BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kualitas pendidikan bangsa, mulai dari pembangunan gedung-gedung,

Tim Pengembang Ilmu Pendidikan UPI (2009:171) mengemukakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan keterampilan. Menurut Suharjo (2006: 1), pendidikan memainkan peranan. emosi, pengetahuan dan pengalaman peserta didik.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang telah dituangkan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional

I. PENDAHULUAN. Pendidikan di negara Indonesia dilakukan dalam upaya meningkatkan mutu

BAB I PENDAHULUAN. Maksudnya bahwa kegiatan belajar mengajar merupakan suatu peristiwa yang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat

BAB I PENDAHULUAN. manusia, supaya anak didik menjadi manusia yang berkualitas, profesional,

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana yang tertuang dalam Undang Undang Nomor 20 tahun negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan sangat penting dalam kehidupan karena

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan prinsip-prinsip yang saling berkaitan satu sama lain. Guru tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. akan berusaha untuk mengaktualisasi pengetahuannya tersebut di dalam. latihan, bagi pemerannya dimasa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi setiap manusia, karena

BAB I PENDAHULUAN. teknologi. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa seperti yang tercantum dalam pembukaan UUD

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas adalah melalui pendidikan. Salah satu upaya membina dan membangun Sumber Daya Manusia (SDM)

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor penting yang memengaruhi kualitas. Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan dewasa ini bukan hanya untuk memenuhi target kurikulum semata, namun menuntut adanya pemahaman kepada

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendorong kemajuannya dengan kekreatifan guru dan murid. Selain itu,

I. PENDAHULUAN. melalui proses pembelajaran. Hal ini tercantum dalam Undang-Undang Republik

BAB I PENDAHULUAN. Yusi Rosidah, 2013 PENGARUH METODE TEAMS GAMES TOURNAMENT TERHADAPA PARTISIPASI BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengajaran Bahasa Indonesia memegang peranan yang sangat penting di

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik. Pada hakikatnya pendidikan adalah sarana untuk mencerdaskan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha untuk mempersiapkan ataupun memperbaiki

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan yang penting dalam membina kehidupan

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika. Oleh:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING

BAB I PENDAHULUAN. sekolah sebagai lembaga pendidikan formal. demokratis serta bertanggung jawab (Syaiful Sagala, 2006).

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia yang dimiliki oleh bangsa tersebut. UU No. 20 Tahun 2003 menjelaskan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. kurang termotivasi dalam belajar matematika. Abdurrahman (2009:253) mengemukakan alasan pentingnya siswa belajar matematika:

BAB I PENDAHULUAN. dengan peserta didik dalam situasi intruksional edukatif. Melalui proses belajar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan proses untuk membantu manusia dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. manusia agar dapat mengembangkan potensi dirinya, antara lain melalui proses

I. PENDAHULUAN. Peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas, pendidikan memegang

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat pesat. Hal ini juga tak dapat dipungkiri terjadi karena peran

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu kebutuhan yang penting bagi setiap bangsa.

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh. Gelar Sarjana Pendidikan Strata-1. Program Studi Pendidikan Akuntansi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pelajaran ini. Meskipun dianggap penting, banyak siswa yang mengeluh kesulitan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan suatu tujuan pendidikan, sebagaimana dalam Undang-Undang RI

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam menciptakan manusia yang bertakwa

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional adalah untuk mengembangkan potensi peserta

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan bakat serta kepribadian mereka. Pendidikan membuat manusia

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan perubahan zaman, semakin maju pula peradaban dunia yaitu

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam pengembangan kemampuan matematis peserta didik. Matematika

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan

Oleh : Sri Admawati K BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting untuk menjamin

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan sekarang dihadapkan pada tantangan-tantangan yang. mengharuskannya mampu melahirkan individu-individu yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. belahan dunia manapun di planet bumi ini. Untuk menciptakan SDM yang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang diperolehnya seorang warga negara dapat mengabdikan diri

(PTK Pada Siswa Kelas VIII B SMP Muhammadiyah 10 Surakarta)

I. PENDAHULUAN. menyesuaikan diri sebaik-baiknya. Oleh karena itu, diperlukan adanya perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dikatakan berjalan baik apabila mampu berperan secara proporsif,

