BAB 1 PENDAHULUAN. dapat dilihat dari keterlibatan generasi mudanya. Berpijak dari hal tersebut, maka

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bermaksud mengungkap tentang perkembangan petikan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yuyun Yuniati, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prima Suci Lestari, 2013

pergelaran wayang golek. Dalam setiap pergelaran wayang golek, Gending Karatagan berfungsi sebagai tanda dimulainya pergelaran.

BAB I PENDAHULUAN. membuat tradisi sering kali tercabut dari akar budayanya,sehingga menjadi

2015 PERTUNJUKAN KESENIAN EBEG GRUP MUNCUL JAYA PADA ACARA KHITANAN DI KABUPATEN PANGANDARAN

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan seni di sekolah dalam kurikulum pendidikan terdapat dalam

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Belitung Timur merupakan bagian dari wilayah Provinsi

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kesenian yang ada di Jawa Barat terbagi dalam dua kalangan yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Rudat adalah salah satu kesenian tradisional yang berkembang di Jawa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Asti Purnamasari, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Jawa Barat yang lebih sering disebut sebagai Tatar Sunda dikenal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN. Kabupaten Sumedang. Dalam sebuah penelitian metode penelitian menjadi syarat

BAB I PENDAHULUAN. menghawatirkan, baik dari segi penyajian, maupun kesempatan waktu dalam

2015 KOMPOSISI KACAPI PADA LAGU KEMBANG TANJUNG PANINEUNGAN KARYA MANG KOKO

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nuarisa Agossa, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sumedang merupakan kota yang kaya akan kebudayaan, khususnya dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang NURUL HIDAYAH, 2014

2015 KESENIAN MACAPAT GRUP BUD I UTOMO PAD A ACARA SYUKURAN KELAHIRAN BAYI D I KUJANGSARI KOTA BANJAR

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia merupakan suatu masyarakat majemuk yang

2016 PROSES PEMBELAJARAN RAMPAK KENDANG DI SANGGAR SENI KUTALARAS CIRANJANG-CIANJUR

BAB V KESIMPULAN. batatamba. instrumen yang masih sederhana terdiri dari tiga jenis instrumen

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nova Silvia, 2014

2015 KESENIAN SASAPIAN PADA ACARA SALAMETAN IRUNG-IRUNG DI CIHIDEUNG PARONGPONG KABUPATEN BANDUNG BARAT

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dengan cara mengumpulkan, menyusun dan menginterpretasikan data.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Lokasi penelitian bertempat di SMP Negeri 1 Padalarang di Jl.U.Suryadi

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. ada sejak lama, yaitu sekira abad ke-16. Awalnya Tanjidor tumbuh dan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Penelitian ini adalah studi aplikatif terhadap materi penyadapan seni tradisi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Hilda Widyawati, 2013 Eksistensi Sanggar Seni Getar Pakuan Kota Bogor Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian ronggeng gunung merupakan kesenian tradisional masyarakat

BAB III METODE PENELITIAN. Pada dasarnya, dalam penelitian apa pun sangat diperlukan sebuah

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bentuk ungkapan kehidupan atau pernyataan diri masyarakat

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif analitik yaitu suatu metode penelitian yang digunakan untuk

A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan salah satu Negara yang kaya akan sumber daya

Kesenian Sisingaan Grup Putra Mekar Jaya Pada Acara Khitanan Di kabupaten Subang

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilakukan dengan mudah dan cepat, yakni dengan penggunaan handphone

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Fendra Pratama, 2014 Perkembangan Musik Campak Darat Dari Masa Ke Masa Di Kota Tanjung Pandan Belitung

BAB I PENDAHULUAN. (kurang lebih ) yang ditandai dengan adanya beberapa situs-situs

2015 PERKEMBANGAN KESENIAN BRAI DI KOTA CIREBON TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. sebagai salah satu unsur kebudayaan dan sebagai salah satu perantara sosial

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh pada perkembangan musik di Indonesia. Angklung adalah alat musik

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanah Karo adalah salah satu Kabupaten yang ada di Propinsi Sumatera

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

2015 MUSIK IRINGAN TARI TEPULOUT DISANGGAR SENI KITE SUNGAILIAT KABUPATEN BANGKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indra Jaya, 2014 Kesenian Janeng Pada Acara Khitanan Di Wonoharjo Kabupaten Pangandaran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rina Arifa, 2013

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

UCAPAN TERIMA KASIH...

