BAB III METODOLOGI. dan terorganisasi untuk menyelidiki masalah tertentu yang memerlukan jawaban.

dokumen-dokumen yang mirip
TUGAS AKHIR PERHITUNGAN DEBIT ANDALAN SEBAGAI. Dosen Pembimbing : Dr. Ali Masduqi, ST. MT. Nohanamian Tambun

ESTIMASI NERACA AIR DENGAN MENGGUNAKAN METODE THORNTHWAITE MATTER. RAHARDYAN NUGROHO ADI BPTKPDAS

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI

Tabel 4.31 Kebutuhan Air Tanaman Padi

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

ANALISA KETERSEDIAAN AIR

NERACA AIR METEOROLOGIS DI KAWASAN HUTAN TANAMAN JATI DI CEPU. Oleh: Agung B. Supangat & Pamungkas B. Putra

Tujuan: Peserta mengetahui metode estimasi Koefisien Aliran (Tahunan) dalam monev kinerja DAS

ANALISIS KETERSEDIAAN AIR PADA DAERAH IRIGASI BLANG KARAM KECAMATAN DARUSSALAM KEBUPATEN ACEH BESAR

BAB III METODOLOGI. Gambar 3.1 Diagram Alir Penyusunan Tugas Akhir

BAB I PENDAHULUAN. Di bumi terdapat kira-kira sejumlah 1,3-1,4 milyard km 3 : 97,5% adalah air

Studi Optimasi Pola Tanam pada Daerah Irigasi Warujayeng Kertosono dengan Program Linier

ANALISA KETERSEDIAAN AIR DAERAH ALIRAN SUNGAI BARITO HULU DENGAN MENGGUNAKAN DEBIT HASIL PERHITUNGAN METODE NRECA

Analisis Ketersediaan Air Embung Tambakboyo Sleman DIY

ANALISIS KETERSEDIAAN AIR PULAU-PULAU KECIL DI DAERAH CAT DAN NON-CAT DENGAN CARA PERHITUNGAN METODE MOCK YANG DIMODIFIKASI.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Lampiran 1.1 Data Curah Hujan 10 Tahun Terakhir Stasiun Patumbak

DAFTAR ISI. Halaman JUDUL PENGESAHAN PERSEMBAHAN ABSTRAK KATA PENGANTAR

PERENCANAAN KEBUTUHAN AIR PADA AREAL IRIGASI BENDUNG WALAHAR. Universitas Gunadarma, Jakarta

PENDUGAAN PARAMETER UPTAKE ROOT MENGGUNAKAN MODEL TANGKI. Oleh : FIRDAUS NURHAYATI F

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

KEANDALAN ANALISA METODE MOCK (STUDI KASUS: WADUK PLTA KOTO PANJANG) Trimaijon. Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Riau, Pekanbaru

TINJAUAN PUSTAKA. Neraca Air

PENDUGAAN TINGKAT SEDIMEN DI DUA SUB DAS DENGAN PERSENTASE LUAS PENUTUPAN HUTAN YANG BERBEDA

L A M P I R A N D A T A H A S I L A N A L I S I S

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Lokasi Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Curah Hujan Daerah Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN

Misal dgn andalan 90% diperoleh debit andalan 100 m 3 /det. Berarti akan dihadapi adanya debit-debit yg sama atau lebih besar dari 100 m 3 /det

HASIL DAN PEMBAHASAN

Studi Optimasi Operasional Waduk Sengguruh untuk Pembangkit Listrik Tenaga Air

IV. PEMBAHASAN. 4.1 Neraca Air Lahan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Diagram Alir pola perhitungan dimensi hidrolis spillway serbaguna

ANALISA KETERSEDIAAN AIR SAWAH TADAH HUJAN DI DESA MULIA SARI KECAMATAN MUARA TELANG KABUPATEN BANYUASIN

ABSTRAK Faris Afif.O,

Dr. Ir. Robert J. Kodoatie, M. Eng 2012 BAB 3 PERHITUNGAN KEBUTUHAN AIR DAN KETERSEDIAAN AIR

