BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit adalah tempat pelayanan kesehatan yang bertanggung jawab terhadap kesehatan masyarakat. Rumah sakit tidak membedakan pelayanan terhadap orang sakit dengan tanpa melihat status sosial ekonomi (Widayat, 2009). Rumah sakit menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. Barbara (1996) menyatakan bahwa rumah sakit adalah salah satu organisasi kesehatan yang dengan segala fasilitas kesehatannya diharapkan dapat membantu pasien dalam meningkatkan kesehatan dan mencapai kesembuhan baik fisik, psikis, maupun sosial. Tujuan kesehatan tidak hanya memulihkan kesehatan pasien secara fisik tetapi sedapat mungkin diupayakan menjaga kondisi emosi dan jasmani pasien menjadi nyaman, namun kemajuan yang pesat dalam teknologi medis belum diiringi dengan kemajuan yang sama pada aspek-aspek kemanusiaan dari perawatan pasien. Rumah sakit mempunyai unit-unit pelayanan yang salah satunya adalah ruang perawatan Intensif Care Unit atau biasa disebut ICU. Intensif Care Unit ( ICU ) adalah salah satu unit di rumah sakit yang berfungsi untuk perawatan pasien kritis. Unit ini berbeda dari unit-unit lainnya karena selain pasien dirawat oleh perawat terlatih atau tim medis khusus untuk pasien di ICU, juga dalam merawat pasien perawat untuk satu atau dua pasien dalam satu waktu setiap shiftnya. ICU untuk peraturan kunjungan ke pasien dibatasi dan berbeda dengan unit lain sehingga keluarga akan mengalami suatu keadaan depresi, kecemasan bahkan gejala trauma setelah anggota keluarganya dirawat di ruang ICU menurut McAdam dan Puntillo dalam Bailey (2009). Cemas adalah salah satu keadaan atau gejala yang dirasakan keluarga dalam menghadapi anggota keluarga yang dirawat di ruang ICU. Keluarga mengalami kecemasan yang tinggi ketika pasien beresiko tinggi meninggal. Kecemasan yang tinggi muncul akibat beban yang harus diambil dalam 1
2 pengambilan keputusan dan pengobatan yang terbaik bagi pasien. Faktor resiko yang berhubungan dengan kecemasan anggota keluarga diruang perawatan intensif adalah : jenis kekerabatan dengan klien, tingkat pendidikan, tipe perawatan klien, kondisi medis klien, pertemuan keluarga dengan tim perawat, cara penanggulangan, dan kebutuhan keluarga (McAdam & Puntillo, 2009). Proses selama perawatan di ruang ICU, kecemasan tidak hanya dirasakan oleh seorang pasien, namun dapat juga dialami oleh keluarga yang anggotanya dirawat di rumah sakit. Keadaan pasien yang kritis dan mendapatkan perawatan di ruang ICU memungkinkan terjadinya konflik atau kecemasan didalam diri keluarga pasien sehingga peran perawat didalam pemberian informasi dan pendidikan kesehatan kepada pasien dan pengunjung diabaikan. Kecemasan pada keluarga pasien secara tidak langsung mempengaruhi pasien yang dirawat di ruang ICU, hal ini terjadi jika keluarga pasien mengalami kecemasan maka berakibat pada pengambilan keputusan yang tertunda. Keluarga pasien adalah pemegang penuh keputusan yang akan diambil dalam pasien. Pengambilan keputusan yang tertunda akan merugikan pasien yang seharusnya diberikan tindakan namun keluarga pasien belum bisa memberikan keputusan karena mengalami kecemasan (Davidson, dkk., 2007). Salah satu faktor yang dapat mengurangi perasaan cemas pada keluarga adalah adanya dukungan informasi yang jelas dan akurat dari tenaga medis berkaitan dengan adanya penyakit yang diderita oleh pasien beserta tindakan yang dapat diambil untuk keselamatan pasien. Keluarga dari pasien yang dirawat di ruang ICU menginginkan perawatan yang terbaik untuk anggota keluarganya. Hal tersebut tentunya memberikan dorongan bagi tim perawatan untuk dapat meyakinkan keluarga bahwa pasien sedang diberikan perawatan yang terbaik dan maksimal, dengan cara memberikan informasi tentang tindakan perawatan yang diperlukan, informasi tentang kondisi pasien, rencana perawatan dan prognosis. Dukungan yang maksimal untuk memenuhi kebutuhan keluarga memberikan perubahan yang positif bagi keluarga pasien (Bailey, dkk., 2009)
3 Dukungan informasi yang jelas dan akurat tersebut akan mampu mengurangi tekanan psikologis terhadap kecemasan dan memungkinkan keluarga untuk lebih baik dalam mengambil keputusan untuk keselamatan pasien. Upaya untuk memenuhi kebutuhan dan rasa keprihatinan anggota keluarga selama pasien dirawat di ruang ICU merupakan tanggung jawab penting bagi perawat dalam memberikan bantuan. Perawat harus melakukan tindakan identifikasi pelaksanaan perawatan dengan memberikan informasi untuk orientasi anggota keluarga pasien di ruang ICU, kebijakan, personel dan peralatan yang bisa digunakan secara signifikan untuk meningkatkan pemahaman diagnosis pasien, prognosis dan pengobatan serta kepuasan anggota keluarga (Azoulay, 2002; Bailey, dkk., 2009). Berdasarkan penelitian Komaruddin (2011) kebutuhan utama keluarga diruang perawatan intensif adalah informasi tentang kondisi pasien. Tim perawatan perlu memfasilitasi untuk melakukan komunikasi yang aktif dengan membuat jadwal pertemuan atau menyediakan waktu kapan saja keluarga perlukan karena dengan informasi yang sulit akan meningkatkan kecemasan dan ketidakpuasan keluarga (Leske, 2002). Selain itu sikap yang penuh perhatian, empati, dan ramah saat menyampaikan informasi tersebut sangat diharapkan oleh keluarga (Neves, 2009). Setiap tahun di Amerika Serikat, sekitar 20% dari semua kematian terjadi pada pasien yang dirawat di ICU. Pengalaman buruk tersebut dapat mempengaruhi anggota keluarga dengan meningkatnya tingkat kecemasan bagi anggota keluarga pasien yang beresiko tinggi pada kematian. Keadaan dari pasien ini menimbulkan banyak beban pengambilan keputusan dan pengobatan pilihan pada keluarga pasien (McAdam & Puntillo, 2009). Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Semarang tentang kecemasan keluarga di ruang ICU pada tgl 3 Desember 2012 menunjukkan bahwa sebanyak 8 orang yang memiliki keluarga dirawat ICU seluruhnya mengalami kecemasan. Kecemasan tersebut dirasakan oleh keluarga pasien berupa perasaan sedih, menangis, takut dan kuatir terhadap penyakit dan biaya perawatan yang akan ditanggung oleh
4 keluarga. Sebanyak 6 dari 8 orang yang memiliki keluarga dirawat di ICU merasakan adanya informasi yang kurang tentang keparahan penyakit, diagnosa dan rencana perawatan yang harus dijalani pasien, hal ini membuat keluarga merasa cemas. Berdasarkan fenomena tersebut diatas peneliti ingin mengetahui lebih jauh tentang hubungan dukungan informasi dengan tingkat kecemasan keluarga pasien yang dirawat di ruang ICU RSUD Kota Semarang. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut di atas maka pertanyaan penelitian ini adalah adakah hubungan dukungan informasi dengan tingkat kecemasan keluarga pasien yang dirawat di ruang ICU Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui adanya hubungan dukungan informasi dengan tingkat kecemasan keluarga pasien yang dirawat di ruang ICU Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang. 2. Tujuan Khusus a. Mendiskripsikan dukungan informasi yang diterima olah keluarga pasien yang dirawat di ruang ICU Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang. b. Mendiskripsikan tingkat kecemasan keluarga pasien yang dirawat di ruang ICU Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang c. Menganalisis hubungan dukungan informasi dengan tingkat kecemasan keluarga pasien yang dirawat di ruang ICU Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang.
5 D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan informasi dan dapat bermanfaat bagi : 1. Profesi Keperawatan Manfaat penelitian ini bagi perawat ICU dalam memberikan asuhan keperawatan pasien dengan pendekatan komunikasi untuk memberikan informasi yang lengkap kepada keluarga. 2. Manfaat bagi Rumah Sakit Manfaat penelitian ini bagi manajemen ICU sebagai bahan pertimbangan dalam memberikan pengarahan dan penyuluhan kepada perawat tentang pentingnya pemberian informasi kepada keluarga pasien. 3. Peneliti Manfaat penelitian ini akan menambah wawasan dan ilmu pengetahuan. E. Bidang Ilmu Lingkup keilmuan ini adalah bidang keperawatan khususnya keperawatan jiwa.
6 F. Keaslian penelitian Nama/Judul penelitian/tahun Komarudin/ Hubungan antara faktor-faktor risiko dengan tingkat kecemasan keluarga dari klien yang dirawat di ruang perawatan intensif RSUD Gunung Jati Kota Cirebon /Tahun 2011 Justam, M.A/ Hubungan dukungan perawat dengan kecemasan pasien pra operasi di Rumah Sakit Tingkat III Bhakti Wira Tamtama Semarang/Tahun 2011 Variabel Variabel bebas: factor-faktor risiko (kondisi medis klien, pertemuan dengan tim perawatan, coping keluarga, kebutuhan keluarga) Variabel terikat: tingkat kecemasan Dukungan perawat dan tingkat kecemasan Desain penelitian Analitik korelasi, cross sectional, Populasinya keluarga dari klien yang dirawat di ruang intensif Deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional Hasil terdapat empat faktor risiko yang mempunyai hubungan bermakna dengan kecemasan keluarga dari klien yang dirawat diruang intensif. Empat faktor resiko tersebut: 1) Kondisi medis klien 2) Pertemuan keluarga dengan tim medis 3) Cara penanggulangan keluarga 4) Kebutuhan keluarga Menunjukkan ada hubungan bermakna antara dukungan perawat dengan kecemasan pasien Pre operasi Sawitri, E dan Agus S/Pengaruh pemberian informasi pra bedah terhadap tingkat kecemasan pra bedah mayor di bangsal orthopedi RSUI Kustati Surakarta /Tahun Pemberian informasi pra bedah dan kecemasan Quasi eksperimen, one grouppre testpost test design. Populasinya semua pasien fraktur femur yang akan menghadapi operasi Bahwa ada pengaruh yang signifikan dari pemberian informasi dengan kecemasan pasien pra bedah 2007
7 Perbedaan dengan penelitian tersebut diatas adalah desain penelitian yang dilakukan menggunakan deskriptif korelasi yang bertujuan untuk mengungkapkan hubungan dukungan informasi dengan tingkat kecemasan keluarga pasien yang dirawat di ruang ICU RSUD Kota Semarang.