BAB I PENDAHULUAN. orang (Tambunan, 2013). Sedangkan menurut sebuah tulisan di harian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia sebagai negara berpenduduk muslim terbesar di dunia,

BAB 1 PENDAHULUAN. mamutar dana masyarakat sehingga perekonomian terus berkembang. Dana. jenis-jenis lembaga keuangan bukan bank yaitu koperasi.

BAB I PENDAHULUAN. keuangan syariah, Baitul Maal wat Tamwil sangat dibutuhkan oleh para

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga perantara keuangan (financial intermediary) yang

BAB I PENDAHULUAN. tabungan dan pembiayaan, Bank Syariah, Baitul Mal wat Tamwil (BMT),

BAB I PENDAHULUAN. memperlancar perekonomian nasional. Fasilitas-fasilitas yang diberikan oleh

BAB I PENDAHULUAN. kondisi kesejahteraan ekonomi dari masyarakat juga berkembang.pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. potensi ekonomi agar berhasil guna secara optimal. Kemajuan ekonomi telah

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN KOPERASI PADA KOPERASI SIMPAN PINJAM SYARIAH BMT AKBAR TAHUN BUKU

BAB I PENDAHULUAN. mempercepat kemajuan ekonomi masyarakat. yang diharamkan, proyek yang menimbulkan kemudharatan bagi

BAB I PENDAHULUAN. atau badan badan hukum koperasi yang memberikan kebebasan masuk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Menurut Undang-undang No. 10 tahun 1998 tentang perubahan atas

BAB I PENDAHULUAN. dan Menengah Republik Indonesia Nomor 91/Kep/IV/KUKM/IX/2004. tentang Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Usaha Koperasi Jasa Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta (DIY) 2013 yakni garis kemiskinan pada maret 2013 adalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. keuangan syariah non bank yang banyak ditemui di masyarakat. BMT dalam

PENDAHULUAN. 7% dari total UMKM berhasil meningkatkan statusnya, baik dari mikro menjadi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Lembaga keuangan perbankan syariah merupakan salah satu lembaga

A. Latar Belakang. 1 Peri Umar Farouk, Sejarah Perkembangan Hukum Perbankan Syariah Di Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberadaan lembaga keuangan sangat berperan dalam ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. oleh negara-negara sedang berkembang tetapi juga di negara-negara maju.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memajukan suatu negara sangatlah besar. Hampir semua sektor yang

BAB I PENDAHULUAN. pula kebutuhan masyarakat dalam pemenuhan pendanaan untuk membiayai

BAB I PENDAHULUAN. Namun demikian, upaya tersebut kiranya perlu dibarengi pula dengan upaya

BAB I PENDAHULUAN. Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Pustaka Setia Bandung, Bandung, 2013, hlm. 23

BAB I PENDAHULUAN. mereka. Lembaga keuangan tersebut diharapkan bisa menyokong seluruh bagian

BAB I PENDAHULUAN. Bank maupun Lembaga Keuangan Non Bank. jelas. Sistem operasionalnya menggunakan syariah islam,hanya produk dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Profit merupakan sesuatu yang sangat vital bagi semua unit usaha (perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2010 berjumlah unit, dan pada tahun 2012 berjumlah saja, melainkan mencakup pula koperasi syariah 1.

BAB I PENDAHULUAN. dipertimbangkan secara cermat, karena upaya peningkatan kualitas jasa

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan lahiriyah dan batiniyah saja tetapi juga keseimbangan,

terdiri dari dua istilah, yaitu:baitul maal dan baitul tamwil. Baitul mal lebih

BAB I PENDAHULUAN. yang hanya mengejar target pendapatan masing-masing, sehingga tujuan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Konteks Penelitian. Strategi pemasaran merupakan salah satu awal dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. kekurangan permodalan tidak mudah diperoleh. 1. Mudharabah BMT Bina Umat Sejahtera Semarang (Universitas Negeri Semarang, 2007)

BAB I PENDAHULUAN. syari ah yang paling sederhana yang saat ini banyak muncul di Indonesia bahkan hingga

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bank Islam merupakan suatu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. memegang fungi sebagai sirkulasi, bank to bank dan lender of the resort.

