Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 1, April 2014 ISSN KOLESTEROL TOTAL PADA PENDERITA DIABETES MELITUS YANG MELAKUKAN SENAM DIABETES

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. masalah utama dalam dunia kesehatan di Indonesia. Menurut American. Diabetes Association (ADA) 2010, diabetes melitus merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) merupakan sekelompok kelainan heterogen yang

BAB I PENDAHULUAN. hiperglikemi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan metabolisme

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik dengan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. insulin dan kerja dari insulin tidak optimal (WHO, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. terbesar dari jumlah penderita diabetes melitus yang selanjutnya disingkat

BAB 1 PENDAHULUAN. yang saat ini makin bertambah jumlahnya di Indonesia (FKUI, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

I. PENDAHULUAN. usia harapan hidup. Dengan meningkatnya usia harapan hidup, berarti semakin

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan data International Diabetes Federation (IDF) pada

BAB 1 PENDAHULUAN. kelompok penyakit metabolic dengan karakteristik hiperglikemia yang

BAB I PENDAHULUAN. (glukosa) akibat kekurangan atau resistensi insulin (Bustan, 2007). World

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. insulin atau keduanya (American Diabetes Association [ADA] 2004, dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. produksi glukosa (1). Terdapat dua kategori utama DM yaitu DM. tipe 1 (DMT1) dan DM tipe 2 (DMT2). DMT1 dulunya disebut

BAB I PENDAHULUAN. diabetes mellitus semakin meningkat. Diabetes mellitus. adanya kadar glukosa darah yang tinggi (hiperglikemia)

BAB I PENDAHULUAN. manifestasi berupa hilangnya toleransi kabohidrat (Price & Wilson, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Ermita (2002 dikutip dari Devita, Hartiti, dan Yosafianti, 2007) bahwa fluktuasi

BAB I PENDAHULUAN. berkembang adalah peningkatan jumlah kasus diabetes melitus (Meetoo & Allen,

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah salah satu penyakit. degenerative, akibat fungsi dan struktur jaringan ataupun organ

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat berpengaruh terhadap kualitas hidup dari pasien DM sendiri.

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh kelainan sekresi insulin, ketidakseimbangan antara suplai dan

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

BAB I PENDAHULUAN. Association, 2013; Black & Hawks, 2009). dari 1,1% di tahun 2007 menjadi 2,1% di tahun Data dari profil

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organisation WHO (2014) prevalensi penyakit DM

I. PENDAHULUAN. Diabetes Melitus disebut juga the silent killer merupakan penyakit yang akan

BAB I PENDAHULUAN. menempati peringkat kedua dengan jumlah penderita Diabetes terbanyak setelah

BAB I. Pendahuluan. diamputasi, penyakit jantung dan stroke (Kemenkes, 2013). sampai 21,3 juta orang di tahun 2030 (Diabetes Care, 2004).

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi dan malnutrisi, pada saat ini didominasi oleh

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit metabolisme dari karbohidrat,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. sekaligus sebagai upaya memelihara kesehatan dan kebugaran. Latihan fisik

I. PENDAHULUAN. sekaligus sebagai upaya memelihara kesehatan dan kebugaran. Latihan

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan meningkatnya glukosa darah sebagai akibat dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit degeneratif yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk bereaksi terhadap insulin dapat menurun, dan pankreas dapat menghentikan

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus timbul akibat perubahan gaya hidup sedenter yang

BAB I PENDAHULUAN. modernisasi terutama pada masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang diproduksi dengan efektif ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah

BAB I PENDAHULUAN. insulin yang tidak efektif. Hal ini ditandai dengan tingginya kadar gula dalam

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas fisik, life style, dan lain-lain (Waspadji, 2009). masalah kesehatan/penyakit global pada masyarakat (Suiraoka, 2012).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN UKDW. insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. DM merupakan penyakit degeneratif

BAB I PENDAHULUAN. insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. Hiperglikemia kronik pada diabetes

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular yang diakibatkan karena penyempitan pembuluh darah

BAB I PENDAHULUAN. sebagai masalah kesehatan global terbesar di dunia. Setiap tahun semakin

