BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. A. Pelaksanaan Penelitian Proses pelaksanaan penelitian dapat dilihat pada Gambar 4.1 berikut ini: Mulai

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Bahan atau Material Penelitian

4. Gelas ukur kapasitas maksimum 1000 ml dengan merk MC, untuk menakar volume air,

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV METODE PENELITIAN A.

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV. Gambar 4.1 Pasir Merapi 2. Semen yang digunakan adalah semen portland tipe I merk Gresik, lihat Gambar 4.2.

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Metode Penelitian

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III LANDASAN TEORI

Kata Kunci: Beton, Self Healing Concrete, Bacillus Sp, Kuat lentur

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Metodelogi penelitian dilakukan dengan cara membuat benda uji (sampel) di

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA Fakultas Teknik Program Studi S-1 Teknik Sipil Laboratorium Teknologi Bahan Kontruksi

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA Fakultas Teknik Program Studi S-1 Teknik Sipil Laboratorium Teknologi Bahan Konstruksi

BAB IV METODE PENELITIAN

material lokal kecuali semen dan baja tulangan. Pembuatan benda uji, pengujian

III. METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: yang padat. Pada penelitian ini menggunakan semen Holcim yang

BAB IV METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mekanika Bahan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI. 3.1.Ruang Lingkup

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pemeriksaan Bahan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

dengan menggunakan metode ACI ( American Concrete Institute ) sebagai dasar

BAB V HASIL PEMBAHASAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Berat Tertahan Komulatif (%) Berat Tertahan (Gram) (%)

BAB 3 METODE PENELITIAN

Berat Tertahan (gram)

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI. penelitian beton ringan dengan campuran EPS di Indonesia. Referensi yang

DAFTAR ISI. BAB III LANDASAN TEORI Beton Serat Beton Biasa Material Penyusun Beton A. Semen Portland

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV PELAKSANAAN PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan adalah penelitian laboratorium dengan membuat

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN MULAI PERSIAPAN ALAT & BAHAN PENYUSUN BETON ANALISA BAHAN PENYUSUN BETON

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen PCC (Portland

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen portland komposit

TINJAUAN KUAT LENTUR PELAT BETON BERTULANGAN BAMBU LAMINASI DIPERKUAT DENGAN KAWAT GALVANIS YANG DIPASANG SECARA MENYILANG.

PENGARUH PENGGUNAAN AGREGAT KASAR DARI YOGYAKARTA TERHADAP KUAT TEKAN BETON 1. Andri Nanda Pratam.,Ir. As at Pujianto, M.., Restu Faizah, S.T., M.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

III. METODOLOGI PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen PCC merek

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Untuk memperoleh hasil penelitian yang baik dan sesuai, maka diperlukan

Pemeriksaan Gradasi Agregat Halus (Pasir) (SNI ) Berat Tertahan (gram)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH LUBANG DALAM BETON TERHADAP KEKUATAN MEMIKUL BEBAN AKSIAL

3.4.2 Pemeriksaan Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Halus Error! Bookmark not defined Kadar Lumpur dalam Agregat... Error!

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pemeriksaan Bahan

Vol.16 No.2. Agustus 2014 Jurnal Momentum ISSN : X

Naskah Publikasi. untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana-1 Teknik Sipil. diajukan oleh : BAMBANG SUTRISNO NIM : D

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Beton PT. Pionir Beton

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

PENELITIAN AWAL TENTANG PENGGUNAAN CONSOL FIBER STEEL SEBAGAI CAMPURAN PADA BALOK BETON BERTULANG

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

Pemeriksaan Kadar Air Agregat Halus (Pasir) Tabel 1. Hasil Analisis Kadar Air Agregat Halus (Pasir)

LAMPIRAN I PEMERIKSAAN BAHAN. Universitas Sumatera Utara

PEMERIKSAAN KANDUNGAN BAHAN ORGANIK PADA PASIR. Volume (cc) 1 Pasir Nomor 2. 2 Larutan NaOH 3% Secukupnya Orange

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

DAFTAR ISI ABSTRAK ABSTACT. iii KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN. xii DAFTAR GAMBAR. xiii DAFTAR TABEL. xvi DAFTAR GRAFIK I-1

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada industri paving block di way kandis Bandar

