BAB 1 PENDAHULUAN. sempurna bagi bayi selama bulan-bulan pertama kehidupannya (Margaret

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Hasil penelitian multi-center yang dilakukan UNICEF menunjukkan bahwa MP-

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu faktor yang menentukan tingkat kesehatan dan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan

Devi C.D. Simbolon 1, Heru Santosa 2, Asfriyati 2 ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. penurunan tingkat kecerdasan. Pada bayi dan anak, kekurangan gizi akan menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. pada berbagai bidang, diperlukan sumber daya manusia (SDM) yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian balita dalam kurun waktu 1990 hingga 2015 (WHO, 2015).

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. 24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat,

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 sebesar 34 per kelahiran hidup.

BAB I PENDAHULUAN. digantikan oleh apapun juga. Pemberian ASI ikut memegang peranan dalam

BAB I PENDAHULUAN. masalah gizi utama yang perlu mendapat perhatian. Masalah gizi secara

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan nutrisinya baik dalam segi mutu ataupun jumlahnya. Untuk bayi 0-

BAB I PENDAHULUAN. penting yaitu memberikan air susu ibu kepada bayi segera dalam waktu 30

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Status gizi menjadi indikator dalam menentukan derajat kesehatan anak.

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU TENTANG MP-ASI DENGAN SIKAP DAN PERILAKU PEMBERIAN MP-ASI DI KELURAHAN JEMAWAN, KECAMATAN JATINOM, KABUPATEN KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. kembang bayi dan anak, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya.

BAB I PENDAHULUAN. tersebut. (Mansjoer A, Suprohaita, Wardhani WI, Setiowulan W, 2000)

BAB I PENDAHULUAN. kematian ibu (AKI), angka kematian bayi (AKB) dan angka kematian balita. jangkauan maupun kualitas pelayanan (Novia ika, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari pembangunan kesehatan dan gizi masyarakat adalah terwujudnya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi khususnya balita stunting dapat menghambat proses

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR BALITA DI KELURAHAN BRONTOKUSUMAN KECAMATAN MERGANGSAN YOGYAKARTA

HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN PENGHASILAN IBU MENYUSUI DENGAN KETEPATAN WAKTU PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI)

BAB 1 PENDAHULUAN. pencapaian tumbuh kembang bayi tidak optimal. utama kematian bayi dan balita adalah diare dan pneumonia dan lebih dari 50%

BAB I PENDAHULUAN. Makanan yang terbaik untuk bayi usia 0 6 bulan adalah ASI. Keunggulan

BAB I PENDAHULUAN. harus diperhatikan oleh ibu. Salah satu pemenuhan kebutuhan gizi bayi ialah

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan fisik maupun mental sehingga proses tumbuh. kembang dapat berlangsung secara optimal. Kebutuhan dasar yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Angka Kematian Bayi (AKB) di dunia masih tergolong tinggi.

Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Status gizi merupakan indikator dalam menentukan derajat kesehatan bayi dan

PENDAHULUAN. dalam kandungan disertai dengan pemberian Air susu ibu (ASI) sejak usia

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik untuk bayi. ASI sangat

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PENDIDIKAN IBU DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI KELURAHAN PURWOSARI KECAMATAN LAWEYAN

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG ASI EKSKLUSIF DENGAN PERILAKU PEMBERIAN ASI DI PUSKESMAS NGUTER

BAB I PENDAHULUAN. lebih dramatis dikatakan bahwa anak merupakan penanaman modal sosial

BAB I PENDAHULUAN. dan berkembang secara optimal dan baik. Makanan yang baik bagi bayi baru. eksklusif banyak terdapat kendala (Pudjiadi, 2000).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan yang merugikan kesehatan. Hal-hal ini secara langsung menjadi. anak usia dibawah 2 tahun (Depkes RI, 2009)

Karya Tulis Ilmiah. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Gizi. Disusun Oleh: MUJI RAHAYU J.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. KEP disebabkan karena defisiensi zat gizi makro. Meskipun

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan bidang kesehatan menurut Undang-Undang Nomor 36

KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Gizi. Disusun oleh : AGUSTINA ITRIANI J

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemberian makanan tambahan pada bayi merupakan salah satu upaya. pemenuhan kebutuhan gizi bayi sehingga bayi dapat mencapai tumbuh

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. secara eksklusif selama 6 bulan kehidupan pertama bayi. Hal ini dikarenakan ASI

