HUBUNGAN ANTARA KONFLIK PERAN GANDA DENGAN STRES KERJA PADA GURU WANITA SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN KEBONARUM KLATEN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keadaan ekonomi yang kurang baik membuat setiap keluarga di Indonesia

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DAN SIKAP TERHADAP KARAKTERISTIK PEKERJAAN DENGAN KETAKUTAN AKAN SUKSES PADA WANITA KARIR SKRIPSI

Puji Hastuti F

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebagai kepala rumah tangga dan pencari nafkah membuat sebagian besar wanita ikut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang menarik dibanyak negara, termasuk negara-negara berkembang seperti

BAB I PENDAHULUAN. perubahan di hampir semua aspek kehidupan manusia, salah satu dampak

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Wanita karir mengacu pada sebuah profesi. Karir adalah karya. Jadi, ibu

HUBUNGAN ANTARA SIKAP PENYELESAIAN MASALAH DAN KEBERMAKNAAN HIDUP DENGAN SOMATISASI PADA WANITA KARIR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan dan pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat membuat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dewasa (Frone et al,1992). Dalam beberapa dekade ini perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional. Sejak awal tahun 70-an, isu mengenai

BAB I PENDAHULUAN. berperan dalam mengelola urusan keluarga. Sedangkan dalam rumah tangga

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada saat ini tidak hanya suami saja yang harus bekerja untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. diakhiri dengan buah karya yang dapat dinikmati oleh manusia yang bersangkutan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peranan kaum perempuan pada tahap dewasa dini pada saat ini secara umum

HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DENGAN STRES KERJA PADA KARYAWAN. Skripsi. Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan wanita dalam dunia bisnis saat ini menunjukkan fenomena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bekerja bukanlah suatu hal yang baru di kalangan masyarakat. Berbeda dari

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN KONFLIK PERAN GANDA PADA WANITA BEKERJA. Naskah Publikasi. Diajukan kepada Fakultas Psikologi

Ariesta Marsitho Nugrahawan F

BAB I PENDAHULUAN. perempuan yang bekerja di luar rumah sepertinya tidak jauh berbeda. Berbagai

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan akan sumber daya yang berkualitas. Setiap perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu memiliki peranan dalam sistem sosial, yang ditampilkan

2016 WORK FAMILY CONFLICT - KONFLIK PERAN GANDA PADA PRAMUDI BIS WANITA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebuah organisasi atau perusahaan yang maju tentunya tidak lain didukung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kaum perempuan di sektor publik. Tampak tidak ada sektor publik yang belum

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. keduanya merupakan peran bagi pria, sementara bagi wanita akan menjadi

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari. Akan tetapi wanita sendiri juga memiliki tugas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan merupakan bersatunya seorang laki-laki dengan seorang

PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan kemajuan jaman, saat ini banyak wanita yang mengenyam

BAB I PENDAHULUAN. individu tersebut. DEPKES RI (1988) Keluarga merupakan unit terkecil dari

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan dalam bidang kedokteran membuat rumah sakit dari pemerintah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memberikan pengetahuan kepada anak didik (Maksum, 2016). pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pekerjaan yang selama ini jarang bahkan ada yang sama sekali belum pernah

BAB I PENDAHULUAN. rumah tangga dan anak-anaknya saja, kini mempunyai peran kedua yaitu

BAB I PENDAHULUAN. bertindak sebagai penopang ekonomi keluarga terpaksa menganggur. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. emosional dan fisik yang bersifat mengganggu, merugikan dan terjadi pada

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia seringkali terjadi konflik yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. dengan tuntutan perkembangan eksternal organisasi (Rochmanadji, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan jumlah tenaga kerja hampir terjadi di seluruh kota kota besar di

BAB I PENDAHULUAN. yang sesuai dengan permintaan pasar. Apabila permintaan pasar mengalami

COPING STRESS PADA WANITA YANG MENGALAMI KEMATIAN PASANGAN HIDUP. Skripsi. Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan berdasarkan jenis kelamin yang sangat luas di semua Negara (Anker,

BAB I PENDAHULUAN. wanita yang ikut dalam aktifitas bekerja. Wanita sudah mempunyai hak dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada era modern ini kedudukan wanita dan pria bukanlah sesuatu yang

BAB I PENDAHULUAN. dapat bertahan lama. Karena salah satu sumber daya yang sangat penting yang. dimiliki oleh perusahaan adalah sumber daya manusia.

#### Selamat Mengerjakan ####

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik. perkawinan antara manusia yang berlaian jenis itu.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengasuhan anak merupakan kebutuhan pokok bagi orang tua dalam

BAB I PENDAHULUAN. perubahan-perubahan yang terjadi di kedua domain (pekerjaan personal).

BAB II KAJIAN PUSTAKA Definisi Keinginan Untuk Keluar (Turnover intention) Sutanto dan Gunawan (2013) mengemukakan bahwa turnover intention

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perubahan lingkungan yang cepat, yang ditandai dengan kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pelayanan kesehatan masyarakat memiliki peran besar dalam pelayanan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai individu, bekerja merupakan salah satu aktivitas yang dilakukan oleh

BAB V FAKTOR PEMICU KONFLIK PEKERJAAN-KELUARGA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bekerja. Tanggapan individu terhadap pekerjaan berbeda-beda dengan

Eni Yulianingsih F

BAB VI DAMPAK DARI WORK FAMILY CONFLICT. bekerja. Dampak dari masalah work family conflict yang berasa dari faktor

BAB I PENDAHULUAN. atau organisasi. Menurut Robbins (2008) perusahaan atau organisasi ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan perusahaan yang tersebar luas di berbagai wilayah Indonesia, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sebagainya. Disamping itu pula, pekerjaan semakin sulit untuk didapatkan.

BAB I PENDAHULUAN. Modernisasi menjadi fenomena yang sangat penting dalam dunia kerja.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tidak tahu kehidupan macam apa yang akan dihadapi nanti (Rini, 2008). Masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mengubah keadaan tertentu menjadi kondisi yang lebih baik. Perubahan itu harus

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan pekerjaan ataupun kegiatan sehari hari yang tidak. mata bersifat jasmani, sosial ataupun kejiwaan.

BAB I PENDAHULUAN. media yang digunakan oleh manusia dalam bertukar ide dan berbagai informasi. Saat

PENYESUAIAN DIRI REMAJA PUTRI YANG MENIKAH DI USIA MUDA

I. PENDAHULUAN. Proses globalisasi yang setidak-tidaknya menawarkan tiga iklim: perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. buku berjudul Door Duisternis Tot Licht (Habis Gelap Terbitlah Terang). Kartini

BAB I PENDAHULUAN. dalam menemukan makna hidupnya. Sedangkan berkeluarga adalah ikatan perkawinan untuk

BAB I PENDAHULUAN. wanita dari masyarakat dan pengusaha pun semakin tinggi. Di Amerika Serikat,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan modern yang makin kompleks, manusia akan cenderung

DUKUNGAN SOSIAL PADA PEMBANTU RUMAH TANGGA USIA REMAJA DI BANYUMAS

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Karyawan atau pekerja ada bermacam-macam jenisnya yaitu pekerja lepas, pekerja operasional,

PERBEDAAN PENYESUAIAN SOSIAL PASCA PERCERAIAN ANTARA WANITA BEKERJA DAN WANITA TIDAK BEKERJA

BAB I PENDAHULUAN. untuk didengar. Kesejajaran kedudukan antara wanita dengan pria sudah tidak

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kehidupan masyarakatnya dan menyebabkan kebutuhan hidup

BAB I PENDAHULUAN. dimasuki oleh kaum wanita baik sebagai dokter, guru, pedagang, buruh, dan

BAB I PENDAHULUAN. peran sosial dimana dapat bekerja sesuai dengan bakat, kemampuan dan. antara tugasnya sebagai istri, ibu rumah tangga.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menciptakan manusia sebagai makhluk hidup-nya, akan tetapi makhluk hidup

BAB I PENDAHULUAN. dan berfungsinya organ-organ tubuh sebagai bentuk penyesuaian diri terhadap

2016 HUBUNGAN ANTARA WORK-FAMILY CONFLICT DENGAN KEPUASAN HIDUP PADA PERAWAT PEREMPUAN BAGIAN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM (RSU) A KOTA CIMAHI

BAB I PENDAHULUAN. bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Setiap pasangan

BAB I PENDAHULUAN. pesat seiring berkembangnya kemajuan teknologi. Persaingan dan tuntutantuntutan

BAB I PENDAHULUAN. 104).Secara historis keluarga terbentuk paling tidak dari satuan yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan pengetahuan yang dimilikinya manusia dapat menjadi insan yang

BAB I PENDAHULUAN. tidak bisa menangani masalahnya dapat mengakibatkan stres. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kualitas dari sebuah organisasi harus benar-benar diperhatikan. Hal

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat menginjak masa dewasa, individu telah menyelesaikan masa

BAB I PENDAHULUAN. area, seperti di area pekerjaan dan keluarga. Demikian juga dengan para pegawai

BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. daya saing dalam dunia usaha. Hal ini merupakan suatu proses kegiatan ekonomi

Transkripsi:

HUBUNGAN ANTARA KONFLIK PERAN GANDA DENGAN STRES KERJA PADA GURU WANITA SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN KEBONARUM KLATEN SKRIPSI Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat sarjana S1 psikologi Diajukan oleh : ASRI NUR VITARINI F 100 050 086 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2009

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Adanya kenyataan dimana tanggung jawab dan tuntutan berat dalam tugas seorang guru tidak diimbangi dengan penghargaan yang besar akan usaha dan tanggung jawab yang diembannya tentunya akan menimbulkan suatu tekanan dan beban berat seorang guru yang pada akhirnya akan mengakibatkan keadaan stress. Selain itu menurut Russel (Ruky, 2001) mengatakan bahwa orang tua yang menuntut dan tidak mendukung proses belajar mengajar dapat juga menjadi salah satu faktor terjadinya stress kerja pada guru. Maramis (dalam Dianawati, 2006) mengungkap stress dapat bersumber pada frustasi,konflik,tekanan dan kritis. Sementara Lazarus (dalam Dianawati, 2006) mengemukakan bahwa faktor-faktor frustasi, ancaman serta konflik dapat menimbulkan stress. Kondisi guru di Indonesia memang masih memprihatinkan sampai saat ini. Gaji guru yang pas-pasan tuntutan kebutuhan kian membumbung, menjadikan guru sebagai manusia terbawa arus budaya masa kini, yakni penghargaan serta harapan tinggi akan materi. Tuntutan hidup demikian besar pada satu sisi, sementara pada sisi lain tanggung jawab dan beban, moral yang dipikul sebagai seorang pengajar dan pendidik sangat besar sering mengakibatkan stres atau tekanan mental pada guru. Belum lagi jika guru menjadi sasaran kritik atas gagalnya suatu proses pendidikan yang dialami oleh anak didiknya. Tak jarang guru akhirnya mengambil sikap apatis 1

