberi aspek dinamik terhadap sebuah buku etnografi. Meringkas kembali yang terurai di atas, maka sebuah karangan tentang kebudayaan suatu suku bangsa yang disusun menurut kerangka etnografi terdiri dari bab-bab seperti terdaftar di

38 bawah ini. Sedang tiap Bab yang terdiri dari bagian-bagian khusus yang diuraikan dengan lebih mendalam dalam sub-sub Bab di bawah ini juga. 1. Lokasi, lingkungan alam dan demografi. 2. Asal mula dan sejarah suku-bangsa. 3. Bahasa. 4. Sistem teknologi. 5. Sistem mata pencaharian. 6. Organisasi sosial. 7. Sistem pengetahuan. 8. Kesenian. 9. Sistem religi.