Berikut ditampilkan bentuk kuda-kuda berdasarkan bentang kuda-kuda konstruksi kayu berdasarkan bentang kaki kuda-kuda berikut. 1) Bentang 3-4 Meter

dokumen-dokumen yang mirip
MENGGAMBAR KONSTRUKSI TANGGA KAYU

3. Bagian-Bagian Atap Bagian-bagian atap terdiri atas; kuda-kuda, ikatan angin, jurai, gording, sagrod, bubungan, usuk, reng, penutup atap, dan

Pengertian struktur. Macam-macam struktur. 1. Struktur Rangka. Pengertian :

BAB I KOLOM BAJA, BALOK BAJA DAN PLAT LANTAI

KONSTRUKSI ATAP (KHUSUS ATAP PELANA)

BAB XI KUDA-KUDA DAN ATAP

BAB 3 METODE ANALISIS

BAB III ANALISA PERENCANAAN STRUKTUR

KATA PENGANTAR. Buku ini juga di dedikasikan bagi tugas semester 5 kami yaitu struktur dan utilitas 2. Semoga buku ini bermanfaat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Struktur bangunan terdiri dari struktur bawah dan struktur atas. Struktur bawah yaitu

KONSTRUKSI ATAP 12.1 Menggambar Denah dan Rencana Rangka atap

PEKERJAAN PERAKITAN JEMBATAN RANGKA BAJA

A. GAMBAR ARSITEKTUR.

KONSTRUKSI RANGKA ATAP

BAB 4 STUDI KASUS. Sandi Nurjaman ( ) 4-1 Delta R Putra ( )

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Isi Laporan

BAB 4 PENGUJIAN LABORATORIUM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN. Untuk mempermudah perancangan Tugas Akhir, maka dibuat suatu alur

BAB 2 DASAR TEORI. Bab 2 Dasar Teori. TUGAS AKHIR Perencanaan Struktur Show Room 2 Lantai Dasar Perencanaan

PENGANTAR KONSTRUKSI BANGUNAN BENTANG LEBAR

STRUKTUR DAN KONSTRUKSI BANGUNAN IV

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembangunan prasarana fisik di Indonesia saat ini banyak pekerjaan

TKS 4406 Material Technology I

VI. BATANG LENTUR. I. Perencanaan batang lentur

4.3.5 Perencanaan Sambungan Titik Buhul Rangka Baja Dasar Perencanaan Struktur Beton Bertulang 15

KELEBIHAN DAN KELEMAHAN PENGGUNAAN BETON BERTULANG TERHADAP KAYU PADA KONSTRUKSI KUDA-KUDA. Tri Hartanto. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. dengan banyaknya dilakukan penelitian untuk menemukan bahan-bahan baru atau

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Profil C merupakan baja profil berbentuk kanal, bertepi bulat canai,

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian rangka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DINDING DINDING BATU BUATAN

STUDI PERBANDINGAN PENGGUNAAN RANGKA ATAP BAJA RINGAN DENGAN RANGKA ATAP PRYDA PADA BANGUNAN PERSEGI PANJANG DITINJAU DARI SEGI BIAYA

PLATE GIRDER A. Pengertian Pelat Girder

ELEMEN-ELEMEN STRUKTUR BANGUNAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

5- STRUKTUR LENTUR (BALOK)

Gambar 1.1 Keruntuhan rangka kuda-kuda kayu (suaramedianasional.blogspot.com, 2013)

Kuliah ke-6. UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI FAKULTAS TEKNIK Jalan Sudirman No. 629 Palembang Telp: , Fax:

KAJIAN PEMANFAATAN KABEL PADA PERANCANGAN JEMBATAN RANGKA BATANG KAYU

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

P=Beban. Bila ujung-ujung balok tersebut tumpuan jepit maka lendutannya / 192 EI. P= Beban

KEGIATAN BELAJAR I MEMBUAT KONSTRUKSI KUDA-KUDA KAYU

PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Nama : Mohammad Zahid Alim Al Hasyimi NRP : Dosen Konsultasi : Ir. Djoko Irawan, MS. Dr. Ir. Djoko Untung. Tugas Akhir

1- PENDAHULUAN. Baja Sebagai Bahan Bangunan

sejauh mungkin dari sumbu netral. Ini berarti bahwa momen inersianya

Struktur dan Konstruksi II

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN

BABV PELAKSANAAN PEKERJAAN. perencana. Dengan kerjasama yang baik dapat menghasilkan suatu kerja yang efektif