ANALISIS PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MP-ASI SECARA DINI MENURUT FAKTOR PENYEBABNYA PADA BAYI DI PUSKESMAS MARGADANA KOTA TEGAL TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. internasional yang menganjurkan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama

BAB I PENDAHULUAN. (AKB) atau Infant Mortality Rate (IMR). Angka Kematian Bayi tidak berdiri sendiri,

BAB I PENDAHULUAN. terdapat 14% ibu yang memberikan ASI eksklusif kepada bayinya sampai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Makanan yang terbaik untuk bayi usia 0-6 bulan adalah ASI. Air susu ibu (ASI) merupakan sumber energi

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare masih sering menimbulkan KLB (Kejadian Luar Biasa)

ABSTRAK. meninggal sebanyak 49 bayi dan 9 bayi diantaranya meninggal disebabkan karena diare. 2 Masa pertumbuhan buah hati

BAB I PENDAHULUAN bulan guna memenuhi kebutuhan gizi selain dari ASI. MP-ASI

BAB I PENDAHULUAN. Sejak dahulu Air Susu Ibu merupakan makanan yang terbaik untuk bayi, karena

BAB I PENDAHULUAN. untuk menerima bahan makanan dari lingkungan hidupnya dan. menggunakan bahan-bahan tersebut agar menghasilkan berbagai aktifitas

BAB I PENDAHULUAN. menyelamatkan kehidupan seorang anak, tetapi kurang dari setengah anak di

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kesehatan termasuk dalam hal gizi. Hal ini terbukti dari

1

BAB I PENDAHULUAN. Tumbuh kembang bayi pada tahun pertama sangat penting untuk. diperhatikan, oleh karena itu bayi merupakan harapan penerus bangsa.

PERBEDAAN PERKEMBANGAN MOTORIK BAYI USIA 0-6 BULAN ANTARA YANG DIBERI ASI DENGAN YANG DIBERI PASI DI DESA GLAGAH JATINOM KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dan pertumbuhan, juga mengandung sel-sel darah putih, antibodi,

BAB I PENDAHULUAN. Akibatnya, program pemberian ASI ekslusif tidak berlansung secara optimal

BAB I PENDAHULUAN. sebagai makanan utama bayi. Pada awal kehidupan, seorang bayi sangat

HUBUNGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) DINI DENGAN KEJADIAN KONSTIPASI PADA BAYI DIBAWAH UMUR 6 BULAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di Indonesia diare merupakan penyebab kematian utama pada bayi dan anak.

BAB I PENDAHULUAN. Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) (Kementrian Kesehatan RI, juga mengacu kepada Resolusi World Health Assembly (WHA),

BAB I PENDAHULUAN. balita yang cerdas. Anak balita salah satu golongan umur yang rawan. masa yang kritis, karena pada saat itu merupakan masa emas

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

RETNO DEWI NOVIYANTI J

BAB I PENDAHULUAN. Anak yang sehat semakin bertambah umur semakin bertambah tinggi

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan generasi yang berkualitas. Modal dasar pembentukan manusia

BAB I PENDAHULUAN. melalui perbaikan perilaku masyarakat dalam pemberian makanan

BAB 1 PENDAHULUAN. utama kematian balita di Indonesia dan merupakan penyebab. diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan. 1

BAB I PENDAHULUAN. protein, laktosa dan garam-garam organik yang disekresi oleh kedua belah

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas dan produktif. Untuk

BAB I. A. Latar Belakang. Dalam Al-Qur an terkandung segala bentuk tata kehidupan, mulai dari. Qur an surat Al- Baqarah dan surat Yunus yang artinya :

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan 2010 bahwa kejadian diare pada bayi terus meningkat dan

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan zat gizi yang jumlahnya lebih banyak dengan kualitas tinggi.

BAB 1 PENDAHULUAN. penyediaan dan penggunaan gizi untuk pertumbuhan, perkembangan, pemeliharaan

HUBUNGAN ANTARA PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI USIA 4 6 BULAN SKRIPSI. Diajukan Oleh : Afitia Pamedar J

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA UMUR PERTAMA PEMBERIAN MP ASI DENGAN STATUS GIZI BAYI USIA 6 12 BULAN DI DESA JATIMULYO KECAMATAN PEDAN KABUPATEN KLATEN

Artikel Pola Asuh Gizi Pada Bayi Anak Makalah Pengertian Contoh

BAB I PENDAHULUAN. makanan bayi yang ideal dan alami serta merupakan basis biologis dan

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di mana salah satu indikator tingkat kesehatan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. yang harus ditangani dengan serius. Ditinjau dari masalah kesehatan dan gizi, terhadap kekurangan gizi (Hanum, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. menetapkan empat sasaran pembangunan kesehatan, satu diantaranya menurunkan prevalensi

BAB I PENDAHULUAN. dengan air susu ibu (ASI) dari payudara ibu. Bayi menggunakan refleks

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Pemberian ASI berarti memberikan zat-zat gizi yang bernilai gizi tinggi yang

BAB I PENDAHULUAN. kandungan zat gizi yang cukup dan sesuai untuk kebutuhan bayi sehingga

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan dan minuman yang paling sempurna bagi bayi selama bulan-bulan pertama kehidupannya (Margaret Lowson, 2003). Sejak awal kelahirannya sampai bayi berusia 6 bulan, ASI merupakan sumber nutrisi utama bayi. Komposisi ASI sempurna sesuai kebutuhan bayi sehingga walaupun hanya mendapatkan ASI dibeberapa bulan kehidupannya, bayi bisa tumbuh optimal. ASI sangat bermanfaat untuk kekebalan tubuh bayi karena didalamnya terdapat zat yang sangat penting yang sudah terbukti melawan berbagai macam infeksi, seperti ISPA, peradangan telinga, infeksi dalam darah dan sebagainya. Pencapaian tumbuh kembang optimal pada bayi, dalam Global Strategy for Infant and Young Child Feeding. WHO/UNICEF merekomendasikan empat hal penting yang harus dilakukan yaitu pertama memberikan air susu ibu kepada bayi segera dalam waktu 30 menit setelah bayi lahir, kedua memberikan hanya air susu ibu (ASI) saja atau pemberian ASI secara eksklusif sejak lahir sampai bayi berusia 6 bulan, ketiga memberikan makanan pendamping air susu ibu (MP-ASI) sejak bayi berusia 6 bulan sampai 24 bulan, dan keempat meneruskan pemberian ASI sampai anak berusia 24 bulan atau lebih. MP ASI harus mudah dicerna, harus disesusaikan dengan umur dan kebutuhan bayi dan MP ASI harus mengandung kalori dan mikronutrien yang cukup (Depkes, 2006). 1

2 Pemberian ASI eksklusif pada bayi di bawah usia dua bulan berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2006-2007 hanya mencakup 67% dari total bayi yang ada. Persentase tersebut menurun seiring dengan bertambahnya usia bayi, yakni, 54% pada bayi usia 2-3 bulan dan 19% pada bayi usia 7-9 bulan. Yang lebih memprihatinkan, 13% bayi di bawah dua bulan telah diberi susu formula dan satu dari tiga bayi usia 2-3 bulan telah diberi makanan tambahan (Sentra Laktasi Indonesia, 2010). Semakin meningkatnya umur bayi, kebutuhan akan zat gizi semakin bertambah karena tumbuh kembang, sedangkan Air Susu Ibu (ASI) yang dihasilkan ibunya kurang memenuhi kebutuhan gizi. Oleh sebab itu mulai usia 6 bulan selain ASI, bayi mulai diberikan makanan pendamping air susu ibu (MP- ASI) agar kebutuhan gizinya terpenuhi (Depkes RI, 2006). Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) merupakan makanan lain yang selain ASI. Makanan ini dapat berupa makanan yang disiapkan secara khusus atau makanan keluarga yang dimodifikasi (Lilian Juwono, 2003). Anak anak yang diberikan makanan pendamping ASI setelah berumur 6 bulan umumnya lebih cerdas dan memiliki daya tahan tubuh lebih kuat, mengurangi risiko terkena alergi akibat makanan. Sedangkan jika makanan pendamping ASI diberikan terlalu dini justru dapat meningkatkan angka kematian bayi, menggangu sistem pencernaan pada bayi, dan apabila terlambat memberikan juga akan membuat bayi kekurangan gizi (Kodrat, 2010). Salah satu penyebab terjadinya gangguan tumbuh kembang bayi dan anak usia 0-24 bulan di Indonesia