Charlina Ribut Dwi Anggraini

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang- Undang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang dalam hidup membutuhkan pendidikan, karena kualitas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku pada diri pribadinya. Perubahan tingkah laku inilah yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu hal yang terpenting untuk. mempersiapkan kesuksesan seseorang dimasa depan, salah satunya dengan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pendidikan nasional yang ingin dicapai telah ditetapkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Paling (dalam Abdurrahman, 1999 : 252) mengemukakan. bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting, yaitu untuk menjamin kelangsungan kehidupan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Prasyaratan Guna Mencapai Drajat Sarjana S-1. Jurusan Pendidikan Matematika. Disusun oleh:

I. PENDAHULUAN. cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan dan tujuan pendidikan.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. IPTEK, dituntut sumber daya manusia yang handal dan mampu bersaing secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan mutu pendidikan bangsa itu sendiri. berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan bertanggung jawab.

2014 UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIDATO DENGAN PENERAPAN PENDEKATAN KOMUNIKATIF PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

I. PENDAHULUAN. agar mampu memahami perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK)

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan dan perkembangan suatu negara. Pendidikan nasional berfungsi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. manusia, baik aspek kemampuan, kepribadian, maupun tanggung jawab.

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR DAN LINGKUNGAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPS SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 MOJOLABAN TAHUN PELAJARAN 2009/2010

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin pesat, arus globalisasi semakin hebat.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu upaya sadar yang dilakukan oleh manusia untuk memperluas pengetahuan. Selain itu pendidikan merupakan proses bagi setiap manusia untuk tumbuh dan berkembang menuju arah yang lebih baik. Seseorang dibekali pendidikan dengan tujuan untuk memperoleh kehidupan yang baik di masa depan. Menurut Jumali, dkk (2004 : 1), pendidikan merupakan upaya manusia untuk memperluas pengetahuan dalam bentuk nilai, sikap, dan perilaku. Pendidikan bertujuan menumbuh kembangkan potensi manusia agar menjadi manusia dewasa, beradab, dan normal. Menurut Undang-undang No. 20 Tahun 2003 dalam Arif Rohman (2009 : 10) tentang Sistem Pendidikan Nasional, tujuan pendidikan nasional dirumuskan sebagai berikut : Tujuan pendidikan nasional adalah untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Matematika merupakan suatu ilmu yang ada di setiap aspek kehidupan. Dalam kehidupan nyata, matematika digunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi sehari-hari. Matematika juga merupakan sumber berbagai ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, matematika sangatlah penting diajarkan sejak dini. Matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang penting diajarkan kepada siswa. Cornelius dalam Abdurrahman (2003 : 253) mengemukakan : Matematika perlu diajarkan karena merupakan : (1) sarana berpikir yang jelas dan logis; (2) sarana untuk memecahkan masalah sehari-hari; (3) sarana mengenal pola-pola hubungan dan generalisasi pengalaman; (4) sarana untuk mengembangkan kreativitas; (5) sarana untuk mengembangkan kesadaran terhadap perkembangan budaya. 1

2 Oleh karena begitu besarnya peranan matematika dalam kehidupan manusia, maka tidak mengherankan bila pembelajaran matematika perlu mendapat perhatian yang serius dikalangan pendidikan. Meskipun kualitas pendidikan sudah mengalami peningkatan namun hasil yang kurang memuaskan terlihat dalam pembelajaran pada beberapa mata pelajaran termasuk pada mata pelajaran matematika. Salah satunya disebabkan adanya pandangan negatif siswa terhadap mata pelajaran matematika yaitu tentang sulitnya pelajaran matematika sehingga siswa kurang berminat terhadap pelajaran matematika. Abdurrahman dalam Situmorang (2009 : 1) mengungkapkan : Banyak siswa yang memandang mata pelajaran matematika sebagai mata pelajaran yang sulit. Meskipun demikian, semua orang harus mempelajarinya karena merupakan sarana untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari, untuk itu kesulitan belajar matematika harus diatasi sedini mungkin. Kalau tidak siswa akan mengalami masalah belajar yang lebih berat lagi, karena hampir semua studi memerlukan matematika yang sesuai. Keberhasilan pendidikan tentu bergantung pada proses pembelajaran. Menurut Moh. Usman Uzer (2000 : 4), pembelajaran merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atau dasar hubungan timbal balik yang berlangsung di situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Antara guru dan siswa harus ada saling keterkaitan satu sama lain, sehingga perlu adanya hubungan dan kerjasama antara keduanya agar dapat dicapai tujuan yang diharapkan. Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan guru mata pelajaran matematika kelas VII-2 SMP N 1 Bandar Ibu Gusnida Napitupulu menyatakan bahwa banyak siswa yang belum dapat memahami konsep matematika dengan baik dari beberapa materi yang telah diajarkan. Permasalahan tersebut timbul karena : 1) Guru mendominasi dalam menyampaikan materi dan menerangkan soal sedangkan siswa hanya mendengar dan mencatat materi yang disampaikan sehingga siswa lebih cepat merasa bosan dan informasi yang disampaikan sulit diserap oleh siswa serta tidak merangsang kreativitas dan partisipasi siswa; 2) Guru lebih menekankan pada terselesainya materi pelajaran daripada tingkat