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN

Semarang, Nopember Penyusun

Meliputi pertimbangan secara detail terhadap alternatif struktur yang

BAB VI KONSTRUKSI KOLOM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEKERJAAN PEMASANGAN RANGKA ATAP BAJA RINGAN

Struktur Lipatan. Struktur Lipatan 1

STRUKTUR LIPATAN. Dengan bentuk lipatan ini,gaya-gaya akibat benda sendiri dan gaya-gaya luar dapat di tahan oleh bentuk itu sendiri

Jembatan Komposit dan Penghubung Geser (Composite Bridge and Shear Connector)

ANALISIS PERBANDINGAN KUDA KUDA BAJA RINGAN DENGAN BETON BERTULANG MENGGUNAKAN PROGRAM SAP 2000 V.18

PLATE GIRDER A. Pengertian Pelat Girder

PERBANDINGAN BERAT KUDA-KUDA (RANGKA) BAJA JENIS RANGKA HOWE DENGAN RANGKA PRATT

Pertemuan I,II I. Struktur Statis Tertentu dan Struktur Statis Tak Tentu

TUGAS BESAR STRUKTUR BAJA (S-1)

MODIFIKASI PERENCANAAN MENGGUNAKAN STRUKTUR BAJA DENGAN BALOK KOMPOSIT PADA GEDUNG PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PREDIKSI SOAL UJIAN NASIONAL KEJURUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG KANTOR PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN PAMEKASAN DENGAN METODE LOAD RESISTANCE AND FACTOR DESIGN

2.5.c Konsep Selembar kertas tipis dan datar tidak dapat menahan beban sendiri.

Sambungan Kayu. Sambungan Kayu: Hubungan Kayu:

STUDI PEMBUATAN BEKISTING DITINJAU DARI SEGI KEKUATAN, KEKAKUAN DAN KESTABILAN PADA SUATU PROYEK KONSTRUKSI

LEMBAR PENGESAHAN PERENCANAAN GEDUNG KEJAKSAAN TINGGI D.I.Y DENGAN STRUKTUR 5 LANTAI DAN 1 BASEMEN

Struktur Atas & Pasangan Batu Bata. Ferdinand Fassa

BAB 2 DASAR TEORI Dasar Perencanaan Jenis Pembebanan

A. IDEALISASI STRUKTUR RANGKA ATAP (TRUSS)

JEMBATAN RANGKA BAJA. bentang jembatan 30m. Gambar 7.1. Struktur Rangka Utama Jembatan

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai inovasi yang ditemukan oleh para ahli membawa proses pembangunan

KISI-KISI SOAL PROFESIONAL UKG 2015

MENGGAMBAR RENCANA PELAT LANTAI BANGUNAN

A. Struktur Balok. a. Tunjangan lateral dari balok

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB XIV PEKERJAAN KONSTRUKSI ATAP

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Umum. Berkembangnya kemajuan teknologi bangunan bangunan tinggi disebabkan

BAB II PERILAKU DAN KARAKTERISTIK JEMBATAN

PERENCANAAN STRUKTUR ATAS JEMBATAN RANGKA BAJA MUSI VI KOTA PALEMBANG SUMATERA SELATAN. Laporan Tugas Akhir. Universitas Atma Jaya Yogyakarta.

A. IDEALISASI STRUKTUR RANGKA ATAP (TRUSS)

struktur. Pertimbangan utama adalah fungsi dari struktur itu nantinya.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam bidang konstruksi, beton dan baja saling bekerja sama dan saling

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Supriyadi (1997) struktur pokok jembatan antara lain : Struktur jembatan atas merupakan bagian bagian jembatan yang

MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR BAJA KOMPOSIT PADA GEDUNG PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS NEGERI JEMBER

PERENCANAAN GEDUNG PERPUSTAKAAN KOTA 4 LANTAI DENGAN PRINSIP DAKTAIL PARSIAL DI SURAKARTA (+BASEMENT 1 LANTAI)

PEMERINTAH KABUPATEN.. DINAS PENDIDIKAN SMKNEGERI. UJIAN AKHIR SEKOLAH TAHUN PELAJARAN :

03. Semua komponen struktur diproporsikan untuk mendapatkan kekuatan yang. seimbang yang menggunakan unsur faktor beban dan faktor reduksi.