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari dua istilah, yaitu Baitul mall dan Baitul Tamwil. Pengertian BMT

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan sistem ekonomi syariah semakin berkembang seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN. tingkat teknologi yang umum digunakan (Ascarya, dkk 2009: 11). Dalam

BAB I PENDAHULUAN. dua istilah, yaitu baitul maal dan baitul tamwil. Secara harfiah baitul maal

BAB I PENDAHULUAN. merupakan negara berpenduduk muslim terbesar di dunia. 1 Agama Islam

BAB I PENDAHULUAN. syariah merupakan implementasi dari pemahaman umat Islam terhadap prinsipprinsip

BAB I PENDAHULUAN. ternyata tidak mampu bertahan dengan baik ketika krisis ekonomi yang mengarah pada krisis

BAB I PENDAHULUAN. perbankan syariah adalah Baitul Maal Wa Tamwil (BMT). Dimana baitul

PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian rakyat yang berdasarkan kekeluargaan dan kegotongroyongan.

BAB I PENDAHULUAN. 2001, hlm Muhammad Syafi i Antonio, Bank Syariah: dari Teori ke Praktik, Gema Insani, Jakarta,

BAB I PENDAHULUAN. konvensional yang telah berkembang pesat dalam perekonomian dunia maupun di

BAB I PENDAHULUAN. hal Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Bandung: Pustaka Setia, 2013,

BAB I PENDAHULUAN. yang dahulu. Namun prinsip-prinsip pertukaran barang dan pinjam-meminjam

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan lembaga keuangan syariah non-bank yang ada di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan dalam dunia bisnis saat ini mengalami pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatkan kualitas perekonomian masyarakat, dana

BAB I PENDAHULUAN. memilih perbankan yang sesuai dengan kebutuhan, baik perseorangan maupun

PERANAN BAITUL MAL WAT TAMWIL (BMT) BUANA DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN PEDAGANG KECIL DI DESA MULUR KECAMATAN BENDOSARI KABUPATEN SUKOHARJO

BAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan adalah mekanisme pembagian keuntungannya. Pada bank syariah,

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejalan dengan permasalahan dan kehidupan dunia yang semakin

BAB 1 PENDAHULUAN. perhatian yang cukup serius dari masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan semakin

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan masyarakat dimana kegiatannya berlandaskan

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan yang berbasis syari ah sumber-sumber ekonomi. yang tersedia secara terarah dan terpadu serta dimanfaatkan bagi

BAB I PENDAHULUAN. Laju perkembangan ekonomi syari ah di Indonesia dari hari ke hari mengalami

Dr. Mulyaningrum Bakrie School of Management Jakarta, Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. of founds) dengan pihak yang mengalami kekurangan dana. Sehingga

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyentuh kalangan bawah (grass rooth). Semula harapan ini hanya

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1992 tentang Perkoperasian, PP RI No. 9 Tahun 1995 tentang

BAB I PENDAHULUAN. negara adalah sektor perbankan. Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang Pertumbuhan manusia sekarang ini semakin bertambah bahkan

BAB I PENDAHULUAN. Otoritas Jasa Keuangan Republik Indonesia, (diakses pada 15 November 2015). 3

BAB I PENDAHULUAN. investasi yang membutuhkan modal yang besar tidak mungkin dipenuhi tanpa bantuan

BAB 1 PENDAHULUAN. hlm.15. Press, 2008,hlm. 61

BAB I PENDAHULUAN. diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, tidak terlepas dari peran lembagalembaga

BAB I PENDAHULUAN. Bekasi Gramata Publising, 2014.hml 9. 1 Rahma Hidayat, Efesiensi Perbankan Syariah: Teori dan Prakteik,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lembaga Keuangan Syariah di Indonesia yang berkembang pesat

BAB I PENDAHULUAN. telah menjadikan manusia dengan berbagai naluri, di antaranya naluri hidup

BAB I PENDAHULUAN. Asuransi Syariah (AS), Baitul Maal Wat Tamwil (BMT), dan Unit Simpan

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan Syari ah atau Bank Islam yang secara umum pengertian Bank Islam

BAB I PENDAHULUAN. syariah di Indonesia. Masyarakat mulai mengenal dengan apa yang disebut

BAB I PENDAHULUAN. manajemen. Penilaian prestasi atau kinerja suatu perusahaan diukur karena dapat

BAB I PENDAHULUAN. Ketidakmampuan tersebut terutama dalam sisi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab 1 merupakan bab pendahuluan yang berisi latar belakang masalah,

BAB I PENDAHULUAN. koperasi di indonesia merupakan bagian dari bagian usaha nasional secara keseluruhan. Koperasi

BAB I PENDAHULUAN. Islam Perspektif Maqasyid Al-Syariah,Cetakan Pertama,Jakarta:Kencana Prenadamedia Group,2014.h.8.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi adalah sektor UKM (Usaha Kecil Menengah). saat ini para pelaku UKM masih kesulitan dalam mengakses modal.

