PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK NOMOR 12 TAHUN TENTANG PENGAMANAN KEPARIWISATAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

dokumen-dokumen yang mirip
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG KEPARIWISATAAN

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

BUPATI POHUWATO PROVINSI GORONTALO PERATURAN DAERAH KABUPATEN POHUWATO NOM OR4 TAHUN 2015

BUPATI POHUWATO PROVINSI GORONTALO PERATURAN DAERAH KABUPATEN POHUWATO NOMOR 12 TAHUN 2015

BUPATI KARANGANYAR PROVINSI JAWA TENGAH

BIDANG USAHA, JENIS USAHA DAN SUB-JENIS USAHA BIDANG USAHA JENIS USAHA SUB-JENIS USAHA

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG KEPARIWISATAAN

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 55 TAHUN 2012 TENTANG PERIZINAN TEKNIS DAN PERSYARATAN ADMINISTRASI USAHA KEPARIWISATAAN

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Kepala Kepolisian Negar

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PENDAFTARAN USAHA PARIWISATA DI KABUPATEN BANYUWANGI

- 1 - PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG TANDA DAFTAR USAHA KEPARIWISATAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BERAU,

WALIKOTA PADANG PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI POHUWATO PROVINSI GORONTALO PERATURAN DAERAH KABUPATEN POHUWATO NOMOR IOTAHUN 2015

BUPATI POHUWATO PROVINSI GORONTALO PERATURAN DAERAH KABUPATEN POHUWATO NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG

TENTANG TATA CARA PENGENAAN SANKSI ADMINISTRATIF PELANGGARAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 23 TAHUN 2012 TENTANG KEPARIWISATAAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG TANDA DAFTAR USAHA PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG TANDA DAFTAR USAHA PARIWISATA

SURAT IZIN USAHA KEPARIWISATAAN

GUBERNUR SULAWESI SELATAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 13 TAHUN 2002 TENTANG IZIN USAHA SARANA PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 67 TAHUN 1996 TENTANG PENYELENGGARAAN KEPARIWISATAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI SUMBA BARAT DAYA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA BATAM PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR 3 TAHUN 2003 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 67 TAHUN 1996 TENTANG PENYELENGGARAAN KEPARIWISATAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENDAFTARAN USAHA PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN TAHUN 2009 NOMOR 6 PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN NOMOR: 6 TAHUN 2009 TENTANG

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG TANDA DAFTAR USAHA PARIWISATA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA SALINAN KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR TAHUN 2016 TENTANG

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

Peraturan Pemerintah No. 67 Tahun 1996 Tentang : Penyelenggaraan Kepariwisataan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 67 TAHUN 1996 TENTANG PENYELENGGARAAN KEPARIWISATAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. UMUM. Sejalan...

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PENDAFTARAN USAHA PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK,

BUPATI MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN KEPARIWISATAAN

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG TEKNIS PENANGANAN KONFLIK SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

NOMOR 67 TAHUN 1996 TENTANG PENYELENGGARAAN KEPARIWISATAAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2012 TENTANG SERTIFIKASI KOMPETENSI DAN SERTIFIKASI USAHA DI BIDANG PARIWISATA

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 9 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG KEPARIWISATAAN

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG SISTEM OPERASIONAL KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNPB. Bantuan logistik. Pedoman. Perubahan.

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N

KEWAJIBAN PENDAFTARAN USAHA PARIWISATA DI KABUPATEN BANTUL

BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN KEPARIWISATAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2012 TENTANG SERTIFIKASI KOMPETENSI DAN SERTIFIKASI USAHA DI BIDANG PARIWISATA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 70 TAHUN 2017 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10.TAHUN TENTANG KEPARIWISATAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG KEPARIWISATAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TABANAN,

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INCONESIA NO. POL : 6 TAHUN 2006 TENTANG PEMBINAAN KEPOLISIAN KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 8 TAHUN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 25 TAHUN 2016 TENTANG KEPARIWISATAAN

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER

5. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Repub

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KP 381 TAHUN 2018 TENTANG

PER A T U R A N D A ER A H KA BU PA T EN SER D A N G BED A G A I

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN KEPARIWISATAAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG

2015, No. -2- untuk melaksanakan ketentuan Pasal 50 Undang- Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan dan Pasal 47 Peraturan Pemerintah Nomor