PERENCANAAN GEDUNG DINAS KESEHATAN KOTA SEMARANG. (Structure Design of DKK Semarang Building)

PERTEMUAN IX DINDING DAN RANGKA. Oleh : A.A.M

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pembebanan Pada Pelat Lantai

METODE PELAKSANAAN PEMBANGUNAN JEMBATAN PT.GUNUNG MURIA RESOURCES

Ada dua jenis tipe jembatan komposit yang umum digunakan sebagai desain, yaitu tipe multi girder bridge dan ladder deck bridge. Penentuan pemilihan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gedung dalam menahan beban-beban yang bekerja pada struktur tersebut. Dalam. harus diperhitungkan adalah sebagai berikut :

Transkripsi:

1. Struktur Rangka Atap Konstruksi rangka atap adalah suatu bentuk konstruksi yang berfungsi untuk menyangga penutup atap yang terletak di atas kuda-kuda. Fungsi rangka atap yang lebih spesifik adalah menerima beban dari penutup atap dan beban sendiri komponen rangka atap. Beban-beban tersebut disalurkan melalui kolom hingga ke pondasi bangunan. Ditinjau dari bahan rangka atap dapat diklasifikasikan sebagai berikut. a. Struktur Rangka Atap Kayu Komponen konstruksi kuda-kuda kayu tampak seperti Gambar 2.26, kaki kuda-kuda menerima gaya tekan dan menyalurkan beban gaya dari penutup atap dan rangka gording kearah tumpuan kuda-kuda. Batang horizontal menerima gaya tarik yang disebut sebagai batang tarik akibat dari adanya gaya tekan yang menekan pada kedua tumpuan kudakuda. Batang sokong menerima gaya netral, sedangkan balok gapit dan balok kunci sebagai stabilitas rangka kuda-kuda dan sambungan. Keterangan: a. Balok tarik b. Balok kunci c. Kaki kuda-kuda d. Tiang gantung e. Batang Sokong f. Balok Gapit g. Balok Bubungan / nok h. Balok Gording i. Balok Tembok Gambar 2.26. Batang-Batang Konstruksi Kuda-Kuda Kayu Berikut ditampilkan bentuk kuda-kuda berdasarkan bentang kuda-kuda konstruksi kayu berdasarkan bentang kaki kuda-kuda berikut. 1) Bentang 3-4 Meter

Digunakan pada bangunan rumah bentang sekitar 3 s.d. 4 meter, bahannya dari kayu, atau beton bertulang. 2) Bentang 4-8 Mater Gambar 4.10. Kuda-kuda bentang 3 4 meter Untuk bentang sekitar 4 s.d. 8 meter, bahan dari kayu atau beton bertulang. a. Struktur Rangka Atap Baja 1) Struktur Rangka Atap Truss Gambar 4.11. Kuda-kuda bentang 4 8 meter Bentuk struktur rangka batang (truss) dipilih karena mampu menerima beban struktur relatif besar dan dapat melayani kebutuhan bentang struktur yang panjang. Bentuk struktur ini dimaksudkan menghindari lenturan pada batang struktur seperti terjadi pada balok. Pada struktur rangka batang ini batang struktur dimaksudkan hanya menerima beban normal baik tarikan maupun beban tekan. Bentuk paling sederhana dari struktur ini adalah rangkaian batang yang dirangkai membentuk bangun segitiga. Titik rangkai disebut sebagai simpul/buhul atau titik sambung. Struktur rangka statis umumnya memiliki dua dudukan yang prinsipnya sama dengan dudukan pada struktur balok, yakni dudukan sendi dan dudukan gelinding atau gelincir. Berdasarkan persyaratan tersebut kestabilan rangka batang dapat ditulis: n = 2 J R dimana: n = batang struktur (member) J = titik sambung atau simpul R = jumlah komponen reaksi perletakan Untuk dapat menentukan gaya dengan prinsip perhitungan gaya sesuai hukum Newton, persyaratan kestabilan tersebut harus dipenuhi lebih dahulu. Jika suatu struktur rangka tidak memenuhi persyaratan kestabilan tersebut, struktur rangka tersebut disebut sebagai struktur rangka statis tak tentu. Metoda yang banyak digunakan dalam perhitungan rangka sederhana adalah metoda kesetimbangan titik simpul dan metoda potongan (Ritter).