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PETA SUNGAI PADA DAS BEKASI HULU

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 TINJAUAN UMUM SUB-DAS CITARIK

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR xiii BAB I PENDAHULUAN... 1

PENGENDALIAN OVERLAND FLOW SEBAGAI SALAH SATU KOMPONEN PENGELOLAAN DAS. Oleh: Suryana*)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI. Bab Metodologi III TINJAUAN UMUM

ANALISIS KEBUTUHAN AIR IRIGASI PADA DAERAH IRIGASI BANGBAYANG UPTD SDAP LELES DINAS SUMBER DAYA AIR DAN PERTAMBANGAN KABUPATEN GARUT

BAB III METODOLOGI. 2. Mengumpulkan data, yaitu data primer dan data sekunder

PENDAHULUAN Latar Belakang

OPTIMASI FAKTOR PENYEDIAAN AIR RELATIF SEBAGAI SOLUSI KRISIS AIR PADA BENDUNG PESUCEN

PRAKTIKUM RSDAL II PERHITUNGAN EVAPOTRANSPIRASI POTENSIAL (ETo) DAN KEBUTUHAN AIR TANAMAN (ETCrop)

BAB V ANALISIS SEDIMEN DAN VOLUME KEHILANGAN AIR PADA EMBUNG

2016 ANALISIS NERACA AIR (WATER BALANCE) PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG

KAJIAN EFEKTIFITAS DAN EFISIENSI SALURAN SEKUNDER DAERAH IRIGASI BEGASING

ANALISIS KARAKTERISTIK CURAH HUJAN DI WILAYAH KABUPATEN GARUT SELATAN

Perencanaan Embung Gunung Rancak 2, Kecamatan Robatal, Kabupaten Sampang

BAB III METODE PENELITIAN. PDAM kota Subang terletak di jalan Dharmodiharjo No. 2. Kecamatan

BAB IV ANALISIS PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli sampai dengan Agustus 2013 di

DAFTAR ISI. Halaman HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI DEDIKASI KATA PENGANTAR

BAB III METODOLOGI III-1

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang diperoleh dapat bermanfaat. Metode penelitian dilakukan guna menunjang

STUDI PERENCANAAN BANGUNAN UTAMA EMBUNG GUWOREJO DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR BAKU DI KABUPATEN KEDIRI

HASIL DAN PEMBAHASAN

Oleh : PUSPITAHATI,STP,MP Dosen Fakultas Pertanian UNSRI (2002 s/d sekarang) Mahasiswa S3 PascaSarjana UNSRI (2013 s/d...)

Tz 1 = (28,4 0,59 x h ) o C

The water balance in the distric X Koto Singkarak, distric Solok. By:

BAB 4 ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Perencanaan Embung Gunung Rancak 2, Kecamatan Robatal, Kabupaten Sampang

PERTEMUAN II SIKLUS HIDROLOGI

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2. Lokasi Kabupaten Pidie. Gambar 1. Siklus Hidrologi (Sjarief R dan Robert J, 2005 )

Penyusunan laporan dari pengumpulan data sampai pengambilan kesimpulan beserta saran diwujudkan dalam bagan alir sebagai berikut :

BAB III METODOLOGI MULAI IDENTIFIKASI MASALAH PENGUMPULAN DATA PENENTUAN LOKASI EMBUNG

PENDAHULUAN. Air di dunia 97,2% berupa lautan dan 2,8% terdiri dari lembaran es dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II METODOLOGI 2.1 Bagan Alir Perencanaan

Bulan Basah (BB) : Bulan dengan curah hujan lebih dari 100 mm (jumlah curah hujan bulanan melebihi angka evaporasi).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Bab III TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

REKAYASA HIDROLOGI SELASA SABTU

BAB IV DESKRIPSI UMUM WILAYAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KAT (mm) KL (mm) ETA (mm) Jan APWL. Jan Jan

BAB I PENDAHULUAN. Evaluasi Ketersediaan dan Kebutuhan Air Daerah Irigasi Namu Sira-sira.

