BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Demokrasi pada era globalisasi saat ini menjadi pilar-pilar bagi kehidupan berbangsa dan bernegara. Di tunjukan dengan hak-hak asasi seseorang sebagai rakyat yang tidak lagi dikekang. Kebebasan mengemukakan pendapat dijunjung tinggi di dalam pelaksanaannya. Seperti dalam pemberitaan media online Merdeka yang menginformasikan aksi demonstrasi di Indonesia yang dilakukan oleh golongan yang mengatasnamakan umat islam atau yang lebih dikenal dengan sebutan aksi 212. Aksi demonstrasi tersebut berjalan dengan damai dan tertib (Media online Merdeka.com, https://m.merdeka.com/peristiwa/ragam-cerita-bikinkagum-di-balik-demo-2-desember-di-monas.html). Sangat baik jika proses demokrasi yang terjadi di Indonesia berjalan seperti itu. Para demonstran yang memiliki hak untuk menyampaikan pendapat disambut baik oleh pemerintah yang memiliki kewajiban untuk menampung aspirasi rakyat. Seperti yang diungkapkan oleh Zihan Syahayani (2016:6) dalam Jurnal Update Indonesia, dimana demonstrasi sesungguhnya bukanlah suatu alat untuk melakukan tekanan. Melainkan merupakan suatu mekanisme untuk mengedepankan aspirasi dari kelompok masyarakat. Demonstrasi di Negara Indonesia yang demokratis tentu sah dan dijamin undang-undang. Sehingga sudah seharusnya dalam negara demokratis 1
seperti Negara Indonesia akan menghargai aksi demonstrasi yang dilakukan oleh rakyat untuk menyampaikan aspirasinya secara damai. Demonstrasi merupakan salah satu bentuk dari partisipasi masyarakat. Dalam kehidupan demokrasi dibutuhkan adanya partisipasi dari masyarakat. Hal ini yang dijelaskan oleh John Dewey (Zamroni, 2001:30) bahwa Ide pokok demokrasi adalah pandangan hidup yang dicerminkan dengan perlunya partisipasi dari setiap warga negara yang sudah dewasa dalam membentuk nilai-nilai yang mengatur kehidupan bersama. Berdasarkan penjelasan diatas, demokrasi dikatakan sebagai pandangan hidup yang memerlukan partisipasi warga negara. Partisipasi warga negara bukan hanya diartikan seperti memilih dalam pemilihan umum saja, akan tetapi lebih jauh lagi partisipasi yang dimaksudkan dalam membentuk nilai-nilai yang mengatur kehidupan bersama. Untuk membentuk nilai-nilai yang mengatur kehidupan bersama, warga negara dalam hal ini memerlukan suatu usaha untuk membentuk nilai-nilai yang baik. Salah satunya dengan cara melalui pendidikan. Pendidikan menurut Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 1 sebagai berikut : Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. 2
Merujuk dari pengertian diatas, pendidikan ini penting adanya untuk memperoleh generasi-generasi penerus bangsa yang memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan yang baik dan berguna bagi bangsa dan negaranya. Jadi untuk menciptakan demokrasi yang baik dilakukan melalui proses pendidikan, karena dapat membentuk nilai-nilai demokrasi dalam pengetahuan, sikap, maupun keterampilan. Tidak hanya sekedar mengetahui saja tentang konsep-konsep demokrasi, tetapi lebih luas lagi yaitu memahami, menghayati dan mengamalkan konsep serta nilai-nilai dalam demokrasi. Hal serupa dijelaskan Winataputra (2001:69) bahwa pendidikan demokrasi adalah upaya sistematis yang dilakukan negara dan masyarakat untuk memfasilitasi individu warga negara agar memahami, menghayati, mengamalkan dan mengembangkan konsep, prinsip dan nilai demokrasi sesuai dengan status dan perannya dalam masyarakat. Pendidikan formal sejatinya dilaksanakan di dalam proses pembelajaran yang ada di sekolah. Namun, keluarga dan masyarakat juga merupakan salah satu faktor penting di dalam dunia pendidikan sebagai pendidikan informal siswa. Masyarakat dengan budaya lingkungannya dapat menjadi aspek penting dalam menumbuh dan mengembangkan pendidikan demokrasi. Menurut Setyo Raharjo (Kusrahmadi, 2007:3) bahwa pendidikan demokrasi harus memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut: 1. Pendidikan demokrasi adalah suatu proses pendekatan yang digunakan secara komperhensip, pendidikan ini hendaknya dilakukan secara kondusif baik di lingkungan sekolah, rumah dan masyarakat, semua partisan dan komunitas terlibat di dalamnya. 3