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah kesehatan merupakan masalah yang ada di setiap negara, baik di

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Disusun oleh:

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pada jutaan orang di dunia (American Diabetes Association/ADA, 2004).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi fungsi insulin dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus telah menjadi masalah kesehatan di dunia. Insidens dan

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang karena adanya

BAB 1 : PENDAHULUAN. dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun Sedangkan

I. PENDAHULUAN. Senam Aerobik merupakan aktifitas fisik yang mudah dilakukan dengan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit arteri koroner (CAD = coronary arteridesease) masih merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang


Asuhan Keperawatan Pasien Rujuk Balik dengan Diabetes Mellitus di Instalasi Rawat Jalan. RSUD Kota Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. dan mempertahankan kesehatan dan daya tahan jantung, paru-paru, otot dan sendi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan zaman mengakibatkan adanya pergeseran jenis

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, baik secara global, regional, nasional dan lokal (Depkes, 2013).

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. adalah suatu kondisi terganggunya metabolisme di dalam tubuh karena

FREDYANA SETYA ATMAJA J.

BAB 1 : PENDAHULUAN. merupakan salah satu faktor resiko mayor penyakit jantung koroner (PJK). (1) Saat ini PJK

BAB I PENDAHULUAN orang dari 1 juta penduduk menderita PJK. 2 Hal ini diperkuat oleh hasil

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sebanyak 17 orang dari 25 orang populasi penderita Diabetes Melitus. darah pada penderita DM tipe 2.

BAB 1 PENDAHULUAN. yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia.

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah sekelompok gangguan metabolik. dari metabolisme karbohidrat dimana glukosa overproduksi dan kurang

BAB 1 PENDAHULUAN. penurunan sekresi insulin yang progresif dilatar belakangi oleh resistensi insulin.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Taufik Hidayat, 2013

Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S 1 Keperawatan. Disusun Oleh : Rina Ambarwati J.

BAB I PENDAHULUAN. irritabilitas, poliuria, polidipsi dan luka yang lama sembuh (Smeltzer & Bare,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. dibutuhkan atau tubuh tidak dapat menggunakan insulin dengan seharusnya

Diabetes Mellitus Type II

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun buatan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. dengan jumlah penderita 7,3 juta jiwa (International Diabetes Federation

DANIAR REZA HERMAWAN NIM : S

I. PENDAHULUAN. 2004). Penyakit ini timbul perlahan-lahan dan biasanya tidak disadari oleh

HUBUNGAN RASIO LINGKAR PINGGANG PINGGUL DENGAN PROFIL LIPID PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK)

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Diabetes Melitus (DM) adalah suatu penyakit kronis yang terjadi baik ketika

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu penyakit metabolik yang

BAB I PENDAHULUAN. yang selalu mengalami peningkatan setiap tahun di negara-negara seluruh

BAB I PENDAHULUAN. demografi, epidemologi dan meningkatnya penyakit degeneratif serta penyakitpenyakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik yang

BAB I PENDAHULUAN. yang mendadak dapat mengakibatkan kematian, kecacatan fisik dan mental

Transkripsi:

PENELITIAN KOLESTEROL TOTAL PADA PENDERITA DIABETES MELITUS YANG MELAKUKAN SENAM DIABETES Rifki Kapitan *, Musiana **, Mashaurani Yamin** Berdasarkan data organisasi kesehatan dunia (WHO) Indonesia merupakan urutan ke-4 terbesar dalam jumlah penderita DM di dunia. Jumlah penderita DM di Indonesia meningkat menjadi 21,3 juta orang di tahun 2010 dari 8,4 juta orang di tahun 2000. Angka kejadian diabetes melitus di puskesmas Banjarsari Metro meningkat pada tahun 2013 yaitu sejumlah 62 orang dari 52 orang pada tahun 2012. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui perbedaan nilai kolesterol total pada penderita DM Tipe 2 sebelum dan sesudah senam di Puskesmas Banjarsari Metro tahun 2013. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Quasi eksperimen yaitu studi kasus One Group Pretest-Postes. Analisa data yang digunakan adalah statistik univariat dan statistik bivariat. Populasi dalam penelitian ini adalah penderita diabetes melitus tipe 2 yang tercatat dalam wilayah kerja Puskesmas Banjarsari Metro Tahun 2013, dan didapatkan 32 orang responden dengan metode pengambilan sampel yang digunakan adalah accidental sampling dengan cara peneliti memeriksa kolesterol total darah sebelum dan sesudah senam. Hasil penelitian mendapatkan rata-rata nilai kolesterol sebelum senam adalah 231,44 mg/dl, rata-rata nilai kolesterol sesudah senam adalah 226,19 mg/dl, dan rata-rata nilai perubahan adalah 5,25 mg/dl, dengan nilai p=0,000 (p<0,05), menunjukkan ada perbedaan nilai kolesterol total pada penderita Diabetes Melitus Tipe 2 sebelum dan sesudah senam. Untuk peneliti selanjutnya disarankan agar dapat melakukan penelitian pengaruh senam terhadap kolesterol total darah pada penderita DM Tipe 2 dengan memperhatikan / mengontrol faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kolesterol darah. Kata Kunci : Kolesterol Total, Senam DM LATAR BELAKANG Berbagai penelitian epidemiologi menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan angka insiden dan prevalensi DM tipe 2 di berbagai penjuru dunia. WHO memprediksi adanya peningkatan jumlah penyandang DM yang cukup besar pada tahun-tahun mendatang, di Indonesia dari 8,4 juta pada tahun 2000 diprediksi mengalami kenaikan menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030. Senada dengan WHO, International Diabetes Federation (IDF) pada tahun 2009, memprediksi kenaikan jumlah penyandang DM dari 7 juta pada tahun 2009 menjadi 12 juta pada tahun 2030. Meskipun terdapat perbedaan angka prevalensi, laporan keduanya menunjukkan adanya peningkatan jumlah penyandang DM sebanyak 2-3 kali lipat pada tahun 2030 (Perkeni, 2011). Dari tahun ke tahun penderita diabetes cenderung mengalami peningkatan. Di Indonesia jumlah penyakit DM tipe 2 mencapai 90 persen. DM tipe 2 merupakan DM yang terjadi akibat insulin yang diproduksi pankreas tidak mencukupi kebutuhan tubuh. DM jenis ini terjadi karena tubuh tidak merespon secara wajar kerja insulin di dalam tubuhnya. Berdasarkan data WHO, kenaikan penderita DM tipe 2 di Indonesia sebesar 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi 21,3 juta pada tahun 2010. Sebagian besar penderita DM disebabkan oleh faktor keturunan dan pola hidup yang tidak sehat. Saat ini, Indonesia berada diurutan keempat penderita DM terbesar setelah China, India, dan Amerika. Sementara itu jumlah penderita DM di dunia, mencapai 200 juta jiwa. Diprediksi angka tersebut terus bertambah menjadi 350 juta jiwa pada tahun 2020 (Suharko, 2012). Jumlah penderita DM di Provinsi Lampung pada tahun 2011 tercatat berjumlah 26.791 orang. Jumlah tersebut meningkat dibandingkan tahun 2010 yang berjumlah 24.238 orang. Sedangkan pada tahun 2009 jumlah penderita DM tercatat berjumlah 23.783 orang (Dinas Kesehatan Provinsi Lampung, 2011). Kecenderungan peningkatan jumlah penderita DM perlu adanya pengelolaan penyakit DM yang melibatkan bebagai [38]

pihak, baik tenaga medis/paramedis, penyandang DM dan keluarganya serta masyarakat untuk memperbaiki kelainan metabolik pada pasien DM, seperti kelainan kadar glukosa darah, lipid maupun berbagai kelainan metabolisme. Tujuan jangka pendek penatalaksanaan DM adalah untuk menghilangkan keluhan dan gejala DM, mempertahankan rasa nyaman dan tercapainya target pengendalian glukosa darah. Sedangkan tujuan jangka panjang penatalaksanaan DM adalah mencegah timbulnya komplikasi, menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat DM. Secara garis besar pilar penatalaksanaan DM meliputi intervensi gaya hidup dan intervensi farmakologis. Intervensi gaya hidup meliputi terapi gizi medis, latihan jasmani, dan edukasi (Perkeni, 2011). Latihan jasmani merupakan salah satu pilar dalam penatalaksanaan DM. Manfaat latihan jasmani bagi diabetisi antara lain meningkatkan penurunan glukosa darah, meningkatkan kerja insulin dalam tubuh, mencegah kegemukan, ikut berperan dalam mengatasi kemungkinan terjadinya komplikasi, gangguan lipid darah, peningkatan tekanan darah, hiperkoagulasi darah. Keadaan keadaan ini mengurangi risiko Penyakit Jantung Koroner (PJK) dan meningkatkan kualitas hidup diabetisi dengan meningkatkan kemampuan kerja dan juga memberikan keuntungan secara psikologis (Soegondo, 2009). Latihan jasmani selain untuk menjaga kebugaran juga dapat menurunkan berat badan dan memperbaiki kendali glukosa darah. Hasil penelitian Respati (2012) didapatkan hasil bahwa ada pebedaan glukosa darah sewaktu penderita DM yang melakukan senam dengan yang tidak melakukan senam di Club Persadia (p value 0,000). Latihan jasmani yang dianjurkan berupa latihan jasmani aerobik seperti: jalan kaki, bersepeda santai, jogging, berenang, dan senam diabetes (Soegondo, 2006). Senam diabetes adalah senam aerobik low impact dan ritmis gerakan menyenangkan tidak membosankan dan dapat diikuti semua kelompok umur sehingga menarik antusiasme kelompok dalam klub-klub diabetes (Sukanton, 2005). Senam diabetes dapat membantu memperbaiki profil lemak darah, dengan menurunkan kolesterol total, LDL, Trigliserida dan menaikkan HDL kolesterol 45% - 65% serta memperbaiki sistem hemostatik dan tekanan darah. Kondisi tersebut dapat menghambat terjadinya arterosklerosis dan penyakitpenyakit vaskuler yang berbahaya seperti penyakit jantung koroner (PJK), stroke, penyakit pembuluh darah perifer (Sukanton, 2005). Gambaran lemak darah yang sering didapatkan pada penyandang DM adalah peningkatan kadar kolesterol. Kolesterol adalah senyawa lemak kompleks yang terdapat pada pembuluh darah manusia untuk bermacam-macam fungsi di dalam tubuh, antara lain membentuk dinding sel dan sebagai sumber energi. Sebagian besar kolesterol disintesis di dalam hati dari hasil metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein. Pada penderita DM tingginya metabolisme karbohidrat dapat memperbanyak sintesis asam lemak pada hati. Kelebihan asam lemak yang tersedia di dalam hati juga meningkatkan perubahaan lemak menjadi kolesterol (Hendra, 2010). Profil tinggi lemak darah pada penyandang DM merupakan salah satu faktor yang berperan terjadinya resistensi insulin. Selain menjadi faktor terjadinya resistensi insulin, kolesterol tinggi pada penyandang DM lebih meningkatkan risiko timbulnya komplikasi penyakit kardiovaskular (Perkeni, 2011), karena menyebabkan kerusakan progresif terhadap susunan mikrovaskular maupun arteri yang lebih besar selama bertahuntahun. Insiden terjadinya infark miokard pada penderita DM, 2 kali lebih besar dari non diabetik, sekitar 75% pasien diabetik akhirnya meninggal karena penyakit kardiovaskular (Agus, 2011). Berdasarkan presurvey di Puskesmas Banjarsari Metro tanggal 7 Juli 2013 terdapat 62 penderita DM yang tercatat dalam wilayah kerja puskesmas tersebut. [39]

Jumlah penderita DM mengalami kenaikan Pengumpulan data dalam penelitian ini pada tahun 2013 jika dibandingkan dengan dilakukan dengan menggunakan lembar jumlah penderita DM pada tahun 2012 observasi untuk mendapatkan status yaitu sebanyak 52 orang (16%), di senam, dan accu-check untuk mengukur Puskesmas Banjarsari sebelumnya belum kolesterol. pernah dilakukan senam diabetes, senam Cara pengumpulan data dalam yang dilakukan di Puskesmas Banjarsari penelitian ini adalah pengamatan adalah senam lansia. Senam lansia (observasi) dan pengukuran langsung. dilakukan di Puskesmas secara rutin 3 kali seminggu dan ditujukan kepada lansia di Banjarsari. Hasil wawancara dari 6 orang lansia penderita DM yang mengikuti senam lansia di Puskesmas Banjarsari, didapatkan 1 orang yang memiliki kolesterol darah diatas 200 mg/dl, sedangkan dari 6 orang penderita DM yang tidak mengikuti senam 3 kali dalam seminggu, didapatkan 4 orang yang memiliki kolesterol darah diatas 200 mg/dl. Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik mengadakan penelitian tentang perbedaan nilai kolesterol total pada penderita Diabetes Melitus sebelum dan sesudah senam diabetes di Puskesmas Banjarsari Metro Tahun 2013. METODE Metode penelitian ini adalah kuasi eksperimen (pra eksperimen), Desain penelitian ini adalah satu kelompok prepost tes, yaitu sebelum uji coba dilakukan pada sebuah kelompok tanpa kelompok kontrol, dilakukan lebih dulu penilaian atau pengukuran pada kelompok tersebut selanjutnya dilakukan uji coba kelompok dan setelah uji coba kelompok tersebut dinilai kembali. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui perbedaan nilai kolesterol total pada penderita DM sebelum dan sesudah senam diabetes di Puskesmas Banjarsari Metro Tahun 2013. Populasi dalam penelitian ini adalah penderita DM yang tercatat dalam wilayah kerja Puskesmas Banjarsari Metro dengan jumlah sebanyak 62 orang. Berdasarkan rumus Lemeshow, didapatkan sampel sebanyak 32 orang. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 22-26 Bulan Agustus Tahun 2013. Pertama peneliti akan mengukur kolesterol total darah responden pada saat responden berkumpul di Puskesmas Banjarsari sebelum melakukan senam diabetes. Peneliti mengukur kolesterol total dengan menggunakan 3 buah accu-check dan dibantu oleh orang lain, hasil pengukuran dicatat dalam lembar observasi, setelah itu peneliti memberikan senam diabetes selama 30 menit. Responden melakukan senam diabetes dengan cara mengikuti gerakan peneliti dan dibantu oleh 2 orang. Responden melakukan senam 3 kali seminggu dengan selang waktu 1 hari dari senam terakhir ke senam berikutnya. Hasil pengamatan senam dicatat dalam lembar observasi setiap setelah senam, setelah responden selesai melakukan senam diabetes yang ketiga, peneliti kembali mengukur kolesterol total darah responden menggunakan 3 buah accu-check dan dibantu oleh 2 orang, lalu hasil pengukuran dicatat dilembar observasi. Data-data hasil penelitian diolah melalui proses editing, coding, entrying, dan cleaning, yang kemudian dianalisis menggunakan uji T dependent dengan komputerisasi. HASIL Analisa Univariat Tabel 1: Kolesterol Total pada Penderita DM Tipe 2 Sebelum Senam Kolesterol Mean Median SD Min-Max Sebelum 231,44 218,50 42,44 162 323 senam Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa nilai rata-rata kolesterol total sebelum senam DM adalah 231,44 mg/dl, nilai tengah 218,50 mg/dl, standar [40]

deviasi 42,44, dengan nilai terendah 162 mg/dl dan nilai tertinggi 323 mg/dl. Tabel 2: Kolesterol Total pada Penderita DM Tipe 2 Sesudah Senam Kolesterol Mean Median SD Min-Max Ssesudah 226,19 216,00 42,57 159 319 senam Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui bahwa nilai rata-rata kolesterol total sesudah senam DM adalah 226,19 mg/dl, nilai tengah 216,00 mg/dl, standar deviasi 42,57, dengan nilai terendah 159 mg/dl dan nilai tertinggi 319 mg/dl. Analisa Bivariat Tabel 3: Perbedaan Kolesterol Total Pada Penderita DM Tipe 2 Sebelum dan Sesudah Senam Kolesterol Total Mean SD SE sebelum senam Berdasarkan tabel 3 dapat dilihat bahwa rata-rata nilai kolesterol total sebelum senam adalah 231,44 mg/dl dengan standar deviasi 42,44. Rata-rata nilai kolesterol total sesudah senam adalah 226,19 mg/dl dengan standar deviasi 42,57. Berdasarkan analisis statistik dengan uji T dependent didapatkan hasil p- value sebesar (0,000) < α (0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai kolesterol total sebelum dan sesudah senam dengan rata-rata perubahan sebesar 5,25 mg/dl. PEMBAHASAN 231,44 42,44 sesudah senam 226,19 42,57 p value 0,000 n 32 Kolesterol Total Sebelum Senam 7,50 7,52 Mean Perub 5,25 Berdasarkan hasil penelitian didapat rata-rata nilai kolesterol total responden sebelum senam adalah 231,44 mg/dl. Nilai kolesterol terendah adalah 162 mg/dl dan nilai kolesterol tertinggi 323 mg/dl. Ratarata nilai kolesterol total responden sebelum senam masuk dalam kategori cukup tinggi. Menurut Setiarini (2011) level kolesterol total terbagi nilai normal kolesterol total darah adalah < 200 mg/dl, cukup tinggi 200-239 mg/dl, dan tinggi > 240 mg/dl. Menurut Muhammad (2009), sebagian besar kolesterol disintesis di dalam hati dari hasil metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein. Menurut Hendra (2010), hal yang biasa terjadi pada penderita DM adalah keadaan metabolisme karbohidrat lebih tinggi dibandingkan dengan orang normal. Tingginya metabolisme karbohidrat pada penderita DM akan memperbanyak pembentukan asam lemak pada hati. Kelebihan asam lemak pada hati akan meningkatkan perubahaan lemak menjadi kolesterol. Menurut Perkeni (2011), pada penderita DM terhambatnya cadangan glukosa dalam darah masuk kedalam sel menyebabkan sel mengalami penurunan energi, tubuh memecah lemak sebagai kompensasi dalam pembentukan energi. Pemecahan lemak sebagai sumber energi menyebabkan banyaknya pelepasan asam lemak dalam darah. Asam lemak dalam darah merupakan bahan dasar pembentukan kolesterol. Menurut Triarsari (2011), terdapat beberapa faktor yang menyebabkan tingginya kadar kolesterol total, diantaranya usia, pola makan, kurang olahraga, tekanan darah tinggi, dan kebiasaan merokok. Pada faktor risiko usia, risiko akan semakin meningkat bila usia bertambah. Resiko kolesterol tinggi akan meningkat diatas 45 tahun. Semakin tua, kolesterol total lebih tinggi kadarnya. Hal ini menunjukkan bahwa usia dapat mempengaruhi kadar kolesterol total seseorang. Pada usia yang semakin tua kadar kolesterol totalnya relatif lebih tinggi dari pada kadar kolesterol total pada usia muda, hal ini dikarenakan makin tua seseorang aktifitas reseptor LDL makin berkurang. Sel reseptor ini berfungsi [41]

sebagai hemostasis pengatur peredaran Perbedaan Kolesterol Total Penderita kolesterol dalam darah dan banyak terdapat DM Sebelum dan Sesudah Senam dalam hati, kelenjar gonad dan kelenjar adrenal. Apabila sel reseptor ini terganggu maka kolesterol akan meningkat dalam sirkulasi darah. Pada hasil penelitian didapatkan semua responden berusia diatas 45 tahun, terbagi menjadi kategori usia 46-55 tahun sebanyak 24 orang (75%) dan kategori usia 56-65 tahun sebanyak 8 orang (25%), dengan rata-rata nilai kolesterol total sebelum senam 231,44 mg/dl. Hal tersebut sejalan dengan teori menurut Guyton (1990) dan Triarsari (2011), tingginya nilai kolesterol darah pada penderita DM sebelum senam disebabkan oleh faktor metabolik dan faktor usia diatas 45 tahun. Kolesterol Total Sesudah Senam Berdasarkan hasil penelitian didapat rata-rata nilai kolesterol total responden sesudah senam adalah 226,19 mg/dl. Nilai kolesterol terendah adalah 159 mg/dl dan nilai kolesterol tertinggi 319 mg/dl. Menurut Soegondo (2009), ada 5 pilar penatalaksanaan DM yang dapat dilakukan, yaitu: perencanaan makan / terapi gizi, latihan jasmani atau olahraga terapi farmakologi (OHO dan insulin), penyuluhan atau edukasi, dan pemantauan. Latihan jasmani merupakan salah satu upaya penatalaksanaan DM. Manfaat latihan jasmani bagi diabetisi antara lain meningkatkan penurunan glukosa darah, meningkatkan kerja insulin dalam tubuh, mencegah kegemukan, ikut berperan dalam mengatasi kemungkinan terjadinya komplikasi, gangguan lipid darah, peningkatan tekanan darah, kolesterol darah, serta hiperkoagulasi darah. Keadaan ini meningkatkan kualitas hidup diabetisi dengan meningkatkan kemampuan kerja dan juga memberikan keuntungan secara psikologis. Latihan jasmani yang dianjurkan berupa latihan jasmani aerobik seperti: jalan kaki, bersepeda santai, jogging, berenang, dan senam diabetes. Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penderita DM Tipe 2 yang diberi senam selama 1 minggu dengan frekuensi 3 kali, dengan target heart rate 60%-70% MHR dan durasi 30 menit memperlihatkan adanya perbedaan rata-rata kolesterol darah antara sebelum dan sesudah senam, yaitu mengalami penurunan rata-rata nilai kolesterol total sebesar 5,25 mg/dl. Menurut Sukanton (2005), senam diabetes dapat menghambat dan memperbaiki faktor risiko penyakit kardiovaskuler yang banyak terjadi pada penderita DM, membantu memperbaiki profil lemak darah dengan mempertahankan kolesterol total dalam batas normal, LDL, Trigliserid dalam batas normal, dan menaikkan HDL serta memperbaiki sistem hemostatik dan tekanan darah. Kondisi tersebut dapat menghambat terjadinya arterosklerosis dan penyakit-penyakit vaskuler yang berbahaya seperti penyakit jantung koroner, stroke, penyakit pembuluh darah perifer. Dengan olahraga teratur penderita DM yang telah terserang penyakit jantung koroner tingkat kesegaran jasmaninya dapat tetap terjaga dengan baik. Menurut Khera (2012), latihan jasmani menstimulasi enzim lipoprotein lipase yang berfungsi membantu memindahkan LDL dalam darah dan pembuluh darah menuju hati, kemudian kolesterol diubah menjadi air empedu. Semakin rajin olahraga maka semakin banyak LDL yang dibuang. Latihan jasmani juga meningkatkan jumlah dan ukuran partikel protein yang membawa kolesterol di darah. Lipoprotein berukuran besar tidak bisa ditimbun dalam darah, sebaliknya lipoprotein kecil lebih mudah masuk pembuluh darah dan menetap. Dari hasil penelitian Utomo (2012), dilakukan penelitian terhadap 10 orang remaja putri obesitas. Responden diberi perlakuan senam aerobik 3 kali dalam 1 minggu selama 2 bulan. Hasil penelitian [42]

menunjukkan bahwa latihan senam aerobik diantaranya pola makan, aktivitas, tekanan terbukti menurunkan menurunkan berat darah tinggi, dan kebiasaan merokok. badan sebesar 66,78%, persen lemak tubuh Pada penelitian ini responden yang sebesar 86,42%, dan kadar kolesterol mengalami kenaikan kolesterol dapat sebesar 27,67%. Simpulan dari penelitian disebabkan oleh faktor lain. Kenaikan ini ada pengaruh yang signifikan latihan kolesterol tidak mutlak hanya dipengaruhi senam aerobik terhadap penurunan berat oleh aktivitas, kenaikan kolesterol dapat badan, persen lemak tubuh, dan kadar disebabkan oleh pola makan, tekanan kolesterol pada remaja putri penderita darah tinggi dan kebiasaan merokok, pada obesitas. tempat penelitian di wilayah kerja Menurut peneliti sendiri, terjadinya Puskesmas Banjarsari Metro mayoritas penurunan nilai kolesterol total pada responden belum pernah mendapatkan responden akibat perlakuan senam diabetes edukasi tentang pola makan, tekanan darah dikarenakan senam diabetes menstimulasi tinggi dan kebiasaan merokok, sehingga enzim lipoprotein lipase yang berfungsi pola makan, tekanan darah dan kebiasaan memindahkan LDL untuk dibawa ke hati, merokok pada responden tidak terjaga dan meningkatkan jumlah dan ukuran dari dengan baik, dan hal tersebut dapat lipoprotein yang membawa kolesterol menyebabkan tidak terkontrolnya dalam pembuluh darah sehingga dapat kolesterol darah. Dalam penelitian ini mengurangi jumlah kolesterol dalam darah kontrol pola makan, tekanan darah, dan pada responden. kebiasaan merokok tidak dilakukan secara Pada penelitian ini, rata-rata nilai ketat, sehingga dapat menyebabkan kolesterol sesudah senam diabetes masih kenaikan kolesterol darah pada responden. dalam kategori kolesterol cukup tinggi. Menurut Peneliti, hal ini disebabkan KESIMPULAN karena senam diabetes yang diberikan kepada responden hanya dilakukan sebanyak 3 kali, sehingga memberikan belum memberikan efek yang optimal pada kolesterol total responden. Perlakuan senam diabetes yang diberikan kepada responden kurang lama sehingga hanya memberikan perubahan berupa penurunan pada nilai kolesterol tetapi belum mencapai batas normal. Untuk mencapai batas normal diperlukan waktu yang lebih lama. Berdasarkan hasil penelitian, penyebab rata-rata nilai kolesterol total sesudah senam diabetes cukup tinggi karena senam diabetes dilakukan hanya 3 kali, berdasarkan teori untuk mendapatkan perubahan kolesterol yang optimal disarankan melakukan senam diabetes 3-5 kali dalam seminggu selama 3 bulan. Dari hasil analisis nilai kolesterol darah setelah melakukan senam, rata-rata mengalami penurunan, tetapi ada 3 orang yang mengalami kenaikan kolesterol total. Menurut Triarsari (2011), terdapat beberapa faktor yang menyebabkan tingginya kadar kolesterol total, Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai kolesterol total sebelum dan sesudah senam diabetes (p=0,00). Sehingga disarankan bagi penderita DM agar lebih memperhatikan gaya hidupnya dan segera mengatasi faktor-faktor resiko yang dapat memperparah glukosa darah dan kolesterol dengan mematuhi pilar penatalaksanaan DM, salah satunya adalah olahraga senam secara rutin karena dapat memperbaiki kolesterol total. * Perawat Alumni Poltekkes Kemenkes Tanjungkarang ** Dosen pada Prodi Tanjungkarang Poltekkes Kemenkes Tanjungkarang [43]

DAFTAR PUSTAKA PB. PERKENI (2006). Konsensus Pengelolaan Diabetes di Indonesia. Agus, Heri (2011). Komplikasi Khera, Amit (2012). Cara Olahraga Kardiovaskular Dan Ginjal Pada Kendalikan Kolesterol. http: Diabetes. http: www.dokteragus.blogspot.com www.sehatnews.com, tanggal 25 Mei, tanggal 25 Mei 2013 2013 Muhamad, As adi (2009). Memahami Bilous, Ruby (2008). Bimbingan Dokter Bahaya Serangan Jantung. Pada Diabetes. Jakarta; Dian Rakyat Jogjakarta; Ihdina Dinas Kesehatan Provinsi Lampung Perkeni (2011). Konsensus Pengelolaan (2011). Jumlah Penderita DM di dan Pencegahan Diabetes Melitus Provinsi Lampung Tipe 2 Di Indonesia. Jakarta Gustaviani, Reno. 2006. Diagnosis dan Soegondo, Sidartawan (2006). Diabetes Klasifikasi Diabetes Melitus. Dalam: Melitus Sebagai Faktor Risiko Sudoyo AW, Setioyohadi B, Alwi I, Utama Penyakit Kardiovaskular. Simadibrata K M, Setiati S, editor. Jakarta; IDI Buka Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III Edisi IV. Jakarta. Pusat penerbitan Departemen Ilmu Prenyakit Dalam FKUI. [44]