Struktur rangka adalah jenis struktur yang tidak efisien apabila digunakan untuk beban lateral yang sangat besar. Untuk memikul beban yang demikian akan lebih efisien menambahkan dinding geser (shear wall) atau pengekang diagonal (diagonal bracing) pada struktur rangka. Apabila persyaratan fungsional gedung mengharuskan penggunaan rangka, maka dimensi dan geometri umum rangka yang akan didesain sebenarnya sudah dipastikan. Masalah desain yang utama adalah pada penentuan titik hubung, jenis material dan ukuran penampang struktur. Derajat kekakuan struktur rangka tergantung antara lain pada banyak dan lokasi titik-titik hubung sendi dan jepit (kaku). Titik hubung sendi dan jepit seringkali diperlukan untuk maksud-maksud tertentu, meminimumkan momen rencana dan memperbesar kekakuan adalah tujuan-tujuan desain umum dalam memilih jenis rangka. Tinjauan lain meliputi kondisi pondasi dan kemudahan pelaksanaan. Gambar 4.30 menunjukan beberapa jenis struktur rangka yang mempunyai bentuk berdasarkan pada momen lentur yang terjadi padanya. Gambar 4.12. Bentuk Kuda-kuda Tuss 2) Konstruksi Rangka Atap Truss Baja Ringan Konstruksi rangka atap baja ringan, adalah konstruksi yang terbuat dari bahan baja ringan (truss), saat ini sudah menjadi solusi bagi rangka atap rumah biasa yang masih menggunakan bahan kayu sebagai bahan dasar. Konstruksi rangka atap dengan menggunakan baja ringan yang disusun untuk dapat menopang beban di atasnya. R angka atap baja ringan ini telah banyak digunakan karena lebih effisien, sehingga biaya perawatan lebih murah, serta memiliki keunggulan lain dengan menggunakan baja ringan untuk atap rumah yaitu tahan lama dengan bahan baja ringan tersebut. Rangka atap baja ringan dipasang dengan sistem konstruksi baja ringan yang stabil dan kokoh dengan keunggulan baja ringan yang tahan terhadap segala cuaca, tidak

berkarat, anti rayap, kuat untuk puluhan tahun, atap rumah akan semakin kokoh dengan menggunakan rangka atap baja ringan dan memiliki kelebihan kelebihan. Berikut ini adalah bentuk, dan fungsi dari baja ringan yang akan dijadikan rangka atap pada bangunan. Spesifikasi teknis baja ringan, masing-masing produk akan berbeda sesuai dengan tipe dan jenis yang diproduksi oleh pabrik, namun spesifikasi itu tidak jauh dari bentuk dan ukuran. Tabel 5.1 Material Utama Bahan Rangka Atap baja Ringan Gambar 4.14. rangka atap baja ringan

Gambar 4.17 Bagian Konstruksi Kuda-kuda Baja Ringan Bagian-bagian Konstruksi Kuda-kuda Baja Ringan: 1) Bearing/ Support point: Titik simpul pada suatu kuda-kuda yang difungsikan sebagai tumpuan/perletakan kuda-kuda. Tumpuan kuda-kuda minimal berjumlah dua buah, dan dipilih dari panel point yang berada di atas struktur penopang kuda-kuda (kolom atau ringbalk). 2) Pitch: Sudut kemiringan atap (dalam derajat). 3) Overhang: Perpanjangan dari batang utama atas, yang melewati posisi tumpuan rangka atap. 4) Clear span: Jarak horisontal antara dua sisi dalam pada tumpuan kuda- kuda 5) Apex: Titik simpul yang berada di puncak kuda-kuda (truss). 6) Heel joint: Titik simpul yang merupakan pertemuan antara batang utama atas dan bawah 7) Panel point: Titik simpul yang merupakan pertemuan beberapa elemen batang pada suatu struktur kuda-kuda. 8) Span: Jarak horisontal antara as/sumbu ke as/sumbu tumpuan kuda-kuda. 9) Top chords: Batang-batang utama yang terletak di bagian atas dari kuda-kuda 10) Bottom chords: Batang-batang utama yang terletak di bagian bawah dari kudakuda 11) Webb: Batang-batang yang terletak di bagian dalam dari kuda-kuda Beberapa kelebihan rangka atap baja ringan, antara lain yaitu; Lebih awet, tidak dimakan rayap Tahan terhadap api materialnya ringan dan mudah dirakit, bila dibandingkan rangka kayu Dapat dirancnag dan dibuat dalam bentangan yang panjang dan lebar Struktur dengan sistem plat Buhul di setiap tumpuan sendi (seperti jembatan) lebih kokoh dari kuda-kuda baja lainnya. Struktur menggunakan sistem tumpuan sendi dan roll Beberapa kekurangan rangka atap baja ringan, antara lain yaitu; Membutuhan tukang yang ahli

