PRATIWI AMALLIYAH A

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. yang saling berhubungan untuk menghasilkan rasa kepaduan atau rasa kohesi

PENANDA HUBUNGAN REPETISI PADA WACANA CERITA ANAK TABLOID YUNIOR TAHUN 2007

PENANDA KOHESI SUBTITUSI PADA WACANA KOLOM JATI DIRI JAWA POS EDISI BULAN JANUARI 2008

PENANDA KOHESI SUBSITUSI PADA WACANA KOLOM TAJUK RENCANA SUARA MERDEKA BULAN AGUSTUS 2009 SKRIPSI

PENANDA HUBUNGAN ELIPSIS PADA WACANA KATALOG ORIFLAME EDISI JANUARI 2009

BAB I PENDAHULUAN. sarana komunikasi. Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu. menggunakan bahasa dalam berbagai bentuk untuk mengungkapkan ide,

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa jurnalistik merupakan ragam bahasa tersendiri yang dipakai dalam

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan hal penting yang perlu dipelajari karena bahasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Peranan bahasa sangat penting dalam kegiatan komunikasi di

BAB I PENDAHULUAN. kalimat satu dengan kalimat lain, membentuk satu kesatuan. dibentuk dari kalimat atau kalimat-kalimat yang memenuhi persyaratan

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1

PENANDA KOHESI LEKSIKAL REPETISI PADA WACANA TAJUK RENCANA SURAT KABAR SEPUTAR INDONESIA EDISI MARET 2009

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Menulis merupakan suatu representasi bagian dari kesantunankesantunan

PENANDA KOHESI SUBSTITUSI PADA NOVEL SANG PEMIMPI KARYA ANDREA HIRATA

BAB I PENDAHULUAN. maupun sebagai komunikan (mitra baca, penyimak, pendengar, atau pembaca).

BAB I PENDAHULUAN. untuk saling memahami maksud atau keinginan seseorang.

KOHESI LEKSIKAL REPETISI PADA WACANA INTERAKTIF DALAM KOLOM DETEKSI HARIAN JAWA POS EDISI JUNI 2007 SKRIPSI

PENANDA HUBUNGAN REFERENSI DALAM WACANA BERITA PADA SITUS SKRIPSI

ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN DEMONSTRATIF WAKTU DAN TEMPAT PADA TEKS LAGU IHSAN DALAM ALBUM THE WINNER

BAB I PENDAHULUAN. Tarigan (1987 : 27), Wacana adalah satuan bahasa yang terlengkap dan tertinggi atau

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari peristiwa komunikasi untuk mengungkapkan gagasan, ide,

BAB I PENDAHULUAN. tertinggi. Kalimat berperan sebagai unsur pembangun bahasa saja. Satuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam kehidupan sehari-hari manusia dan bahasa tidak dapat

ANALISIS RETORIKA TEKSTUAL WACANA PADA NASKAH BERITA SEPUTAR PERISTIWA OLAH RAGA TERKINI RRI SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia merupakan makhluk yang selalu melakukan. komunikasi, baik itu komunikasi dengan orang-orang yang ada di

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan berkomunikasi. Dalam kegiatan berkomunikasi, manusia. perasaan, mengungkapakan kejadian yang dialami, bahkan mengungkapkan

ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN PERSONA PADA TERJEMAHAN AL-QURAN SURAT AL-KAHFI (SURAT 18)

BAB I PENDAHULUAN. interaksi dan kerjasama dalam kehidupan sehari-hari. Dengan berinteraksi,

BAB I PENDAHULUAN. karena dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu berhubungan dengan bahasa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial, yang tidak bisa hidup sendiri tanpa kehadiran

BAB I PENDAHULUAN. Teks khotbah Idul Adha yang disampaikan di masjid Agung Surakarta pada

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai hubungan pengertian antara yang satu dengan yang lain (Rani dkk,

BAB I PENDAHULUAN. sangat berpengaruh terhadap makna yang terdapat dalam sebuah wacana. Salah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

