BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Makanan yang terbaik untuk bayi usia 0-6 bulan adalah ASI. Air susu ibu (ASI) merupakan sumber energi

dokumen-dokumen yang mirip
Repository.Unimus.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. Hasil penelitian multi-center yang dilakukan UNICEF menunjukkan bahwa MP-

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. 24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat,

BAB I PENDAHULUAN. gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan

BAB 1 PENDAHULUAN. gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan dapat

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan nasional merupakan pembangunan berkelanjutan yang

BAB I PENDAHULUAN. penurunan tingkat kecerdasan. Pada bayi dan anak, kekurangan gizi akan menimbulkan

HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN PENGHASILAN IBU MENYUSUI DENGAN KETEPATAN WAKTU PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI)

BAB I PENDAHULUAN. masalah gizi utama yang perlu mendapat perhatian. Masalah gizi secara

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik untuk bayi. ASI sangat

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2025 adalah

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari pembangunan kesehatan dan gizi masyarakat adalah terwujudnya

BAB 1 : PENDAHULUAN. diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa. (1) anak, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya serta dapat menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. lebih dramatis dikatakan bahwa anak merupakan penanaman modal sosial

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. daya manusia yang dilakukan secara berkelanjutan. Upaya peningkatan sumber daya

1

BAB 1 PENDAHULUAN. makanan (Anonim, 2008). Sementara masalah gizi di Indonesia mengakibatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. biskuit, bubur nasi dan nasi tim. Setelah 6 bulan baru dimulai diberikan. berusia 2 tahun atau lebih. ( Weni, 2009 : 23 )

BAB I PENDAHULUAN. mengandung zat gizi yang paling sesuai dengan kebutuhan bayi dan

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian balita dalam kurun waktu 1990 hingga 2015 (WHO, 2015).

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk meningkatkan mutu sumber daya yang sehat,

BAB 1 PENDAHULUAN. anak di negara sedang berkembang. Menurut WHO (2009) diare adalah suatu keadaan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemberian makanan tambahan pada bayi merupakan salah satu upaya. pemenuhan kebutuhan gizi bayi sehingga bayi dapat mencapai tumbuh

BAB 1 PENDAHULUAN. sempurna bagi bayi selama bulan-bulan pertama kehidupannya (Margaret

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi khususnya balita stunting dapat menghambat proses

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan 2010 bahwa kejadian diare pada bayi terus meningkat dan

BAB I PENDAHULUAN. saja sampai usia 6 bulan yang disebut sebagai ASI esklusif (DepKes, 2005). bulan telah ditetapkan dalam SK Menteri Kesehatan No.

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PENDIDIKAN IBU DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI KELURAHAN PURWOSARI KECAMATAN LAWEYAN

BAB I PENDAHULUAN. kelahiran seseorang hingga berusia 18 atau 24 bulan. Masa-masa bayi adalah

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR BALITA DI KELURAHAN BRONTOKUSUMAN KECAMATAN MERGANGSAN YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. pada berbagai bidang, diperlukan sumber daya manusia (SDM) yang

BAB I PENDAHULUAN. melalui perbaikan perilaku masyarakat dalam pemberian makanan

BAB I PENDAHULUAN. bermanfaat sebagai makanan bayi (Maryunani, 2012). diberikan sampai usia bayi 2 tahun atau lebih (Wiji, 2013).

HUBUNGAN STATUS GIZI IBU DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI PUSKESMAS UMBULHARJO I YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh: Tri Wahyuni

BAB I. A. Latar Belakang. Dalam Al-Qur an terkandung segala bentuk tata kehidupan, mulai dari. Qur an surat Al- Baqarah dan surat Yunus yang artinya :

BAB 1 PENDAHULUAN. yang apabila tidak diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. yang harus ditangani dengan serius. Ditinjau dari masalah kesehatan dan gizi, terhadap kekurangan gizi (Hanum, 2014).