BAB I PENDAHULUAN. Budaya merupakan cerminan yang terefleksikan dalam keseharian

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini pendidikan musik tidak lagi dipandang sebagai mata pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN. Pupuh Balakbak Raehan merupakan salah satu pupuh yang terdapat dalam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II UPACARA RITUAL TARAWANGSA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. cara hidup sehari-hari masyarakat. Kesenian tradisional biasanya bersumber pada

MUSEUM WAYANG NUSANTARA DI SURAKARTA

PROSES PELATIHAN ANGKLUNG PADA KEGIATAN EKTRAKULIKULER DI SMPN 3 BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian Batak secara umum dibagi menjadi 2(dua) bagian yaitu Gondang

BAB I PENDAHULUAN. dan ekosistemnya ini dapat dikembangkan dan dimanfaatkan sebesar-besarnya

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang

BAB I P E N D A H U L U A N. Pendidikan seni berperan penting dalam pengembangan kecerdasan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Annisa Tri Desiana, 2013 Pembelajaran Tari Di Sanggar Ringkang Gumiwang Yayasan Pusat Kebudayaan Bandung

BAB I PENDAHULUAN. Tari merupakan ungkapan perasaan manusia yang dinyatakan dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Soepandi Mengatakan bahwa: Alat musik tiup yang ada di Jawa Barat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Modernisasi merupakan fenomena budaya yang tidak dapat terhindarkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Reni Nuraeni S, 2014 Analisis garap pupuh pangkur dalam audio CD Pupuh Raehan karya Yus Wiradiredja

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Sunda memiliki identitas khas yang ditunjukkan dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tari Putri Asrini, 2013

BAB I PENDAHULUAN. serta menjadi milik masyarakat itu sendiri yang dikenal dan dikagumi oleh

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Kelurahan Sindangkasih adalah kearifan lokal budaya yang masih tersisa di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ARIF RAMDAN, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang Pembelajaran Layeutan Suara Pada Kegiatan Ekstrakurikuler Di Smp Pasundan Katapang Kabupaten Bandung

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk dalam berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan tradisi dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

BAB I PENDAHULUAN. Seni Dzikir Saman Di Desa Ciandur Kecamatan Saketi Kabupaten Pandeglang Banten

2016 PELESTARIAN TARI TRADISIONAL DI SANGGAR SUNDA RANCAGE KABUPATEN MAJALENGKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Proses pewarisan seni budaya oleh berbagai komunitas budaya sangat memberikan arti penting dalam pengembangan kesenian Jawa Barat, dan ini dapat dilihat dari keterlibatan generasi mudanya. Berpijak dari hal tersebut, maka beberapa alasan yang perlu kita ketahui diantaranya adalah seni budaya daerah Jawa Barat yang sangat variatif, seperti seni karawitan, seni tari, seni drama dan seni budaya lainnya, hal ini menunjukan bahwa potensi daerah Jawa Barat sangat diperhitungkan dalam bidang seni budayanya. Begitu pula dengan perbedaan bentuk karawitannya, dimana perbedaan itu terbentuk karena dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya perbedaan bentuk instrument, dan perbedaan bentuk penyajiannya. Dari sekian banyak jenis kesenian daerah yang ada di Jawa Barat terdapat salah satu jenis kesenian khas Sumedang yaitu seni Tarawangsa. Seni Tarawangsa hanya dapat ditemui di beberapa daerah saja, diantaranya: daerah Rancakalong (Kabupaten Sumedang), Cibalong, Cipatujah (Tasikmalaya Selatan), Banjaran, Ciparay (Bandung), dan Kanakes (Banten Selatan). Tarawangsa merupakan salah satu jenis kesenian rakyat yang ada di Jawa Barat. Berdasarkan hasil wawancara dengan bapak Dedi Saputra selaku sekertaris di sanggar Tarawangsa Sunda Lugina (26-12-2017) Istilah Tarawangsa sendiri memiliki dua pengertian: 1) alat musik gesek yang memiliki dua dawai yang terbuat dari kawat baja atau besi, 2) nama dari salah satu jenis musik tradisional Sunda. (Dalam Sunda Lugina 2012:14).