RELASI TEMPORAL ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT PADA WACANA KUMPULAN CERPEN DARI SITUS SKRIPSI

ANALISIS WACANA LIRIK LAGU OPICK ALBUM ISTIGFAR (TINJAUAN INTERTEKSTUAL, ASPEK GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL)

ANALISIS PENANDA HUBUNGAN KONJUNGSI SUBORDINATIF PADA CERITA ANAK DI SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa sangat penting untuk berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. sarana yang berfungsi untuk mengungkapkan ide, gagasan, pikiran dan

BAB 1 PENDAHULUAN. menyampaikan ide, gagasan dan pesan yang hendak disampaikan oleh penutur

BAB I PENDAHULUAN. dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana

BAB I PENDAHULUAN. untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam lingkungan. manusia untuk saling menyampaikan pesan dan maksud yang akan

BAB I PENDAHULUAN. Menulis adalah salah satu kemampuan bahasa bukanlah kemampuan yang

BAB I PENDAHULUAN. menyatu dengan pemiliknya. Sebagai salah satu milik, bahasa selalu muncul dalam

ANALISIS WACANA CELATHU BUTET PADA SURAT KABAR SUARA MERDEKA: TINJAUAN DARI SEGI KULTURAL, SITUASI, SERTA ASPEK GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL SKRIPSI

JURNAL KOHESI DAN KOHERENSI WACANA PEMBACA MENULIS DI JAWA POS COHESION AND COHERENCE OF DISCOURSE READERS WRITING IN JAWA POS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lebih dari dua makna. Sebagian besar orang salah mengartikan apa yang

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BENTUK UNIK DALAM WACANA IKLAN PROVIDER SELULER PADA SURAT KABAR HARIAN SOLOPOS EDISI APRIL-MEI 2012

BAB I PENDAHULUAN. dua macam, yaitu sarana komunikasi yang berupa bahasa lisan dan sarana

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Kajian ini mengungkapkan pemarkah kohesi gramatikal dan pemarkah kohesi

ERIZA MUTAQIN A

BAB I PENDAHULUAN. realitas, dan sebagainya. Sarana yang paling vital untuk memenuhi kebutuhan

ANALISIS PENGGUNAAN DIKSI PADA ARTIKEL SURAT KABAR SOLOPOS EDISI APRIL - MEI 2010

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia dalam sepanjang hidupnya hampir tidak pernah terlepas

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik memiliki tataran tertinggi yang lebih luas cakupannya dari

BAB I PENDAHULUAN. ada di dalam pikiran kepada orang lain yaitu dengan bahasa, baik secara lisan

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang

KARAKTERISTIK STRUKTUR PERCAKAPAN DAN KONTEKS PADA RUBRIK KARTUN OPINI DALAM HARIAN KOMPAS

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Dalam berkomunikasi memerlukan sarana yang sangat

ANALISIS WACANA MONOLOG TAJUK RENCANA SURAT KABAR SUARA MERDEKA: TINJAUAN ASPEK GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. pertimbangan akal budi, tidak berdasarkan insting. dan sopan-santun non verbal. Sopan-santun verbal adalah sopan santun

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan adanya sarana agar komunikasi tersebut dapat berjalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan bermasyarakat manusia membutuhkan alat. komunikasi untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya.

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan bahasa lisan dan bahasa tulisan. Bahasa lisan merupakan ragam bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Bentuk unik dalam wacana, sebagai dasar dalam pembahasan teks

BAB 1 PENDAHULUAN. Bagi manusia bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting.