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Diare merupakan penyakit dengan tanda - tanda perubahan frekuensi buang air

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan yang merugikan kesehatan. Hal-hal ini secara langsung menjadi. anak usia dibawah 2 tahun (Depkes RI, 2009)

HUBUNGAN ANTARA UMUR PERTAMA PEMBERIAN MP ASI DENGAN STATUS GIZI BAYI USIA 6 12 BULAN DI DESA JATIMULYO KECAMATAN PEDAN KABUPATEN KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. digantikan oleh apapun juga. Pemberian ASI ikut memegang peranan dalam

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU BERSALIN DENGAN PELAKSANAAN INISIASI MENYUSUI DINI DIKAMAR BERSALIN PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam

Dinamika Kebidanan vol. 2 no. 1. Januari 2012

BAB I PENDAHULUAN. menyusui bayinya, meyakinkan ibu akan keuntungan Air Susu Ibu (ASI) dan

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. penuhi. Alasan yang menerangkan pernyataan tersebut adalah ASI merupakan

BAB I PENDAHULUAN. harus diperhatikan oleh ibu. Salah satu pemenuhan kebutuhan gizi bayi ialah

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan seorang anak selain memperoleh nutrisi yang berkualitas

Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Status gizi merupakan indikator dalam menentukan derajat kesehatan bayi dan

BAB I PENDAHULUAN. secara eksklusif selama 6 bulan kehidupan pertama bayi. Hal ini dikarenakan ASI

Karya Tulis Ilmiah. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Gizi. Disusun Oleh: MUJI RAHAYU J.

Oleh : Suharno, S.Kep.,Ners ABSTRAK

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

BAB 1 PENDAHULUAN. keemasan sekaligus dikatakan periode kritis pada anak. Dikatakan periode keemasan

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI BAYI DENGAN PERTUMBUHAN PERKEMBANGAN BAYI USIA 6-12 BULAN DI DESA MANGGUNG SUKOREJO MUSUK BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. kembang bayi dan anak, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya.

BAB I PENDAHULUAN. angka kesakitan dan kematian anak, United Nation Children Fund (UNICEF) dan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu faktor yang menentukan tingkat kesehatan dan kesejahteraan

HUBUNGAN PEMBERIAN AIR SUSU IBU (ASI) EKSKLUSIF DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI UMUR 0-6 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GADANG HANYAR

HUBUNGAN PELATIHAN PEMBERIAN MAKANAN PADA BAYI DAN ANAK (PMBA) DENGAN KETERAMPILAN KONSELING PADA BIDAN DI WILAYAH KAWEDANAN PEDAN TAHUN 2014

ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI PADA BAYI USIA 6-12 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BINTUHAN KABUPATEN KAUR

BAB I PENDAHULUAN. Selain itu, ASI juga dapat melindungi kesehatan Ibu mengurangi

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tertinggi dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya (Prakarsa, 2013). meninggal selama atau setelah kehamilan dan persalinan.

ABSTRAK. meninggal sebanyak 49 bayi dan 9 bayi diantaranya meninggal disebabkan karena diare. 2 Masa pertumbuhan buah hati

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kesehatan termasuk dalam hal gizi. Hal ini terbukti dari

PEMBERIAN MP-ASI DAN STATUS GIZI BAYI USIA 6-24 BULAN BERDASARKAN INDEKS BB/U DI DESA BAN KECAMATAN KUBU TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. sebagai makanan utama bayi. Pada awal kehidupan, seorang bayi sangat


BAB I PENDAHULUAN. balita yang cerdas. Anak balita salah satu golongan umur yang rawan. masa yang kritis, karena pada saat itu merupakan masa emas

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. WHO (World Health Organization) mendefinisikan Diare merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Fun (UNICEF), dan Departemen Kesehatan Republik Indonesia melalui. SK.Menkes No.450/Menkes./SK/IV/2004 tanggal 7 April 2004 telah

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan permulaan suatu kehidupan baru. pertumbuhan janin pada seorang ibu. Ibu hamil merupakan salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. dan kesejahteraan manusia. Gizi seseorang dikatakan baik apabila terdapat

PERBEDAAN PERKEMBANGAN MOTORIK BAYI USIA 0-6 BULAN ANTARA YANG DIBERI ASI DENGAN YANG DIBERI PASI DI DESA GLAGAH JATINOM KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. ini terjadi terutama di negara berkembang. Diantara kematian pada anak-anak

HUBUNGAN ANTARA PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI DENGAN STATUS GIZI PADA BAYI USIA 6 12 BULAN DI DESA GOGIK KECAMATAN UNGARAN BARAT

BAB I PENDAHULUAN. dinilai memberikan hasil yang lebih baik. Keputusan Menteri Kesehatan. eksklusif pada bayi sampai usia 6 bulan (Riksani, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 sebesar 34 per kelahiran hidup.

BAB 1 PENDAHULUAN. nutrisi yang cukup untuk dirinya sendiri maupun bagi janinnya. Maka bagi

HUBUNGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) DINI DENGAN KEJADIAN KONSTIPASI PADA BAYI DIBAWAH UMUR 6 BULAN

BAB I PENDAHULUAN. (AKB) atau Infant Mortality Rate (IMR). Angka Kematian Bayi tidak berdiri sendiri,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. satu-satunya makanan yang terbaik untuk bayi, karena memiliki. komposisi gizi yang paling lengkap untuk pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makanan pertama dan utama bagi bayi adalah air susu ibu (ASI). Air susu ibu sangat cocok untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas di masa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. mendukung pertumbuhan otak bayi yaitu sesuatu yang tidak dapat diperoleh

BAB I PENDAHULUAN. Tingginya angka kematian bayi dan anak merupakan ciri yang umum

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan suatu negara. Berdasarkan target Millenium Development Goals

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan nutrisinya baik dalam segi mutu ataupun jumlahnya. Untuk bayi 0-

BAB I PENDAHULUAN. yang berbeda dari orang dewasa (Soetjiningsih, 2004). Gizi merupakan

HUBUNGAN PERAN BIDAN DAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS COLOMADU 1

BAB I PENDAHULUAN. Makanan yang terbaik untuk bayi usia 0 6 bulan adalah ASI. Keunggulan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masyarakat pekerja mempunyai peranan & kedudukan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di Indonesia diare merupakan penyebab kematian utama pada bayi dan anak.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Makanan yang terbaik untuk bayi usia 0-6 bulan adalah ASI. Air susu ibu (ASI) merupakan sumber energi terbaik dan paling ideal dengan komposisi yang seimbang sesuai dengan kebutuhan bayi pada masa pertumbuhan, manfaat pemberian ASI tidak hanya dirasakan oleh bayi tetapi juga oleh ibu, lingkungan bahkan negara. Pemberian ASI ini diberikan sampai bayi berusia 6 bulan, setelah 6 bulan harus mulai diperkenalkan dengan makanan padat, dan ASI masih tetap diberikan hingga bayi berusia 2 tahun (Waryana, 2010). Pada usia 6 bulan kebutuhan bayi akan zat gizi makin bertambah karena seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan bayi, sedangkan produksi ASI mulai menurun, sehingga bayi sangat memerlukan makanan tambahan sebagai pendamping ASI (Djitowiyono, 2010). Setelah 6 bulan pemberian ASI saja tidak cukup untuk memenuhi seluruh kebutuhan makanan bayi, ASI hanya akan memenuhi sekitar 60-70% kebutuhan bayi, sedangkan yang 30-40% harus dipenuhi dari makanan pendamping atau makanan tambahan. Makanan pendamping ASI adalah makanan atau minuman tambahan yang mengandung zat gizi, yang diberikan kepada bayi atau anak usia 6-24 untuk memenuhi kebutuhan gizi selain dari ASI (Depkes, 2006). Sementara itu pemberian makanan tambahan yang tidak tepat dalam kualitas dan kuantitasnya dapat menyebabkan bayi menderita gizi kurang (indiarti, 2008). Pada bayi dan anak kekurangan gizi akan menimbulkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan yang apabila tidak di atasi secara dini dapa berlanjut hingga dewasa. Usia 0-24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat, sehingga kerap diistilahkan sebagai periode emas sekaligus periode kritis, periode emas dapat terwujudkan apabila pada masa ini bayi dan anak memeperoleh asupan gizi yang sesuai untuk tumbuh kembang anak yang optimal. Sebaliknya apabila bayi dan anak pada masa ini memperoleh makanan yang tidak sesuai kebutuhan gizinya, maka periode emas akan berubah menjadi periode kritis yang akan mengganggu 1

tumbuh kembang bayi dan anak, baik pada masa ini maupun masa selanjutnya (Depkes Ri, 2006). World Health Organization (WHO) merekomendasikan para ibu untuk menyusui secara eksklusif selama 6 bulan, melanjutkan dengan memberikan makanan pendamping ASI dari bahan-bahan lokal yang kaya nutrisi sambil tetap memberikan ASI sampai anak berusia 2 tahun (World Health Assembely Resulotion, 2010). Berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (susenas) (2002) terdapat banyak ibu yang memberikan makanan terlalu dini kepada bayinya, yaitu 32% ibu yang memebrikan makanan tambahan kepada bayi yang berumur 2-3 bulan, seperti bubur, nasi, dan pisang, sedangkan 69% adalah pada bayi usia 4-5 bulan. Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Irawati (2007) di Pusat Pelatihan dan Pengembangan Gizi dan Makanan Departemen Kesehatan, diperoleh hasil bahwa lebih dari 50% bayi di Indonesia telah mendapat makanan pendamping ASI dengan usia kurang dari 1 bulan. Menurut susanty dkk (2012) pemberian makanan pendamping ASI yang telalu dini dapat menimbulkan gangguan pada pencernaan seperti seperti diare, Sebaliknya pemberian makanan yang terlalu lambat mengakibatkan bayi mengalami kesulitan belajar mengunyah, tidak menyukai makanan padat, dan bayi kekurangan gizi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kusumaningsih (2009) di desa Gogik Kecamatan Ungaran Barat, menemukan hasil bahwa 58,3% dari 22 subjek yang diteliti memberikan MP-ASI tidak sesuai dengan usia bayi, jenis, frekuensi dan jumlah pemerian berstatus gizi kurang, dapat di simpulkan bahwa ada hubungan antara pemberian MP-ASI dengan status gizi (α = 0,05 diperoleh hasil p = 0,005). Hasil peneletian Susanty dkk (2012) di kelurahan Pannampu Makasar memberikan hasil bahwa kecukupan konsumsi kalori memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian gizi buruk dan merupakan faktor resiko terjadinya gizi buruk. Hasil penelitian yang sama juga ditemukan oleh Manalu (2008) bahwa anak yang memiliki status gizi kurang/gizi buruk disebabkan oleh MP-ASI yang kurang baik dari segi jenis maupun kualitasnya. Kekurangan tersebut dipengaruhi oleh rendahnya pendapatan keluarga, pengetahuan ibu/keluarga tentang zat gizi/anggapan yang dipercayai oleh ibu.

Selain itu, kaitan penyakit infeksi dengan keadaan kurang gizi merupakan hubungan timbal balik yaitu hubungan sebab akibat. Penyakit infeksi dapat memperburuk kedaan gizi, dan keadaan gizi yang jelek dapat mempermudah terkena infeksi, penyakit yang umumnya terkait dengan masalah gizi antara lain adalah diare. Penyakit diare merupakan salah satu penyebab kematian sebesar 15-34% dari semua penyebab kematian pada balita, selain itu diare juga penyebab gizi kurang (Nugraheni, 2010). Berdasarkan data dari profil kesehatan (2010) Jumlah penderita diare di Kota Semarang tahun 2008 sebanyak 12.264, Pada tahun 2009 angka kejadian diare menurun menjadi 10.443, dan pada tahun 2010 angka kejadian diare mengalami peningkatan, pada anak usia kurang dari 1 tahun sebanyak 4. 402 dan, Anak usia 1-4 tahun sebanyak 10.194. Menurut Wardhani (2012) dari 37 puskesmas yang ada di Semarang, puskesmas Kedungmundu menduduki prevalensi tertinggi kejadian diare pada balita, kejadian diare di puskesmas Kedungmundu pada tahun 2010 sebanyak 632 anak <1 tahun, berdasarkan laporan puskesmas fakor yang menyebabkan diare adalah status gizi,pemebrian ASI eksklusif dan lingkungan. Data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Semarang menunjukan bahwa kejadian diare di puskesmas Kedungmundu mengalami peningkatan sebanyak 989 balita pada tahun 2012 ( Dinkes, 2012). Dari uraian dan data di atas menunjukan jika pemberian MP-ASI tidak tepat dalam kualitas dan kuantitas dapat menyebabkan bayi menderita kurang gizi, pemberian yang terlalu dini juga dapat menyebabakan gangguan pencernaan seperti diare. Berdasarkan hal tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan ketepatan pemberian makanan pendamping ASI dan status gizi dengan kejadian diare pada anak usia 6-12 bulan di wilayah kerja Puskesmas Kedungmundu Semarang. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah penelitian ini apakah ada hubungan anatara ketepatan pemebrian MP-ASI dan status gizi dengan

kejadian diare pada bayi usia 6-12 bulan di wilayah kerja Puskesmas Kedungmundu? C. Tujuan penelitian 1. Tujuan Umum Tujuan umum dari penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara ketepatan pemberian MP-ASI dan status gizi dengan kejadian diare pada anak usia 6-12 bulan di Puskesmas Kedungmundu Semarang. 2. Tujuan Khusus a. Mendeskripsikan karakteristik sampel (umur, berat badan, jumlah anggota keluarga). b. Mendekripsikan ketepatan pemberian MP-ASI pada bayi usia 6-12 bulan c. Mendeskripsikan kejadian diare pada bayi usia 6-12 bulan. d. Mendeskripsikan status gizi pada bayi usia6-12 bulan. e. Menganalisis hubungan ketepatan pemberian MP-ASI dengan kejadian diare pada bayi usia 6-12 bulan. f. Menganalisis hubungan ketepatan pemberian MP-ASI dengan status gizi pada bayi usia 6-12 bulan D. Manfaat penelitian 1. Bagi responden Dengan adanya penelitian ini, orang tua dapat termotivasi untuk meningkatkan perilaku hidup sehat dalam memperbaiki status gizi dserta mencegah diare sehingga dapat meningkatkan status dan derajat kesehatan pada anak. 2. Bagi pengembangan ilmu keperawatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran atau informasi untuk dijadikan bahan dalam mengembangkan ilmu keperawatan sehingga dapat dijadikan dasar untuk penyediaan fasilitas di layanan kesehatan yang mendukung dalam memperbaiki status gizi dan mengurangi kejadian diare pada bayi usia 6-12 bulan. 3. Bagi institusi pelayanan kesehatan

Diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat dan menjadi masukan yang berguna bagi institusi pelayanan kesehatan yang berhubungan dengan program ketepatan pemberian MP-ASI. Penelitian ini dapat juga dijadikan sebagai salah satu bahan untuk menyusun perencanaan program Ketepatan pemberian MP- ASI yang tepat bagi bayi usia 6-12 bulan di puskemas Kedungmundu Semarang. 4. Bagi penelitian Hasil penelitian ini dapat diharapkan dapat menjadi rujukan untuk melakukan penelitian lain terkait ketepatan pemberian MP-ASI, pencegahan diare, dan peningkatan status gizi. E. Bidang Ilmu Bidang ilmu penelitian ini adalah keperawatan anak. F. Keaslian Penelitian Peneleitian ini belum pernah dilakukan sebelumnya oleh peneliti lain, adapun penelitian yang pernah ada tertera dalam tabel 1. Berikut :

Tabel 1.1 Originalitas penelitian Peniliti/tahun Judul Sampel Metode Hasil Anatus Faktor-faktor 50 ibu yang Total S yang memiliki anak sampling 2011 Berhubungan dengan Pemberian Makanan usia 0-12 bulan di Kelurahan Gebangsari Tri puspa. K 2009 Merry S, Mesri k, Veni H, Sri ah A. 2012 Tambahan Pada Bayi Usia kurang Dari 6 Bulan di Kelurahan Gebangsari Kecamatan Genuk Kota Semarang Hubungan antara pemberian MP-ASI dengan status gizi pada bayi usia 6-12 bulan di desa Gogik kec. Ungaran Barat Hubungan pola pemberian ASI dan MP-ASI dengan status gizi buruk pada anak usia 6-24 bulan di Kelurahan Pannampu Makasr. Kecamatan Genuk semarang Kota 22 bayi yang berusia 6-12 bulan di desa Gogik kecamatan ungaran barat 60 balita yang berusia 6-24 bulan di Puskesmas Kaluku Bodoa, kel. Pannampu Kec. Tallo Makasar. Metode cross sectional Metode sectional cross Dari Hasil chi square di peroleh p value 0,04; sehingga p= 0,041 < 0,05 atau Ho ditolak, dan dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara petugas penolong persalinan dengan pemberian MP-ASI pada bayi usia kurang dari 6 bulan di kelurahan Kecamatan Genuk Kota Semarang Hasil dari uji chi square dengan nilai α = 0,05 di peroleh p value= 0,005, karena α < p atau Ho ditolak, dan dapat disimupulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pemberian makanan pendamping ASI dengan status gizi pada bayi usia 6-12 bulan Terdapat hubungan yang signifikan antara pola pemberian ASI berdasarkan frekuensi menyusui dan lama menyusui dengan kejadian diare. Demikian juga dengan pola pemberian MP-ASI (konsumsi kalori) memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian gizi buruk dan merupakan faktor resiko.