BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1990 tentang pariwisata, pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata termasuk pembangunan, pengusahaan obyek dan daya tarik wisata serta usaha usaha yang terkait dibidang tersebut. Pariwisata sebagai suatu sistem merupakan tatanan proses pengelolaan sumberdaya alam, sumber daya manusia, budaya dan teknologi, serta kegiatan yang saling mempengaruhi untuk menarik dan melayani wisatawan yang dilakukan oleh pemerintah, kalangan pengusaha jasa kepariwisataan serta masyarakat. Keberadaan sektor pariwisata sebagai salah satu sektor andalan pembangunan perekonomian nasional memiliki peran yang signifikan. Secara nasional, sektor pariwisata sejak awal tahun 1990-an sudah dicanangkan menjadi sumber devisa negara. Hal tersebut didorong dengan terjadinya penurunan pemasukan devisa dari sektor migas pada era 1980-1990-an akibat merosotnya harga migas di pasaran dunia. Kawasan pesisir Indonesia merupakan salah satu kawasan yang kaya akan potensi sumber daya alam dan juga potensi untuk dikembangkan menjadi objek wisata. Hal ini didukung dengan pengembangan kawasan pesisir untuk keperluan pariwisata di Indonesia yang cenderung meningkat bersamaan dengan semakin digiatkannya bidang kepariwisataan. Sektor pariwisata di kawasan pesisir juga berpotensi untuk meningkatkan kegiatan ekonomi lokal dalam upaya meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat serta pembangunan wilayah di daerah wisata yang bersangkutan. Masyarakat yang hidup di kawasan pesisir dan berusaha di laut merupakan bagian penting yang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat Indonesia lainnya dalam konteks pembangunan nasional ke depan. Masyarakat pesisir mampu mendukung perkembangan wisata di kawasan pesisir. Hal ini dikarenakan kondisi ekonomi masyarakat pesisir sampai saat ini masih cukup memprihatinkan 1
2 sehingga keberadaan potensi wisata bahari di sekeliling masyarakat pesisir dimanfaatkan menjadi salah satu sumber pendapatan (Hakim, 2011). Kabupaten Tangerang merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Banten dengan potensi wisata bahari yang memiliki garis pantai sepanjang 50 km dari Pantai Dadap sampai Pantai Kronjo. Kabupaten Tangerang terdiri dari 7 kecamatan, yaitu Kosambi, Teluk Naga, Paku Haji, Kronjo, Sukadiri, Kemiri dan Mauk. Pantai Tanjung Pasir yang terletak di Desa Tanjung Pasir Kecamatan Teluk Naga merupakan salah satu kawasan wisata bahari yang ramai dikunjungi pada saat liburan, baik saat liburan akhir pekan maupun saat libur nasional lainnya. Pantai Tanjung Pasir berjarak ± 29 km dari kota Tangerang atau ± 25 km dari pintu exit M-1 (west gate) Bandara Soekarno Hatta melalui Jalan Marsekal Surya Darma. Desa Tanjung Pasir terletak di sebelah utara kantor kecamatan Teluknaga. Desa ini merupakan desa pesisir karena berbatasan langsung dengan laut jawa di sebelah utara. Desa Tanjung Pasir memiliki luas wilayah 47.631 km 2 dengan jumlah penduduk sekitar 10.225 jiwa dengan 4.719 KK (Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Tangerang 2012). Berdasarkan data Puskesmas Tegal Angus (2011) dalam Sandra (2012), mayoritas masyarakat Tanjung Pasir bersuku Betawi dan beragama Islam. Ratarata penduduk tinggal di daerah pesisir pantai dengan kepadatan jumlah penduduk desa Tanjung Pasir ± 1,625 penduduk/km 2. Mata pencaharian utama penduduk desa Tanjung Pasir adalah pekerja pabrik, nelayan dan sebagian wiraswasta dengan nelayan sebanyak 2.297 jiwa. Nelayan di Desa Tanjung Pasir ini juga terlibat dalam kegiatan wisata bahari di Pantai Tanjung Pasir sebab sektor pariwisata bisa dijadikan salah satu sumber pendapatan nelayan. Salah satu obyek wisata Pantai Tanjung Pasir ialah pantainya yang cukup landai dengan ombak yang tenang, juga memiliki panorama alam yang indah, dengan pasir pantai berwarna putih. Pengunjung dapat menikmati pemandangan gugusan Pulau Seribu di laut lepas melalui pantai ini. Pengunjung juga dapat melakukan penyebrangan ke Pulau Seribu melalu pantai ini.