ABSTRAK. Kata Kunci : DAS Tukad Petanu, Neraca air, AWLR, Daerah Irigasi, Surplus

BAB 3 METODOLOGI 3.1 TINJAUAN UMUM

KARAKTERISTIK DAERAH PENELITIAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dalam Perencanaan Embung

BAB II LANDASAN TEORITIS

KAJIAN EFEKTIFITAS DAN EFISIENSI SALURAN PRIMER DAERAH IRIGASI BEGASING KECAMATAN SUKADANA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PERENCANAAN EMBUNG MEMANJANG DESA NGAWU KECAMATAN PLAYEN KABUPATEN GUNUNG KIDUL YOGYAKARTA. Oleh : USFI ULA KALWA NPM :

BAB II DASAR TEORI 2.1 Perhitungan Hidrologi Curah hujan rata-rata DAS

DEFt. W t. 2. Nilai maksimum deficit ratio DEF. max. 3. Nilai maksimum deficit. v = max. 3 t BAB III METODOLOGI

Lampiran 1. Peta Penutupan Lahan tahun 1990

BAB I SIKLUS HIDROLOGI. Dalam bab ini akan dipelajari, pengertian dasar hidrologi, siklus hidrologi, sirkulasi air dan neraca air.

Transkripsi:

BAB III METODOLOGI 3.1 Umum Metodologi merupakan suatu penyelidikan yang sistematis untuk meningkatkan sejumlah pengetahuan, juga merupakan suatu usaha yang sistematis dan terorganisasi untuk menyelidiki masalah tertentu yang memerlukan jawaban. Metodologi mengkaji ketentuan mengenai metode-metode yang digunakan dalam penelitian untuk memperoleh kajian ilmiah. Metode yang dipakai pada penelitian ini adalah dengan cara survey pendahuluan, studi literatur, uraian lokasi penelitian dan pengolahan data hidrologi dengan uraian sebagai berikut : 3.2 Survey Pendahuluan Survey pendahuluan dilaksanakan untuk mengetahui dan mengidentifikasi permasalahan-permasalahan yang ada pada lokasi studi. Selain itu survey ini dilakukan untuk mengetahui kondisi existing lapangan. Survey pendahuluan dilaksanakan dengan cara sebagai berikut: 1. Meninjau daerah studi, hal ini dilakukan untuk mengetahui kondisi lapangan yang sebenarnya dari lokasi studi sehingga didapatkan gambaran yang lebih jelas untuk konstruksi pengelak sebagai saluran irigasi. 29

2. Wawancara petugas dan pejabat setempat, hal ini dilakukan untuk mengetahui kebutuhan warga dan masalah yang ada pada lokasi studi. 3.3 Studi Literatur Studi literatur dilakukan untuk mendapatkan referensi metode dan tahapantahapan yang sesuai dengan permasalahan pada lokasi studi. Referensi tersebut berupa langkah - langkah penyelesaian yang pernah dilakukan terkait dengan studi. Studi literatur ini dapat dilakukan dengan mencari bahan dari berbagai buku, jurnal dan sumber referensi lain yang sesuai dan dapat mendukung studi. 3.4 Lokasi Penelitian Lokasi objek penelitian yaitu pada Embung Kedung Weru yang terletak di Desa Kedung Weru, Kecamatan Ayah, Kabupaten Kebumen. Untuk lokasi pekerjaan sendiri berada pada hilir pertemuan Sungai Ijo dengan Sungai Gumelar yang berada di Desa Kedung Weru dengan posisi 7 39'17" LS dan 109 23'32" BT. Embung Kedung Weru untuk memenuhi kebutuhan air irigasi dan kolam retensi banjir, mempunyai volume tampungan air 11.405,784175 m 3. Berikut adalah letak lokasi Embung Kedung Weru : 30

Sungai Gumelar Sungai Ijo LOKASI Embung Kedung Weru Gambar 3.1 Lokasi Embung Kedung Weru 3.5 Data Hidrologi 3.5.1 Data Curah Hujan Curah hujan adalah presipitasi dalam bentuk cair yang jatuh ke bumi sebagai tetesan air dengan diameter lebih besar dari 0,5 mm. Curah hujan merupakan sumber air bagi banyak kebutuhan hidup. Analisis terhadap data hujan dikembangkan untuk mengetahui surplus dan defisit air suatu daerah, Data hujan yang digunakan adalah data hujan bulanan dari stasiun hujan yang ada di Kab.Kebumen. Jumlah stasiun hujan yang digunakan adalah 14 stasiun yang tersebar cukup merata di seluruh DAS. 31

Berdasarkan data curah hujan tahunan terendah terjadi di Stasiun Mirit sebesar 1398 mm/tahun sedangkan curah hujan terbesar terjadi di stasiun Sempor sebesar 3440 mm/tahun. Curah hujan bulanan dari 14 stasiun curah hujan diambil berdasarkan perwakilan dari daerah atas, daerah tengah, daerah pantai dan daerah karst dapat dilihat pada tabel dibawah. Keempat belas stasiun curah hujan yang di analisis meliputi : A. Bagian atas (Perbukitan-Pegunungan ) 1. Stasiun Rembes 2. Stasiun Karanggayam 3. Stasiun Somagede 4. Stasiun Sempor B. Bagian Tengah (Perbukitan-Bergelombang) 1. Stasiun Padegolan 2. Stasiun Kaligending 3. Stasiun Alian 4. Stasiun Kebumen 5. Stasiun Gombong C. Bagian Bawah (Dataran- Pantai) 1. Stasiun Mirit 2. Stasiun Petanahan 3. Stasiun Podourip 4. Stasiun Puring 32

D. Karst Gombong Selatan 1. Stasiun Ayah. Berdasarkan dari hasil rata-rata curah hujan daerah atas, daerah tengah, daerah pantai dan kawasan Karst dapat dilihat pada tabel berikutnya. Sedangkan rata-rata hujan wilayah Kabupaten Kebumen dapat dilihat pada tabel 3.1 dan gambar 3.2 : Tabel 3.1 Data Curah Hujan Rata-rata di Kabupaten Kebumen. B u l a n Curah Hujan ( mm ) Jumlah Hari Hujan ( hari ) Rata-Rata Kelembab an (%) Rata-Rata Suhu Udara ( 0 C ) Kec. Angin (km/jam) Januari 490 17 85,5 25,99 0,72 Pebruari 378 15 84 26,42 0,81 Maret 407 14 83,5 27,65 0,62 April 324 15 63 27,54 1,02 Mei 142 7 84,5 28,00 0,67 Juni 10 1 83,5 27,46 0,4 Juli 8 1 82,5 26,73 1,06 Agustus 0 0 77 26,08 1,81 September 0 0 78 27,39 2,02 Oktober 6 1 78,5 27,47 2,25 Nopember 112 4 83 27,05 1,9 Desember 244 12 84 26,47 1,98 2115 87 33

JUMLAH CURAH HUJAN GRAFIK RATA-RATA CURAH HUJAN BULANAN STASIUN CURAH HUJAN DI KAB. KEBUMEN 800 700 600 500 400 300 200 100 Rata2 Daerah Rembes K. Gayam S. Gede Sempor Padegolan Podourip Kebumen Gombong Mirit Petanahan Puring Kaligending Rowokele Alihan Ayah 0 Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des BULAN Gambar 3.2 Grafik Rata-rata Curah Hujan Bulanan di Kabupaten Kebumen PETA CURAH HUJAN TAHUNAN KAB.KEBUMEN BATAS PROP BATAS KAB BATAS KEC. BATAS SWS BATAS DAS SUNGAI JALAN ARTE JALAN KOLE JALAN LOKA JALAN KA Gambar 3.3 Peta Curah Hujan Tahunan Kabupaten Kebumen 34

