1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi, serta fungsi dan prosesnya (Widyastuti, 2009, p.1). Kesehatan reproduksi remaja adalah suatu kondisi sehat yang menyangkut sistem, fungsi dan proses reproduksi yang dimiliki oleh remaja. Pengertian sehat disini tidak semata-mata berarti bebas penyakit atau bebas dari kecacatan namun juga sehat secara mental serta social kultural (Admin, 2008). Secara umum alat reproduksi wanita dibagi atas dua bagian yaitu alat kelamin (genetalia) luar dan alat kelamin bagian dalam (Manuaba, 2000, p.47). Anatomi genetalia eksterna (alat kelamin bagian luar) dari wanita lebih sederhana dibandingkan laki-laki, hal itu karena sebagian besar alat reproduksi wanita berada di rongga panggul, sehingga genetalia interna (alat kelamin wanita bagian dalam) lebih kompleks. Karena itu, evaluasi terhadap fungsi alat reproduksi wanita lebih rumit dibandingkan dengan laki-laki. 1 1
2 Genetalia eksterna wanita terdiri dari labium mayus, labium minus, clitoris dan liang vagina (Santosa, 2007). Sama seperti tubuh kita, organ reproduksi kita juga rentan terkena penyakit apabila kita kurang memperhatikan kebersihan dan kesehatannya. Pada wanita dapat timbul penyakit mulai dari keputihan hingga kanker pada leher rahim, rahim, indung telur, payudara, vagina atau pun saluran telur. Sebelum terlambat, alangkah baiknya apabila kita dapat mencegah penyakitpenyakit tersebut menyerang organ reproduksi kita, salah satunya dengan senantiasa merawat dan menjaga kebersihan organ reproduksi kita. Merawat kebersihan daerah pribadi (organ seksual), mungkin tidak kita lakukan sesering merawat kebersihan organ tubuh lainnya. Padahal kebersihan pada daerah tersebut, juga membutuhkan perhatian yang ekstra. Oleh karena pada daerah-daerah organ seksual tersebut keringat yang dihasilkan cukup berlebih. Sehingga daerah tersebut menjadi lebih lembab, yang dapat menimbulkan bakteri, penyakit dan bau tidak sedap berkembang-biak dengan baik (PIOGAMA, 2009). Kebanyakan remaja tidak memiliki yang akurat tentang kesehatan reproduksi dan seksualitas. Selain itu mereka juga tidak memiliki akses terhadap pelayanan terhadap informasi kesehatan reproduksi, termasuk kontrasepsi. Informasi biasanya hanya dari teman dan atau media, yang biasanya sering tidak akurat. Hal inilah yang menyebabkan remaja perempuan rentan terhadap kematian maternal, kematian anak dan bayi, 2
3 aborsi tidak aman, IMS, kekerasan atau pelecehan seksual, dan lain-lain (Widyastuti, 2009). Kesehatan reproduksi di kalangan wanita harus memperoleh perhatian yang serius. Beberapa penyakit infeksi organ reproduksi wanita adalah trikomoniasis, vaginosis bakterial, kandidiasis vulvo vaginitis, gonore, klamidia, sifilis. Salah satu gejala dan tanda-tanda penyakit infeksi organ reproduksi wanita adalah terjadinya keputihan. Keputihan merupakan salah satu masalah yang sejak lama menjadi persoalan bagi kaum wanita. Keputihan (Flour Albus) adalah cairan berlebih yang keluar dari vagina (Dwiana, 2008). Di Indonesia, wanita yang mengalami keputihan ini sangat besar, 75% wanita Indonesia pasti mengalami keputihan minimal satu kali dalam hidupnya. Angka ini berbeda tajam dengan Eropa yang hanya 25% saja. Kondisi cuaca Indonesia yang lembab menjadi salah satu penyebab banyaknya wanita Indonesia yang mengalami keputihan, hal ini berbeda dengan Eropa yang hawanya kering sehingga wanita tidak mudah terinfeksi jamur (Elistyawaty, 2006). Berdasarkan hasil penelitian di SMA Negeri 2 Semarang pada tahun 2008, didapatkan bahwa 48 (96%) siswi mengalami keputihan dan sekitar 23 (47,9%) di akibatkan kurangnya tentang merawat organ Badan Litbang Kesehatan menyatakan, hasil pengumpulan dan analisa pada tahap pertama atau tahun pertama (1999/2000) di enam Dati II (Dati II 3
4 Semarang, Surakarta dan Karang anyar di Propinsi Jawa Tengah, Dati II Surabaya dan Malang di Jawa Timur dan Dati II Denpasar di Bali). Total sebanyak 18 Puskesmas sebagai lokasi penelitian. Responden terdiri dari 900 remaja, 180 orang tua remaja, 180 guru sekolah, 90 tokoh masyarakat dan 90 petugas kesehatan. Penelitian menunjukkan bahwa 60% petugas kesehatan, 65% orang tua remaja, 83,3% guru sekolah dan 77,3% remaja mempunyai kurang tentang perkembangan reproduksi remaja, perubahan psikologis dan emosional remaja, penyakit menular seksual dan tentang bahaya kehamilan remaja serta abortus. Remaja sangat sedikit memperoleh informasi dari sumber yang berkompeten tentang hal-hal tersebut diatas. Sebagian besar remaja 45% mendapat informasi dari teman sekolah, 16,3% dari guru, 12,8% dari petugas kesehatan, 8,7% dari orang tua dan 6,8% dari tokoh agama (Suwondo, 2002). Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala bagian kesiswaan SMA Futuhiyah Mranggen Demak pada bulan maret tahun 2010, didapatkan bahwa masih kurangnya pendidikan tentang kesehatan reproduksi yang diberikan di SMA tersebut serta belum pernah mendapatkan penyuluhan atau seminar kesehatan mengenai kesehatan reproduksi remaja khususnya mengenai perawatan organ Sedangkan berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada siswi SMA Futuhiyyah Mranggen Demak, bulan Maret 2010. Sebanyak 10 siswi untuk diberikan pertanyaan mengenai perawatan organ genetalia eksterna yang meliputi apakah tahu mengenai perawatan organ 4
5 genetalia eksterna, apakah melakukan dan bagaimana cara melakukan perawatan organ 7 atau 70% siswi kurang mengetahui dan memperhatikan kebersihan daerah kewanitaan. Serta riwayat keputihan meliputi: apakah pernah mengalami keputihan, kapan, apakah berbau, apakah timbul rasa gatal, dan bagaimana warnanya. Didapatkan bahwa 7 dari 10 atau sekitar 70% siswi mengalami keputihan. Berdasarkan uraian pada latar belakang, penulis tertarik untuk melakukan penelitian Hubungan tingkat dan sikap dengan perilaku perawatan organ genetalia eksterna pada siswi SMA Futuhiyah Mranggen Demak Tahun 2010 B. Perumusan Masalah Dari uraian latar belakang yang telah dipaparkan, dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut Apakah ada hubungan antara dan sikap dengan perilaku perawatan organ genetalia eksterna pada siswi SMA Futuhiyah Mranggen Demak tahun 2010 C. Tujuan 1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan antara tingkat dan sikap dengan perilaku perawatan organ genetalia eksterna pada siswi SMA Futuhiyah Mranggen Demak tahun 2010. 5
6 2. Tujuan Khusus a. Mendeskripsikan remaja putri tentang perawatan organ b. Mendeskripsikan sikap remaja putri tentang perawatan organ c. Mendeskripsikan perilaku remaja putri tentang perawatan organ d. Menganalisis hubungan antara remaja putri dengan perilaku perawatan organ genetalia eksterna pada siswi SMA Futuhiyah Mranggen Demak. e. Menganalisis hubungan antara sikap remaja putri dengan perilaku perawatan organ genetalia eksterna pada siswi SMA Futuhiyah Mranggen Demak. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini di harapkan bermanfaat bagi: 1. Bagi Peneliti Dapat meningkatkan dan mengaplikasikan materi yang diperoleh dari perkuliyahan dalam hal kesehatan reproduksi remaja khususnya perawatan organ 2. Bagi Responden Dapat menambah dan wawasan tentang perawatan organ 6
7 3. Bagi tempat penelitian Dapat digunakan sebagai sumber informasi dan sarana bagi pihak sekolah untuk mengetahui masalah yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi remaja. 4. Bagi Institusi Pendidikan Menambah daftar kepustakaan dibidang kesehatan, dan sebagai sumber informasi untuk penelitian selanjutnya. 7
8 E. Keaslian Penelitian Tabel 1.1. Keaslian Penelitian No Judul Penelitian 1. Hubungan antara tingkat dan perilaku merawat organ genetalia eksterna wanita dengan keputihan yang dialami siswi SMA Negeri 2 Semarang 2. Hubungan Pengetahuan tentang Kesehatan Reproduksi Remaja dengan Praktik Perawatan Organ Reproduksi Eksternal pada Siswi SMA N 3 Mranggen Kabupaten Demak Nama Wiwit Putri Noviati Eni Retno Purwanti Tahun dan tempat penelitian 2008 SMA Negeri 2 Semarang 2009 SMA N 3 Mranggen Rancangan Penelitian Metode survey analitik dengan cross sectional Penelitian kuantitatif yaitu studi korelasi dengan cross sectional Variabel penelitian Variabel bebas yaitu tingkat dan perilaku merawat organ genetalia eksterna variabel terikat yaitu keputihan Variabel bebas yaitu tingkat tentang kesehatan reproduksi remaja variabel terikat yaitu praktik perawatan organ reproduksi eksternal Hasil Sebanyak (47,14%) mengalami keputihan. Pengetahuan mayoritas baik (57,14%) dan perilaku mayoritas baik (58,57%). Terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat dan perilaku merawat organ genetalia eksterna dengan keputihan dengan p value 0,006. Sebanyak 82,5% siswi mempunyai cukup, 11,1% kurang dan 6,3% baik. Dan sebanyak 84,1% mempunyai praktik cukup, 11,1% kurang dan 4,8% baik Terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat tentang kesehatan reproduksi dengan praktik perawatan organ reproduksi eksternal dengan p value 0,000. 8
9 9