BAB I Pendahuluan UKDW. penyebab keempat dari disabilitas pada usia muda (Gofir, 2009).

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab utama kematian secara

BAB I PENDAHULUAN. kesakitan dan kematian di dunia.salah satu jenis infeksi adalah infeksi

BAB I PENDAHULUAN. penyakit (kuratif) dan pencegahan penyakit (preventif) kepada masyarakat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. kematian di dunia. Salah satu jenis penyakit infeksi adalah infeksi

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh masuk dan berkembang biaknya

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1. Diajukan Oleh : RIA RIKI WULANDARI J

BAB I PENDAHULUAN. menggambarkan kolonisasi kuman penyebab infeksi dalam urin dan. ureter, kandung kemih dan uretra merupakan organ-organ yang

BAB I PENDAHULUAN. (Morgan, 2003). Bakteriuria asimtomatik di definisikan sebagai kultur

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan salah satu jenis infeksi yang paling sering

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Lima belas juta orang di dunia setiap tahunnya terkena serangan

BAB 1 PENDAHULUAN. pembuluh darah dalam mengalirkan darah ke otak. Ini bisa disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Infeksi nosokomial atau Hospital-Acquired Infection. (HAI) memiliki kontribusi yang besar terhadap tingkat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu respon inflamasi sel urotelium

BAB 1 PENDAHULUAN. Mikroorganisme penyebab penyakit infeksi disebut juga patogen

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. diselenggarakan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. neonatus dan 50% terjadi pada minggu pertama kehidupan (Sianturi, 2011). Menurut data dari

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit (RS) sebagai institusi pelayanan kesehatan, di dalamnya

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan terpotongnya suplai oksigen dan nutrisi yang mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. bervariasi. Insidensi stroke hampir mencapai 17 juta kasus per tahun di seluruh dunia. 1 Di

Pseudomonas aeruginosa adalah kuman patogen oportunistik yang dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. yang selalu bertambah setiap tahunnya. Salah satu jenis infeksi tersebut adalah

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Penyakit infeksi masih merupakan penyebab utama. morbiditas dan mortalitas di dunia.

BAB 1 PENDAHULUAN. American Heart Association, 2014; Stroke forum, 2015). Secara global, 15 juta

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan yang bermutu sesuai dengan standar yang sudah ditentukan

BAB I PENDAHULUAN. wanita 54,5% lebih banyak dari laki-laki. Namun pada neonatus, ISK lebih

I. PENDAHULUAN. Di negara-negara berkembang, penyakit infeksi masih menempati urutan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. penyakit jantung dan kanker (Ginsberg, 2008). Lebih dari orang meninggal

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. keseluruhan yang memberikan pelayanan kuratif maupun preventif serta

BAB I PENDAHULUAN. satu penyebab kematian utama di dunia. Berdasarkan. kematian tertinggi di dunia. Menurut WHO 2002,

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit

BAB I PENDAHULUAN. dari orang per tahun. 1 dari setiap 18 kematian disebabkan oleh stroke. Rata-rata, setiap

I. PENDAHULUAN. atas yang terjadi pada populasi, dengan rata-rata 9.3% pada wanita di atas 65

BAB I PENDAHULUAN UKDW. mengakibatkan hampir mortalitas (Goldszmidt et al, 2013). Stroke juga

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Menurut WHO MONICA project, stroke didefinisikan sebagai gangguan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Menurut data Badan Kesehatan Dunia (WHO), HAI s (Healthcare

MODEL AMERICAN ASSOCIATION OF CRITICAL CARE NURSES

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit tidak menular (PTM) seperti penyakit jantung, stroke, kanker,

BAB 1 PENDAHULUAN. urutan kedua pada usia diatas 60 tahun dan urutan kelima pada usia 15-59

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. bermakna (Lutter, 2005). Infeksi saluran kemih merupakan salah satu penyakit

BAB I PENDAHULUAN UKDW. fisik, mental, sosial dan ekonomi bagi penderitanya (Satyanegara et al, 2009)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. pelayanan kesehatan umum seperti rumah sakit dan panti jompo. Multidrugs

DAFTAR PUSTAKA. Arikunto Prosedur Penelitian dan Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta

BAB I PENDAHULUAN. rumah sakit, komponen penting dari mutu layanan kesehatan, prinsip dasar dari