BAB I PENDAHULUAN. Pres, cet-ke 1, 2004, h Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Watamwil, Yogyakarta: UII

BAB5 PENUTUP. Hasil dari pembahasan yang dijelaskan pacta bab sebelumnya telah. pembiayaan tidak semua nasabah memahami dengan benar maksud dari akad

BAB I PENDAHULUAN. berkembang secara signifikan pada akhir-akhir ini, baik itu lembaga keuangan

BAB I PENDAHULUAN. 1 Nur S. Buchori, Koperasi Syariah Teori dan Praktik, Jakarta: Aufa Media, 2012, h. 4

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan adalah permasalahan semua bangsa. Berkaitan dengan. masalah kemiskinan bangsa Indonesia merasa perlu mencantumkan dalam

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Pembagian Sisa Hasil Usaha Di BMT Sidogiri Cabang Sidodadi

BAB I PENDAHULUAN. Baitul Maal wa Tamwil (BMT) yang merupakan jasa keuangan syariah yang

LANDASAN TEORI. konsumen untuk mendapatkan kebutuhan dan keinginan dari masing-masing

BAB I PENDAHULUAN. Artinya: Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. (QS. Al- Baqarah : 275).

BAB I PENDAHULUAN. perbankan di Indonesia secara umum. Sistem perbankan syariah juga diatur dalam Undang-

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut data dari Kementrian Koperasi dan UKM Menkop & UKM yakni per 31 Desember 2012, jumlah koperasi dari semua jenis yaitu produsen, konsumen, jasa dan simpan pinjam di Indonesia tercatat sebanyak 194.295 unit, dengan jumlah anggota mencapai hampir 33,9 juta orang (Tambunan, 2013). Sedangkan menurut sebuah tulisan di harian kompas Mutasowifin, yang juga mengutip informasi dari Menkop dan UKM jumlah koperasi meningkat dari 170.411 unit pada tahun 2009 menjadi 200.808 pada pertengahan tahun 2013, dan jumlah anggota koperasi juga bertambah dari 29.240.271 orang pada tahun 2009 menjadi 34.685.145 orang per Juni 2013. Namun dari jumlah per 31 Desember 2012 tersebut, koperasi yang aktif tercatat hanya sekitar 71,7%, dan jumlah koperasi yang melakukan Rapat Anggota Tahunan (RAT) secara rutin hanya sekitar 47,4% dari jumlah koperasi aktif, walaupun rasio-rasio tersebut bervariasi menurut provinsi (Tambunan, 2013). Dalam hal permodalan koperasi, dapat dilihat bahwa nilai usaha dan sisa hasi usaha (SHU) dari semua koperasi di Indonesia pada periode yang sama tercatata, masing-masing sekitar Rp 119,2 triliun dan Rp 6,66 triliun, namun nilai-nilai tersebut bervariasi menurut provinsi. Volume usaha per 31 Desember 2012 tercatat mendekati Rp. 119,2 triliun dan 1

2 SHU, yang sebenarnya adalah bagian terpenting dari kegiatan koperasi yang sangat menentukan kehidupan perkoperasian atau tingkat partisipasi masyarakat sebagai anggota koperasi, pada periode yang sama tercatat sebanyak hampir Rp 6,7 triliun. Namun ada perbedaan antar provinsi dengan SHU terbanyak, yakni Rp 2,1 triliun (Tambunan, 2013). Perbedaan antara provinsi tersebut disebabkan oleh perbedaanperbedaan antar provinsi dalam banyak aspek, termasuk struktur ekonomi, kinerja dari sektor kunci (sektor ekonomi daerah yang paling menonjol, misalnya, paling besar sumbanganya terhadap pembentukan /pertumbuhan ekonomi/pdrb), pembangunan dan laju pertumbuhan ekonomi, jumlah penduduk, tingkat kemiskinan, pembangunan infrastruktur ekonomi, tingkat aktivitas dari pengusaha mikro, kecil dan menengah, struktur pasar lokal dan masih banyak lagi (Tambunan, 2013). Koperasi merupakan satu-satunya bentuk perusahaan yang paling sesuai dengan demokrasi ekonomi Indonesia seperti yang terkandung dalam Undang-Undang Dasar tahun 1945 pasal 33 ayat 1, yang menyebutkan bahwa perekonomian disusun sebgai usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan. Undang-Undang Nomor 25 tahun 1992 tentang perkoperasian menyebutkan koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-orang atau badan hukum koperasi sekaligus sebagai gerakan rakyat berdasarkan atas asas kekeluargaan. Perkembangan Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) tercatat paling menonjol dalam keuangan syariah di Indonesia. LKMS