3 adalah rendahnya mutu MP-ASI dan tidak sesuainya pola asuh yang diberikan (Depkes RI, 2007). Masalah gangguan tumbuh kembang pada bayi dan anak usia dibawah 2 tahun (balita) merupakan masalah yang perlu ditanggulangi dengan serius. Usia dibawah 2 tahun merupakan masa yang amat penting sekaligus masa kritis dalam proses tumbuh kembang bayi dan anak usia 12-24 bulan harus memperoleh asupan gizi sesuai dengan kebutuhannya. Hasil survei menunjukkan bahwa salah satu penyebab terjadinya gangguan tumbuh kembang bayi, dan anak usia 12-24 bulan di Indonesia adalah rendahnya mutu MP-ASI, dan tidak sesuainya pola asuh yang diberikan sehingga beberapa zat gizi tidak dapat mencukupi kebutuhannya khususnya energi dan zat gizi mikro terutama zat besi (Fe) dan Seng (Zn). (Depkes RI, 2004). Dalam menanggulangi dan mencegah kurang gizi pada balita, maka ibu harus mengetahui dengan benar tentang MP-ASI dan bagaimana cara pemberian yang tepat pada anak. Menteri pemberdayaan perempuan mengatakan sekitar 6,7 juta balita atau 27,3% dari seluruh balita di Indonesia menderita kurang gizi. Hal ini akibat pemberian ASI dan MP-ASI yang salah (Depkes RI, 2006). Upaya untuk mencapai target diatas, dilakukan sejumlah kegiatan yang bertumpu pada perubahan perilaku dengan cara mewujudkan Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi). Melalui penerapan perilaku Keluarga Sadar Gizi, keluarga didorong untuk memberikan ASI eksklusif pada bayi sejak lahir sampai berusia 6 bulan dan memberikan MP-ASI yang cukup dan bermutu kepada bayi dan anak usia 6-24 bulan.

4 Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemberian MP ASI meliputi kapan MP-ASI harus diberikan, jenis bentuk dan jumlahnya (Krisnatuti, 2000). Pada saat bayi tumbuh dan menjadi lebih aktif, akan mencapai usia tertentu ASI saja tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan nutrisi anak. Dengan demikian, makanan tambahan diberikan untuk mengisi kesenjangan antara kebutuhan nutrisi total pada anak dengan jumlah yang didapatkan dari ASI. Pada usia enam bulan pencernaan bayi mulai kuat, sehingga pemberian makanan pendamping ASI harus setelah usia enam bulan. (Sentra Laktasi Indonesia, 2010). Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2005, menyebutkan bahwa kurang lebih 40% bayi usia kurang dari dua bulan sudah diberi makanan pendamping ASI. Disebutkan juga bahwa bayi usia nol sampai dua bulan diberi makanan pendamping cair (21-25%), makanan lunak/lembek (20,1%), dan makanan padat (13,7%). Pada bayi usia tiga sampai lima bulan yang mulai diberikan makanan pendamping cair (60,2%), lumat/lembek (66,25%) dan padat (45,5%). Dari beberapa penelitian diketahui bahwa keadaan kurang gizi pada bayi dan anak disebabkan makanan pendamping ASI yang tidak tepat dan ketidaktahuan ibu tentang manfaat dan cara pemberian makanan pendamping ASI yang benar sehingga berpengaruh terhatap pemberian makanan pendamping ASI (Depkes RI, 2006). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Mujirah pada tahun 2009 di poli tumbuh kembang anak RSUD Dr. Soetomo Surabaya selama bulan Agustus 2008 dari 46 bayi usia 0 sampai 6 bulan didapatkan 23 bayi atau 51% sudah mulai

5 diperkenalkan MP-ASI berupa buah-buahan, tepung-tepungan, sayur-sayuran, daging ikan dan telur secara dini. Menurut Soetjiningsih (2002), pengalaman telah menunjukkan bahwa terbentuknya cara pemberian makanan bayi yang tepat serta lestarinya pemakaian ASI sangat tergantung kepada informasi yang diterima oleh ibu-ibu. Informasi yang diperoleh terkadang sangat minim, karena pengetahuan yang tidak dimilikinya sehingga sikap pun akan mengikuti. Penelitian yang dilakukannya mengenai hubungan pengetahuan dan sikap ibu memberikan MP-ASI pada bayi berumur kurang dari 6 bulan di kelurahan Beji Depok menunjukkan hasil hubungan pengetahuan tinggi yang memberikan MP-ASI 7,7 % dan pengetahuan rendah 75%, ibu yang bersikap baik tidak memberikan MP-ASI 37,8 % dan ibu yang tidak bersikap baik yang memberikan MP-ASI 46,2%. Survey awal yang dilakukan peneliti di Kelurahan Tiga Balata yang didapatkan dari 10 ibu yang memiliki bayi usia dibawah 24 bulan pemberian MP- ASI sudah diberikan pada bayi sejak usia dibawah enam bulan adalah 70%. Didapatkan hasil 4 orang menyatakan kurang memahami pengetahuan tentang MP-ASI, ibu tidak mengerti berapa jumlah, porsi, jenis, frekuensi dan bentuk yang tepat untuk memberikan makanan pendamping ASI pada anaknya. Sehingga ibu memberikan makanan pendamping disamakan dengan makanan orang dewasa hanya jumlahnya yang berbeda. Tiga orang ibu mengatakan mengenalkan makanan tambahan seperti susu formula dan makanan lunak kurang dari 6 bulan agar anaknya kenyang dan tertidur pulas, jika anak diberi makan pisang sewaktu berumur 2 bulan agar anak tidak rewel dan lebih tenang, berat badan anak akan