Strukturnya seperti jaring, maka bila ada salah satu bagian struktur yang salah hitung ia akan menyeret bagian lainnya. Rangka atap baja ringan tidak sefleksibel kayu yang dapat dipotong dan dibentuk berbagai bentuk. 3) Konstruksi Rangka Atap Baja Single Beam Zakariya (2013:6) menyatakan bahwa konstruksi gable frame merupakan konstruksi statis tidak tentu. Konstruksi ini bisa diselesaikan dengan cara cross, clapeyron, slope deflection, tabel dan sebagainya. Gaya yang pada batang-batangnya adalah momen, gaya lintang, dan gaya normal. Gable frame pada gambar 2.29 terdiri dari berbagai komponen penyusunnya antara lain base plate, kolom, rafter, haunch, dan stiffener. Komponen ini merupakan komponen yang menunjang kekuatan stukturnya. Namun dalam perhitungan beberapa komponen ini sering tidak dihitung. Zakariya (2013;6) mengemukakan bahwa pengaku (haunch) pada gable frame berfungsi untuk mencukupi kekuatan sambungan. Jika dalam perhitungan haunch diikutsertakan maka diharapkan adanya penurunan tegangan dan lendutan. Haunch mempunyai pengaruh terhadap kekuatan struktur gable frame. Gambar 4.29. Konstruksi Rangka Atap Baja Single Beam (Gagble Fame) Profil Wide Flange adalah profil berpenampang H atau I dengan sumbu simetri ganda, yang dihasilkan dari proses canai panas (Hot rolling mill) atau profil tersusun buatan. Baja Profil WF-beam memiliki dimensi tinggi badan (H), lebar sayap (B), tebal badan (t1), tebal sayap (t2) merata dari ujung hingga pangkal radius (r) dengan penjelasan seperti pada Gambar 4.30 berikut ini.

Gambar 4.30. Profil Wide Flange 4) Komponen Rangka Atap Komponen rangka atap mengikuti jenis penutup atap, untuk penutup atap jenis genting komponen rangka atap meliputi. (a). Reng, merupakan bilah/batang (kayu) yang melintang di atas kasau dan berfungsi sebagai tempat menempatkan posisi genting. Reng dari batang kayu yang ada di lapangan berukuran 2/3 cm atau 3/5 cm dengan panjang sekitar 3 m. Reng menjadi tumpuan langsung penutup atap dan menerus-kannya ke usuk/kaso. Pada atap dengan penutup dari asbes, seng atau sirap reng tidak digunakan. (b). Kaso, berfungsi menerima beban dari penutup atap dan reng dan meneruskannya ke gording. Usuk terbuat dari kayu dengan ukuran 5/7cm dan panjang maksimal 4 m. Usuk dipasang dengan jarak 40 s.d. 50 cm antara satu dengan lainnya pada arah tegak lurus gording. Usuk akan terhubung dengan gording dengan menggunakan paku. Pada kondisi tertentu usuk harus dibor dahulu sebelum dipaku untuk menghindari pecah pada ujung-ujung usuk. (c). Gording, merupakan elemen rangka atap yang membagi bentangan atap dalam jarak-jarak yang lebih kecil pada proyeksi horisontal. Gording meneruskan beban dari penutupatap, reng, usuk, orang, beban angin, beban air hujan pada titik-titik buhulkuda-kuda. Gording berada di atas kuda-kuda, biasanya tegak lurus dengan arah kuda- kuda. Gording menjadi tempat ikatan bagi usuk, dan posisi gording harus disesuaikan dengan panjang usuk yang tersedia. Gording harus berada di atas titik buhul kuda-kuda, sehingga bentuk kuda-kuda sebaiknya disesuaikan dengan panjang usuk yang tersedia. Gording kayu biasanya memiliki dimensi; panjang maksimal 4 m, tinggi 12 cm dan lebar 10 cm. Jarak antar gording kayu sekitar 1,5 s.d.2,5 m.

(d). Listplank, Listplank tirisan terbuat dari papan tegak yang dipasang pada ujung bawah kasau sebagai pengikat ujung kasau. Listplank harus dilindungi terhadap cucuran air ujan dan terhadap panas matahari agar tidak cepat lapuk. (e). Kaki kuda-kuda, merupakan batang miring yang membentuk sudut kemiringan atap, berfungsi sebagai tumpuan balok gording dan menopang beban gaya-gaya yang timbul. Seperti pada kaki kuda-kuda bagian bawah akan timbul gaya horizontal dan gaya vertikal yang harus ditahan oleh tembok pendukungnya. (f). Jurai dan Sagord, pada pertemuan sudut atap terdapat batang baja atau kayu atau framework yang disebut jurai. Jurai dibedakan menjadi jurai dalam dan jurai luar. Sagrod adalah batang besi bulat terbuat dari tulangan polos dengan kedua ujungnya memiliki ulir dan baut sehingga posisi bisa digeser. 2. Konstruksi Tangga Tangga merupakan sarana sirkulasi vertical pergerakan manusia dan barang yang berfungsi untuk menghubungkan dua tempat atau lebih yang memiliki ketinggian berbeda. Fungsi utama tangga adalah untuk mendukung aktifitas manusia yang berlangsung dalam dua tempat yang memiliki ketinggian berbeda, terutama pada bangunan-bangunan bertingkat. Tangga sebenarnya tidak hanya diperuntukkan bagi bangunan bertingkat, akan tetapi terdapat juga pada tempat-tempat yang memiliki beda tinggi. Beda tinggi suatu tempat bersifat relatif ada yang cukup tinggi, sedang dan ada yang rendah. Perbedaan tinggi lantai dalam suatu bangunan bertingkat termasuk cukup tinggi, sehingga perlu disain yang ideal untuk dapat memenuhi kebutuhan aktifitas manusia. Konstruksi tangga bila ditinjau dari bahan yang digunakan dapat dibedakan menjadi tangga kayu, beton, dan baja. Masing-masing bahan yang digunakan untuk konstruksi tangga memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Tangga kayu memiliki kelebihan mudah dibentuk sesuai desain arsitekturnya, sedangkan kelemahannya adalah mudah terbakar dan kekuatan lebih rendah dibandingkan tangga yang dibuat dari bahan beton atau tangga. Tangga yang dibuat dari beton dan baja sama-sama memiliki kemudahan dibentuk dan memiliki kekuatan yang lebih tinggi dibandingkan bahan dari kayu. Sarana lain yang memiliki fungsi yang sama dengan tangga adalah: a. Eskalator (tangga berjalan) dipakai untuk bangunan pertokoan, mall. b. Elevator (lift) dipakai untuk bangunan perhotelan, perkantoran, ramph (tangga landai), untuk perbedaan tempat atau lantai yang tidak terlalu tinggi. c. Dogleg (tangga menggantung) dipakai pada bangunan menara atau mercu suar.

a. Persyaratan Teknis Konstruksi Tangga secara umum sebagai berikut. 1) Memenuhi syarat konstruksi: awet, dapat bertahan dalam waktu yang cukup lama, stabil dan kokoh. 2) Memiliki keamanan yang cukup tinggi, disamping kokoh dilengkapi dengan sarana pengaman tangga. 3) Kemiringan tangga tidak terlalu tajam, kurang dari 450 sehingga manusia tidak perlu merangkak dalam menaiki tangga dan tidak terlalu landai karena akan memperbanyak kenaikan dan melelahkan disamping memakan tempat yang bayak. 4) Dilengkapi tempat pemberhentian sementara (bordes) pada setiap 12 kenaikan anak tangga. 5) Diberi tinggi bebas ke atas sebesar 2,00 m yang ditentukan dari permukaan antrede. 6) Memiliki nilai estetika, karena tangga biasanya terletak pada ruang-ruang utama. 7) Perletakan tangga harus cukup representatif, mudah dijangkau dan tidak tersembunyi. 8) Lebar tangga: Lebar tangga harus sesuai dengan fungsi tangga sebagai sarana sirkulasi. 9) Ukuran lebar tangga ditentukan dari jarak tepi sandaran dalam. Untuk sirkulasi satu arah minimal memiliki lebar 60 cm, sedangkan untuk dua arah minimal 80 cm. b. Komponen-komponen Konstruksi Tangga Komponen konstruksi tangga secara umum sebagai berikut: 1) Boom atau ibu tangga: merupakan konstruksi utama yang menahan beban tangga, membentang dari bawah ke atas. Apabila boom tangga menempel pada dinding/tembok maka disebut boom tembok, bila tidak menempel disebut boom bebas. Tangga dengan bahan kayu, komponen boom menggunakan papan dengan tebal minimal 4 cm. Konstruksi tangga dari bahan beton, komponen boon dalam bentuk balok ataupun plat beton bertulang. Sedangkan konstruksi tangga baja menggunakan profil H atau C yang menumpu pada dinding. 2) Tiang sandaran tangga: Pada konstruksi tangga dari bahan kayu terdapat komponen tiang sandaran tangga yang ada pada bagian tangga atas dan bagian tangga bawah. 3) Anak tangga: ada dua macam anak tangga yaitu anak tangga datar (langkah datar) dan anak tangga tegak/papan sentuh (langkah naik). Kedua anak tangga ini menempel pada boom tangga dengan menggunakan sambungan takikan.

4) Pegangan/sandaran/relling tangga: yang berfungsi sebagai konstruksi pengaman pengguna jalan, dan sebagai tempat berpegang pada waktu menaiki atau menuruni tangga. Pada bagian boom bebas pegangan tangga ini pada kedua ujungnya berhubungan dengan tiang sandaran tangga atas dan tiang sandaran tangga bawah. Pada bagian boom tembok pegangan ini menempel pada dinding dengan menggunakan penggantung baut viser dan klos. Pegangan tangga harus terbuat dari kayu/besi yang kuat dan permukaannya harus halus. Minimal menggunakan kayu 5/7 cm. 5) Baluster atau balustrade : adalah merupakan konstruksi pengaman dan berfungsi sebagai pendukung pegangan tangga (relling tangga) agar tidak melentur pada waktu dipakai sebagai pegangan. Jarak baluster satu dengan yang lain maksimum 30 cm. Bentuk penampang baluster dapat bervariasi bisa bulat,persegi, empat persegi panjang dsb. Kayu untuk baluster harus kaku dan cukup kuat. 6) Stepnoursing /hidung tangga/juluran : Untuk memperluas bidang injakan (anak tangga datar) dan melindungi papan sentuh pada tangga kayu supaya tidak mudah aus dapat diberi pelindung dari karet pada ujungnya.. Untuk tangga dari bahan beton komponen stepnoursing dibuat dari keramik yang dikasarkan atau vynil. 7) Papan sentuh: Pada konstruksi tangga dari bahan kayu terdapat komponen Papan Sentuh yang dipasang pada anak tangga tegak, papan sentuh berfungsi sebagai pengaku anak tangga datar dan penyalur beban tangga. Papan ini berfungsi juga untuk mengurangi bunyi berderit pada waktu anak tangga diinjak. Tangga dari bahan beton bertulang dan baja tidak dijumpai adanya papan sentuh. 8) Balok Ravil: Konstruksi tangga dari bahan Kayu berbentuk balok yang berfungsi sebagai pendukung boom dan tiang sandaran tangga atas, Balok ravil ini tertopang pada tembok. Balok ravil menggunakan ukuran kayu 8/12 atau 8/14. Hubungan tiang sandaran dengan ravil dengan menggunakan baut ½. Sedangkan konstruksi tangga dari bahan beton dan baja, boom menopang pada balok anak/induk di lantai atasnya. 9) Bordes tangga: Konstruksi tangga yang memiliki jumlah anak tangga lebih dari 12 langkah naik atau tangga yang dibuat lebih dari satu tanjakan, maka harus dipasang tempat istirahat atau yang sering disebut dengan bordes. Bordes ditopang oleh balok bordes dan papan bordes. 10) Pondasi Tangga: menahan konstruksi tangga bawah dan meneruskan beban ke tanah. Biasanya konstruksi pondasi tangga menggunakan plat setempat.