3 kemampuan siswa dalam memahami materi; 3) Komunikasi pembelajaran hanya satu arah sehingga, kurang adanya timbal balik antara guru dengan siswa untuk aktif dan kreatif dalam menyerap dan mempertajam gagasannya; 4) Siswa masih merasa malu untuk bertanya kepada guru tentang materi yang belum mereka pahami sehingga membuat siswa kurang aktif dalam pembelajaran; 5) Pemahaman siswa terhadap beberapa pokok bahasan matematika masih rendah karena siswa menganggap bahwa matematika merupakan mata pelajaran yang sulit sehingga mereka enggan mempelajarinya. Hal ini ditunjukkan dengan perolehan nilai tes diagnostik awal yang masih rendah. Dari 40 orang diperoleh ada 27 siswa yang nilainya masih di bawah 65 (KKM) dan 13 siswa lainnya memperoleh nilai di atas 65. Selain itu, banyak juga siswa yang mengaku bahwa ketika guru menjelaskan suatu pokok bahasan yang baru, terkadang mereka lupa akan inti dari pokok bahasan yang telah dijelaskan pada pertemuan-pertemuan sebelumnya. Beberapa kejadian yang telah dijelaskan tersebut menunjukkan bahwa pemahaman konsep matematika siswa masih rendah. Selain daripada kemampuan pemahaman konsep siswa terhadap beberapa pokok bahasan matematika yang masih rendah, guru juga mengatakan bahwa minat belajar siswa pada mata pelajaran matematika masih rendah. Hal tersebut dilihat dari cara belajar siswa selama mengikuti proses pembelajaran, hanya sedikit siswa yang antusias dalam memperhatikan penjelasan guru, beberapa siswa terlihat asik bermain ketika pembelajaran berlangsung, tidak fokus dalam mengikuti proses pembelajaran, banyak tugas/pekerjaan rumah yang tidak diselesaikan dengan baik, dsb. Ketika diadakan observasi dengan memberikan angket minat awal kepada siswa, dari 40 orang hanya ada 5 orang siswa (12,5%) yang mendapat kategori tinggi, sedangkan 35 orang siswa (87,5%) lainnya ada pada kategori minat rendah. Salah satu tujuan pembelajaran matematika menurut Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 adalah memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien dan tepat dalam pemecahan masalah. Menurut Budiono (2009 : 4), konsep matematika yaitu segala yang berwujud pengertian-pengertian

4 baru yang bisa timbul sebagai hasil pemikiran, meliputi definisi, pengertian, ciri khusus, hakikat dan inti /isi dari materi matematik. Pemahaman terhadap suatu konsep sangat penting karena apabila siswa menguasai konsep materi prasyarat maka siswa akan mudah untuk memahami konsep materi selanjutnya. Karena konsep matematika yang satu dengan yang lain berkaitan sehingga untuk mempelajarinya harus runtut dan berkesinambungan. Dalam KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) Tahun 2006 indikator siswa yang memahami konsep antara lain adalah : 1) Menyatakan ulang sebuah konsep; 2) Mengklasifikasi objek-objek menurut sifat-sifat tertentu (sesuai dengan konsepnya); 3) Memberi contoh dan non-contoh dari konsep; 4) Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis; 5) Mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup suatu konsep; 6) Menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu; 7) Mengaplikasikan konsep atau algoritma pemecahan masalah. Sementara itu, Slameto menyatakan sekurang-kurangnya ada tujuh faktor yang tergolong ke dalam faktor yang mempengaruhi hasil dari proses pembelajaran. Seperti yang dikemukakan oleh Slameto (2003 : 55), faktor-faktor itu adalah : intelegensi, perhatian, minat, bakat, motivasi, kematangan dan kelelahan. Oleh karena itu, minat belajar sebagai salah satu faktor penunjang keberhasilan belajar berarti sangat penting untuk diperhatikan dan berpengaruh terhadap hasil dari proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh siswa. Minat diartikan sebagai suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat ciri-ciri atau arti sementara situasi yang dihubungkan dengan keinginankeinginan atau kebutuhan-kebutuhannya sendiri. Oleh karena itu, apa yang dilihat seseorang tentu akan membangkitkan minatnya sejauh apa yang dilihatnya itu mempunyai hubungan dengan kepentingannya sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa minat merupakan kecenderungan dalam jiwa seseorang kepada sesuatu hal (biasanya disertai dengan perasaan senang), karena merasa ada kepentingan dengan sesuatu hal tersebut. Bernard dalam Sardiman (2007 : 76) mengatakan bahwa minat tidak timbul secara tiba-tiba atau spontan, melainkan timbul akibat dari partisipasi, pengalaman, kebiasaan pada waktu belajar dan bekerja. Jadi jelas