3 Tersedianya playground di daerah pantai untuk tempat bermain anak-anak juga merupakan daya tarik wisata Pantai Tanjung Pasir. Tempat makan/saungsaung yang menyediakan hidangan khas laut, seperti ikan bakar, udang, dan cumicumi yang dapat dinimati wisatawan di alam terbuka dengan berteduhkan pepohonan yang cukup besar atau di dalam ruangan rumah makan/saung juga merupakan salah satu daya tarik wisata Pantai Tanjung Pasir (Ugi, 2010). 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian diatas, permasalahan yang dapat diidentifikasi adalah seberapa besar kontribusi wisata bahari terhadap pendapatan dan curahan waktu kerja rumah tangga nelayan di Pantai Tanjung Pasir, Tangerang. 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah yang telah dipaparkan di atas, maka tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui, mengidentifikasi dan menganalisis : 1. Kontribusi kegiatan wisata terhadap pendapatan rumah tangga nelayan 2. Curahan kerja rumah tangga nelayan di Pantai Tanjung Pasir 1.4 Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi beberapa pihak, antara lain: 1. Pemerintah daerah agar dapat memaksimalkan potensi yang terdapat pada Pantai Tanjung Pasir. 2. Nelayan dapat mengetahui informasi mengenai peran wisata bahari terhadap pendapatan rumah tangga mereka. 1.5 Pendekatan Masalah Ditinjau dari potensi sumber daya alamnya, Kabupaten Tangerang memiliki potensi yang cukup besar. Luas wilayah Kabupaten Tangerang kurang lebih sebesar 1.230,3 km yang terdiri dari 36 kecamatan ditambah dengan panjang pantai Kabupaten Tangerang kurang lebih sebesar 50 km. Merujuk kepada
4 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, sepertiga wilayah laut Propinsi Banten pengelolaannya diserahkan kepada Kabupaten Tangerang. Penangkapan merupakan salah satu tumpuan pada pendapatan rumah tangga nelayan. Menurut Satrawidjaja (2002) dalam MJ (2011), nelayan adalah orang yang hidup dari mata pencaharian hasil laut. Di Indonesia para nelayan biasanya bermukim di daerah pinggir pantai atau pesisir laut. Komunitas nelayan adalah kelompok orang yang bermata pencaharian hasil laut dan tinggal di desadesa atau pesisir. Pada umumnya dalam pengusahaan perikanan laut terdapat tiga jenis nelayan, yaitu nelayan pengusaha, nelayan campuran dan nelayan penuh. Nelayan pengusaha merupakan pemilik modal yang memusatkan penanaman modalnya dalam operasi penangkapan ikan. Nelayan campuran merupakan seseorang nelayan yang juga melakukan pekerjaan yang lain di samping pekejaan pokoknya sebagai nelayan, sedangkan nelayan penuh merupakan golongan nelayan yang hidup sebagai penangkap ikan di laut dan dengan memakai peralatan lama atau tradisional. Namun demikian, apabila sebagian besar pendapatan seseorang berasal dan perikanan (darat dan laut) maka orang tersebut disebut juga sebagai nelayan. (Mubyarto 2002 dalam MJ 2011). Mayoritas penduduk berprofesi sebagai nelayan dikarenakan bertempat tinggal di wilayah pesisir pantai, namun nelayan disana tidak mendapatkan pendapatan secara langsung dari ressort yang ada di Desa Tanjung Pasir. Desa Tanjung Pasir juga merupakan daerah pariwisata yang biasanya di akhir minggu atau hari libur banyak dikunjungi oleh para wisatawan. Tempat pariwisata yang terdapat di daerah Tanjung Pasir adalah Taman Buaya, Resort, serta Wisata Pantai Tanjung Pasir (Sandra 2012).
5 Nelayan Nelayan wisata bahari Kegiatan wisata bahari menjadi mata pencaharian alternatif Hasil Tangkapan Curahan Kerja Hasil Kegiatan wisata Bahari Produksi(kg) Sewa perahu untuk Sewa Perahu berkeliling pantai dan menyebrang Jual makanan, minuman, dan hidangan laut Jual cinderamata Analisis Data Deskriptif Kontribusi Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Rumah Tangga Nelayan Gambar 1. Bagan Alur Kerangka Masalah