ANALISIS PENANDA KOHESI DAN KOHERENSI PADA KARANGAN. NARASI SISWA KELAS VIII MTs AL-HIDAYAH GENEGADAL TOROH GROBOGAN TAHUN AJARAN 2012/2013

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun tulisan. Bahasa juga memegang peranan penting dalam kehidupan sosial

BAB I PENDAHULUAN. tabloid harian, tabloid mingguan, dan majalah. Media elektronik audiotif berupa

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Bahasa juga merupakan interaksi antar manusia mengenal tiga

BAB I PENDAHULUAN. Penguasaan kemampuan berbahasa Indonesia sangat penting sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN. saatnya menyesuaikan diri dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

BAB I PENDAHULUAN. lambang bunyi yang dipakai oleh suatu masyarakat untuk berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ANALISIS PENGGUNAAN PIRANTI KOHESI PADA WACANA NASKAH LAKON SANDOSA SOKRASANA: SANG MANUSIA KARYA YANURA NUGRAHA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. informasi dengan menggunakan perantara. Komunikasi bahasa tulis

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana untuk

B AB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. selalu terlibat dalam komunikasi, baik bertindak sebagai komunikator

BAB I PENDAHULUAN. dari pembicaraan orang dan umumnya mengenai objek-objek dan kejadiankejadian.

BAB I PENDAHULUAN. dapat disesuaikan, dan diungkapkan kembali kepada orang lain sebagai bahan

BAB I PENDAHULUAN. sastra menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Drama merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. diterbitkan kurang begitu memperhatikan aspek gramatikal bahkan masih

BAB I PENDAHULUAN. keinginan dan sebagainya melalui bahasa, sehingga bahasa merupakan sarana

BAB V SIMPULAN, IMPLIKSI, DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan bermasyarakat, bahasa bukanlah satu-satunya alat

BAB I PENDAHULUAN. dalam (internal) dan unsur luar (eksternal). Unsur internal berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan komunikasi dalam bentuk tulisan. bahasa Indonesia ragam lisan atau omong.

ANALISIS TEKS INFORMASI LALU LINTAS DI WILAYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. dalam bahasa tulis seoarang penulis tidak hanya mewujudkan apa yang dipikirkan

ANALISIS KESALAHAN KOHESI DAN KOHERENSI DALAM KARANGAN DESKRIPSI SISWA KELAS X SMK SWASTA DHARMA PATRA PANGKALAN SUSU TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017

BAB I PENDAHULUAN. Istilah sintaksis berasal dari bahasa Yunani (Sun + tattein) yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. pikiran dan perasaannya bilamana tidak saling menyerap tanda-tanda yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi berfungsi sebagai hubungan antara seseorang dengan orang lain untuk mengetahui hal yang terjadi.

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang memerlukan bahasa untuk berkomunikasi. Komunikasi

Transkripsi:

KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN DEMONSTRATIF PADA WACANA DIALOG JAWA DALAM KOLOM GAYENG KIYI HARIAN SOLOPOS EDISI BULAN JANUARI-APRIL 2010 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah Oleh : PRATIWI AMALLIYAH A 310 060 106 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sepanjang hidupnya tidak pernah lepas dari peristiwa komunikasi. Di dalam berkomunikasi manusia memerlukan sarana untuk mengungkapkan gagasan, isi pikiran, maksud, realitas. Ini berarti bahasa merupakan alat komunikasi yang paling penting bagi manusia. Kedudukan yang begitu penting menyebabkan bahasa tidak pernah lepas dari kehidupan manusia dan selalu menyertai dalam setiap aktifitas dan perbuatannya. Keinginan untuk selalu mengadakan hubungan dengan orang lain menyebabkan bahasa tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Bahasa sebagai sarana komunikasi dan masyarakat sebagai pemakai bahasa merupakan dua unsur yang tidak dapat dipisahkan. Bahasa bersifat dinamis, artinya bahasa selalu berkembang seiring dengan perkembangan pemikiran pemakainya. Perkembangan bahasa tersebut dapat diamati melalui berbagai macam media, seperti surat kabar, majalah, televisi, radio, dan sebagainya. Begitu pula dengan Bahasa Jawa yang merupakan lambang identitas daerah dan juga sebagai alat komunikasi yang memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat Jawa untuk mengadakan interaksi dengan sesamanya dan yang menjadi buah pikiran maupun perasaannya. 1