c. Macam-macam bentuk tangga. Bentuk tangga ditentukan oleh besarnya ruang tangga dan perbedaan tinggi lantai (floor to floor). Untuk ruang yang cukup luas disain tangga dapat lebih leluasa. Untuk ruang yang terbatas sulit untuk membuat tangga yang ideal. Pada ruang yang cukup luas, tangga tidak hanya berfungsi sebagai sarana sirkulasi dari lantai yang satu kelantai berikutnya, tapi dapat berfungsi sebagai tempat bersantai duduk menikmati lingkungan. Atau dapat juga merupakan titik pandang dari suatu ruang bila tangga memiliki disain yang cukup indah. Tangga yang paling menghemat ruang adalah tangga putar. Dari kondisi ruang yang ada terdapat beberapa macam tangga: 1) Tangga tusuk lurus. 2) Tangga tusuk serong. 3) Tangga serong tunggal bagian bawah. 4) Tangga serong tunggal bagian atas. 5) Tangga serong ganda 6) Tangga bordes 90 7) Tangga bordes dengan dua bordes antara. 8) Tangga bordes 180 9) Tangga tusuk dengan perempatan bawah. 10) Tangga tusuk dengan perempatan atas. 11) Tangga tusuk dengan perempatan antara. 12) Tangga Tangga seperempat tusuk seperempat putaran. 13) Tangga poros dengan seperempat putaran 90 14) Tangga poros dengan setengah putaran 180 15) Tangga poros dengan tiga perempat putaran 270 16) Tangga bordes dengan lengan-lengan sejajar belokan dan lubang antara. 17) Tangga poros dengan putaran penuh 360 18) Tangga Inggris. a. Menghitung Jumlah Anak Tangga. 1) Perhitungan berdasarkan perbedaan tinggi lantai. Jumlah anak tangga dari satu lantai ke lantai berikutnya dapat dihitung dengan menggunakan persamaan: A + 2 O = 63 cm Keterangan A : antrede (anak tangga datar) O : optrede (anak tangga tegak) Cara yang paling mudah adalah berdasarkan pada beda tinggi lantai.

Lebar langkah datar (A) yang ideal adalah antara 25 cm 30 cm. Sedangkan tinggi langkah naik (O) yang ideal adalah antara 15cm 20 cm. Kemiringan tangga yang ideal adalah kurang dari 45 o. Contoh hitungan: Beda tinggi lantai satu dan lantai dua telah ditentukan = 350 Cm (H). ditentukan optrede ideal = 17,5 cm ( supaya mudah membaginya). Maka lebar antrede dapat dihitung dengan persamaan : A + 2 ( 17,5) = 63 cm A + 35 = 63 cm A = 28 cm ------------ cukup ideal Sedangkan jumlah kenaikan dapat dihitung : H / O = 350 / 17,5 = 20 kenaikan. Satu tanjakan maksimum 12 kenaikan, jadi minimal dibuat 2 tanjakan, bila setiap tanjakan dibuat sama, maka satu tanjakan = 10 kenaikan, jadi ada satu bordes. Bentuk tangga = tangga bordes 180 o. Dalam perhitungan, bordes dihitung satu kenaikan. Jadi pada tanjakan pertama jumlah kenaikan ada 10 termasuk bordes. 2) Perhitungan berdasarkan sudut kemiringan tangga Untuk menghitung jumlah kenaikan dan jumlah anak tangga dapat menggunakan sudut kemiringan tangga sebagai dasar perhitungan. Penentuan ukuran langkah datar (antrede) dan langkah naik (optrede) dengan menggunakan perbandingan berdasarkan besarnya sudut kemiringan tangga. Besar sudut kemiringan tangga paling landai adalah 25 dan paling curam adalah 50. Jumlah anak tangga ditentukan berdasarkan perbedaan tinggi lantai, sehingga perbandingan langkah datar dan langkah naik serta jumlah kenaikan sangat menentukan ukuran panjang tangga dan panjang ruang tangga. Untuk memudahkan perhitungan, maka dapat dilihat pada grafik 1, Pada grafik dapat terlihat besarnya kemiringan sudut tangga dari 25 sampai 50. Ukuran langkah datar dari 0 sampai 400 (dalam mm), ukuran langkah naik dari 0 sampai 250 (dalam mm). Dari grafik 1 dapat diperoleh hasil perhitungan sebagai berikut:

Apabila menggunakan sudut kemiringan tangga 30 pada grafik, kemudian memilih langkah datar 250 (dalam mm) maka akan diperoleh langkah naik sebesar 145 (dalam mm). Apabila kita ingin menggunakan tangga tusuk lurus, maka panjang tangga dapat dihitung sebagai berikut : Misal beda tinggi lantai 2900 mm, maka diperoleh jumlah kenaikan sebanyak : 2900/145 = 20 kali. Panjang tangga = 2900/ sin 25 o = 6904 mm atau = 6,904 m Panjang ruang tangga = 250 x 20 = 5000 mm atau = 5 m Bila ditentukan lebar tangga = 1000 mm, maka ruang tangga yang dibutuhkan berukuran 5 m x 1 m. Link hitungan tangga dapat di lihat pada laman berikut: http://digilib.its.ac.id/public/its-undergraduate-14661-3107030411- Presentation2.pdf