A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih mudah dengan berbagai macam kepentingan. Kecepatan

BAB I PENDAHULUAN. Panti Rehabilitasi Ketergantungan NAPZA Arsitektur Perilaku. Catherine ( ) 1

BAB II PENGATURAN TERHADAP PERLINDUNGAN HUKUM PECANDU NARKOTIKA. Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum (rechtstaat) dan

I. PENDAHULUAN. Narkotika selain berpengaruh pada fisik dan psikis pengguna, juga berdampak

BAB I PENDAHULUAN. saja fenomena - fenomena yang kita hadapi dalam kehidupan sehari - hari dalam

Bab I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang. Perancangan Interior Panti Rehabilitasi Penyalahgunaan Narkoba

Dalam Undang-Undang RI No. 35 Tahun 2009, sanksi bagi pelaku kejahatan narkoba adalah sebagai berikut :

PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA NARKOTIKA DITINJAU DARI UNDANG- UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009

BAB I PENDAHULUAN. merupakan akronim dari NARkotika, psikotropika, dan Bahan Adiktif lainnya.

PENYALAHGUNAAN NARKOBA DI KALANGAN REMAJA Oleh: Bintara Sura Priambada, S.Sos, M.H Dosen Fakultas Hukum Universitas Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Permasalahan mengenai penggunaan Narkotika semakin hari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional Indonesia bertujuan mewujudkan manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyalahgunaan narkotika pada akhir-akhir tahun ini dirasakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan penyalangunaan narkoba di Indonesia telah menjadi ancaman

BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peredaran gelap narkotika di Indonesia menunjukkan adanya

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. sebanyak orang dan WNA sebanyak 127 orang 1.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Permasalahan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (narkotika,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang.

BAB I PENDAHULUAN. anastesi yang dapat mengakibatkan tidak sadar karena pengaruh system saraf

BAB VI PENUTUP. penulis membuat kesimpulan sebagai jawaban dari rumusan masalah.

2015 PUSAT REHABILITASI KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA PRIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkotika diperlukan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peredaran narkotika semakin mengkhawatirkan di Indonesia karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterbatasan pengetahuan tentang narkoba masih sangat

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 "... yang melindungi

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia telah lahir beberapa peraturan perundang-undangan yang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB III PEMIDANAAN ORANG TUA ATAU WALI DARI PECANDU NARKOTIKA DI BAWAH UMUR MENURUT UU NO. 35 TAHUN 2009 TENTANG NARKOTIKA

BAB I PENDAHULUAN. kompleks, baik dari sudut medis, psikiatri, kesehatan jiwa, maupun psikososial

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Narkotika Psikotropika dan Zat Adiktif. Semua istilah ini baik narkoba atau napza

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah Negara hukum, sebagaimana tertuang dalam

BAB IV. A. Sanksi hukum terhadap tindak pidana bagi orang tua atau wali dari. pecandu narkotika yang belum cukup umur menurut pasal 86 Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Proyek

persepsi atau mengakibatkan halusinasi 1. Penggunaan dalam dosis yang 2

S A L I N A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PROBOLINGGO,

BAB I PENDAHULUAN. bermanfaat bagi pengobatan, tetapi jika dikonsumsi secara berlebihan atau tidak. rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar tahun 1945 yaitu melindungi segenap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pergaulan dalam hidup masyarakat merupakan hubungan yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. lainnya) bukan merupakan hal yang baru, baik di negara-negara maju maupun di

BAB I PENDAHULUAN. atau kesulitan lainnya dan sampai kepada kematian tahun). Data ini menyatakan bahwa penduduk dunia menggunakan

Dwi Gita Arianti Panti Rehabilitasi Narkoba di Samarinda BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Psikotropika, dan Zat Aditif lainnya) semakin marak terdengar dari usia

I. PENDAHULUAN. kita mengetahui yang banyak menggunakan narkoba adalah kalangan generasi muda

BAB I PENDAHULUAN. yaitu masalah pidana yang diancamkan terhadap pelanggaran tertentu 2. Topik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Fenomena Narkoba di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. narkoba pada tahun 2012 berkisar 3,5%-7% dari populasi dunia yang berusia 15-64

BAB I PENDAHULUAN. (NAPZA) atau yang lebih sering dikenal masyarakat dengan NARKOBA

REHABILITASI MEDIS DAN SOSIAL TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA. (STUDI KASUS PUTUSAN NOMOR 22/PID.B/2014/PN.