2 Media cetak tidak hanya menyampaikan berita dan informasiinformasi aktual kepada pembaca, tetapi media cetak pun memiliki sarana atau wahana bagi para pembaca untuk menyampaikan ide, kritik, gagasan, dan keinginannya. Mereka dapat menuangkan pikiran dan gagasan dalam menanggapi segala persoalan yang berhubungan dengan persoalan yang ada di sekitarnya. Dialog Jawa yang terdapat dalam rubrik Gayeng Kiyi jika dilihat dari tataran kebahasaan adalah wacana yang memiliki makna dan amanat yang disampaikan kepada pembaca. Wacana merupakan seperangkat proposisi yang saling berhubungan untuk menghasilkan suatu rasa kepaduan bagi penyimak atau pembaca, sehingga dialog yang terdapat pada rubrik Gayeng Kiyi dalam media cetak merupakan wacana tulis. Menurut Chaer (1996 : 267) wacana adalah satuan bahasa yang lengkap, sehingga dalam hierarki gramatikal merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar. Wacana dikatakan lengkap karena didalamnya terdapat konsep, gagasan, pikiran atau ide yang utuh yang bisa dipahami oleh pembaca (dalam wacana tulis) atau oleh pendengar (dalam wacana lisan) tanpa keraguan apa pun. Wacana dikatakan tertinggi terbesar karena waca na dibentuk dari kalimat atau kalimat-kalimat yang memenuhi persyaratan gramatikal dan persyaratan kewacanaan yang lainnya (kohesi dan koherensi). Kekohesian adalah keserasian hubungan antara unsur yang ada. Wacana yang kohesif bisa menciptakan wacana yang koheren (wacana yang benar ).

3 Buku Pengajaran Wacana (Tarigan, 1987 : 27 ), memberikan definisi sebagai berikut. Wacana adalah satuan bahasa terlengkap dan terbesar di atas kalimat atau klausa dengan koherensi dan kohesi tinggi yang berkesinambungan ya ng mempunyai awal dan akhir nyata disampaikan secara lisan atau tertulis. Batasan tersebut Tarigan tidak sekadar memberikan definisi wacana, tetapi juga sekaligus menunjukan ciri-ciri wacana yang baik, mempunyai tingkat koherensi dan kohesi tinggi serta berkesinambungan dari awal hingga akhir wacana tersebut. Di samping itu, ia menyebutkan jenis wacana berdasarkan medianya, yakni wacana lisan dan wacana tulis. Secara lebih eksplisit, Tarigan menyebutkan ada delapan unsur penting yang merupakan hakikat wacana. Kedelapan unsur yang dimaksud ialah (1) satuan bahasa, (2) terlengkap, terbesar, tertinggi, (3) di atas kalimat atau klausa, (4) teratur atau tersusun rapi atau rasa koherensi, (5) berkesinambungan atau kontinuitas, (6) rasa kohesi atau rasa kepaduan, (7) lisan atau tulis, (8) awal dan akhir yang nyata. Dialog Jawa memiliki aspek yang menjadi syarat keutuhan wacana. Aspek tersebut antara lain kata, frasa, klausa, dan kalimat. Dialog Jawa menjadi sebuah wacana yang utuh, ditentukan adanya jalinan dan tatanan yang erat antara satu unsur yang lain sehingga tercipta keselarasan dan kepaduan antara unsur -unsur tersebut. Wacana dalam mewujudkan keselarasan hubungan antar unsur dalam wacana diperlukan alat-alat penghubung seperti keteranga n tunjuk, kata penghubung yang digunakan sebagai penanda hubung dan penanda kohesi.