2. Pelatihan pendidikan demokrasi perlu diadakan bagi kepala sekolah, guru-guru, murid, orang tua murid, dan komunitas pemimpin yang merupakan esensial utama. 3. Perlu perhatian terhadap latar belakang murid yang terlibat dalam proses kehidupan demokrasi. Perhatian demokrasi harus berlangsung cukup lama, dan pembelajaran demokrasi harus di integrasikan dalam kurikulum secara praktis di sekolah dan masyarakat. Berdasarkan uraian diatas, perlu adanya keterlibatan semua unsur yang dapat mendorong adanya pendidikan. Pendidikan demokrasi hendaknya dilakukan di sekolah, rumah maupun masyarakat. Lingkungan sekolah, rumah dan masyarakat menjadi faktor penting bagi siswa dalam mempelajari demokrasi. Banyaknya nilai-nilai demokrasi yang dapat diambil dan dipelajari oleh siswa di dalam masyarakat demokratis. Seperti halnya mengemukakan pendapat sewaktu ada perkumpulan-perkumpulan, adanya contoh-contoh toleransi yang telah dibangun dalam suatu kultur masyarakat serta adanya tanggung jawab. Kultur demokrasi yang ada di masyarakat demokratis ini seharusnya dapat juga dijadikan sebagai suatu alat bagi siswa untuk mendorong dirinya menjadi warga negara yang cerdas dan baik. Warganegara yang cerdas dan baik adalah warganegara yang mampu menguasai dan mengatasi persoalan yang didukung oleh kompetensi warganegara yakni civic knowledge, civic skills, civic dispositions. Kompetensi kewarganegaraan ini dapat dihasilkan melalui pendidikan demokrasi yang di integrasikan di dalam pendidikan kewarganegaraan. Seperti yang disampaikan oleh Branson (Winataputra dan Budimansyah, 2012:199), komponen-komponen utama yang perlu 4
dikembangkan dalam PKn yaitu civic knowledge, civic skills, dan civic dispositions. Berdasarkan observasi awal, lingkungan sekolah dan masyarakat disekitar SMP Negeri 4 Sumbang, masih sangat pekat dengan demokrasi. Hal ini dirasakan ketika akan dibuat jalan alternatif untuk masuk ke sekolah, pihak sekolah dengan masyarakat sekitar bermusyawarah untuk pembuatan jalan tersebut. Dalam hal berdemokrasi, siswa di SMP Negeri 4 Sumbang memang dirasa mengetahui apa itu demokrasi, akan tetapi demokrasi yang diketahui oleh siswa kebanyakan hanya mengacu pada pemilihan umum saja atau dalam konteks prosedural. Meskipun indikator demokrasi menurut Afan Gaffar salah satunya pemilihan umum. Hal ini disampaikan oleh Afan Gaffar dalam bukunya Politik Indonesia Transisi Menuju Demokrasi bahwa indikator demokrasi diantaranya adalah akuntabilitas, rotasi kekuasaan, rekruitmen politik yang terbuka, pemilihan umum, dan menikmati hak-hak dasar (Gaffar, 2000:7-9). Sebagai upaya guru mempraktikan demokrasi terhadap siswa dirasa kurang di pahami, hal ini di tandai dengan masih adanya siswa yang kurang percaya diri dengan kemampuannya, malu-malu dalam menyampaikan pendapat dan memerlukan komando dari guru untuk melakukan demokrasi baik di dalam kegiatan pembelajaran maupun kegiatan di luar pembelajaran. 5
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana konstruksi pendidikan demokrasi dalam meningkatkan kompetensi kewarganegaraan siswa di SMP Negeri 4 Sumbang? C. Tujuan Penelitian Tujuan peneliti adalah untuk mengkaji konstruksi pendidikan demokrasi dalam meningkatkan kompetensi kewarganegaraan siswa di SMP Negeri 4 Sumbang. D. Kegunaan Penelitian. 1. Secara Teoritis a. Memberikan sumbangan pemikiran dalam membangun pendidikan demokrasi di sekolah. b. Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan penelitian-penelitian selanjutnya yang mempunyai objek penelitian yang sama. 2. Secara Praktis a. Bagi siswa, memberi pengetahuan dalam pendidikan demokrasi. b. Bagi sekolah, memberi gambaran mengembangkan pendidikan demokrasi. c. Bagi guru PKn, sebagai acuan guru untuk mengembangkan pendidikan demokrasi dan dampaknya terhadap kompetensikompetensi kewarganegaraan. 6