BUPATI KULON PROGO Sambutan Pada Acara UPACARA BENDERA 17 JUNI 2013 TINGKAT KABUPATEN KULON PROGO Wates, 17 Juni 2013

SKRIPSI. UPAYA REHABILITASI BAGI PENYALAHGUNA NARKOTIKA OLEH BADAN NARKOTIKA NASIONAL (BNNK/KOTA) PADANG (Studi Kasus di BNNK/Kota Padang)

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dasar menimbang Undang-undang Nomor 5 Tahun 2009 tentang

NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYALAHGUNAAN DAN PEREDARAN GELAP NARKOBA (P4GN) DI KABUPATEN BANYUWANGI

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, remaja, dan generasi muda pada umumnya (Waluyo, 2011).

commit to user BAB I PENDAHULUAN

BAB III PERKEMBANGAN PENGATURAN TENTANG TINDAK PIDANA NARKOTIKA DAN PSIKOTROPIKA SEBELUM LAHIRNYA DAN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009

RUMAH SAKIT KETERGANTUNGAN OBAT DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB 1 : PENDAHULUAN. remaja. Perubahan yang dialami remaja terkait pertumbuhan dan perkembangannya harus

BAB I PENDAHULUAN. menjadi masalah bagi sebagian besar negara di dunia. Hal ini dapat dimengerti

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkotika, Psikotropika dan Bahan Adiktif lainnya yang lebih dikenal dengan

BAB I PENDAHULUAN. Disisi lain, apabila disalahgunakan narkoba dapat menimbulkan ketergantungan dan

2014, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Nega

Gedung Rehabilitasi Narkoba Provinsi Jawa Tengah di Kota Semarang BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. yang luar biasa (Extra Ordinary Crime). Permasalahan ini tidak hanya menjadi

BAB II PEMAHAMAN PUSAT REHABILITASI NARKOBA DENGAN METODE THERAPEUTIC COMMUNITY

BAB I PENDAHULUAN. penyakit kronik (sulit disembuhkan) yang berulang kali kambuh yang hingga

BAB I PENDAHULUAN. Adanya ketidakseimbangan antara perlindungan korban kejahatan dengan pelaku

BAB I PENDAHULUAN. keberadaannya menjadi ancaman bagi kelangsungan hidup masyarakat karena

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tindak pidana merupakan pengertian dasar dalam hukum pidana ( yuridis normatif ). Kejahatan

PELAKSANAAN TUGAS INSTITUSI PENERIMA WAJIB LAPOR DI PUSKESMAS PERKOTAAN RASIMAH AHMAD BUKITTINGGI

BAB 1 PENDAHULUAN. banyak orang dan terus menerus dibicarakan dan dipublikasikan. Bahkan,

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

BAB 1 : PENDAHULUAN. sekedar untuk, misalnya bersenang-senang, rileks atau relaksasi dan hidup mereka tidak

BAB I PENDAHULUAN. terbendung lagi, maka ancaman dahsyat semakin mendekat 1. Peredaran

BAB I PENDAHULUAN. dampak negatif yang membawa kesengsaraan bagi manusia. Dampak negatif

BUPATI JEMBER SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. sosial dimana mereka tinggal.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan narkoba menjadi salah satu faktor banyaknya terjadi kasus

BAB I PENDAHULUAN. Setiap tahun kenakalan anak selalu terjadi. Apabila dicermati

2017, No d. bahwa untuk belum adanya keseragaman terhadap penyelenggaraan rehabilitasi, maka perlu adanya pengaturan tentang standar pelayanan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan ilmu pengetahuan. Indonesia dan negara-negara lain pada

situasi bencana memberikan pendampingan hukum dan pelayanan (UUPA Pasal 3; Perda Kab. Sleman No.18 Tahun 2013, Pasal 3)

II. TINJAUAN PUSTAKA. pidana. Dalam hal penulisan penelitian tentang penerapan pidana rehabilitasi

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat memprihatinkan. Bahkan jumlah kasus. narkotika selalu mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.