KAJIAN OPTIMASI KUAT TEKAN BETON DENGAN SIMULASI GRADASI UKURAN BUTIR AGREGAT KASAR. Oleh : Garnasih Tunjung Arum

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Transkripsi:

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Bahan dan Material Penelitian Bahan-bahan yang digunakan dalam campuran beton dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Agregat halus yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari Sungai Progo. Agregat halus berfungsi sebagai bahan pengisi dalam campuran beton. Agregat halus dapat dilihat pada Gambar 4.1. Gambar 4.1 Agregat halus 2. Agregat kasar yang digunakan dalam penelitian ini berupa kerikil yang berasal dari Gunung Merapi. Fungsi agregat kasar sebagai komponen utama yang memberikan kekuatan pada beton. Secara umum, kekuatan beton tergantung pada kekuatan agregat kasarnya. Agregat kasar dapat dilihat pada Gambar 4.2. Gambar 4.2 Agregat kasar 3. Semen yang digunakan adalah semen Gresik. Fungsi semen ialah untuk merekatkan butir-butir agregat menjadi suatu massa yang padat. Semen dapat dilihat pada Gambar 4.3. 28

29 Gambar 4.3 Semen Gresik 4. Air yang diambil dari Laboratorium Teknologi Bahan Konstruksi, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Air dapat dilihat pada Gambar 4.4. Gambar 4.4 Air 5. Bakteri Bacillus Sp sebagai bahan tambahan yang digunakan untuk perbaikan kerekatan pada beton. Bakteri bacillus Sp dapat dilihat pada Gambar 4.5. Gambar 4.5 Bakteri Bacillus Sp

30 6. Air suling digunakan sebagai bahan pemeriksaan berat jenis dan penyerapan air. Air suling dapat dilihat pada Gambar 4.6. Gambar 4.6 Air suling 7. Oli digunakan untuk melapisi dinding bekisting. Oli dapat dilihat pada Gambar 4.7. Gambar 4.7 Oli 8. Spiritus digunakan sebagai bahan bakar lampu spirtus. Spiritus dapat dilihat pada Gambar 4.8. Gambar 4.8 Spiritus

31 9. Alkohol dengan kadar 70 % digunakan sebagai cairan pembilas peralatan setelah menggunakan bakteri. Alkohol dapat dilihat pada Gambar 4.9. Gambar 4.9 Alkohol 10. Cat putih dengan merk Aries yang digunakan untuk mengecat permukaan balok. Cat putih dapat dilihat pada Gambar 4.10. Gambar 4.10 Cat putih 11. Lem dengan merk Devcon berfungsi untuk merekatkan kaca pada permukaan balok. Lem dapat dilihat pada Gambar 4.11 Gambar 4.11 Lem

32 12. Tahu beton dan kawat bendrat yang berfungsi sebagai memberi jarak antar tulangan dibentuk sesuai selimut beton yang digunakan yaitu setebal 1 cm. Pada bagian tengah-tengah diberi kawat bendrat untuk mengikatkan tahu beton pada tulangan dan berfungsi sebagai pengikat tulangan. Tahu beton dan kawat bendrat dapat dilihat pada Gambar 4.12. Gambar 4.12 Tahu beton B. Alat Alat yang Digunakan Alat alat yang diguanakan mulai dari pengujian karakteristik material sampai dengan pengujian benda uji diantaranya. 1. Timbangan dengan merk Ohauss dengan ketelitian 0,1 gram memiliki kapasitas 150 kg. Alat ini berfungsi untuk menakar berat dari masing-masing material penyusun campuran beton. Timbangan dengan merk Ohauss dapat dilihat pada Gambar 4.13. Gambar 4.13 Timbangan dengan merk Ohauss 2. Oven dengan merk Binder dengan temperatur 100 C - 110 C, untuk media pengeringan material dalam pemeriksaan karakteristik material. Oven dapat dilihat pada Gambar 4.14.

33 Gambar 4.14 Oven dengan merk Binder 3. Mesin penggerak ayakan (Electric Sieve Shaker) dengan merk Tatonas dan satu set ayakan standar ASTM. Alat ini digunakan untuk pemeriksaan gradasi butiran halus. Adapun susunan no. saringan dengan ukuran 0,15 mm; 0,3 mm; 0,6 mm; 1,18 mm; 2,36; 4,75 mm. Mesin penggerak ayakan dapat dilihat pada Gambar 4.15. Gambar 4.15 Mesin penggerak ayakan 4. Piknometer / Erlenmeyer dengan merk pyrex dengan kapasitas 500 ml. Alat ini digunakan untuk pemeriksaan berat jenis. Piknometer / Erlenmeyer dapat dilihat pada Gambar 4.16.