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG KEPARIWISATAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10.TAHUN TENTANG KEPARIWISATAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10.TAHUN TENTANG KEPARIWISATAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

-1- BUPATI BENGKAYANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG KEPARIWISATAAN

2017, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TENTANG SYARAT DAN TATA CARA PENETAPAN PEMBAGIAN DAER

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 27 TkWm 2016 TENTANG

2015, No Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 127, Tamba

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

- 1 - BUPATI BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG KEPARIWISATAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BOGOR,

PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG PENANGANAN GELANDANGAN DAN PENGEMIS

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN KEPARIWISATAAN

GUBERNUR BALI PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG USAHA JASA PERJALANAN WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, GUBERNUR BALI,

IZIN USAHA JASA PARIWISATA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABALONG NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA INDUK PENGEMBANGAN PARIWISATA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PENGAMANAN EKSEKUSI JAMINAN FIDUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2012 TENTANG SERTIFIKASI KOMPETENSI DAN SERTIFIKASI USAHA DI BIDANG PARIWISATA

WALIKOTA SURABAYA SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 23 TAHUN 2012 TENTANG KEPARIWISATAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 82 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2017 TENTANG OPERASI PENCARIAN DAN PERTOLONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG KEPARIWISATAAN

BUPATI POHUWATO PROVINSI GORONTALO PERATURAN DAERAH KABUPATEN POHUWATO NOMOR 14 TAHUN 2015

SALINAN BUPATI NAGEKEO,

DEFINISI- DEFINISI A-1

PEDOMAN BANTUAN PERALATAN

Transkripsi:

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2 0 1 5 TENTANG PENGAMANAN KEPARIWISATAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA, M enim bang bahw a Kepolisian Negara Republik Indonesia m eru p ak an alat negara yang b ertu g as m em elihara k eam an an dan ketertiban m asyarakat, m enegakkan h u k u m, serta m em berikan perlindungan, pengayom an d an pelayanan kepada m asyarakat; bahw a dalam upaya m em elihara k eam an an dan ketertiban m asy arak at Kepolisian Negara Republik Indonesia, m elakukan pengam anan kepariw isataan secara efektif d an efisien, m engingat kepariw isataan m eru p ak an bagian integral pem bangunan nasional yang d ap at m eningkatkan devisa negara d an m enjadi daya tarik investor u n tu k berinvestasi di Indonesia; bahw a b erd asark an pertim bangan sebagaim ana dim aksud dalam h u ru f a dan h u ru f b, perlu m enetapkan P eratu ran Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia tentang P engam anan K epariw isataan; M engingat U ndang-u ndang Nomor 2 T ahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia (Lem baran Negara Republik Indonesia T ahun 2002 Nomor 2, T am bahan Lem baran Negara Republik Indonesia Nomor 4168); K eputusan Presiden Nomor 63 T ahun 2004 tentang Pengam anan Objek Vital Nasional; P eratu ran Presiden Nomor 52 T ahun 2010 tentang S u su n an O rganisasi dan T ata Kerja Kepolisian Negara R epublik Indonesia; MEMUTUSKAN: M enetapkan : PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENGAMANAN KEPARIWISATAAN. BAB I

BAB I KETENTUAN UMUM I^»al 1 Dalam peraturan ini yang dim aksud dengan: 1. Kepolisian Negara Republik Indonesia yang selanjutnya disingkat Polri adalah alat negara yang berperan dalam memeliheura keam anan dan ketertiban m asyarakat, menegakkan hukum, serta memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada m asyarakat dalam rangka terpeliharanya keam anan dalam negeri. 2. Pengamanan adalah segala usaha, pekeijaan dan kegiatan dalam rangka pencegahan, penangkalan dan penanggulangan serta penegakan hukum terhadap setiap ancam an dan gangguan keam anan. 3. Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata yang bersifat multi dimensi serta multi disiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antar wisatawan dan m asyarakat setempat, sesam a wisatawan. Pemerintah, Pemerintah daerah dan Pengusaha. 4. Wisata adalah kegiatan peijalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tem pat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi d ^ am jangka waktu sementara. 5. Wisatawan adalah orang yang m elakukan wisata. 2 6. Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata yang didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha. Pemerintah dan Pemerintah Daerah. 7. Daya Tarik Wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan dan nilai yang berupa keaneka ragaman kekayaan alam, budaya dan hasil buatan m anusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan. 8. Daerah tujuan Pariwisata yang selanjutnya disebut Destinasi Pariwisata adaleih kawasan geografis yang berada dalam satu atau lebih wilayah adm instratif yang didalamnya terdapat daya tarik wisata, fasilitas umum, fasilitas pariwisata, aksesibilitas, serta m asyarakat yang saling terkait dan melengkapi terw ujudnya kepariwisataan. 9. Usaha Pariwisata adalah usaha yang menyediakan barang d an /atau jasa bagi pem enuhan kebu tu h an wisatawan dan penyelenggaraan pariwisata. 10. Pengusaha Pariwisata adalah orang atau sekelompok orang yang berusaha di bidang kepariwisataan. 11. Pengelola Usaha Pariwisata adalah orang atau sekelompok orang yang bertanggung jawab untuk mengelola usaha pariwisata. 12. Industri Pariwisata adalah kum pulan usaha pariwisata yang saling terkait dalam rangka menghasilkan barang d an /atau jasa bagi pem enuhan kebutuhan wisatawan dalam penyelengaraan pariwisata. 13. Kawasan

13. Kawasan Strategis Pariwisata adalah kawasan yang mem iliki fung^ utam a pariwisata atau memiliki potena untuk pengembangan p>ariwisata 3rang mempunyai pengaruh penting dalam satu atau lebih aspek, seperti pertum buhan ekonomi, sosial budaya, pemberdayaan sumber daya alam, daya dukung lingkungan hidup, serta pertah an an dan keam anan. 14. Objek vital nasional di bidang kebudayaan dan pariwisata adalah kaw asan/lokasi, bangunan/instalasi atau usaha yang menyangkut hajat hidup orang banyak, kepentingan negara dan sum ber pendapatan negara yang bersifat strategis yang telah ditetapkan oleh Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata. 15. Polisi Pariwisata {Tourism Police^ adalah anggota Polri yang melaksanakan t u ^ s pengam anan di bidang kepariwisataan. 16. Pengamanan internal adalah s e ^ la usaha, pekeijaan dan kegiatan dalam rangka pencegahan, p e n a n g k a la n dan p enan^ulangan terhadap setiap ancam an dan g a n ^ u a n keam anan yang diselen^arakan oleh instansi/proyek/badan usaha. 17. Satuan kewilayahan adalah pelaksana tugas dan wewenang Polri di wilayah provinsi, kabupaten dan kota yang berada di bawah Kapolda. 18. Satuan fungsi pendukung adalah kesatuan Polri yang memiliki kem ampuan khusus teknis kepolisian, yang berperan memberikan dukungan pelaksanaan tugas Polri. Pasal 2 Tujuan peratu ran pengam anan kapariw isataan meliputi: a. sebagai pedoman dalam pelaksanaan tugas Pengamanan Kepariwisataan sesuai karakteristik U saha Pariwisata;dan b. terwujudnya kesam aan persepsi, pola podr dan pola tindak dalam penyelenggaraan Pengamanan Kepariwisataan yang profesional dan proporsional sesuai ketentuan peratu ran perundang-undangan. Pasal 3 Pengam anan kepariw isataan dilaksanakan dengan perinsip: a. legalitas, yaitu pengamanan kepariwisataan dilaksanakan sesuai p eratu ran perundang-undangan; b. profesional, yaitu dalam m elaksanakan pengamanan kepariwisataan dilaksanakan sesuai dengan kompetensi yang dimiliki sesucd peran, ftmgsi, tugas d an tanggung jawabnya; c. proporsional, yaitu pengam anan kepariwisataan dilaksanakan sesuai peran, fungsi, tu g as dan tanggung jawab; d. akuntabel, yaitu segala upaya dan tindakan yang dilaksanakan harus d a i^ t dipertan^ungaw abkan; e. nesesitas, yaitu pengam anan kepariwisataan diberikan berdasarkan penilaian situasi dan kondisi yang dihadapi;dan f. hum anis, yaitu pengam anan kepariwisataan senantiasa memperhatikan aspek kem anusiaan, sosial, perlindimgan dan pelayanan dengan m enjunjung tinggi hak asasi m anusia. BAB n

BAB n GANGGUAN DAN SISTEM TONGAMANAN KEPARIWISATAAN Bagian K esatu Gangguan K epariw isataan Pasal 4 (1) Gangguan di bidang Kepariwisataan d apat bersum ber dari: a. lingkungan intem al;d8in b. lingkungan eksternal. (2) Gangguan yang bersum ber dari lingkungan internal dan eksternal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat menimbulkan kerugian berupa korban jiwa, harta benda dan traum a psikis. P a sa ls Gangguan yang bersum ber dari internal, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf a, antara lain berupa: a. unjuk rasa/pekeija; b. mogok kerja; c. penyalahgunaan izin; d. penarikan d ana investasi oleh investor;dan e. perusakan atau hilangnya aset usaha pariwrisata. Pasal 6 G8mggu in yang bersumber dari eksternal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf b, antara lain berupa: a. b. c. d. e. f. g- h. J- k. l. m. penutupan usaha pariwisata; unjuk rasa dari m asyarakat/lingkungan; dam pak dari penolakan kebijakan pem erintah; gejolak sosial; persaingan usaha; sengketa tanah; pem blokiran/penutupan jalan; rusaknya lingkungan sekitar usaha pariwisata yang dapat memicu m asalah sosial; peringatan perjalanan w isata (travel warning); bencana alam (banjir, gempa bumi, tanah longsor, angin topan, tsunam i, gunung m eletus, gelombang pasang); kecelakaan wisatawan d an /ata u pengunjung; pem bakaran; serangan ata u gangguan binatang buas;dan penyebaran penyakit yang ditularkan oleh hewan kepada m anusia (zoonosis). Bagian...

Bagian Kedua Pola Pengam anan P a sa l? Pola pengamanan ditetapkan berdasarkan identifikasi dan potensi kerawsman kepariwisataan, meliputi: a. bentuk pengam anan; b. metode pengam anan; c. sifat pengam anan; d. kompetensi pelaksana pengam anan;dan e. perlengkapan pelaksana pengam anan. Pasal 8 (1) Bentuk pengam anan sebagaimana dim aksud dalam Pasal 7 huruf a, terdiri dari: a. pengam anan langsrmg;dan b. pengam anan tidak langsung. (2) Pengamanan langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a berupa pengerahan dan penggelaran kekuatan secara fisik di lapangan. (3) Pengamanan tidak langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b berupa pem antauan, pengaw asan dan laporan perkem bangan situasi. Metode pengam anan seperti: Bagian K etiga M etode Pengam anan Pasal 9 a. Pengam anan oleh M anusia {Security Method); b. Pengam anan m enggunakan konstruksi (Security by Construction); c. Pengamanan dengan menggunakan peralatan elektronik/m ekanik {Security by electronics/mechanics); d. Pengamanan dengan memanfaatkan kondisi alam atau alam buatan {Security by nature); e. Pengarnanan dengan m enggunakan Satwa {Security by animals); f. Pengamanan dengan menggunakan tanda - tanda khusus {Security by identification);dan g. Pengamanan dengan memberdayakan peran serta m asyarakat {Security by Community). Bagian

Bagian K eem pat S ifat Pengam anan Pasal 10 Sifat p en garnana n sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf c, meliputi: a. pengam anan terbuka;dan b. pengam anan tertutup. P asal 11 (1) Pengam anan terbuka sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 10 h u ru f a, meliputi: a. kegiatan pre-emtif; b. kegiatan preventif;dan c. tindakan hukum. (2) Kegiatan pre-emtif, sebagaim ana dim aksud pada ayat (1) h u ru f a, meliputi: a. koordinasi dengan pemangku kepentingan (stake holder) serta potensi m asyarakat lainnya dalam upaya mewujudkan keamanan dan ketertiban di lingkungan usaha pariwisata; dan b. membangun kemitraan dengan pengusaha dan pengelola Usaha Pariwisata, Wisatawan dan m asyarakat sekitar lokasi/kawasan Pariwisata untuk mewujudkan keam anan dan ketertiban di lingkungan usaha pariwisata. (3) Kegiatan preventif, sebagaim ana dim aksud pada ayat (1) h u ru f b, meliputi: a. pengawasan dan pemeriksaan terhadap orang, barang dan kendaraan yang m asuk/keluar pada lokasi/kawasan Usaha Pariwisata; b. pengaturan terhadap lalu lintas manusia, barang dan kendaraan pada lokasi/kaw asan U saha Pariwisata; c. penjagaan untuk mengantisipasi teijadinya pelanggaran/kejahatan pada loka si/kaw asan Usaha Pariwisata; dan d. patroli pada lokasi/kaw asan U saha Pariwisata. (4) Tindakan hukum, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, meliputi: a. tindakan pertam a di tem pat kejadian perkara (TPTKP), memberikan pertolongan kepada korban, mencari dan m endata saksi dan barang bukti, serta menangkap pelaku bila masih di TKP yang berkaitan dengan tindak pidana yang teijadi di lokasi/kawasan usaha pariwisata; b. melaporkan

7 melaporkan atau menginformasikan ke kantor Kepolisian terdekat tentang teijadinya Tindak Pidana;dan koordinasi tentang bantuan teknis kepada fungsi kepolisian pendukung dalam hal teijadinya tindak pidana. Pasal 12 Pengamanan tertutup sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf b, m engutam akan kegiatan: a. deteksi dini terhadap potensi kerawanan yang mungkin teijadi baik yang bersumber dari internal m aupun dari eksternal lingkungan usaha pariw isata;dan b. pem antauan/pengaw asan terhadap orang, barang/benda, dokum en/arsip informasi dan kegiatan u sa h a pariwisata. Bagian K elim a P elaksana Pengam anan Pasal 13 (1) Pelaksana pengam anan kepariw isataan, meliputi: a. Polisi Pariwisata;dan b. satu an kewilayahan. (2) Kegiatan pengamanan Kepariwisataan dilakukan berdasarkan kebutuhan dan perkiraan ancam an/gangguan yang mungkin timbul d an /atau atas perm intaan pengelola usaha pariwisata. Bagian K eenam K om peten si Pelaksana Pengam anan Pasal 14 (1) Kompetensi pelaksana pengam anan kepariwisataan, an tara lain: a. b. c. e. f. g- h. memiliki wawasan dan pengetahuan kepariw isataan setempat; mem aham i karakteristik sosial dan budaya m asyarakat setempat; mampu berkomunikasi dan mengerti bahasa daerah setempat dengan baik; mampu memberikan pelayanan keam anan dan keselamatan kepada wisatawan; mampu memberikan bantuan informasi um um tentang pariwisata; bersikap ram ah dan sopan dalam memberikan pelayanan; berpenam pilan rapi, bersih dan simpatik; memiliki kem ampuan Tindakan Pertama di Tempat Kejadian Perkara (TPTKP); i. memahami

8 i. memahami peraturan dan perundang - undangan yang terkait dengan tugasnya;dan j. dapat berkomunikasi dengan bahasa Inggris (persyaratan tambahan). (2) Kompetensi pelaksana pengamainan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi tanggung jawab Ditpamobvit sebagai pembina teknis pengam anan objek vital. Bagian K etujuh Periengkapan P elaksana Pengam anan Pasal 15 (1) Perlengkapan pelaksana pengam anan kepariwisataan, an tara lain; a. kendaraan operasioned yang disesuaikan kondisi objek wisata (kendaraan bermotor, sepeda, speed boat, perahu, golf car); b. Satwa (kuda, anjing); c. public addres; d. alat kom unikasi;dan e. alat pertolongan dan bantuan keselamatan. (2) Perlengkapan pelaksana pengamanan kepariwisataan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disesuaikan dengan karakteristik wilayah dan kebutuhan. BAB m PELAKSANAAN PENGABSANAN KEPARIWISATAAN B a^ an K esatu Objek Pengam anan Pasal 16 (1) Objek pengam anan kepariw isataan, meliputi: a. usaha pariwisata;dan b. kegiatan wisatawan. (2) Usaha Pariwisata sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, antara lain: a. daya tarik wisata; b. kaw asan pariwisata; c. ja s a transportasi wisata; d. ja sa perjalanan wisata; e. jasa m akanan dan mimoman; f. penyediaan akomodasi; g. penyelenggaraan

g. penyelengaraan k ^ ia ta n hiburan dan rekreasi; h- usaha pjenyelenggaraan fjertemuan, p>eijalanan insentif, konferensi, pam eran;dan i. usaha wisata tirta. (3) Kegiatan wisatawan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, m erupakan aktivitas saat kedatangan, peijalanan, kegiatan, sam p ^ kembalinya wisatawan mancanegara kenegaranya dan wisatawan dom estik dan Pasal 17 (1) E>aya tarik wisata -b ag aim an a dim aksud dalam Pasal 16 ayat (2) huruf a, m erupakan usaha yang kegiatannya mengelola daya tarik wisata alam, daya tarik wisata budaya dan daya tarik wisata buatan/binaan manusia. (2) Kawasan pariwisata sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (2) huruf b, m erupakan usaha yang kegiatannya membangun d an /ata u mengelola kawasan dengan tuas tertentu untuk memenuhi kebutuhan pariwisata. (3) Ja sa transportasi wisata, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (2) huruf c, m erupakan usaha khusus yang menyediakan angkutan untuk kebutuhan dan kegiatan pariwisata bukan angkutan transportasi regular/um um ; (4) Ja sa perjalanan wisata, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (2) huruf d, merup»akan usaha biro peijalanan wisata (penyediaan jasa peijalanan d an /atau ja sa pelayanan dan p e n y e len ^ ^ a an pariwisata, term asuk penyelengaraan peijalanan ibadah) dan usaha agen peijalanan wisata (usaha jasa pem esanan tiket dan akomodasi serta pengurusan dokum en peijalanan); (5) Ja sa m akanan dan m inum an,.sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (2) huruf e, m eruj»kan usaha jasa penyediaan m akanan dan m inum an yang dilengkapi d e n ^ n peralatan dan perlen^cajjan untuk proses pem buatan, dapat berupa restoran, kafe, jasa boga dan bar/kedai minum; (6) Penyediaan akomodasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (2) huruf f, m erupakan usaha yang menyediakan pelayanan penginapan yang dapat dilen^capi dengan pelayanan pariwisata lainnya berupa hotel, villa, pondok wisata, bumi perkemahan, persinggahan karavan dan akomodasi lainnya yang digunakan untu k tujuan pariwisata. (7) Penyelenggara k e ra ta n hiburan dan rekreasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (2) huru f g m erupakan usaha y ar^ ruang lir^ o ip kegiatannya berupa usaha seni p>ertimjukan, arena jjermainan, karaoke, bioskop, serta k e ra ta n hiburan dan rekreasi lainnya yang bertujuan untuk p>ariwisata. (8) Usaha penyelengaraan pertem uan, peijalanan insentif, konferensi, dan pam eran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (2) huruf h, m erupakan usaha yang memberikan jasa bagi suatu pertemuan sekelompok orang, menyelenggarakan peijalanan bagi karyawan dan m itra usaha sebagai imbalan atas prestasinya serta menyeleng^irakan pam eran dalam rangka menyebarluaskan informasi dan promosi suatu barang dan ja sa yang berskala nasional, regional dan internasional. (9) U sah a...

(9) Usaha wisata tirta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat P) huruf i, m erupakan usaha yang m enyelen^arakan wisata dan olah r a ^ air, term asuk penyediaan sarana dan prasarana serta jasa lainnya yang dikelola secara komersial di perairan laut, pantai, sungai, danau dan waduk. Bagian Kedua S i H M i r i i i i P e w Pasal 18 g a i n a n i i t i S asaran pengam anan, meliputi: a. manusia; b. lokasi/kaw asan; c. fisik dan benda/barang; d. dokum en/inform asi;dan e. kegiatan. Pasal 19 (1) Pengam anan terhadap m anusia, meliputi: a. wisataw an (dom estik/m ancanegara); b. tenaga a h li/sta f (asing/lokal); c. m itra usaha pariwisata; d. karyawan tetap/lep as objek wisata; e. tam u n egara/pejabat negara yang berkunjung ke objek w isata;dan f. m asyarakat sekitar destinasi pariwisata. (2) Kegiatan pengamanan terhadap m anusia sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi: a. pengam anan fisik; b. penjagaan d an patroli; c. memberikan bantuan layanan informasi kepada wisatawan dan m asyarakat pada lokasi/kawasan usaha pariwisata; d. pengawasan dan pemeriksaan terhadap setiap orang yang dicurigai dapat m en^anggu kegiatan Usaha Pariwisata; e. melakukan tindakan pertam a di tem pat kejadian perkara (TPTKP), apabila teijadi pelanggaran tindak pidana di kawasan usaha pariwisata; f. memberikan pertolongan b a ^ yang memerlukan bantuan;dan g. memberikan penerangan/penyuluhan keselamatan, keam anan dan ketertiban. Pasal 2 0

Pasal 20 (1) Pengamanan terhadap lokasi/kawasan, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 huruf b, meliputi: a. lingkungan dalam area kawasan usaha pariwisata; b. lingkungan luar area kawasan usaha pariwisata;dan c. lingkimgan sekitar di luar kawasan usaha Pariwisata. (2) Lokasi atau kawasan pengamanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditentukan oleh pengemban fungsi pengamanan Kepariwisataan dan Pengelola usaha Pariwisata. (3) Pengamanan terhadap lokasi/kawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan dalam bentuk pengawasan, pengaturan, penjagaan dan patroli pada daerah rawan. Pasal 21 (1) Pengamanan terhadap fisik dan benda/barang, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 huruf c, berupa fasilitas dan kelengkapan usaha pariwisata, kendaraan atau barang wisatawan. (2) Pengamanan terhadap fasilitas dan kelengkapan usaha pariwisata sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan dalam bentuk pengawasan, pemeriksaan, pengaturan, penjagaan dan patroli pada kawasan usaha Pariwisata. Pasal 22 Pengamanan terhadap dokumen/informasi, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 huruf d, berupa pengamanan pada tem pat penyimpanan dokumen, arsip dan kerahasiaan informasi. Pasal 2 3 (1) Pengamanan terhadap kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 huruf e, meliputi rangkaian kegiatan penyelenggaraan usaha Pariwisata. (2) Pengamanan terhadap rangkaian kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan dalam bentuk pengawasan, pengaturan, penjagaan dan patroli pada lokasi kegiatan usaha Pariwisata. Bagian K etiga Pem bina T eknis Pasal 2 4 (1) Direktur Pamobvit Baharkam Polri sebagai pembina fungsi teknis pengam anan kepariw isataan di tingkat pusat;dan (2) Direktur Pamobvit Polda sebagai pembina teknis operasional pengamanan kepariw isataan di tingkat wilayah. Bagian

Bagian Keempat Pengawasan Pengamanan Pasal 2 5 (1) Pengawasan terhadap pelaksana pengamanan kepariwisataan dilakukan oleh pejabat pembina teknis dan pengemban fungsi pengawasan internal Polri. (2) Pengawasan pengamanan Kepariwisataan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara berjenjang melalui sistem laporan, supervisi, dan pem eriksaan. BAB IV KETENTUAN PENUTUP Pasal 2 6 Peraturan Kapolri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, m em erintahkan pengundangan Peraturan Kapolri ini dengan penem patannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 2015 Diundangkan di Jakarta pada tanggal 2015 MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI BIANUSIA REPUBLIK INDONESIA, 1. Dirpamobvit 2. K abaharkam PoM 3. Kadivkum Polri 4. Kasetum Polri 5. Wakapolri YASONNA H. LAOLY BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2015 NOMOR

Bagian Keempat Pengawasan Pengamanan Pasal 2 5 (1) Pengawasan terhadap pelaksana pengam anan kepariwisataan dilakukan oleh pejabat pembina teknis dan pengemban fungsi pengawasan internal Polri. (2) Pengawasan pengamanan Kepariwisataan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara beijenjang melalui sistem laporan, supervisi, dan pem eriksaan. BAB IV KETENTUAN PENUTUP Pasal 2 6 Peraturan Kapolri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang m engetahuinya, m em erintahkan pengundangan Peraturan Kapolri ini dengan penem patannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 12 Agustus 2015 Diundangkan di Jakarta pada tanggal 14 Agustus 2015

Bagian Keampat Pengawasan Pengamanan Pasal 2 5 (1) Pengawasan terhadap pelaksana pengam anan kepariwisataan dilakukan oleh pejabat pembina teknis dan pengemban fungsi pengawasan internal Polri. (2) Pengawasan pengam anan Kepariwisataan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara berjenjang melalui sistem laporan, supervisi, dan pem eriksaan. BABIV KETENTUAN PENUTUP Pasal 2 6 P eraturan Kapolri ini mulai berlaku pada tanggal diim dangkan. Agar setiap orang m engetahuinya, m em erintahkan pengundangan Peraturan Kapolri ini dengan penem patannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta Diundangkan di Jakarta pada tanggal 14 Agustus 2015