BAB I PENDAHULUAN. mengancam hampir semua sendi kehidupan masyarakat, bangsa dan Negara. Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sosialisasi, transisi agama, transisi hubungan keluarga dan transisi moralitas.

- 1 - BUPATI TAPIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. legal apabila digunakan untuk tujuan yang positif. Namun

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sudah semakin menjamur dan sepertinya hukum di Indonesia tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG Masa remaja merupakan suatu proses perkembangan antara masa anakanak

2014 PENDAPAT PESERTA ADIKSI PULIH TENTANG PELAYANAN DAN REHABILITASI SOSIAL DI RUMAH CEMARA

I. PENDAHULUAN. 1998, dimana banyak terjadi peristiwa penggunaan atau pemakaian barang-barang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dasar menimbang Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan penyalahgunaan Narkoba dan peredaran gelap zat adiktif lainnya dengan berbagai cara dan dampak yang ditimbulkan merupakan masalah besar yang harus dihadapi oleh banyak Negara di Dunia. Negara-negara Benua Amerika dan Eropa Barat, benar-benar merasakan ketidak nyamanan terhadap umat manusia. Masalah penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika beserta bahan-bahan sejenisnya merupakan bahaya bagi umat manusia, yang tidak dapat ditanggulangi secara sepenggal-sepenggal, tetapi harus ditanggulangi dengan gerakan umat manusia secara bersama-sama untuk menghadapi umat yang berada di jalan yang salah. 1 Agama berperan penting dalam mengatasi permasalahan penyalahgunaan Narkoba, karena adanya hubungan yang cukup kuat antara penyalahgunaan Narkoba dengan Iman seseorang. Hadits Shahih Muslim yang menyatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda: setiap yang memabukkan termasuk kategori khamar, dan setiap khamar hukumnya haram. 1 Jeane Mandagi, Masalah Narkotika Dan Zat Adiktif Lainnya Serta Penanggulangannya, (Jakarta : Bina Dharma Pemuda Printing, 1996), hal 60.

2 Berdasarkan hadits yang telah di cantumkan di atas, Narkoba termasuk kategori yang memabukkan, sehingga dalam hukum islam Narkoba diharamkan. 2 Narkoba di Indonesia telah dikenal sejak zaman Hindia Belanda yang dipergunakan untuk mengikat buruh-buruh orang Cina yang dipekerjakan di berbagai proyek Hindia Belanda seperti perkebunan, pembuatan jalan raya dan jalan kereta api yang di masukkan ke Indonesia dari Hindia. Pada tahun 1968 penyalahgunaa Narkoba di Indonesia meningkat, saat itu yang disalahgunakan bukan hanya opium atau candu, tetapi morfina yang memiliki kekuatan yang lebih besar sehingga hanya dengan dosis yang kecil sudah mampu menghasilkan pengaruh yang besar. Dampak dari penyalahgunaan Narkoba pada tahun 1970 adalah bermunculan kasus-kasus penyalahgunaan Narkoba (morfin dan ganja). 3 Sejak tahun 1971 Indonesia telah membentuk Badan Koordinasi Pelaksanaan Intruksi Presiden No. 6 tahun 1971 (Bakolak Inpres No 6 tahun 1971) yang bertugas menentukan kebijaksanaan dan mengkoordinasi segenap upaya di bidang penggolongan masalah lalu lintas perdagangan gelap dan penyalahgunaan Narkoba, Psikotropika serta Zat Adiktif lainnya. 4 2 H. M. Ra uf dkk, Dampak Penyalahgunaan Narkoba Terhadap Remaja Dan Kamtibmas, (Bp. Dharma Bakti, 2002), hal 32. 3 Wresniwiro dkk, Masalah Narkotika Dan Obat Berbahaya, (Jakarta : Yayasan Mitra Bintibmas, 2000), hal 15-16. 4 Jeane Mandagi, Wahai Kaum Muda Jangan Berpacu Dengan Ekstasy Penanggulangan Bahaya Narkotika Dan Psikotropika, ( Jakarta : Pramuka Saka Bhayangkara, 1996), hal 143.