2 terhadap profesinya di tengah dilema tanggung jawab serta tuntutan ekonomi (Kurnia, 1996). Disisi lain seorang guru wanita tersebut masih harus melaksanakan kewajibannya saat di rumah yaitu sebagai ibu rumah tangga yang bertanggung jawab mengurus anak-anaknya serta menjadi istri yang baik bagi suaminya. Di sini seorang ibu tersebut harus bisa menyeimbangkan antara pekerjaannya yaitu sebagai guru dan ibu rumah tangga. Sedangkan berbagai tekanan yang dialami guru, misalkan ada tugas-tugas dari sekolah yang belum selesai atau tugas dari kepala sekolah yang harus segera dikumpulkan perlu dikerjakan di rumah dan lembur, hal tersebut akan menimbulkan konflik pada guru tersebut yaitu di satu sisi harus menyelesaikan tugasnya dan di sisi lain harus menyelesaikan pekerjaan rumah tangga. Masalah yang lain misalnya adanya potongan gaji, siswa yang sulit diatur atau kurang pandai, adanya konflik dengan rekan kerja, dll. Jika ibu tersebut tidak dapat menyeimbangkan antara pekerjaan dan keluarga maka akan menimbulkan suatu tekanan sehingga mengakibatkan ibu tersebut sering marah-marah kepada anak dan suami, kurang memperhatikan anak-anak dan suami, cepat lelah, dll. Hal tersebut sering disebut dengan istilah stres kerja yaitu respon yang adaptif terhadap situasi eksternal yang menyebabkan penyimpangan secara fisik, psikologis dan perilaku (Anoraga, 1992). uraian tersebut di atas bisa dikatakan bahwa guru merupakan individu yang mempunyai kerentanan stress. Seorang guru yag mengalami stress tentu tidak akan bisa melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya secara maksimal. Hal ini disebabkan karena stress yang dialami akan mengakibatkan seorang menjadi tertekan

3 dan menimbulkan ketegangan yang akan berpengaruh pada psikologis, perilaku dan kondisi fisik seseorang. Di sekolah guru bisa mendidik murid-muridnya dengan baik namun kadang guru tersebut tidak bisa menerapkannya dirumah. Kesulitan yang sering dihadapi oleh ibu yang bekerja adalah kemampuan manajemen waktu dan rumah tangga. Ibu yang bekerja harus dapat memainkan peran sebaik mungkin baik ditempat kerja maupun di rumah. Ibu yang bekerja memiliki kesadaran untuk harus bisa menjadi ibu yang sabar dan bijaksana untuk anak-anak dan menjadi istri yang baik bagi suami serta menjadi ibu rumah tangga yang bertanggung jawab atas keperluan dan urusan rumah tangga. Ditempat kerja juga mempunyai komitmen dan tanggung jawab atas pekerjaan yang dipercayakan hingga harus menunjukkan prestasi kerja yang baik. Sementara itu, dari dalam ibu yang bekerja pun sudah ada keinginan ideal untuk berhasil melaksanakan kedua peran tersebut secara proporsional dan seimbang. Pekerjaan bisa menjadi sumber ketegangan dan stress yang besar bagi para ibu bekerja. Mulai dari peraturan kerja yang kaku, atasan yang tidak bijaksana, beban kerja yang berat, ketidakadilan yang yang dirasakan ditempat kerja, rekan kerja yang sulit bekerja sama, waktu kerja yang sangat panjang, ataupun ketidak nyamanan psikologis. Situasi demikian akan membuat sang ibu menjadi amat lelah, sementara kehadirannya masih sangat dinantikan oleh keluarga dirumah. Kelelahan psikis dan fisik itulah yang sering membuat sensitif dan emosional, baik terhadap anak-anak maupun terhadap suami. Keadaan ini biasanya makin intens kala situasi dirumah tidak mendukung, suami dan anak-anak kurang bisa bekerjasama untuk bergantian membantu sang ibu meringankan pekerjaan rumah tangga (Rini, 2002).

4 Stres merupakan aspek alamiah dan tidak dapat dihindari dalam kehidupan seseorang. Stres juga dapat terjadi dalam setiap jajaran yang ada dalam perusahaan, baik pekerja, staf maupun pimpinan perusahaan, yang sering disebut dengan istilah stres kerja. Schuler (dalam Hanum, 2007) menyatakan stres kerja merupakan suatu keadaan tidak menyenangkan atau tertekan yang berhubungan dengan faktor-faktor dalam pekerjaan yang saling mempengaruhi dan mengubah keadaan psikologis dan fisiologis karyawan. Stres kerja dapat bersifat potensial dan nyata. Bersifat potensial yaitu apabila tekanan itu dirasakan sebagai akibat interaksi antara karyawan dengan lingkungannya, dan stres kerja yang bersifat nyata apabila orang bereaksi terhadap stres tersebut. Pada masa perkembangan zaman yang semakin modern bertambah kompleknya kehidupan, bertambah pula intensitas peran yang dijalani oleh kaum wanita. Saat ini wanita tidak hanya berperan sebagai ibu rumah tangga saja tetapi mempunyai peran lain di luar rumah yaitu sebagai wanita karir. Sadli (dalam Lestari, 1996) mengemukakan wanita karir adalah wanita yang bekerja atau melakukan kegiatan yang direncanakan untuk mendapatkan hasil berupa uang atau jasa. Diterangkan lebih lanjut bahwa bekerja bagi wanita selain untuk mendapatkan uang sebagai tambahan ekonomi juga terkait dengan kesadaran akan kedudukan wanita baik dalam keluarga maupun masyarakat sehingga menyebabkan wanita secara khusus perlu menguatkan kemampuan dan memberdayakan dirinya sendiri untuk bekerja.

5 Wanita yang menjadi istri dan ibu sekaligus pekerja, cenderung membawa mereka pada work-family conflict. Meskipun laki-laki juga dapat mengalami workfamily conflict tetapi wanita tetap menjadi sorotan utamanya, karena berkaitan dengan tugas utama mereka sebagai ibu dan istri. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Cinamon dan Rich (dalam Putri, 2005) menunjukkan wanita atau ibu yang bekerja ternyata lebih sering mengalami work family conflict dan lebih menekankan pentingnya family work conflict, ketika keluarga sebagai domain yang paling penting bagi kebanyakan wanita mempengaruhi pekerjaan dapat menjadi gangguan bagi mereka. Berbagai peran (multiple role) wanita tersebut menjadi faktor yang dapat mempengaruhi sikap kerja, terutama ibu, dimana pada kenyataannya disatu sisi ibu tetap terus bekerja dan berkarir sementara disisi lain mereka tidak bisa lepas dari perannya sebagai ibu dan istri, belum lagi bila dikaitkan dengan pembagian kerja domestik rumah tangga dimana ibu yang masih lebih banyak mengerjakannya (Stewartz, 1997). Penelitian Stewartz (1997) yang dilakukan pada istri bekerja diketahui bahwa istri yang bekerja full time menginginkan mempersingkat jam kerjanya untuk mengurangi ketegangan akibat konflik peran antara peran pekerjaan dan keluarga dibandingkan wanita yang bekerja part time. Sering juga terjadi keletihan pada wanita karir karena selain bekerja, wanita juga harus bertanggung jawab pada pengasuhan anak, sehingga ibu kurang waktu untuk beristirahat.

6 Mcneil dan Sher (dalam Mastuti, 2006) berpendapat bahwa dalam usaha mengembangkan karir, kaum wanita sering dihadapkan pada pilihan yang dilematis terutama bagi wanita yang telah mengenyam pendidikan tinggi. Dilema tersebut adalah dapat tidaknya kaum wanita membuat keseimbangan antara karir dan rumah tangga tanpa mengorbankan tugas tugas kewanitaanya. Ketimpangan dalam menjatuhkan pilihan, misalnya terlihat pada wanita yang harus meninggalkan dunia pendidikan (baik pendidikan menengah ataupun pendidikan tinggi) kemudian tenggelam dalam kehidupan rumah tangga. Ini menyebabkan sulitnya mencari bentuk penyaluran yang dapat memberikan keseimbangan perkembangan intelektual dan spiritual bagi wanita. Wanita Indonesia adalah wanita bangsa Timur yang mengagungkan posisinya di keluarga. Sejak dulu wanita menekuni peranannya di dalam lingkup keluarga sebagai pendamping suami serta ibu bagi anak anaknya. Pengasuhan anak 100% berada di tangan ibu dan ayah, tidak diserahkan kepada pihak lain. Sesuai dengan perkembangan zaman dan era teknologi, kini wanita indonesia diberi kesempatan serta peran yang sama dengan pria untuk berpartisipasi dalam pembangunan nasional. Progam peningkatan peran wanita di dalam pembangunan semakin mendapat perhatian. Wanita diberi kesempatan untuk berperan lebih majemuk dan menikmati pendidikan tinggi. Hasilnya, banyak wanita yang tampil dan berperan dalam kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara dan aktivitas ekonomi (Tinaprilla, 2007).

7 Tema tentang wanita biasa dikaitkan dengan peran atau sejumlah peran yang disandangnya, mungkin seorang dokter, seorang manager, seorang dosen, seorang guru ataupun sebagai seorang istri. Dari beberapa peran tersebut mungkin dapat menumbuhkan suatu kebahagiaan, tapi mungkin juga mengakibatkan adanya penderitaan. Bila sebuah peran disandangnya, tentu wanita tersebut memiliki suatu posisi tertentu dalam hubungannya dengan orang lain yang juga dapat diharapkan mempunyai tipe tipe perilaku tertentu yang pantas menjadi miliknya (Martha, 2006). Berdasarkan uraian diatas,pada kenyataannya peran ganda memberikan konsekuensi yang berat. Disatu sisi wanita mencari nafkah untuk membantu suami bahkan pada kasus tertentu wanita lebih bisa diandalkan dalam menafkahi dan disisi lain wanita harus bisa melaksanakan tanggung jawabnya sebagai istri dan ibu. Walaupun demikian peran ganda wanita bukan pilihan yang tidak mungkin diambil dan hal tersebut sering berdampak kepada sikap mereka terhadap kerja. Maka, diperlukan suatu kajian yang lebih mendalam lagi tentang adanya stres kerja pada wanita berperan ganda. Mengacu dari latar belakang masalah di atas dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut: Apakah ada hubungan antara konflik peran ganda dengan stres kerja pada guru wanita sekolah dasar? Berdasarkan rumusan masalah tersebut penulis tertarik untuk menguji lebih lanjut dengan mengadakan penelitian berjudul: Hubungan Antara Konflik Peran Ganda Dengan Stres Kerja Pada Guru Wanita Sekolah Dasar di Kecamatan Kebonarum Klaten.

8 B. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : 1. Hubungan antara konflik peran ganda dengan stres kerja pada guru wanita sekolah dasar. 2. Tingkat konflik peran ganda pada guru wanita sekolah dasar. 3. Tingkat stres kerja pada guru wanita sekolah dasar. 4. Besarnya pengaruh konflik peran ganda terhadap stres kerja. C. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Bagi guru wanita Sekolah Dasar Dapat menjadi masukan dan informasi yang berkaitan dengan hubungan antara peran ganda dengan stres kerja sehingga dapat digunakan sebagai acuan dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya. 2. Bagi keluarga (suami dan anak) guru wanita Sekolah Dasar Dapat menjadi masukan bahwa konflik peran ganda berpengaruh terhadap stres kerja, sehingga keluarga dapat memberikan dukungan agar tidak menimbulkan stres dalam pekerjaanya. 3. Bagi ilmuwan psikologi Hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan informasi dan wacana pemikiran khususnya dibidang psikologi pendidikan, psikologi industri dan psikologi keluarga mengenai hubungan antara konflik peran ganda dengan stres kerja pada guru wanita Sekolah Dasar.

9 4. Bagi peneliti lain yang melakukan penelitian sejenis Penelitian ini bisa menjadi acuan bagi peneliti lain yang melakukan penelitian sejenis mengenai hubungan antara konflik peran ganda dengan stres kerja pada guru wanita Sekolah Dasar.