3 lebih dikenal oleh masyarakat dengan sebutan BMT (Baitul Mall wa Tamwill). Ada LKMS yang menyebut diri sebagai Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS), dan secara lengkap menyatakan diri sebagai KJKS BMT dengan nama tertentu (Mahmudi, 2015). BMT pada umumnya mempunyai dua latar belakang pendirian dan kegiatan yang hampir sama kuatnya, yaitu peran sebagai lembaga keuangan syariah dan lembaga keuangan mikro. Ketua Umum Asosiasi BMT Seluruh Indonesia (Absindo), Aries Muftie, mengatakan saat ini terdapat sekitar 25 BMT yang terinterkoneksi satu sama lain dari sekitar 3.000 4.000 BMT di Tanah Air (Respati, 2010). Jika ditambah perhitungan faktor mobilitas yang tinggi dari pengelola BMT untuk menjemput bola memberikan layanan diluar kantor, maka sosialisasi keberadaan BMT telah bersifat aktif (Mahmudi, 2015). BMT (Baitul Mall wa Tamwill) merupakan balai usaha terpadu yang memiliki kegiatan usaha produktif dan investasi dalam peningkatan kualitas kegiatan ekonomi pengusaha kecil dan menengah dengan mendorong kegiatan menunjang kegiatan ekonomi dan menabung. Baitul Mall wa Tamwill (BMT) terdiri dari dua istilah, yaitu Baitul Mall dan Baitut Tamwill. Baitul Mall lebih mengarah pada usaha-usaha pengumpulan dan penyaluran dana yang non profit, seperti : zakat, infaq dan shodaqoh. Sedangkan Baitut Tamwill sebagai usaha pengumpulan dan penyaluran dana komersial. Usaha-usaha tersebut menjadi bagian yang

4 tidak terpisahkan dari BMT sebagai pendukung kegiatan ekonomi masyarakat kecil dengan berlandaskan syariah (Tyas dan Ari, 2012). Dengan melihat perkembangan lembaga keuangan saat ini, seharusnya pihak dalam lembaga keuangan dapat menerapkan strategi agar nasabah dapat termotivasi untuk mengambil keputusan pembiayaan (pinjaman), menabung dan investasi sehingga dapat memenuhi keinginan dan kebutuhan atau usaha nasabah pada umunya. Shahnaz & Wahyono (2016) konsumen yang telah memiliki sifat positif terhadap suatu produk atau merk, akan menimbulkan minat pembelian terhadap produk atau merk tersebut. Saidani (2012) Kualitas jasa merupakan sesuatu yang dipersepsikan oleh pelanggan. Pelanggan akan menilai kualitas sebuah jasa yang dirasakan berdasarkan apa yang mereka deskripsikan dalam benak mereka. Pelanggan akan beralih ke penyedia jasa lain yang lebih mampu memahami kebutuhan spesifik pelanggan dan memberikan layanan yang lebih baik. Setyawati dkk., (2016) bagi hasil adalah sistem pembagian hasil usaha dimana shahibul maal dengan mudharib bekerjasama untuk melakukan kegiatan usaha. Apabila tingkat bagi hasil yang ditawarkan oleh bank syariah/koperasi syariah/bmt, maka akan meningkatkan jumlah simpanan mudharabah yang dihimpun oleh bank syariah/koperasi syariah (Setyawati dkk., 2016).

5 Fitria dan Imam (2017), promosi adalah komunikasi pemasaran, dalam arti aktivitas pemasaran yang berusaha untuk menyebarkan informasi, membujuk dan mengingatkan pasar sasarannya atas perusahaan dan produknya agar bersedia menerima, membeli produk yang ditawarkan perusahaan bersangkutan. Fitria dan Imam (2017) menyatakan bahwa produk adalah sesuatu yang ditawarkan kepada pasar untuk memuaskan keinginan dan kebutuhan pasar. Citra dan Suryono (2016), mengemukakan bahwa kualitas produk adalah kemampuan suatu produk untuk melaksanakan fungsinya, meliputi kehandalan, daya tahan, ketetapan, kemudahan operasi, dan perbaikan produk, serta atribut bernilai lainnya. Menurut penelitian sebelumnya Zainuddin dan Pasakpangan (2015) menyatakan bahwa variabel bagi hasil tidak memiliki pengaruh yang cukup terhadap minat berwirausaha. Rizky dan Yasin (2014) menyatakan bahwa variabel promosi, harga dan minat memiliki kesimpulan yaitu variabel promosi dan harga berpengaruh signifikan terhadap minat beli. Sumantri (2014), dengan variabel kualitas pelayanan, produk dan minat memiliki kesimpulan yaitu variabel kualitas pelayanan dan produk terdapat pengaruh positif terhadap minat. Joel, Massie, dan Sepang (2014), memiliki kesimpulan yaitu variabel motivasi, persepsi harga dan kualitas produk secara silmutan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap minat.