3 Pencegahan dan penegakan hukum di Indonesia berhasil membongkar cukup banyak kasus-kasus, pihak pemerintah sendiri pada tanggal 14 september 2009 telah berhasil menyusun dan mengesahkan Undang-undang Narkoba yang terbaru yakni Undang-undang nomor 35 tahun 2009 dan Undang-undang tersebut sebagai penyempurnaan dari Undang-undang nomor 22 tahun 1997. Pembaharuan Perundang-undangan ini memberikan dampak positif terhadap tindakan pencegahan dan penanggulangan penyalahgunaan Narkoba beserta peredaran gelap di Indonesia. 5 Di wilayah Yogyakarta kondisinya sangat mengkhawatirkan, berdasarkan prosentase kenaikan penggunaan dari tahun ke tahun diprediksikan jumlah pengguna Narkoba dalam dua tahun kedepan sudah melebihi 100.000 orang. Data Badan Narkotika Nasional (BNN) tahun 2013 menyebutkan bahwa kasus di lingkup DIY jumlah pengguna Narkoba terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, pada tahun 2012 mencapai 69.700 orang pengguna Narkoba kemudian pada tahun 2013 jumlah pengguna Narkoba mencapai 87.432 orang sekitar 2,8 persen dari penduduk DIY. 6 Pada tahun 2014 kondisi Yogyakarta yang semakin mengkhawatirkan karena penyalahgunaan Narkoba adalah generasi muda, pelajar dan mahasiswa yang merupakan penerus bangsa. Pihak Badan Narkotika Nasional (BNN) yang menyebutkan DIY masuk ke dalam pravelensi 5 Setiawati dkk, Buku Seri Bahaya Narkoba Jilid 4 Upaya Pencegahan Dan Penanggulangan Penyalahgunaan Narkoba, (Surakarta : PT Tirta Asih Jaya, 2015), hal 67. 6 2016, Jumlah Pengguna Narkoba Di DIY Terus Meningkat, Tribun News, http://jogja.tribunnews.com/2013/06/26/jumlah-pengguna-narkoba-di-diy-terusmeningkat/,diakses pada tanggal 18 oktober.

4 pengguna Narkoba urutan ke lima besar di Indonesia, dan berdasarkan kenaikan 0,2 persen per tahun telah di prediksikan pada tahun 2014 pengguna Narkoba di DIY bisa mencapai 97,432 orang. 7 Selanjutnya pada tahun 2015 penyalahgunaan Narkoba di DIY menjadi 36.000 orang dan 27 persen di dalamnya berasal dari kalangan pelajar mulai dari sekolah dasar sampai sekolah menengah, dan yang paling banyak 50 persen berasal dari kalangan perguruan tinggi. 8 Jumlah pengguna Narkoba di Yogyakarta pada tahun 2015 mengalami perkembangan baik yaitu berkurangnya jumlah pengguna Narkoba menjadi 61.182 namun masih bertahan di urutan ke delapan tingkat Nasional. 9 Pemerintah melakukan tindakan lanjut terkait penyalahgunaan Narkoba dengan beberapa cara selain bekerja sama dengan masyarakat yaitu dengan tindak lanjut pidana penyalahgunaan Narkoba yang di bedakan menjadi dua macam yaitu perbuatan untuk orang lain dan untuk diri sendiri. Tindak pidana penyalahgunaan terhadap orang lain di atur dalam pasal 84 Undangundang Narkotika yang berbunyi sebagai berikut: 1. Menggunakan Narkotika terhadap orang lain atau memberikan Narkotika golongan I, untuk digunakan orang lain akan di pidana 7 2016, Pengguna Narkoba DIY 87,432 Orang, antara News, http://m.antaranews.com/berita/41123/sultan-pengguna-narkoba-diy-87432-orang di akses tanggal 14 Oktober. 8 2016, Pengguna Baru Narkoba Di DIY Naik 50%, Koran Sindo News, http://koran-sindo-.com/news.php?r=6=&n=24&date=2016-02-05 diakses tanggal 15 Oktober. 9 2016, Yogyakarta Lahan Pasar Internasional, Tribun News, http://jogja,tribunnews.com/2016/04/02/yogyakarta-lahan-pasar-narkotika-internasional diakses tanggal 30 Oktober.