4 Menurut Sumarlam (2003: 17) Wacana dialog (dialogue discourse) merupakan wacana atau percakapan yang dilakukan oleh dua orang atau lebih secara langsung. Wacana dialog ini bersifat dua arah, dan masing-masing partisipan secara aktif ikut berperan di dalam komunikasi tersebut sehingga disebut komunikasi interaktif. Dialog Jawa dalam rubrik Gayeng Kiyi pada dasarnya merupakan perpaduan antara bentuk dan makna kalimat satu dengan kalimat yang mengikutinya. Sebuah wacana dituntut adanya kekohesian informasi dalam kalimat-kalimat yang berelasi satu sama lain. Kata kohesif memiliki maksud bahwa dalam sebuah wacana dituntut adanya kepaduan dan keutuhan bentuk yang melukiskan bagaimana proposisi saling berhubungan satu sama lain untuk membentuk suatu teks. Dari batasan tersebut dapat disimpulkan bahwa wacana adalah satuan bahasa yang terlengkap atau terbesar dengan seperangkat kalimat yang selalu berhubungan secara semantik membentuk kesatuan makna yang utuh. Penanda kohesi sebagai bagian dari wacana tidak hanya berkedudukan sebagai alat penghubung unit struktur, tetapi juga berkedudukan sebagai fungsi semantik. Wacana yang kohesif akan menumbuhkan pengaruh pada kejelasan hubungan antara satuan kebahasan yang satu dengan yang lain sehingga ide dalam wacana lebih terarah dan utuh. Peranan fungsi penanda kohesi yang secara formal hadir sebagai alat penjalin keselarasan dan kepaduan yang berimplikasi pada kelancaran pemahaman wacana. Kecepatan

5 penempatan dan penggunaan kohesi di dalam sebuah wacana akan menghadirkan salah tafsir bagi pembaca maupun pendengar. Menurut Sumarlam (2003 :173), kohesi gramatikal berkaitan dengan aspek bentuk sebagai struktur lahir bahasa, yang meliputi pengacuan (referensi), penyulihan (substitusi), pelesapan (ellipsis), perangkaian (konjungsi). Dialog Jawa dalam wacana Gayeng Kiyi pada dasarnya juga memiliki aspek-aspek yang memperlihatkan ciri sebagai bangunan yang utuh dalam suatu wacana. Dialog Jawa semacam itu banyak dijumpai pada media cetak (koran) Solopos. Solopos adalah salah satu media cetak yang selama ini konsisten memunculkan dialog Jawa yang dapat dikategorikan sebagai dialog Jawa yang modern. Keberadaan dialog Jawa modern pada kolom Gayeng Kiyi yang muncul pada setiap edisi hari Kamis dalam koran Solopos masih dibutuhkannya dialog Jawa untuk menjadi bahan bacaan masyarakat pada umumnya. Penelitian tentang wacana dialog Jawa pada kolom Gayeng Kiyi belum pernah dilakukan, sehingga hasilnya diharapkan dapat melengkapi penelitian sebelumnya. Penelitian ini perlu dilakukan untuk mengetahui keutuhan suatu wacana dalam kolom Gayeng Kiyi. Keutuhan wacana perlu diwujudkan dalam suatu wacana berita atau informasi yang disampaikan, agar dapat diterima secara utuh oleh pembaca. Keutuhan wacana meliputi dua hal yang penting yaitu perpaduan bentuk dan perpaduan makna dalam wacana.

6 Penulis tertarik dengan dialog Jawa dalam kolom Gayeng Kiyi harian Solopos karena menunjukan kekhasan, yaitu menunjukkan bahwa wacana dialog dalam bahasa Jawa menyimpan aspek-aspek kohesi. Dalam memahami dan mendeskripsikan wacana dialog Jawa tersebut, masalah aspek gramatikal pengacuan demonstratif sengaja dipandang sebagai permasalahan yang menarik untuk diteliti. B. Pembatasan Masalah Untuk menghindari meluasnya permasalahan dalam penelitian ini, maka peneliti menekankan batasan mengenai objek kajian yang akan diteliti, sehingga dapat memperjelas dan mempertegas pembatasan masalah tersebut. Penelitian ini, objek kajiannya adalah wacana dialog Jawa dalam kolom Gayeng Kiyi yang akan dikaji atau dianalisis dari segi kohesi gramatikal pengacuan demonstratif. C. Perumusan Masalah Masalah yang diteliti perlu diidentifikasi secara terperinci dan dirumuskan dalam pernyataan yang operasional. Perumusan masalah sekaligus mempertegas ruang lingkup objek yang diteliti. Ada empat masalah yang perlu dibahas dalam penelitian ini. 1. Bagaimana bentuk kohesi gramatikal pengacuan demonstratif waktu yang terdapat pada dialog Jawa dalam kolom Gayeng Kiyi harian Solopos edisi Januari-April 2010?

7 2. Bagaimana bentuk kohesi gramatikal pengacuan demonstratif tempat yang terdapat pada dialog Jawa dalam kolom Gayeng Kiyi harian Solopos edisi Januari-April 2010? 3. Bagaimana posisi demonstratif waktu dan tempat yang digunakan pada dialog Jawa dalam kolom Gayeng Kiyi harian Solopos edisi Januari-April 2010? 4. Bagaimana peran demonstratif waktu dan tempat yang digunakan pada dialog Jawa dalam kolom Gayeng Kiyi harian Solopos edisi Januari-April 2010? D. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini untuk menjawab sejumlah permasalahan, yang telah diajukan dalam permasalahan di atas. Penelitian kohesi gramatikal pengacuan demonstratif ada empat tujuan yang ingin dicapai. 1. Mengetahui bentuk kohesi gramatikal pengacuan demonstratif waktu yang terdapat pada dialog Jawa dalam kolom Gayeng Kiyi harian Solopos edisi Januari-April 2010. 2. Mengetahui bentuk kohesi gramatikal pengacuan demonstratif tempat yang terdapat pada dialog Jawa dalam kolom Gayeng Kiyi harian Solopos edisi Januari-April 2010.

8 3. Mengetahui posisi demonstratif waktu dan tempat yang terdapat pada dialog Jawa dalam kolom Gayeng Kiyi harian Solopos edisi Januari-April 2010. 4. Mengetahui peran demonstratif waktu dan tempat yang terdapat pada dialog Jawa dalam kolom Gayeng Kiyi harian Solopos edisi Januari-April 2010. E. Manfaat Penelitian Tujuan penelitian ini selain mampu menjawab sejumlah permasalahan, juga dapat meberikan manfaat secara teori dan manfaat praktis. Adapun manfaat-manfaat tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut. 1. Manfaat Teori a. Menambah perbendaharaan teori bidang kajian studi kebahasaan khususnya tentang penanda kohesi gramatikal pengacuan demonstratif dalam wacana. b. Dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam menganalisis wacana dialog Jawa sehingga kita dapat mengetahui kohesi gramatikal pengacuan demonstratif dalam wacana. 2. Manfaat Praktis a. Dapat digunakan sebagai acuan atau referensi bagi mahasiswa dalam melakukan penelitian berikutnya. b. Menambah wawasan kepada pembaca dalam pemahaman kohesi, khususnya kohesi gramatikal pengacuan demonstratif.

9 F. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang penelitian yang akan dilakukan. Adapun sistematika penulisan skripsi adalah: Bab I Pendahuluan. Bab ini berisi tentang latar belakang, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II Landasan teori. Pada bab ini diungkapkan beberapa tinjauan pustaka berisi teori-teori yang berhubungan dengan masalah yang akan dikaji. Kerangka teori dalam bab ini meliputi, pengertian wacana, jenis-jenis wacana, pengertian kohesi, jenis-jenis kohesi, dan pengertian wacana dialog. Bab III Metode penelitian. Bab ini berisi tentang sumber data, objek penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data. Bab IV Hasil penelitian dan pembahasan. Bab ini berisi tentang pengacuan demonstratif waktu, pengacuan demonstratif tempat, peran dan posisi pengacuan demonstratif waktu dan tempat. Bab V Penutup. Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran.