BAB I PENDAHULUAN. Keuangan Negara dan pembanguanan nasional tidak dapat dipisahkan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. bagian yang tidak dapat dipisahkan dari keberhasilan kebijakan yang. daerahnya masing-masing atau yang lebih dikenal dengan sebutan

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan semakin banyaknya kewenangan pemerintah yang. dilimpahkan kepada daerah disertai pengalihan personil, peralatan,

BAB I PENDAHULUAN. mayoritas bersumber dari penerimaan pajak. Tidak hanya itu sumber

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber pendapatan negara terbesar, dimana sampai saat

BAB I PENDAHULUAN. kepada daerah disertai pengalihan personil, peralatan, pembiayaan dan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun

BAB I PENDAHULUAN. No.22 tahun 1999 dan Undang-undang No.25 tahun 1999 yang. No.33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat

JURNAL SKRIPSI EVALUASI POTENSI PENDAPATAN PAJAK DAN RETRIBUSI DAERAH DI KABUPATEN WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN. dasarnya pembangunan itu dilaksanakan ditiap-tiap daerah. Dalam. ini ditandai dengan dikeluarkannya Undang-Undang No.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai unit pelaksana otonomi daerah. Otonomi daerah adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus

BAB 1 PENDAHULUAN. pusat dengan daerah, dimana pemerintah harus dapat mengatur dan mengurus

BAB I PENDAHULUAN. Konsekuensi dari pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi tersebut yakni

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah khususnya Daerah Tingkat II (Dati II)

BAB 1 PENDAHULUAN. otonomi daerah. Otonomi membuka kesempatan bagi daerah untuk mengeluarkan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah daerah, namun di sisi lain memberikan implikasi tanggung jawab yang

I. PENDAHULUAN. pembangunan secara keseluruhan dimana masing-masing daerah memiliki

KONTRIBUSI REALISASI PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DALAM MENDUKUNG PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas

BAB I PENDAHULUAN. titik awal pelaksanaan pembangunan, sehingga daerah diharapkan bisa lebih mengetahui

BAB 1 PENDAHULUAN. pusat (sentralistik) telah menimbulkan kesenjangan antara Jawa dan luar Jawa

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi ini menandakan pemerataan pembangunan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Januari 2001 telah memberikan kewenangan yang luas, nyata dan. bertanggungjawab kepada daerah secara proporsional mengatur dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan salah satu rangkaian dasar

BAB I PENDAHULUAN. No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah dan UU No. 25 Tahun 1999

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sebuah perusahaan tentunya mempunyai masalah dalam menyusun

EVALUASI EFEKTIFITAS DAN EFISIENSI PEMUNGUTAN PAJAK HOTEL DAN RESTORAN

I. PENDAHULUAN. tersebut dibutuhkan sumber-sumber keuangan yang besar. Undang-undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah yang

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia. Jadi otonomi daerah merupakan sarana

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam konteks pembangunan, bangsa Indonesia sejak lama telah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memperkenalkan kebijakan otonomi daerah. Keseriusan pemerintah Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. mengurus keuangannya sendiri dan mempunyai hak untuk mengelola segala. sumber daya daerah untuk kepentingan masyarakat setempat.

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya otonomi daerah di Indonesia pada tahun 2001,

EVALUASI PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KOTA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan yang sebaik mungkin. Untuk mencapai hakekat dan arah dari

BAB I PENDAHULUAN. pusat (Isroy, 2013). Dengan otonomi daerah yang luas, nyata dan bertanggungjawab,

BAB I PENDAHULUAN. pada meningkatnya dana yang dibutuhkan untuk membiayai pengeluaranpengeluaran. pemerintah di bidang pembangunan dan kemasyarakatan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan usaha terencana dan terarah untuk

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dalam menyikapi berbagai permasalahan di daerah akhir-akhir ini,

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari pulau-pulau atau dikenal dengan sebutan Negara Maritim. Yang mana dengan letak

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan otonomi daerah ditandai dengan diberlakukannya UU No.

BAB I PENDAHULUAN. rakyat dalam rangka mewujudkan tujuan dari pembangunan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. Sistem pemerintahan Republik Indonesia mengatur asas desentralisasi,

BAB I PENDAHULUAN. diperbarui dengan Undang-Undang Nomor 32 tahun Kebijkan otonomi

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adil dan makmur. Dalam rangka mencapai tujuan pembangunan Nasional

I. PENDAHULUAN. Pelaksanaan Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. dan Undang Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. dimilikinya. Pemerintah daerah diharapkan lebih mampu menggali sumbersumber keuangan khususnya untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. bertumpu pada penerimaan asli daerah. Kemandirian pembangunan baik di tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Bhayangkara Jaya

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi desentralistik dengan memberikan otonomi yang seluas-luasnya pada

EVALUASI SISTEM DAN PROSEDUR PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH PADA PEMERINTAH KABUPATEN KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. Pemberian otonomi luas

BAB I PENDAHULUAN. dalam melaksanakan pembangunan nasional telah ditempuh berbagai upaya perbaikan

BAB I PENDAHULUAN. maka menuntut daerah Kab. Lombok Barat untuk meningkatkan kemampuan. Pendapatan Asli Daerah menurut Undang Undang Nomor 28 Tahun

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kapabilitas dan efektivitas dalam menjalankan roda pemerintahan. Namun

I. PENDAHULUAN. sendiri adalah kemampuan self supporting di bidang keuangan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah daerah dapat menetepkan berbagai jenis sumber penerimaan

BAB I PENDAHULUAN. dalam lingkungan Pemerintah kabupaten Karanganyar yang berkedudukan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sistem negara kesatuan, pemerintah daerah merupakan bagian yang

BAB I PENDAHULUAN. semua itu kita pahami sebagai komitmen kebijakan Pemerintah Daerah kepada. efisien dengan memanfaatkan sumber anggaran yang ada.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dan kemasyarakatan harus sesuai dengan aspirasi dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

EFEKTIVITAS PAJAK RESTORAN UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) PADA PEMERINTAH DAERAH KOTA KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka menyelenggarakan pemerintahan, setiap daerah memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Otonomi

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi suatu fenomena global termasuk di Indonesia. Tuntutan demokratisasi ini

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa orde baru, pembangunan yang merata di Indonesia sulit untuk

2014 ANALISIS POTENSI PENERIMAAN PAJAK PENERANGAN JALAN DI KOTA BANDUNG TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. negara. Hasil dari pembayaran pajak kemudian digunakan untuk pembiayaan

LEMBARAN DAERAH KOTA TARAKAN TAHUN 2009 NOMOR 01 PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 01 TAHUN 2009 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Hal

BAB I PENDAHULUAN. 22 Tahun 1999 yang diubah dalam Undang-Undang No. 32 Tahun tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang No. 25 Tahun 1999 yang

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang telah direvisi menjadi Undang-

BAB I PENDAHULUAN. merupakan titik awal pelaksanaan pembangunan, sehingga daerah diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. oleh setiap daerah di Indonesia, terutama Kabupaten dan Kota sebagai unit pelaksana

BAB I PENDAHULUAN. baik pusat maupun daerah, untuk menciptakan sistem pengelolaan keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 23Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan yang berlangsung secara terus-menerus yang sifatnya memperbaiki dan

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan. Oleh karena itu, daerah harus mampu menggali potensi

BAB I PENDAHULUAN. utuh, sehingga wilayah negara Indonesia terbagi ke dalam daerah otonom.

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah di Indonesia mulai diberlakukan pada tanggal 1 Januari

I. PENDAHULUAN. daerahnya sendiri dipertegas dengan lahirnya undang-undang otonomi daerah yang terdiri

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia memasuki babak baru pengelolaan pemerintahan dari sistem

BAB I PENDAHULUAN. adalah ketersediaan dana oleh suatu negara yang diperlukan untuk pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. ditinggalkan karena dianggap tidak menghargai kaidah-kaidah demokrasi. Era reformasi

BAB I PENDAHULUAN. daerah membutuhkan sumber-sumber penerimaan yang cukup memadai. Dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam bidang pengelolaan keuangan negara maupun daerah. Akuntabilitas

BAB I PENDAHULUAN. pusat mengalami perubahan. Jika sebelumnya pemerintah bersifat sentralistik

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pada hakekatnya merupakan suatu proses kemajuan dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Reformasi tahun 1998 memberikan dampak yang besar dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN. Diberlakukannya undang-undang yang berkaitan dengan otonomi daerah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Reformasi sektor publik yang disertai adanya tuntutan demokratisasi

I. PENDAHULUAN. pemungutan yang dapat dipaksakan oleh pemerintah berdasarkan ketentuan

BAB I PENDAHULUAN. daerah yang ditetapkan berdasarkan peraturan daerah tentang APBD.

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah merupakan wujud reformasi yang mengharapkan suatu tata kelola

I. PENDAHULUAN. kepedulian terhadap potensi dan keanekaragaman daerah. daerah sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keuangan Negara dan pembanguanan nasional tidak dapat dipisahkan dari keuangan daerah dan pembangunan daerah, bahkan dapat dikatakan pembangunan nasional identik denagan pembangunan daerah,karena pembangunan itu sendiri pada dasarnya dilaksanakan didaerah. Oleh karena itu perlu dilaksanakan penyerahan serta pengolahan dana pembangunan secara efektif dan efisien. Sejalan dengan pengolahan keuangan Negara,berbagai kebijakan yang telah di tempuh selalu diarahkan agar pembangunan didaerah agar dapat lebih meningkatan pertumbuhan ekonomi daerah dan sekaligus meningkatkan perekonomian nasional. Pada hakekatnya pengolahan keuangan daerah berkaitan dengan pelaksanaan desentralisasi dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan. Dalam kerangka desentralisasi tersebut dibentuk daerah-daerah otonom dengan kewenangan mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri, dengan tujuan akhir untuk meningkatkan daya guna penyelenggaraan pemerintahan terutama dalam hal pelayanan bagi masyarakat dan pelaksanaan pembangunan daerah. Pergantian pemerintah dari orde baru kepada orde reformasi yang dimulai pada tahun 1998 menurut palaksanaaan ekonomi daerah yang memberikan kewenangan yang luas, nyata dan bertanggung jawab kepada daerah secara proporsional. Pemberian kewenangan ini telah diwujudkan 1

2 dengan pengaturan, pembagian dan pemanfaatan sumber daya nasional dan perimbangan keuangan pusat dan daerah sesuai dengan prinsip demokrasi dan peran masyarakat.secara konkrit pengaturan itu dilakukan dengan telah terbitnya Undang-undang nomor 33 tahun 2004 yang diperbarui dengan Undang-undang nomor 28 tahun 2009 tentang Pemerintah Daerah dan Undang-undang nomor 25 tahun 1999 yang diperbarui dengan Undangundang nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah pusat dan Pemerintah Daerah. Konsekuensi dari pelaksanaan kedua Undang-undang tersebut adalah bahwa daerah harus mampu mengembangkan otonomi darah secara luas, nyata dan bertanggung jawab dalam rangka pemberdayaan masyarakat, lembaga ekonomi, lembaga politik, lembaga hukum, lembaga keagamaan, lembaga adat dan lembaga swadaya masyarakat serta seluruh potensi masyarakat dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Disisi lain, saat ini kemampuan keuangan beberapa Pemerintah daerah sangat tergantung pada penerimaan yang berasal dari pemerintah pusat. Oleh karena itu, bersamaan dengan masih sulitnya pelaksanaan Negara dan otonomi daerah itu sendiri, maka setiap daerah dituntut harus dapat membiayai diri melalui sumber-sumber keuangan yang dikuasainya. Peranan Pemerintah Daerah dalam menggali dan mengembangkan berbagai potensi daerah sebagai sumber penerimaan daerah akan sangat menentukan keberhasilan pelaksanaan tugas pemerintah, pembangunan dan pelaksanaan masyarakat didaerah.

3 Kabupaten Ngawi, sebagai daerah otonom didalam wilayah propinsi Jawa Timur, diberi wewenang untuk menggali sumber dana yang ada sesuai dengan potensi dan keadaan daerah sehingga dapat meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) sendiri untuk membiayai rumah tangganya sendiri, Sesuai dengan Undang-undang nomor 25 tahun 1999 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah, Sumber-sumber pendapatan daerah yaitu sebagai berikut : 1. Pendapatan asli daerah (PAD) bersumber dari : a. Pajak daerah b. Retribusi daerah c. Hasil pengelolaan kekayaan daeraah yang dipisahkan d. Dan lain-lain PAD yang sah 2. Dana Perimbangan terdiri dari : a. Dana Bagi Hasil b. Dana alokasi Umum c. Dana Alokasi Khusus 3. Lain-lain Pendapatan terdiri dari : a. Pendapatan Hibah b. Pendapatan Dana Darurat Dari sekian pendapatan Asli Daerah (PAD) sendiri, Pajak merupakan salah satu sumber pendapatan daerah yang paling penting karena setiap tahunnya pajak daerah mampu memberikan sumbangan yang cukup besar bagi penerimaan daerah.namun demikian, hingga saat ini rata-rata

4 penerimaan pajak diseluruh daerah di Indonesia masih relative kecil. Oleh karena itu reformasi pajak (tax reform), Perlu dilakukan untuk meningkatkan penerimaan pajak pemerintah sekaligus terjadinya ekspoitasi berlebih yang merugikan kepentingan principal (Wihana Kirana Jaya, 2007 : 121). Tax reform pajak pusat pertama di Indonesia telah dilaksanakan tahun 1983. Hal ini ditandai dengan diberlakukannya system pemungutan pajak dengan self assessment system dan ketentuan-ketentuan baru yang diberlakukan saat itu. pajak daerah bukan jenis pajak yang baru, melainkan telah lama ada di Indonesia, yakni sebagai sumber penerimaan pemerintah daerah dalam Anggaran Pendapatan Dan belanja Daerah (APBD).Sebelum dilakukan reformasi terhadap pajak daerah, cukup banyak jenis pajak yang dibuat oleh masing-masing daerah (Panca Kurniawan dan Agus Purwanto,2004 : 1). Pajak daerah yang diterapakan oleh pemerintah daerah, baik yang ditentukan oleh Undang-undang pajak daerah maupun yang merupakan perluasan objek pajak pun juga beragam. namun, bila diteliti keadaannya masing-masing daerah belum mampu menunjukkan kinerjanya sebagai sumber penerimaan daerah melalui APBD maupun PAD. Dari peraturan pajak daerah yang ada beberapa diantara mempunyai biaya administrasi yang lebih tinggi dari pada hasilnya (high cost of collection), sehingga hasilnya tidak memadai. Juga adanya beberapa jenis pajak yang tidak memadai dipungut daerah, karena tumpang tindih dengan pajak yang lain, Menghambat alokasi sumber-sumber ekonomi yang lain, menghambat alokasi sumber ekonomi,bersifat tidak adil,atau tidak benar-benar bersifat pajak,tetapi

5 bersifat retribusi. Untuk itu agar pajak daerah lebih efektif dan efisien, maka pada tahun 1997 Pemeintah telah melakukan reformasi terhadap aturan pajak daerah dan retribusi yang ada sebelum untuk disesuaikan dengan perkembangan perekonomian nasional (Panca Kurniawan dan Agus Kuncoro, 2004:2). Mengingat pentingnya pajak daerah sebagai salah satu sumber Penerimaan Asli Daerah (PAD), maka Pemeintah Kabupaten Ngawi harus berusaha mencapai target penerimaan pajak daerah yang telah ditetapkan dan meningkatkan pertumbuhan pemungutan pajak daerah untuk meningkatkan (PAD), yang digunakan untuk membiayai urusan rumah tangganya sendiri. target penerimaan pajak dapat diartikan sebagai prediksi penerimaan dari sektor pajak daerah yang akan dicapai dalam waktu tertentu (Rian adryana 2005,33). Sedangkan pertumbuhan yaitu mengukur bagian dari hasil yang didapatkan dan digunakan untuk menutup biaya pemungutan pajak yang bersangkutan dalam kurun waktu tertentu. Peningkatan prodoktifitas pertumbuhan, Pertumbuhan ekonomi modern terlihat dari sering meningkatnya laju produk perkapita terutama sebagai akibat adanya perbaikan kwalitas input yang meningkatkan pertumbuhan atau produktifitas per unit input. Biaya pemungutan pajak jangan melebihi pemasukan dan dilihat juga pajak-pajak yang ditargetkan dengan realisasi terkumpulnya pajak. Berdasrkan uraian diatas, maka penulis tertarik mengambil judul EVALUASI PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH DI KABUPATEN NGAWI.

6 B. Perumusan Masalah Dari latar belakang masalah dapat dibuat perumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana tingkat pencapaian target penerimaan pajak daerah di Kabupaten Ngawi? 2. Bagaimana tingkat pertumbuhan pemungutan pajak daerah di Kabupaten Ngawi? C. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Untuk menganalisis tingkat pencapaian target penerimaan pajak daerah di Kabupaten Ngawi. 2. Untuk menganalisis tingkat pertumbuhan pemungutan pajak daerah di Kabupaten Ngawi. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Pemerintah Kabupaten Ngawi Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan informasi agar Pemerintah Daerah Kabupaten Ngawi dapat mengetahui besarnya tingkat pencapaian target penerimaan pajak daerah dan pertumbuhan pemungutan pajak daerah di Kabupaten Ngawi. 2. Bagi Penulis Penelitian ini sebagai sarana untuk memperdalam dan menerapkan teori yang diperoleh kedalam praktek yang sesungguhnya. Serta

7 memberikan tambahan gambaran tentang pencapaian target penerimaan pajak daerah dan pertumbuhan pemungutan pajak daerah di Kabupaten Ngawi. E. Pembatasan masalah Karena banyaknya penerimaan asli daerah Kabupaten Ngawi maka penulis hanya membatasi masalah mengenai pelaksanaan pemungutan pajak daerah berupa pajak hotel, Pajak restoran, pajak hiburan, pajak reklame,pajak penerangan jalan, dan pajak pengambilan galian golongan C dari tahun 2007 sampai dengan 2009. Untuk tolak ukur pencapaian target dibatasi hanya pada target dan realisasi penerimaan pajak. Tolak ukur pertumbuhan dibatasi hanya biaya langsung pemungutan, pajak kecocokan pajak daerah dan produktifitas petugas tidak diperhitungkan. F. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari 5 bab. Adapun sistematika penulisannya adalah sebagai berikut : BAB 1 PENDAHULUAN, terdiri dari latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, pembatasan masalah, serta sistematika penulisan. BAB II LANDASAN TEORI, dalam bab ini akan diuraikan tentang pengertian umum tentang pajak yang terdiri dari pengertian pajak pada

8 umumnya dan jenis pajak, pokok-pokok penyelenggaraan pemerintah daerah yang terdiri dari pengertian Pemerintah di Daerah, dan sumber-sumber penerimaan daerah, tinjauan tentang pajak daerah yang terdiri pengertian pajak daerah dan dasar hukumnya, ruang lingkup pajak daerah, dan jenis-jenis pajak daerah, pencapaian target penerimaan pajak daerah, pertumbuhan dan pemungutan pajak serta tinjauan penelitian terdahulu. BAB III METODE PENELITIAN, bab ini berisikan tentang objek penelitian, data dan sumber data, teknik pengumpulan data serta analisis data. BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN, bab ini berisikan tentang gambaran umum Pemerintah Kabupaten Ngawi dan susunan organisasi Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan Aset Daerah (DPPKA) Kabupaten Ngawi serta analisis mengenai pencapaian target penerimaan pajak daerah dan pertumbuhan pemungutan pajak daerah dikabupaten Ngawi. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN, bab ini berisikan kesimpulan dan saran dari hasil penelitian yang dilakukan.