2 (Dalam sasaki, 2007:30) Tarawangsa keberadaanya lebih tua dari pada rebab, alat gesek yang lain. Rebab muncul di tanah Jawa setelah zaman Islam sekitar abad ke 14-15, merupakan adaptasi dari alat gesek bangsa Arab yang dibawa oleh para penyebar Islam dari tanah Arab dan India. Setelah kemunculan rebab, Tarawangsa biasa pula disebut dengan nama rebab jangkung, (rebab tinggi), karena ukuran tarawangsa umumnya lebih tinggi dari pada rebab. Sebagai alat musik gesek, tarawangsa tentu saja dimainkan dengan cara digesek. Akan tetapi yang digesek hanya satu dawai, yakni dawai yang paling dekat dengan pemain sementara dawai yang satunya lagi dimainkan dengan cara dipetik dengan jari telunjuk tangan kiri. Kemudian sebagai nama salah satu jenis musik, tarawangsa merupakan sebuah ensamble kecil yang terdiri dari sebuah Tarawangsa dan sebuah alat petik tujuh dawai yang menyerupai kecapi, yang disebut Jentreng. Tarawangsa sebagai salah satu wujud kearifan lokal Sunda yang menempuh proses perjalanan yang panjang, dan hingga kini masih dipelihara oleh masyarakat Rancakalong. Namun demikian ditengah derasnya pengaruh kebudayaan lain, oleh karena itu perlu dilakukan upaya nyata untuk mewariskan dengan cara proses pewarisan terhadap generasi muda Rancakalong sehingga eksistensi tarawangsa dapat dipertahankan. Salah satu upaya yang dapat ditempuh adalah melalui regenerasi pelaku seni tarawangsa tersebut, dalam hal ini grup tarawangsa Sunda Lugina telah berupaya untuk mewariskannya kepada generasi muda. Mengetahui telah mengalami perubahan bentuk asli tarawangsa, para sesepuh dan seniman yang ada di kota Sumedang khususnya Kecamatan

3 Rancakalong, telah melakukan tindakan pelestarian berupa pewarisan kesenian Tarawangsa. Pewarisan budaya Menurut C.H Colley (2005:43) adalah suatu proses peralihan nilai-nilai dan norma-norma yang dilakukan dan diberikan melalui pembelajaran oleh generasi tua ke generasi muda. Pada tiga tahun yang lalu tarawangsa hampir mengalami kesulitan dalam regenerasi, hal ini menurut bapak Pupung disebabkan oleh ketiadaan generasi penerus seni Tarawangsa. Maka atas dasar itu bapak Pupung beserta dengan para sesepuh di sanggar Sunda Lugina sangat antusias untuk mewariskan kesenian Sunda khas Rancakalong tersebut kepada generasi muda Rancakalong, yaitu dengan cara mengadakan proses pelatihan (pembelajaran) rutin dan pertunjukan tarawangsa di sanggarnya. Bapak Pupung sangat menyayangkan sekali dalam melestarikan seni tarawangsa hanya orang-orang sepuh saja, hal ini beliau rasakan, bahwa masih sedikit sekali yang peduli dengan eksistensi seni tarawangsa pada saat ini. Maka dari dasar tersebut beliau dan para sesepuh mencoba melakaukan proses penggenerasian seni tarawangsa dalam bentuk pelatihan pada generasi muda, khususnya untuk disekitar Rancakalong dengan harapan seni tarawangsa tetap lestari. Sebagaimana telah disinggung di atas, waditra atau alat musik pokok seni tarawangsa terdiri dari Tarawangsa dan Jentreng. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan bapak Pupung Supena (18-10-2017) selaku ketua di sanggar Tarawangsa Sunda Lugina, beliau sependapat dengan sistem klasifikasi instrumen dari Curt Sachs dan Hornbostel (dalam sunda lugina 2015:27). Yaitu tarawangsa sebagai Chordophone dan jentreng juga diklasifikasikan sebagai Chordophone. Sedangkan cara memainkanya Tarawangsa sebagai alat gesek dan jentreng