BAB 1 PENDAHULUAN. Keselamatan pasien (Patient Safety) adalah isu global dan nasional bagi

BAB I PENDAHULUAN. satunya bakteri. Untuk menanggulangi penyakit infeksi ini maka digunakan

BAB I PENDAHULUAN. 72 jam perawatan pada pasien rawat inap. Pada suatu rumah sakit yang

BAB 1 PENDAHULUAN. mikroba yang terbukti atau dicurigai (Putri, 2014). Sepsis neonatorum adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. ketidaknyamanan yang berkepanjangan sampai dengan kematian. Tindakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. bawah 5 tahun dibanding penyakit lainnya di setiap negara di dunia. Pada tahun

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pneumonia, mendapatkan terapi antibiotik, dan dirawat inap). Data yang. memenuhi kriteria inklusi adalah 32 rekam medik.

I. PENDAHULUAN. Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus (MRSA) adalah bakteri. Staphylococcus aureus yang mengalami kekebalan terhadap antibiotik

I. PENDAHULUAN. berkembang. Berdasarkan data WHO (2010), setiap tahunya terdapat 10 juta

BAB I PENDAHULUAN. paru. Bila fungsi paru untuk melakukan pembebasan CO 2 atau pengambilan O 2 dari atmosfir

BAB 1 PENDAHULUAN. Premier Jatinegara, Sukono Djojoatmodjo menyatakan masalah stroke

BAB 1 PENDAHULUAN. kemih. Infeksi saluran kemih dapat terjadi pada pria maupun wanita semua umur,

BAB 1 PENDAHULUAN. Sepsis adalah terjadinya SIRS ( Systemic Inflamatory Respon Syndrome)

(Juniatiningsih, 2008). Sedangkan di RSUP Sanglah Denpasar periode Januari - Desember 2010 angka kejadian sepsis neonatorum 5% dengan angka kematian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Penyakit infeksi merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di dunia.

BAB I PENDAHULUAN UKDW. mikroorganisme yang didapat dari orang lain (cross infection) atau disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. berkembang biaknya mikroorganisme di dalam saluran kemih, walaupun

BAB I PENDAHULUAN. dengan imunitas pejamu, respon inflamasi, dan respon koagulasi (Hack CE,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Enterobacter sp. merupakan bakteri gram negatif. berbentuk batang. Enterobacter sp.

BAB 1 PENDAHULUAN. sistemik (Potter & Perry, 2005). Kriteria pasien dikatakan mengalami infeksi

BAB I. PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Penelitian. Enterobacteriaceae merupakan patogen yang dapat menyebabkan infeksi

Stroke merupakan penyebab kematian ketiga terbanyak di Amerika Serikat. Pada 2002, stroke membunuh sekitar orang. Jumlah tersebut setara

BAB I PENDAHULUAN. penyebab utama penyakit infeksi (Noer, 2012). dokter, paramedis yaitu perawat, bidan dan petugas lainnya (Noer, 2012).

BAB 1 PENDAHULUAN. jamur, dan parasit (Kemenkes RI, 2012; PDPI, 2014). Sedangkan infeksi yang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Pneumonia adalah penyebab utama kematian anak di. seluruh dunia. Pneumonia menyebabkan 1,1 juta kematian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Penyakit infeksi masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. Diare,

BAB I PENDAHULUAN. kompetitif, toksin, replikasi intra seluler atau reaksi antigen-antibodi.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah

BAB I PENDAHULUAN. Rumah Sakit (RS) merupakan suatu unit yang sangat kompleks. Kompleksitas ini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang paling sering dijumpai pada pasien-pasien rawat jalan, yaitu sebanyak

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) menurut Global Initiative of

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi dan malnutrisi, pada saat ini didominasi oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun terus meningkat, data terakhir dari World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi nosokomial atau yang sekarang dikenal dengan Healthcare Associated

BAB I PENDAHULUAN. (World Health Organization (WHO), 2011). Menurut survei di Inggris,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. infeksi tersebut. Menurut definisi World Health Organization. (WHO, 2009), Healthcare Associated Infections (HAIs)

BAB 1 PENDAHULUAN. Kateter uretra merupakan alat yang digunakan untuk. keperawatan dengan cara memasukkan kateter ke dalam kandung kemih melalui

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetic foot merupakan salah satu komplikasi Diabetes Mellitus (DM).

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Stroke adalah manifestasi klinik dari gangguan fungsi serebral secara

BAB 1 PENDAHULUAN. kecacatan yang lain sebagai akibat gangguan fungsi otak (Muttaqin, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Infeksi nosokomial merupakan problem klinis yang sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. penting bagi kelangsungan hidup, modal dasar dan fungsi utama pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. tanda klinis. Gangguan ini berlangsung lebih dari 24 jam dapat. World, 2008). Di Amerika, dua per tiga orang mengalami defisit

Transkripsi:

BAB I Pendahuluan I. Latar Belakang Stroke merupakan penyebab kematian ketiga tersering dinegara maju, setelah penyakit jantung dan kanker (Ginsberg, 2008). Stroke merupakan masalah kesehatan yang utama dan penyebab kecacatan nomor satu (Widyo, 2009). Menurut WHO 2014 adalah terputusnya aliran darah ke otak, umumnya akibat pecahnya pembuluh darah ke otak atau karena tersumbatnya pembuluh darah ke otak sehingga pasokan nutrisi dan oksigen ke otak berkurang. Stroke menyebabkan gangguan fisik atau disabilitas. WHO mengestimasi peningkatan jumlah pasien stroke dibeberapa negara Eropa sebesar 1,1 juta pertahun pada tahun 2000 menjadi 1,5 juta pertahun pada tahun 2025. Secara global, pada tahun 2020 stroke diperkirakan akan menjadi penyebab keempat dari disabilitas pada usia muda (Gofir, 2009). Di negara-negara ASEAN penyakit stroke adalah masalah kesehatan utama yang menyebabkan kematian. Dari data South East Asian Medical Information centre (SEAMIC) diketahui bahwa angka kematian yang disebabkan oleh stroke di Indonesia paling besar, kemudian diikuti secara berurutan oleh Filipina, Singapura, Brunei, Malaysia, dan Thailand. Dari data penderita stroke di Indonesia, yang paling banyak diderita ialah stroke iskemik yaitu sebesar 52,9% diikuti secara berurutan oleh perdarahan intraserebral, emboli dan perdarahan subarakhnoid dengan angka kejadian masingmasingnya sebesar 38,5%, 7,2%, dan 1,4% (Dinata dkk, 2013). 1

Stroke semakin meningkat di Indonesia dan merupakan beban bagi negara akibat disabilitas yang ditimbulkannya. Menurut American Heart Assiciation tahun 2015, stroke merupakan penyebab utama disabilitas di negara berkembang. Prevalensi stroke di Indonesia berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan sebesar 7,0 per mil dan yang berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan atau gejala sebesar 12,1 per mil. Jadi, sebanyak 57,9% penyakit stroke telah terdiagnosis oleh nakes. Prevalensi stroke sama banyak pada lakilaki dan perempuan. Prevalensi stroke berdasarkan diagnosis nakes tertinggi di Sulawesi Utara (10,8%), di ikuti DI Yogyakarta (10,3%), Bangka Belitung dan DKI Jakarta masing-masing 9,7 per mil. Prevalensi stroke berdasarkan terdiagnosis nakes dan gejala terdapat di Sulawesi Tengah (16,6%), diikuti Jawa Timur sebesar 16 per mil (Riskesdas, 2013). Studi prevalensi pada tahun 1987 yang dilakukan dengan bantuan World Health Organization (WHO) pada 55 rumah sakit di 14 negara yang mewakili 4 wilayah WHO (Eropa, Mediterania Timur, Asia Tenggara, dan Pasifik Barat) mendapatkan rerata 8,7% pasien rumah sakit mengalami infeksi nosokomial. Dari hasil survei tersebut didapatkan frekuensi tertinggi infeksi nosokomial dilaporkan oleh rumah sakit di wilayah Mediterania Timur dan Asia Tenggara berturut-turut 11,8% dan 10,0%, sedangkan prevalensi di wilayah Eropa dan Pasifik Barat berturut-turut 7,7% dan 9,0% (Soeliongan, 2013). Penelitian WHO (World Health Organization) dan lain-lain, menemukan bahwa infeksi nosokomial yang tertinggi terjadi di ICU (Intensive Care 2

Unit),perawatan bedah akut dan bangsal orthopedi. Lebih dari 30% infeksi nosokomial terjadi di ICU. Infeksi nosokomial tersering adalah infeksi pada luka operasi, infeksi saluran kemih, infeksi saluran nafas bawah, dan infeksi pada aliran darah (Nasution, 2012).Infeksi nosokomial dapat terjadi pada pasien dengan beberpa risiko tinggi yaitu pasien dengan karakteristik usia tua, berbaring lama, penggunaan obat imunosupresan dan steroid, pada pasien luka bakar dengan daya tahan tubuh yang menurun, pada pasien dengan pengobatan invasif, pemasangan infus dan kateter yang lama dan infeksi nosokomial yang didapat pada luka operasi. Sumber penularan atau cara penularan, bisa melalui tangan, jarum suntik, kateter intravena, kateter urin, kain-kasa/verban, cara keliru dalam menangani luka, dan peralatan operasi yang terkontaminasi (Setiati, 2009). Pemasangan kateter adalah faktor risiko infeksi saluran kemih. Infeksi ini menempati tempat ke-3 dari infeksi nosokomial dirumah sakit. Dan delapan puluh persen disebabkan oleh kateter uretra. Infeksi saluran kemih setelah pemasangan kateter terjadi karena kuman dapat masuk ke dalam kandung kemih melalui lumen kateter. Sebab lain adalah karena bentuk uretra yang sulit dicapai oleh antiseptik. Tindakan yang dapat dilakukan perawat untuk mencegah terjadinya infeksi saluran kemih pada pasien yang terpasang kateter adalah dengan melakukan higiene perineum, perawatan kateter, pemantauan drainase urin yang sekaligus akan mencegah terjadinya infeksi pada saluran kemih(setiati, 2009).Infeksi yang paling banyak terjadi pada pasien perawatan jangka panjang seperti pada pasien stroke adalah infeksi 3

respiratorius dan traktus urinarius, khususnya infeksi oleh Extended Spectrum Beta Lactamase Producers (ESBLs) yaitu E. coli. Prevalensi kejadian stroke dengan infeksi nosokomial saluran kemih antara 20-40% (Kassis, 2004). Bakteria patogen yang terkait dengan bakteriuri pada kateterisasi; cukup beragam, bakteri tersebut yaitu Eschercia coli (E. coli), Enterecoccus, Klebsiella, Pseudomonas, Proteus, Enterobacter dan Candida. Pada umumnya bakteriuri terkait kateter bersifat polimikroba (Setiati, 2009). Kepekaan kuman yang ditemukan pada ISK terhadap antibiotika sangat bervariasi sehingga pemeriksaan mikrobiologis terhadap air kemih dan pemeriksaan sensitivitas bakteri yang ditemukan dalam air kemih penderita mempunyai arti yang penting baik dari segi diagnostik maupun untuk pengontrolan keberhasilan terapi (Soeliongan, 2013). Hasil penelitian dirumah sakit PKU Muhammadiyah Surakarta menunjukkan bahwa bakteri E. coli telah mengalami resistensi terhadap antibiotik golongan β-laktam yaitu, ampisilin, sefepim, seftriakson, sefoksitin dan seftazidim.bakteri penyebab ISK yaitu E. coli sudah mengalami resistensi 100% terhadap antibiotik ampisilin, amoksisilin, seftriakson dan seftazidim. Bakteri E. coli juga mengalami resistensi terhadap antibiotik sefepim (60%) sefoksitin (40%) sedangkan antibiotik meropenem masih poten terhadap bakteri E. Coli(Pradani, 2016). Bakteri yang resisten pada antibiotik dapat menyebabkan kegagalan pada terapi antibiotik pada pasien infeksi saluran kemih. Dari beberapa penelitian yang dilaporkan penggunaan antibiotik tidak lagi dapat mengatasi bakteri 4

patogen karena adanya resistensi bakteri (Pradani, 2016). Penelitian terkait dengan pola kuman dan kepekaan pada antibiotik terhadap pasien stroke akut dengan infeksi nosokomial saluran kemih ini sangat penting. Namun penelitian ini belum dilakukan di Rumah Sakit Bethesda pada periode tahun 2012 sampai dengan tahun 2017. Oleh karena itu perlu dilakukan untuk mengetahui pola kuman dan kepekaan terhadap antibiotik pada pasien stroke akut dengan infeksi saluran kemih, karena pola resistensi bakteri terhadap antibiotik bermanfaat untuk mengetahui keberhasilan terapi. II. Masalah Penelitian Bagaimanakah gambaran pola kepekaan kuman terhadap antibiotik pada pasien stroke akut dengan infeksi saluran kemih di Rumah Sakit Bethesda? III. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Mengetahui gambaran pola kuman dan kepekaan terhadap antibiotik pada pasien stroke akut dengan infeksi nosokomial saluran kemih. Pada periode tahun 2012 sampai dengan tahun 2017, di RS Bethesda Yogyakarta. 5

2. Tujuan khusus Mengetahui gambaran terapi antibiotik empiris pada pasien stroke akut dengan infeksi saluran kemih. Pada bulan April sampai dengan Juni tahun 2017, di RS Bethesda Yogyakarta. IV. Manfaat Penelitian a. Dalam bidang akademik : Hasil penelitian ini dapat memberikan tambahan data mengenai pola kuman dan kepekaan terhadap antibiotik pada pasien stroke akut dengan infeksi saluran kemih. b. Dalam segi pelayanan medis : Membantu memberikan tambahan pengetahuan tentang pola kuman dan kepekaan terhadap antibiotik pada pasien stroke akut dengan infeksi saluran kemih, agar dapat disebar luaskan kepada masyarakat. c. Dalam bidang penelitian : Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya. 6

V. Keaslian Penelitian Tabel 1. Keaslian Penelitian Penulis (tahun) Kurniati Eni, 2010 Sepalanita, W. 2012 Pradani, 2016 Judul Penelitian Metode Subjek Hasil Penelitian Pemasangan Kateter Urin Sebagai Faktor Risiko Penyebab Infeksi Nosokomial Saluran kemih Di RSUD Penambahan Senopati Bantul. Pengaruh Perawatan Kateter Urine Indwelling Model American Association Of Critical Care Nurses (AACN) Terhadap Bakteriuria Di RSU Raden Matther Jambi. Pola Kuman dan Resistensi Bakteri Terhadap Antibiotik Pada Penderita Infeksi Saluran Kemih (ISK) Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta Periode Februari-Maret Tahun 2016. Kohort prospektif quasi experiment posttest only design comparison 41 pasien dengan keteter 41 kontrol 21 subjek Deskriptif 102 pasien infeksi saluran kemih Terdapat hubungan yang signifikan antara pemasangan kateter dengan kejadian infeksi nosokomial saluran kemih. Kejadian bakteriuria pada kelompok perlakuan lebih rendah dibandingkan kejadian bakteriuria pada kelompok kontrol. Perawatan kateter urine indwelling model AACN berpeluang 6,75 kali menurunkan kejadian bakteriuria dibandingkan kelompok kontrol (OR = 6,75, p value = 0,038). Bakteri penyebab ISK telah resisten terhadap beberapa antibiotik. 7

Purnomo, 2016 Sensitifitas dan Spesifitas Pemeriksaan Urinalisis pada Penegakkan Diagnosis Infeksi Saluran Kemih (ISK) yang Menyertai Batu Saluran Kemih Di RSUP dr.sardjito. Analitik observasional 186 Pasien batu saluran kencing Pemeriksaan kohort ekstrase memiliki sensitivitas yang besar dengan tingkat akurasi mencapai 68,8%. Pemeriksaan nitrit memiliki tingkat spesifitas yang besar dibandingkan dengan variabel pemeriksaan lainnya. Pada penelitian yang dilakukan pada tabel 1 menunjukkan pola kuman pada pasien Infeksi nosokomial saluran kemih menunjukkan hasil yang bervariasi. Hasil penelitian untuk melakukan penelitian tentang pola kuman dan kepekaan terhadap antibiotik pada pasien stroke akut dengan infeksi nosokomial saluran kemih dengan menggunakan metode, subjek dan tempat yang berbeda. Penelitian ini menggunakan metode deksriptif. Metode penelitian ini sebelumnya hanya digunakan oleh Pradani (2016) yang menggunakan metode deskriptif. Subjek yang diambil dalam penelitian ini diambil dari RS Bethesda yang belum pernah dilakukan penelitian mengenai pola kuman dan kepekaan terhadap antibiotik pada pasien stroke akut dengan infeksi nosokomial saluran kemih. Peneliti berharap dengan melakukan penelitian lebih lanjut dapat memecahkan masalah terhadap hasil yang bervariasi pada penelitian sebelumnya. 8