6 Berdasarkan uraian diatas melatarbelakangi peneliti tertarik untuk mengangkat masalah tentang keputusan pengambilan pembiayaan (pinjaman), karena pada penelitian sebelumnya belum ditemukan yang melakukan penelitian dengan variabel-variabel yang sama. Berdasarkan hal tersebut peneliti mengambil judul Beberapa Variabel Yang Mempengaruhi Minat Pengambilan Pembiayaan Pada Lembaga Keuangan Mikro Syariah (Studi kasus pada BMT An-Naafi cabangteras Kabupaten Boyolali). B. Perumusan Masalah Berdasarkan pada latar belakang masalah diatas, maka masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : 1. Adakah pengaruh antara kualitas pelayanan terhadap minat pengambilan pembiayaan di BMT An-Naafi? 2. Adakah pengaruh antara bagi hasil terhadap minat pengambilan pembiayaan di BMT An-Naafi? 3. Adakah pengaruh antara promosi terhadap minat pengambilan pembiayaan di BMT An-Naafi? 4. Adakah pengaruh antara produk terhadap minat pengambilan pembiayaan di BMT An-Naafi dan? 5. Adakah pengaruh antara kualitas pelayanan, bagi hasil, promosi dan produk terhadap minat pengambilan pembiayaan di BMT An-Naafi?

7 C. Tujuan Penelitian Berdasarkan identifikasi permasalahan diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk : 1. Menganalisis pengaruh antara kualitas pelayanan terhadap minat pengambilan pembiayaan di BMT An-Naafi. 2. Menganalisis pengaruh antara bagi hasil terhadap minat pengambilan pembiayaan di BMT An-Naafi. 3. Menganalisis pengaruh antara promosi terhadap minat pengambilan pembiayaan di BMT An-Naafi. 4. Menganalisis pengaruh antara produk terhadap minat pengambilan pembiayaan di BMT An-Naafi. 5. Menganalisis pengaruh antara kualitas pelayanan, bagi hasil, promosi dan produk terhadap minat pengambilan pembiayaan di BMT An- Naafi. D. Manfaat Penelitian Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat ganda, yaitu : 1. Manfaat Teoritis a. Bagi peneliti Memberikan wawasan pengetahuan penulis mengenai kualitas pelayanan, bagi hasil, promosi, produk dan minat pengambilan pembiayaan.

8 b. Bagi peneliti lain Penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi tambahan dalam melakukan penelitian yang sejenis dalam waktu dan tempat yang berbeda, serta menambah pengetahuan dan wawasan dalam bisnis ekonomi mikro syariah. c. Bagi pembaca Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam sumbangan konseptual bagi perkembangan ilmu manajemen dan menambah wawasan mengenai Koperasi Syariah. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Lembaga Memberikan informasi bagi pihak koperasi syariah dalam peningkatan kualitas kinerja, kemampuan pemahaman mengenai manajemen pemasaran pada koperasi syariah saat ini. Sekaligus dapat memberikan penjelasan mengenai kualitas pelayanan, bagi hasil, promosi dan produk dalam menentukan minat pengambilan pembiayaan. E. Sistematika Penulisan Dalam penelitian ini akan disajikan secara sistematika sedemikian rupa, sehingga apa yang penulis kemukakan dapat di pahami dengan mudah. BAB I PENDAHULUAN

9 Merupakan pendahuluan yang berisi tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini menguraikan tentang penelitian terdahulu, kerangka penelitian yang menghasilkan hipotesis dan hipotesis penelitian menjadi pedoman analisis data. BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian yang berisi tentang pendahuluan penelitian, populasi dan sampel, data dan sumber data, metode pengumpulan data, devinisi operasional variabel data dan teknik analis data. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini berisi tentang pengujian hipotesis, pengujian data dan pembahasan hasil penelitian. BAB V PENUTUP Bab ini berisi tentang kesimpulan dari hasil penelitian yang merupakan jawaban dari rumasan masalah yang ada dan berisikan saran-saran yang diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak yang bersangkutan dalam penelitian. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN