12 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lahan persawahan Desa Joho, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo dari bulan Mei hingga November 2012. B. Bahan dan Alat Penelitian Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih padi (varietas Inpari 13, Ciherang, Sunggal, dan Batang Pariaman), pupuk urea, pupuk phonska, insektisida (Pymetrozine 50%), zeolit. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah ajir, traktor, garetan atau blak, bajak, garu, cangkul, patok, tali, timbangan, papan nama perlakuan, alat tulis, penggaris, sprayer dan kamera. C. Perancangan Penelitian Percobaan ini menggunakan Rancangan Petak Terbagi (Split Plot Design) dengan petak utamanya (main plot) yaitu pemberian zeolit (Zeo) dan penerapan konsep pengendalian hama secara terpadu (PHT). Anak petak (subplot) adalah varietas padi yang terdiri dari empat taraf antara lain varietas Inpari 13 (V1), Ciherang (V2), Sunggal (V3) dan Batang Pariaman (V4). Terdapat 8 kombinasi perlakuan, masing-masing perlakuan terdiri dari 9 ulangan. Setiap ulangan diambil tiga sampel secara acak. Kombinasi perlakuan adalah sebagai berikut: V1Zeo : Varietas Inpari 13 dengan pengendalian hama terpadu (tanpa zeolit) V1PHT : Inpari 13 dengan pemberian zeolit V2Zeo : Ciherang dengan pengendalian hama terpadu (tanpa zeolit) V2PHT : Ciherang dengan pemberian zeolit V3Zeo : Sunggal dengan pengendalian hama terpadu (tanpa zeolit) V3PHT : Sunggal dengan pemberian zeolit V4Zeo : Batang Pariaman dengan pengendalian hama terpadu (tanpa zeolit) V4PHT : Batang Pariaman dengan pemberian zeolit 12
13 D. Pelaksanaan Penelitian 1. Pengolahan tanah Sisa jerami dan sisa tanaman pada bidang olah dibersihkan sebelum tanah diolah. Pengolahan tanah diawali dengan memperbaiki pematang sawah. Saluran atau parit diperbaiki dan dibersihkan dari rerumputan atau kotoran lain. Setelah dilakukan perbaikan pematang dan saluran, tahap berikutnya adalah pencangkulan. Sudut sudut petakan dicangkul untuk memperlancar pekerjaan bajak atau traktor. Pengolahan tanah dilakukan dengan menggunakan mesin traktor. Sebelum dibajak, tanah sawah digenangi air agar gembur. Pada petakan sawah yang lebar, perlu dibuatkan bedengan-bedengan. Antara bedengan satu dengan bedeng lainnya dibuat saluran kecil dimana ujung saluran bertemu dengan parit kecil di tepi galengan yang berguna untuk memperlancar air irigasi. Selanjutnya dilakukan pemupukan dasar menggunakan Phonska sebanyak 150 kg/ha dan Urea sebanyak 50 kg/ha. Untuk keserempakan saat tanam, waktu yang diperlukan saat pengolahan tanah pertama hingga lahan siap tanam sekitar 2 minggu. Setelah itu dilakukan penambahan zeolit sebanyak 900 kg/ha pada petak perlakuan zeolit (Zeo). 2. Persemaian Untuk setiap 1 hektar pertanaman padi, area pesemaian yang disiapkan kira-kira seluas 4-5% (1/20-1/25 nya atau 400-500 m 2 ). Lebar persemaian 1-1,5 m dengan panjang sesuai petakan. Lahan dicangkul/dibajak secara sempurna. Menghaluskan butiran-butiran tanah dengan cara digaru sehingga melumpur lalu dibiarkan selama 2-3 hari untuk kemudian siap ditebari benih yang sudah dipersiapkan. Bibit dipindah tanam setelah berumur sekitar 18 hari. 3. Penanaman Pembuatan jarak tanam dilakukan dengan menggunakan garetan atau blak yang telah ditentukan jarak tanamnya. Tanam Pindah (Tapin) dengan sistem Tegel menggunakan jarak tanam 20 x 20 cm dengan 2-3 bibit/rumpun per lubang tanam, bibit berumur sekitar 18 hari.
14 4. Pemupukan Pemupukan lanjutan dilakukan sebanyak dua kali. Pertama saat tanaman padi berumur sekitar 20 HST dengan dosis sesuai anjuran yaitu Phonska sebanyak 150 kg/ha dan Urea sebanyak 50 kg/ha. Kedua saat tanaman padi berumur sekitar 35-40 HST dengan pupuk Urea 50-100 kg/ha disesuaikan kondisi tanaman. 5. Pemeliharaan Pemeliharaan meliputi pengairan, penyiangan, dan pengendalian OPT. Secara berangsur tanah diairi 2-5 cm sampai tanaman berumur 10 hari. Tanah dibiarkan mengering dengan sendirinya, tanpa diairi, biasanya membutuhkan waktu 5-6 hari, setelah permukaan tanah retak selama 1 hari, sawah kembali diairi setinggi 5 cm. Kemudian sawah dibiarkan mengering tanpa diairi (5-6 hari), lalu diairi air setinggi 5 cm, demikian seterusnya sampai tanaman masuk ke fase generatif. Sejak fase keluar bunga sampai 10 hari sebelum panen, lahan terus diairi setinggi 5 cm, kemudian lahan dikeringkan. Penyiangan dilakukan secara manual dengan cara mencabut gulma dengan tangan atau menggunakan osrok/ landak. Penyiangan dilakukan pada umur 10-15 HST dan dilanjutkan pada umur 20-25 HST. Penyiangan dilakukan pada saat kondisi tanah macak-macak dengan ketinggian air 2-3 cm. Gulma yang terlalu dekat dengan tanaman padi dicabut dengan tangan. Penerapan konsep PHT di Desa Joho yang dilaksanakan melalui program SLPHT (Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu) secara umum dilakukan dengan memadukan beberapa metode pengendalian antara lain dengan mengusahakan tanaman tumbuh dengan baik melalui kultur teknis, penggunaan varietas tahan wereng batang coklat, pengaturan jarak tanam, pengaturan pengairan untuk mengatur kelembaban mikro, pemupukan berimbang, penyiangan gulma secara mekanis, pengamatan ekosistem sawah meliputi populasi musuh alami, ambang populasi wereng batang coklat, sebaran wereng imigran, pemantauan gejala virus kerdil rumput/ hampa dan menggunakan insektisida kimia secara tepat.
15 Pengendalian wereng batang coklat dengan insektisida kimiawi dilakukan hanya pada petak PHT (tanpa zeolit) dengan memperhatikan ambang populasi per rumpun padi. Apabila dalam pengamatan ditemukan lebih dari 5 ekor wereng saat tanaman berumur kurang 40 HST, dan lebih dari 20 ekor wereng pada tanaman berumur lebih dari 40 HST dengan mengamati populasi musuh alami dan tanaman belum menunjukkan gejala terserang virus kerdil rumput, tanaman disemprot dengan insektisida kimia berbahan aktif Pymetromezin 50% sesuai dengan dosis anjuran. 1. Populasi wereng batang coklat E. Pengamatan Peubah Populasi wereng batang coklat diamati tiap minggu, pengamatan dilakukan dengan menghitung secara langsung wereng yang ditemukan pada rumpun padi yang dijadikan sampel pada lahan yang diberi zeolit dan lahan dengan penerapan konsep PHT (tanpa zeolit). Populasi yang diamati berupa wereng batang coklat fase nimfa dan imago. 2. Tingkat kerusakan tanaman padi Tingkat kerusakan masing-masing varietas padi diamati pada sampel per unit ulangan setiap satu minggu sekali setelah padi berumur 2 MST 11 MST, dengan skoring : Skor Tampilan Kategori Kerusakan 0 Sehat 1 Rusak sangat ringan 3 5 7 9 Rusak ringan Rusak berat Mati sebagian Mati kering Tidak ada kerusakan Kerusakan sangat sedikit pada ujung daun, belum ditumbuhi jamur Kebanyakan daun pertama dan kedua menguning sebagian, batang mulai ditumbuhi jamur Tanaman menguning dan kerdil atau sekitar 10-25% bagian tanaman layu, banyak ditumbuhi jamur Lebih dari setengah bagian tanaman layu atau mati Semua tanaman mati kering Setelah skor didapatkan maka dibuat pembatasan ukuran ketahanan tanaman yaitu Sangat tahan = skor < 3, Tahan = skor 3, Agak tahan = skor > 3-5, Agak rentan = skor > 5-7, Rentan = skor 7, Sangat rentan = skor > 7-9 (IRRI 2002 ; Baehaki 1985)
16 3. Tinggi Tanaman Pengamatan tinggi tanaman diukur setiap satu minggu sekali, dimulai saat tanaman berumur 2 MST sampai 11 MST. Pengamatan dilakukan pada unit sampel pada setiap ulangan. Tinggi tanaman diukur dari pangkal batang sampai ujung daun tertinggi menggunakan meteran/penggaris. 4. Jumlah Anakan Pengamatan jumlah anakan dilakukan seminggu sekali, dimulai 2 MST sampai 11 MST. Jumlah anakan dihitung secara langsung pada tanaman yang dijadikan unit sampel pada setiap ulangan. F. Analisis Data Data yang diperoleh dianalisis menggunakan sidik ragam (uji F) pada taraf 5%. Berdasarkan hasil uji F taraf 5% tersebut, apabila menunjukkan pengaruh yang nyata dilanjutkan dengan Uji DMRT (Duncan Multiple Range Test) taraf 5%.