5 penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling banyak Rp 750.000.000,- (tujuhratus lima puluh juta rupiah). 2. Menggunakan Narkotika terhadap orang lain atau memeberikan Narkotika golongan II, untuk digunakan orang lain akan di pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp 500.000.000,- ( limaratus juta rupiah). 3. Menggunakan Narkotika terhadap orang lain atau memeberikn Narkotika golongan III, untuk digunakan orang lain akan di pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp 250.000.000,- (duaratus juta rupiah). Sedangkan tindak pidana penyalahgunaan Narkotika untuk diri sendiri di atur dalam pasal 85 Undang-undang Narkotika yang berbunyi sebagai berikut: 1. Menggunakan Narkotika golongan I bagi diri sendiri akan di pidana paling lama 4 (empat) tahun. 2. Menggunakan Narkotika golongan II bagi diri sendiri akan di pidana paling lama 2 (dua) tahun. 3. Menggunakan Narkotika golongan III bagi diri sendiri akan di pidana paling lama I (satu) tahun. 10 Sebagaimana di atas telah di sebutkan Undang-undang yang berkaitan dengan penanngulangan penyalahgunaan Narkotika oleh pemerintah, 10 Supramono Gatot, Hukum Narkoba Indonesia, (Jakarta : Djambatan, 2001), hal 203-204.

6 pemerintah sebagai penanngung jawab wajib dalam penanggulangan penyalahgunaan Narkoba juga melakukan tindakan rehabilitasi terhadap pelaku penyalahgunaan Narkoba. Pada dasarnya ketentuan rehabilitasi dalam Undang-undang Psikotropika (pasal 48 dan pasal 49) sama dengan yang di atur dalam Undang-undang Psikotropika (pasal 38 dan pasal 39). Rehabilitasi bagi pecandu Narkoba di lakukan dengan tujuan untuk memulihkan dan mengembangkan kemampuan fisik, mental dan sosial bagi pecandu Narkoba. Ada dua macam rehabilitasi yakni rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial, rehabilitasi medis dilaksanakan di rumah sakit yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun swasta yang di tunjuk oleh mentri kesehatan sedangkan rehabilitasi sosial adalah rehabilitasi yang di lakukan oleh lembaga atau panti sosial swasta dan bagi pecandu Narkoba yang sudah sembuh tetap harus menjalankan rehabilitasi sosial yang di lakukan oleh keluarga beserta masyarakat sekitar. Pentingnya konselor melakukan pendekatan agama sebagai penyempurna dalam proses rehabilitasi pecandu Narkoba. 11 Rehabilitasi merupakan usaha untuk menolong, merawat dan merehabilitasi korban penyalahgunaan Narkoba di dalam lembaga tertentu. 12 Penyalahgunaan Narkoba sudah mencapai titik yang sangat mengkhawatirkan, baik dari segi jumlah atau jenis Narkoba yang di 11 Setiyawati dkk, Buku Seri Jilid 5 Bahaya Narkoba Tata Cara Merehabilitasi Pecandu Narkoba, (Surakarta : PT.Tirta Asih Jaya, 2015), hal 99. 12 Setiyawati dkk, Buku Seri Jilid 5 Bahaya Narkoba Tata Cara Merehabilitasi Pecandu Narkoba, (Surakarta : PT.Tirta Asih Jaya, 2015), hal 73.