34 Gambar 4.16 Piknometer / Erlenmeyer 5. Mesin abrasi Los Angeles dengan merk Tatonas, untuk menguji tingkat keausan agregat kasar. Mesin abrasi Los Angeles dapat dilihat pada Gambar 4.17. Gambar 4.17 Mesin abrasi Los Angeles 6. Bola-bola baja dengan diameter 4,68 cm dan berat masing-masing antara 190 gram sampai dengan 445 gram. Bola-bola baja dapat dilihat pada Gambar 4.18. Gambar 4.18 Bola-bola baja 7. Gelas ukur dengan merk Herma memiliki kapasitas maksimum 1000 ml. Gelas ukur digunakan untuk menakar volume air. Gelas ukur dapat dilihat pada Gambar 4.19.

35 Gambar 4.19 Gelas ukur dengan merk Herma 8. Gelas ukur dengan kapasitas 50 ml digunakan untuk menakar kadar cairan bakteri. Gelas ukur takaran bakteri dapat dilihat pada Gambar 4.20. Gambar 4.20 Gelas ukur 9. Nampan besi untuk wadah bahan uji material. Nampan besi dapat dilihat pada Gambar 4.21. Gambar 4.21 Nampan besi 10. Penumbuk besi untuk menumbuk campuran beton yang sudah dimasukkan ke dalam bekisting. Penumbuk besi dapat dilihat pada Gambar 4.22.

36 Gambar 4.22 Penumbuk besi 11. Kuas digunakan untuk mengoleskan oli pada bekisting. Kuas dapat dilihat pada Gambar 4.23. Gambar 4.23 Kuas 12. Cetok dan talam besi untuk mengaduk dan menampung adukan campuran beton ke dalam bekisting. Cetok dapat dilihat pada Gambar 4.24 (a) dan talam besi dapat dilihat pada Gambar 4.24 (b). (a) (b) Gambar 4.24 (a) Cetok (b) talam besi 13. Kerucut Abram, untuk mengetahui nilai slump test. Kerucut Abram dapat dilihat pada Gambar 4.25.

37 Gambar 4.25 Kerucut Abram 14. Mistar dan kaliper, untuk mengukur tinggi slump dan mengukur dimensi silinder beton. Mistar dan kaliper dapat dilihat pada Gambar 4.26. (a) (b) Gambar 4.26 (a) Mistar (b).kaliper 15. Mesin kuat tekan dengan merk Hung Ta dengan kapasitas 150 MPa, untuk menguji dan mengetahui nilai kuat tekan beton yang telah dibuat. Mesin kuat tekan dapat dilihat pada Gambar 4.27. Gambar 4.27 Mesin kuat tekan

38 16. Bekisting kayu, untuk cetakan benda uji berupa balok bertulang dengan ukuran 150 mm x 150 mm x 600 mm. Bekisting kayu dapat dilihat pada Gambar 4.28. Gambar 4.28 Bekisting kayu 17. Meteran yang digunakan untuk mengukur dimensi benda uji. Meteran dapat dilihat pada Gambar 4.29. Gambar 4.29 Meteran 18. Mesin kuat lentur digunakan untuk pengujian kuat lentur balok beton. Mesin kuat lentur dapat dilihat pada Gambar 4.30. Gambar 4.30 Mesin kuat lentur

39 19. Dial Gauge Dial Gauge digunakan sebagai alat pengukuran dan kontrol lebar retak saat pembebanan kuat lentur beton. Spesifikasi alat yang digunakan yaitu kemampuan pengukuran maksimum 10 mm, ketelitian 0,01 mm, kurasi mm/inch: ±13 µm, pengukuran gaya maksimum 1,4 N dan bezel Ø = 57 mm. Dial gauge dapat dilihat pada Gambar 4.31. Gambar 4.31 Dial Gauge 20. Lemari pendingin merupakan tempat penyimpanan bakteri agar suhunya terjaga. Lemari pendingin dapat dilihat pada Gambar 4.32. Gambar 4.32 Lemari pendingin 21. Cetakan silinder beton dengan diameter 150 mm dan tinggi 300 mm. Cetakan silinder beton dapat dilihat pada Gambar 4.33.

40 Gambar 4.33 Cetakan silinder beton 22. Tulangan diameter 4 dan 6 mm. Tulangan dapat dilihat pada Gambar 4.34. (a) (b) Gambar 4.34 (a) tulangan diameter 4 mm (b) tulangan diameter 6 mm 23. Kaca sebagai dudukan untuk pembacaan dial gauge. Kaca dapat dilihat pada Gambar 4.35. Gambar 4.35 Kaca 24. Karung goni sebagai media perawatan balok. Karung goni dapat dilihat pada Gambar 4.36.

41 Gambar 4.36 Karung goni 25. Suntikan sebagai alat yang digunakan untuk memasukkan bakteri ke balok beton. Suntikan dapat dilihat pada Gambar 4.37. Gambar 4.37 Suntikan 26. Sarung tangan karet dan masker yang digunakan untuk keamanan dalam mengaplikasikan bakteri dalam proses perawatan beton. Masker dapat dilihat pada Gambar 4.38 (a) dan sarung tangan karet dapat dilihat pada Gambar 4.38 (b). (a) (b) Gambar 4.38 (a) Masker (b) sarung tangan karet 27. Gergaji dan palu, gergaji digunakan sebagai pemotong triplek dan tulangan sedangkan palu digunakan sebagai alat memaku triplek dalam pembuatan bekesting. Gergaji dapat dilihat pada Gambar 4.39 (a) dan palu dapat dilihat pada Gambar 4.39 (b).

42 (a). Gergaji (b). Palu Gambar 4.39 Alat pemotong dan alat memaku 28. Triplek dan paku digunakan dalam pembuatan bekesting balok yang berukuran 15 15 60 cm, ketebalan triplek yang digunakan sebesar 0,5 cm. Paku digunakan untuk melekatkan bekesting supaya bekesting tidak mudah lepas. Paku dapat dilihat pada Gambar 4.40 (a) dan triplek dapat dilihat pada Gambar 4.40 (b). (a). Paku (b). Triplek Gambar 4.40 Pembuatan bekesting 29. Mixer molen merk Kuda menampung kapasitas 150 liter. Alat ini berfungsi untuk mencampur adukan antara pasir, semen, air, dan kerikil menjadi lebih merata. Mixer molen dapat dilihat pada Gambar 4.41. Gambar 4.41 Mixer molen

43 C. Bagan Penelitian Bagan penelitian dibuat untuk mempermudah dalam proses penelitian ini, bagan penelitian dapat dilihat pada Gambar 4.42 dan 4.43. Mulai Mengumpulkan Data dan Informasi Persiapan Alat dan Bahan Pengujian Karakteristik Material Beton Agregat Halus 1. Analisi Gradasi Butiran 2. Berat Jenis 3. Kadar Air 4. Kadar Lumpur 5. Berat Agregat Kasar 1. Berat Jenis 2. Kadar Air 3. Kadar Lumpur 4. Keausan 5. Berat Satuan Pengujian Kembali Bahan Material Memenuhi Syarat Mix Design A Gambar 4.42 Bagan Alur Penelitian

44 A Pembuatan Bekesting Balok Pembuatan Beton Segar Perendaman (28 Hari) Pengujian Kuat Lentur Tahap I dengan Beban First Crack Pemulihan Keretakan Self Healing Concrete (Bakteri Bacillus sp.) Pengujian Kuat Lentur Tahap II Setelah Dilakukan Self Healing Pengambilan Data dan Pembahasan Kesimpulan Selesai Gambar 4.43 Bagan Alur Penelitian (lanjutan)

45 D. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari Mei 2017 dan dilakukan Laboratorium Teknologi Bahan Konstruksi, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. E. Pelaksanaan Penelitian Pelaksanaan penelitian dimulai dari persiapan alat dan bahan, pengujian material, pembuatan benda uji, selanjutnya pengujian kuat tekan dan kuat lentur benda uji. Langkah-langkah dalam pelaksanaan penelitian diuraikan sebagai berikut: 1. Persiapan Alat dan Bahan Tahap awal penelitian ini adalah persiapan alat dan bahan yang akan digunakan dalam proses penelitian. Alat yang disiapkan berbeda beda sesuai dengan pengujiannya masing-masing. Pada penelitian ini bahan yang disiapkan berupa agregat halus, agregat kasar, semen, dan bakteri bacillus sp. 2. Pemeriksaan Agregat Halus a. Pemeriksaan analisis gradasi butiran agregat halus Analisa gradasi ini dilakukan untuk mengetahui distribusi ukuran butir pasir dengan menggunakan saringan/ayakan. Pemeriksaan ini dilakukan dengan langkah-langkah berdasarkan SNI : 03-1968-1990. b. Pemeriksaan berat jenis dan penyerapan air agregat halus Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui nilai berat jenis curah pasir, berat jenis jenuh kering muka pasir, nilai berat semu / tampak pasir, dan untuk mengetahui presentase penyerapan air berdasarkan SK SNI: 03-1970-2000. c. Pemeriksaan kandungan lumpur agregat halus Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui kandungan lumpur yang terdapat pada agregat halus. Pemeriksaan kadar lumpur agregat halus berdasarkan SNI 03-4142-1996.

46 d. Pemeriksaan kadar air agregat halus Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui kandungan air yang terdapat dalam agregat halus. Pemeriksaan kadar air dilakukan berdasarkan SK SNI : 03-1971-1990. e. Pemeriksaan berat satuan agregat halus Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui berat satuan agregat halus. Pemeriksaan berat satuan agregat halus berdasarkan SK SNI 4804-1998. 3. Pemeriksaan Agregat Kasar a. Pemeriksaan berat jenis dan penyerapan air agregat kasar Selain untuk mengetahui berat jenis agregat kasar pemeriksaan ini juga bertujuan untuk mengetahui persentase berat air yang mampu diserap oleh suatu agregat. Pemeriksaan dilakukan dengan langkah-langkah berdasarkan SK SNI : 03-1969-1990. b. Pemeriksaan keausan agregat kasar Pemeriksaan keausan agregat kasar berdasarkan SK SNI : 03-2417-2008. Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk mengetahui kekuatan atau ketahanan aus agregat kasar, dengan menggunakan mesin Los Angeles. Pemeriksaan keausan agregat kasar berdasarkan SK SNI : 03-2417-2008. c. Pemeriksaan kadar lumpur agregat kasar Pemeriksaan kadar lumpur agregat kasar berdasarkan SK SNI S-04-1989- F. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui kandungan lumpur yang terdapat dalam agregat kasar. Pemeriksaan kadar lumpur agregat kasar berdasarkan SK SNI S-04-1989-F. d. Pemeriksaan kadar air agregat kasar Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui kandungan air yang terdapat dalam agregat kasar. Pemeriksaan kadar air agregat kasar berdasarkan SK SNI : 03-1971-1990. e. Pemeriksaan berat satuan agregat kasar Berat satuan ialah berat agregat dalam satu satuan volume, pemeriksaan ini dilakukan untuk mencari berat satuan agregat kasar. Pemeriksaan berat satuan agregat kasar berdasarkan SK SNI 4804-1998.

47 4. Rancangan campuran beton (Mix Design) Perancangan campuran beton berdasarkan (SK SNI SNI 7656:2012). a. Menggunakan cetakan silinder beton berukuran 150 mm x 300 mm. b. Menggunakan bekisting balok dengan ukuran 150 mm x 150 mm x 600 mm. c. Agregat kasar yang digunakan ukuran 10 mm dan agregat halus yang digunakan berapa pada daerah 3. d. Fas yang digunakan bernilai 0,47. e. Variasi takaran cairan bakteri yaitu 50 ml, 60 ml, 70 ml. 5. Pembuatan Benda uji Sebelum melakukan pengecoran maka dibuat bekisting balok yang terbuat dari kayu dengan dimensi 150 mm x 150 mm x 600 mm dengan memakai tulangan diameter 4 mm dan 6 mm dan memakai selimut beton dengan ketebalan 1 cm. Sebelum pemakaian bekisting terlebih dahulu bekisting dioleskan dengan menggunakan oli. Sebelum membuat benda uji bahan-bahan dipersiapkan sesuai dengan rencana mix design. Bahan-bahan yang telah memenuhi persyaratan maka selanjutnya akan dibuat sebagai bahan penyusun campuran beton. Campuran beton dibuat sedemikian mungkin agar beton yang dihasilkan merupakan beton segar. Beton yang sudah jadi kemudian dimasukan kedalam bekisting dan dilakukan penumbukan menggunakan batang penumbuk agar beton menjadi rata dan padat dalam bekisting. Setelah beton berumur 3 hari bekisting dilepas dan dilakukan perawatan terhadap beton. Penampang melintang balok dapat dilihat pada Gambar 4.44 (a) dan Penampang memanjang balok dapat dilihat pada Gambar 4.44 (b). Gambar 4.44 (a) Penampang melintang balok (b) Penampang memanjang balok

48 6. Perawatan Benda Uji (Curing) Cara perawatan benda uji adalah sebagai berikut: a. Setelah benda uji berumur 24 jam, benda uji dilapisi karung goni pada permukaan benda uji. b. Dilakukan penyiraman air di atas karung goni setiap hari selama 28 hari. c. Setelah itu, karung goni dilepas sesuai umur rencana dan didiamkan dalam suhu ruangan untuk diuji kuat lentur. Perawatan balok beton dapat dilihat pada Gambar 4.45. Gambar 4.45 Perawatan balok beton 7. Pengujian Tarik Baja Tulangan Tulangan Baja yang akan diuji kuat tariknya memiliki diameter ukuran 4 mm dan 6 mm. Tulangan baja diuji dengan menggunakan mesin kuat tarik dengan merk Hung Ta dengan kapasitas 45 MPa untuk mengetahui beban ultimate maksimum yang dapat diterima oleh baja tersebut. Pengujian kuat tarik baja tulangan dapat dilihat pada Gambar 4.46. Gambar 4.46 Pengujian kuat tarik baja tulangan 8. Pengujian Kuat Tekan Silinder Silinder berdiameter 150 mm dan tinggi 300 mm yang sudah direndam selama 28 hari dikeringkan dan diuji kuat tekan dengan tujuan untuk mengetahui nilai kuat tekan silinder pada umur 28 hari dan nilai modulus elastisitas dengan

49 menggunakan mesin kuat tekan dengan merk Hung Ta dan kapasitas150 MPa. Perawatan silinder dapat dilihat pada Gambar 4.47 (a) dan pengujian kuat tekan silinder dapat dilihat pada Gambar 4.47 (b) (a) (b) Gambar 4.47 (a) Perendaman silinder (b) pengujian kuat tekan beton silinder beton. 9. Pengecatan Balok dan Pembuatan Grid Sebelum diuji kuat lentur balok yang sudah berumur 28 hari dikeringkan dan kemudian dicat dengan cat dinding berwarna putih kemudian permukaannya dibuat grid dengan dimensi 5 cm x 5 cm untuk mengetahui titik keretakan akibat beban kuat lentur. Pengecatan balok dapat dilihat pada Gambar 4.48 (a) dan pembuatan grid dapat dilihat pada Gambar 4.48 (b). (a) Gambar 4.48 (a) Pengecatan permukaan balok (b) pembuatan grid (b)

50 10. Pengujian Kuat Lentur Balok Tahap I Pada pengujian kuat lentur balok dilakukan pengujian dengan pembebanan dua titik hal ini dikarnakan gaya yang bekerja pada balok hanya gaya lentur. Benda uji yang telah berumur 28 hari diuji kuat lentur tahap pertama untuk menentukan kuat lentur beton normal untuk mengetahui nilai kuat lentur balok normal tanpa penambahan bakteri. Sebelum balok diuji dilakukan setting up alat terlebih dahulu. Setting up alat uji kuat lentur dapat dilihat pada Gambar 4.49. Gambar 4.49 Setting up alat uji kuat lentur 11. Pengujian Kuat Lentur Balok Tahap II Setelah dilakukan perawatan dengan menginjeksi retak pada permukaan balok menggunakan bakteri Bacillus Sp. Maka balok diuji lentur tahap 2 dengan umur 7 hari, 14 hari, 21 hari, dan 28 hari. Pengujian kuat lentur tahap 2 ini dilakukan untuk membandingakan nilai kuat lentur balok beton dengan tanpa campuran bakteri dan balok beton dengan campuran bakteri. Pengujian kuat lentur tahap dua dapat dilihat pada Gambar 4.50. Gambar 4.50 Pengujian kuat lentur tahap dua