5 bahwa soal minat akan selalu berkait dengan soal kebutuhan atau keinginan. Oleh karena itu yang penting bagaimana menciptakan kondisi tertentu agar siswa selalu butuh dan ingin terus belajar. Purwanto (1992 : 73) mengatakan bahwa seorang individu harus memiliki minat dalam belajar, dimana ini akan membawa satu keberhasilan, karena minat belajar berkaitan dengan keinginan untuk bekerja secara baik dan tidak ingin memperoleh prestise atau ganjaran yang berbentuk materi. Dengan demikian minat akan mendorong siswa menyelesaikan tugas sekolahnya untuk mencapai prestise dengan penuh kesadaran. Berdasarkan hasil pengalaman ketika melaksanakan PPL di sekolah SMP N 1 Bandar, penulis juga menemukan tanda-tanda kurangnya minat belajar matematika siswa. Beberapa indikasinya adalah siswa kurang aktif ketika pelajaran matematika, siswa hanya mendengarkan penjelasan guru saja, sikap siswa yang terkesan malas-malasan dalam menerima pelajaran matematika, siswa terlihat ramai/ribut, siswa berbicara dengan temannya ketika pelajaran matematika berlangsung, siswa malu untuk bertanya kepada guru jika mengalami kesulitan, serta tidak terlihat adanya diskusi sehingga tidak ada kerja sama ketika pembelajaran matematika berlangsung yang dikarenakan pembelajaran matematika pada saat itu menggunakan model pembelajaran dengan metode ceramah. Sementara hal lain yang mempengaruhi keberhasilan pembelajaran matematika adalah penggunaan model pembelajaran. Pada pelajaran matematika siswa sangat sulit mengikuti materi yang disampaikan guru dengan model pembelajaran dengan metode ceramah di depan kelas karena banyak istilah dan simbol. Hal ini membuat siswa merasa kurang mampu dan sulit memahami matematika. Kurangnya penghargaan guru bagi siswa terhadap usaha yang dilakukan dalam suatu pembelajaran matematika terutama bagi siswa yang kemampuan akademiknya kurang, ikut memberi pengaruh sikap siswa terhadap matematika. Akibatnya siswa kurang berminat dalam belajar, merasa minder bahkan frustasi terhadap pelajaran matematika. Salah satu model pembelajaran yang diprediksikan dapat meningkatkan pemahaman konsep dan minat belajar matematika adalah model pembelajaran

6 kooperatif tipe TGT. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Fatimatul Amani mahasiswa UIN Sunan Kalijaga (2014) menyatakan bahwa proses pembelajaran menggunakan metode TGT dapat meningkatkan minat dan hasil belajar siswa. Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dyan Dwi Utami mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta (2008) yang menyatakan bahwa terjadi peningkatan kemampuan pemahaman konsep siswa pada mata pelajaran matematika setelah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT. Model pembelajaran kooperatif tipe TGT diprediksikan dapat meningkatkan kemampuan pemahaman konsep dan minat belajar matematika karena pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT mengarahkan siswa untuk antusias dalam pembelajaran dan mengonstruksi pengetahuan yang diperolehnya sehingga memberikan dampak pada pemahaman konsep matematis siswa. Selain itu, model pembelajaran ini berbeda dengan model pembelajaran yang selama ini diperoleh siswa sehingga dapat menarik perhatian, rasa keingintahuan, membangkitkan semangat serta situasi yang menyenangkan bagi siswa untuk mempelajari matematika menggunakan model pembelajaran ini. Menurut Slavin (2009 : 213), pembelajaran kooperatif dirancang supaya para siswa menjalankan peran-peran khusus dalam menyelesaikan seluruh tugas kelompok. Sebuah dasar pemikiran yang penting bahwa apabila setiap siswa bertanggung jawab atas sebagian dari keseluruhan tugas, maka masing-masing siswa akan merasa bangga atas kontribusinya kepada tim. Oleh karena itu, minat belajar akan muncul dari adanya keinginan untuk ikut berkontribusi dalam tim sehingga menimbulkan perasaan bangga atas kontribusinya. Selain itu, model pembelajaran TGT disusun dalam bentuk permainan (games) yang dikemas dalam sebuah turnamen antar kelompok belajar, sehingga menjadi sebuah pembelajaran yang menyenangkan serta penuh tantangan. Pembelajaran kooperatif tipe TGT juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerjasama dalam kelompok, sehingga siswa lebih berani mengeluarkan ide-ide yang berbeda dalam menyelesaikan persoalan matematika. Selain itu, dalam model pembelajaran kooperatif terdapat fase diakhir pembelajaran dimana seorang guru diharuskan memberikan penghargaan kepada siswa memperoleh prestasi baik ketika

7 pembelajaran berlangsung, baik dengan hadiah yang telah dipersiapkan guru maupun penghargaan dalam bentuk pujian. Karena kurangnya penghargaan dari guru atas apa yang telah dikerjakan oleh siswa turut menjadi faktor penyebab rendahnya minat belajar siswa. Menurut Istarani (2012 : 240), salah satu kelebihan dari model pembelajaran TGT yaitu pembelajaran akan lebih menarik karena menggunakan kartu. Hal yang menarik bagi siswa tentu akan membuat siswa memberikan perhatian lebih terhadap suatu hal tersebut. Member perhatian merupakan salah satu indikator siswa memiliki minat belajar. Oleh karena itu dapat diprediksikan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan minat belajar matematika siswa. Berdasarkan latar belakang di atas peneliti merasa perlu untuk melakukan penelitian dengan judul Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep dan Minat Belajar Matematika Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament di Kelas VII SMP N 1 Bandar T.P 2015/2016. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, dapat diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut : 1. Matematika merupakan mata pelajaran yang dianggap sulit oleh siswa. 2. Rendahnya kemampuan pemahaman konsep siswa terhadap materi pada pelajaran matematika. 3. Rendahnya minat belajar siswa pada pelajaran matematika. 4. Pemilihan model pembelajaran yang digunakan oleh guru kurang sesuai dengan materi yang akan disampaikan. 5. Kurangnya penghargaan dari guru atas hasil belajar siswa di kelas. 1.3 Batasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penelitian ini dibatasi pada upaya meningkatkan kemampuan pemahaman konsep dan minat belajar

8 matematika siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe teams games tournament (TGT) di kelas VII SMP N 1 Bandar T.P 2015/2016. 1.4 Rumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Apakah melalui model pembelajaran kooperatif tipe teams games tournament (TGT) kemampuan pemahaman konsep siswa di kelas VII SMP N 1 Bandar T.P 2015/2016 mengalami peningkatan? 2. Apakah melalui model pembelajaran kooperatif tipe teams games tournament (TGT) minat belajar matematika siswa di kelas VII SMP N 1 Bandar T.P 2015/2016 mengalami peningkatan? 1.5 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Meningkatkan kemampuan pemahaman konsep siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe teams games tournament (TGT) di kelas VII SMP N 1 Bandar T.P 2015/2016. 2. Meningkatkan minat belajar matematika siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe teams games tournament (TGT) di kelas VII SMP N 1 Bandar T.P 2015/2016. 3. Mengatasi permasalahan/kendala yang dialami siswa pada pembelajaran matematika selama ini dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe teams games tournament (TGT). 1.6 Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagi guru Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberdayakan guru matematika SMP N 1 Bandar dalam menggunakan model pembelajaran

9 yang dapat meningkatkan kemampuan pemahaman konsep dan minat belajar matematika siswa. 2. Bagi siswa Melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe teams games tournament diharapkan dapat meningkatkan kemampuan pemahaman konsep dan minat belajar matematika siswa SMP N 1 Bandar. 3. Bagi peneliti Melalui penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang model pembelajaran bagi guru yang berkaitan dengan pembelajaran matematika serta sebagai bekal untuk masa depan sebagai seorang calon tenaga pengajar (guru).