7 salahgunakan, maupun dari segi korban yang saat ini sudah menjangkau semua golongan usia. Kondisi tersebut tentu akan memunculkan rasa keprihatinan bagi sejumlah kalangan, untuk selanjutnya melakukan berbagaimacam upaya yang terkait dengan masalah penyalahgunaan Narkoba. Di antaranya dengan cara memberikan pelayanan rehabilitasi dengan pendekatan agama, rehabilitasi dengan pendekatan agama memiliki berbagai macam bentuk salah satunya, misal dengan rehabilitasi di Yayasan Al-Islamy Pondok Pesantren Rehabilitasi Mental Korban Penyalahgunaan Napza Kulon Progo Yogyakarta dengan pendekatan agama islam. Konselor melakukan rehabilitasi pendekatan agama dengan cara mengajarkan ibadah sholat yang benar dan khusyuk, belajar mengaji beserta dengan membiasakan melakukan kegiatan positif dan menanamkan fikiran-fikiran positif dengan cara mengikuti kegiatan ceramah keagamaan. Peneliti memilih lokasi penelitian di Yayasan Al-Islamy Pondok Pesantren Rehabilitasi Mental Korban Penyalahgunaan Napza Kulon Progo Yogyakarta karena tingkat keberhasilan dalam proses merehabilitasi/ proses penyembuhan pecandu Narkoba cukup baik jika dibandingkan dengan lembaga lainnya di Yogyakarta.

8 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini yakni: 1. Bagaimana pelaksanaan rehabilitasi dengan pendekatan keagamaan terhadap pecandu Narkoba di Yayasan Al-Islamy Pondok Pesantren Rehabilitasi Mental Korban Penyalahgunaan Napza Kulon Progo Yogyakarta? 2. Bagaimana pengaruh rehabilitasi dengan pendekatan keagamaan terhadap perubahan kecanduan pecandu Narkoba di Yayasan Al- Islamy Pondok Pesantren Rehabilitasi Mental Korban Penyalahgunaan Napza Kulon Progo Yogyakarta? C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini berdasarkan rumusan masalah di atas yaitu: 1. Mendeskripsikan pelaksanaan rehabilitasi dengan pendekatan keagamaan terhadap pecandu Narkoba di Yayasan Al-Islamy Pondok Pesantren Rehabilitasi Mental Korban Penyalahgunaan Napza Kulon Progo Yogyakarta. 2. Menjelaskan pengaruh rehabilitasi dengan pendekatan keagamaan terhadap perubahan kecanduan pecandu Narkoba di Yayasan Al- Islamy Pondok Pesantren Rehabilitasi Mental Korban Penyalahgunaan Napza Kulon Progo Yogyakarta.

9 D. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini terbentuk menjadi dua yakni: 1. Maafaat Teoritik Manfaat teoritik dari penelitian ini, untuk menambah referensi secara teori terkait rehabilitasi dengan pendekatan keagamaan. 2. Manfaat Praktis Manfaat praktis dari penelitian ini, dapat memberikan informasi penting bagi Yayasan Al-Islamy Pondok Pesantren Rehabilitasi Mental Korban Penyalahgunaan Napza Kulon Progo Yogyakarta, terkait perkembangan pelaksanaan rehabilitasi dengan pendekatan keagamaan yang di lakukan oleh konselor. Penelitian ini dapat di jadikan pertimbangan dalam evaluasi terkait rehabilitasi dengan pendekatan keagamaan yang dilakukan oleh konselor. E. Sistematika Pembahasan Penelitian ini disusun dalam lima bab pembahasan sebagai acuan dalam berfikir secara sistematis, adapun rangcangan sistematika pembahasan skripsi ini sebagai berikut : 1. Bab pertama pendahuluan yang merupakan gambaran umus isi penelitian yang terdiri dari : latarbelakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika pembahasan.

10 2. Bab kedua tinjauan pustaka dan kerangka teori yang berisi teori yang berhubungan dengan penelitian ini. 3. Bab ketiga metode penelitian yang berisi, pendekatan dan jenis penelitian, lokasi dan subyek penelitian, teknik pengumpulan data, kredibilitas penelitian dan teknik analisis data. 4. Bab keempat laporan hasil penelitian dan pembahasan penelitian yang berisi tentang hasil wawancara, dokumentasi, pengamatan, dan analisis hasil penelitian skripsi ini. 5. Bab kelima penutup yang berisi tentang kesimpulan dan saran-saran.