4 diklasifikasi sebagai alat petik.alat musik Tarawangsa terbuat dari kayu kenanga, dadap, dan kemiri. Dalam ensamble Tarawangsa berfungsi sebagai pembawa melodi (memainkan lagu), sedangkan jentreng berfungsi sebagai pengiring (mengiringi lagu). Seni Tarawangsa adalah hasil seni budaya masyarakat Sunda yang termasuk kedalam seni karawitan dan merupakan hasil cipta, karsa dan karya manusia Sunda. Seni Tarawangsa memiliki makna filosofis yang sarat akan nilainilai kearifan lokal. Pengertian kearifan lokal menurut Rahyono (2008:14) dalam skripsi Nisa Mustika (2012) Kearifan lokal adalah berbagai nilai yang diciptakan, dikembangkan, dan dipertahankan oleh masyarakat yang menjadi pedoman hidup mereka. Maka dalam hal tersebut peran serta generasi muda dan pemerintah sangat diperlukan dalam pelestarian dan pengembangan seni Tarawangsa. Berdasarkan pijakan di atas, maka sebagai bentuk kepedulian dan rasa cinta kepada kesenian tarawangsa. Peneliti mengangkat penelitian ini dengan judul Proses Pewarisan Seni Tarawangsa Sanggar Sunda Lugina Pada Generasi Muda Rancakalong Sumedang 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini disusun dalam berbagai pertanyaan penelitian, yaitu: 1. Bagaimana proses pewarisan tarawangsa di sanggar Sunda Lugina pada generasi muda Rancakalong? 2. Bagaimana Jalannya proses kegiatan pelatihan dalam rangka pewarisan seni Tarawangsa di sanggar Sunda Lugina? 3. Sejauh mana peran serta generasi muda pada seni Tarawangsa?

5 1.3 Tujuan Penelitian Secara khusus tujuan penelitian ini adalah untuk dapat menjawab seluruh permasalahan yang telah dirumuskan, yaitu: 1. Untuk mengetahui bagaimana proses pewarisan tarawangsa di sanggar Sunda Lugina pada generasi muda Rancakalong. 2. Untuk mengetahui bagaimana jalannya proses kegiatan pelatihan dalam rangka pewarisan seni Tarawangsa di sanggar Sunda Lugina. 3. Untuk mengetahui sejauh mana peran serta generasi muda pada seni Tarawangsa. 1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat kepada beberapa pihak khususnya: 1. Peneliti Untuk Menambah pengalaman, wawasan dan pembelajaran buat peneliti terhadap pewarisan kesenian Tarawangsa melalui kegiatan pertunjukan dan pelatihan yang berhubungan dengan kesenian Tarawangsa. 2. Sanggar Tarawangsa Sunda Lugina Dengan adanya penelitian ini diharapkan menjadi motivasi bagi sanggar Sunda Lugina untuk eksis dan tetap mewariskan kesenian Tarawangsa pada generasi muda di Kecamatan Rancakalong khususnya, dan Kabupaten Sumedang pada umumnya.

6 3. Kepentingan akademik Sebagai referensi data study-study selanjutnya yang berkaitan tentang kesenian Tarawangsa. 1.5 Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka dilakukan untuk mengetahui sejauh mana otentistas suatu karya ilmiah serta posisinya diantara karya-karya sejenis dengan tema ataupun pendekatan yang serupa. Adapun fungsi tinjauan pustaka buat peneliti adalah: 1) Sebagai sumbangan keilmuan dan pendidikan yang bertujuan untuk mengembangkan kualitas peneliti, 2) Untuk mengetahui penelitian sebelumnya berhasil atau tidak, sebagai acuan untuk melakukan langkah-langkah pemikiran yang benar, 3) Untuk mengetahui apakah penelitian yg akan kita lakukan sudah pernah diteliti orang lain atau belum, 4) Menghindari penjiplakan penelitian, dan 5) Meningkatkan pemahaman kita tentang hal yg akan kita teliti. Sejauh penulis ketahui, belum banyak penelitian lain yang mengambil judul Proses Pewarisan Seni Tarawangsa Sanggar Sunda Lugina Pada Generasi Muda Rancakalong Sumedang Namun demikian dari hasil penulusuran terdapat beberapa hasil penelitian yang bertemakan tentang pewarisan seni Tarawangsa: Pertama, skripsi Reni Nuraini (2013)) Jurusan Seni Tari Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung yang berjudul Pewarisan Nilai Budaya Dalam Seni Tari Tarawangsa Di Kabupaten Sumedang Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dan pendekatan kualitatif.

7 Kedua, skripsi Yuyun Yuniarti (2012) Jurusan Pendidikan Seni Musik Universitas Pendidikan Indonesia Bandung yang berjudul Proses Pewarisan Nilai-Nilai Tarawangsa Untuk Mengembangkan Budaya Kewarganegaaraan Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dan pendekatan korelasional. 1.6 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif. Menurut Denzin dan Lincoln (1987:27) menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada. Sedangkan metode yang digunakan adalah metode deskriptif mengandung unsur etnografi. Metode etnografi menurut Endraswara, (2006:50) adalah penelitian untuk mendeskripsikan kebudayaan sebagaimana adanya. Metode ini berupaya mempelajari peristiwa kultural yang menyajikan pandangan hidup subjek sebagai objek studi. Data lapangan dalam penelitian ini merupakan deskripsi budaya masyarakat Rancakalong yang mempunyai hubungan dengan kesenian tarawangsa sebagaimana adanya. Dari paparan di atas maka hemat peneliti, penelitian kualitatif daan metode etnografi sangat tepat dengan maksud peneliti ingin mengangkat seni tradisi tarawangsa secara ilmiah dan dengan pertunjukan ritualnya. 1.7 Lokasi Dan Jadwal Penelitian Lokasi penelitian bertempat di Desa Rancakalong Rt 04 Rw 08 Dusun 3 Pasir Talang Rancakalong kode pos 45361. Sumedang. Jarak yang ditempuh dari

8 Sumedang kota ke tempat penelitian sekitar 13,8 Km atau kurang lebih 30 menit dan 1 Km dari terminal Rancakalong. Sedangkan jadwal penelitian, pelaksanaan observasi dibagi menjadi 2 bagian, yaitu observasi pengumpulan data pertunjukan mulud dan pelatihan yang dilakukan pada tanggal 20 november 2017 sampai 23 Desember. Observasi data lisan dan tulisan 25 Desember 2017 sampai 20 Januari 2018. Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran 2017 yaitu antara bulan Oktober 2017 sampai bulan Januari 2018. 1.8 Teknik Pengumpulan Data Penelitian ini dilakukan oleh peneliti sendiri sebagai alat pengumpul data (Instrumen Penelitian) agar data terkumpul sesuai dengan kepentingan penelitian dan tujuan yang diharapkan. Adapun teknik pengumpulan data adalah sebagai berikut: 1.8.1 Observasi Teknik ini digunakan untuk mengamati secara langsung dan mencatat seluruh data yang diperoleh dari lokasi penelitan. Data yang dikumpulkan dengan harapan dapat tercapainya tujuan yang diharapkan dalam kegiatan observasi, yaitu mengetahui situasi, kondisi, dan hal-hal yang dibutuhkan. Dalam hal ini data-data mengenai proses pewarisan kesenian tarawangsa pada generasi muda Rancakalong. 1.8.2 Wawancara Teknik ini dilakukan dengan cara melakukan Tanya jawab secara langsung, agar mendapatkan jawaban terhadap permasalahan peneliti secara

9 langsung melakuan wawancara terhadap bapak Pupung dan beberapa anggota grup yang ada di sanggar Sunda Lugina. Pertanyaan mengacu terhadap masalah yang akan diteliti diantaranya: bagaimana proses pewarisan seni tarawangsa sanggar Sunda Lugina pada generasi muda Rancakalong, dan peran serta generasi muda terhadap proses pewarisan seni tarawangsa tersebut. 1.8.3 Studi Literatur Studi literatur dalam penelitian ini atau studi pustaka diperoleh dari berbagai sumber diantaranya dokumen, karya ilmiah, buku referensi, naskah dan skripsi yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Dalam penulisan penelitian ini, penulis mencantumkan data yang diperoleh sebagai bahan referensi yang ditulis bagian daftar pustaka. 1.8.3 Studi Dokumentasi Studi dokumentasi yang dilakukan peneliti yaitu dengan cara foto, merekam audio dan visual. Dengan memperoleh data yang sesuai dimaksudkan dengan tujuan untuk memperkuat penelitian. 1. 9 Sistematika Penulisan Pada penelitian yang penulis lakukan, agar alur penulisan lebih mudah dipahami dan jelas, maka skripsi yang akan disusun memiliki sistematika sebagai berikut:

10 BAB I PENDAHULUAN Bab ini mencakup latar belakang, perumusan masalah, pembatasan masalah, tujuan observasi, manfaat observasi, lokasi dan sistematika penulisan. BAB II LANDASAN TEORI Berisi informasi dan teori-teori para ahli yang menjadi dasar penulisan laporan observasi. BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini memaparkan lebih rinci mengenai metode penelitian yang secara garis besar telah dibahas dalam Bab 1 dan Bab II, semua prosedur dan tahapan penelitian akan dijelaskan mulai dari tahap persiapan sampai penelitian berakhir. BAB IV HASIL PENELITIAN Bab ini mambahas mengenai semua kegiatan yang dilakukan, dari pengumpulan data, proses pelaksanaan hingga hasil observasi yang diperoleh. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini merupakan bagian akhir yang menyajikan rangkuman atas hasil analisa dan pembahasan, yang terbagi dalam dua bagian, yaitu kesimpulan dan saran