6 bertambah dan lebih cepat besar. Hal ini disebabkan karena ketidaktahuan ibu tentang manfaat dan cara pemberian MP-ASI yang benar dan kebiasaan pemberian MP-ASI yang tidak tepat sehingga berpengaruh terhadap sikap ibu dalam pemberian MP-ASI. Menurut petugas kesehatan di kelurahan Tiga Balata apabila diadakan penyuluhan, kebanyakan para ibu memilih tidak hadir dengan berbagai alasan diantaranya jarak yang jauh, anak yang rewel dan pekerjaan rumah yang menumpuk. Info yang diperoleh dari ibu-ibu kader dan petugas kesehatan di kelurahan Tiga Balata masih banyak ibu-ibu yang memberikan MP-ASI yang tidak tepat baik dari segi umur bayi, jenis makanan dan frekuensi pemberiannya. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya kasus pada bayi yang mengalami gangguan sistem pencernaan. Berdasarkan hal tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan tingkat pengetahuan dan sikap ibu dengan ketepatan pemberian makanan pendamping ASI di Kelurahan Tiga Balata Kecamatan Jorlang Hataran Kabupaten Simalungun. 1.2 Perumusan Masalah Adapun yang menjadi rumusan masalah dari penelitian ini adalah: Apakah ada Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Dengan Ketepatan Pemberian MP-ASI Pada Bayi di Kelurahan Tigabalata Kecamatan Jorlang Hataran Kabupaten Simalungun Tahun 2015.

7 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui adanya Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Dengan Ketepatan Pemberian MP-ASI Pada Bayi Di Kelurahan Tigabalata Kecamatan Jorlang Hataran Kabupaten Simalungun Tahun 2015. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui adanya hubungan pengetahuan ibu dengan ketepatan pemberian MP-ASI pada bayi di Kelurahan Tiga Balata kecamatan Jorlang Hataran kabupaten Simalungun tahun 2015. 2. Untuk mengetahui adanya hubungan sikap ibu dengan ketepatan pemberian MP-ASI pada bayi di Kelurahan Tiga Balata kecamatan Jorlang Hataran kabupaten Simalungun tahun 2015. 1.4 Hipotesis Penelitian 1. Ada hubungan pengetahuan ibu dengan ketepatan pemberian MP-ASI pada bayi. 2. Ada hubungan sikap ibu dengan ketepatan pemberian MP-ASI pada bayi. 3. Ada hubungan pengetahuan dan sikap ibu dengan ketepatan pemberian MP-ASI pada bayi. 1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Bagi Peneliti Sebagai suatu pengalaman belajar dalam kegiatan penelitian, sehingga dapat memperoleh pengalaman dan meningkatkan wawasan peneliti tentang ketepatan pemberian mp-asi pada bayi.

8 1.5.2 Bagi Ibu Sebagai bahan informasi tentang manfaat dan ketepatan pemberian MP- ASI sehingga dapat memberikan pemahaman kepada ibu untuk berperilaku mengubah sikap dan menambah pengetahuan ibu tentang pemberian MP-ASI. 1.5.3 Bagi Institusi Pendidikan Sebagai bahan informasi data sehingga diharapkan dapat wacana keilmuan terutama dalam bidang keperawatan anak. 1.5.4 Bagi Institusi Kesehatan Khususnya kepada Puskesmas, hasil penelitian ini dapat sebagai bahan masukan sehingga dapat meningkatkan pemberian informasi.