Rata-rata curah hujan bulanan di daerah bagian atas maksimum 3440,3 mm/th di Sempor dan minimum 3123 mm/th di Somagede, sedangkan rata-rata curah hujan bulanan pada daerah tengah berkisar antara 3296,2 mm/th di Gombong sampai 2526,8 mm/th di Kebumen. Sedangkan rata-rata curah hujan bulanan pada daerah pantai yang terwakili 4 stasiun yaitu stasiun Mirit, stasiun Petanahan, stasiun Podourip dan stasiun Petanahan, curah hujan bulanan berkisar antara 3112,5 mm/th di Puring sampai 1398,3 mm/th di Mirit. Rata-rata curah hujan bulanan yang terwakili di kawasan Krst Gombong berkisar antara 3065,8 mm/th di Rowokele sampai 2732,1 mm/th di Ayah. Dari rata-rata curah hujan terwakili yaitu daerah atas, daerah tengah daerah pantai daerah karst digunakan untuk mendapatkan curah hujan rata-rata daerah Kabupaten Kebumen. 3.5.2 Neraca Air Daerah Aliran Sungai Ijo Dalam proses sirkulasi air, penjelasan mengenai hubungan antara aliran masuk (inflow) dan aliran keluar (outflow) di suatu daerah untuk suatu periode tertentu disebut neraca air (water balance). Analisis neraca air dimaksudkan untuk mengetahui jumlah besaran komponen-komponen hidroklimatologi, terutama meliputi besaran curah hujan, evapotranspirasi, limpasan air permukaan (surface run-off), dan perkolasi (pengimbuhan air tanah). Curah hujan rata-rata bulanan daerah berkisar antara 39-428 mm, yang diambil dari rata-rata curah hujan 15 stasiun curah hujan yang tersebar di 35

Kabupaten kebumen, jumlah hari hujan rata-rata 87 hari dengan jumlah hujan tahunan 2696,39 mm. Sedangkan unsur klimatologi yang lain yaitu, kelembaban, temperatur udara, kecepatan angin, penguapan dan penyinaran matahari diambil dari 2 stasiun klimatologi yaitu St Sempor dan St. Wadas lintang, karena hanya kedua stasiun tersebut yang mempunyai data klimatologi yang lengkap. Berdasarkan dari rata-rata kedua stasiun tersebut, Kelembaban rata-rata berkisar antara 74 84,55 %, minimum terjadi pada bulan april dan maksimum terjadi pada bulan Desember, Temperatur bulanan rata-rata antara 26 sd 28 o C. Minimal terjadi pada bulan Januari dan maksimum terdapat pada bulan Mei, Kecepatan angin berkisar antara 0,4 2,25 km/jam, terjadi pada bulan Juni dan maksimal pada bulan Oktober, Penguapan rata-rata berkisar antara 3,1 4,8 mm, dan Penyinaran matahari berkisar antara 41 70,5 %. Sedangkan besarnya Evapotranspirasi merupakan hasil perhitungan yang ditentukan oleh faktor tanaman, karena evapotranspirasi merupakan gabungan dari penguapan yang terjadi di permukaan air terbuka, tanah dan transpirasi. Gabungan dari penguapan tersebut digunakan untuk menghitung penguapan yang ada di permukaan bumi. Adapun Faktor tanaman berkisar antara 0,8 sampai 1,2. Berdasarkan hasil perhitungan faktor tanaman yang mempengaruhi evaporasi di daerah Kebumen,, evapotranspirasi bulanan berkisar antara 111-164,3 mm/bl, sedangkan jumlah setahun 1502 mm. Berdasarkan data dari Evapotranspirasi dan data jumlah curah hujan digunakan untuk mengevaluasi ketersediaan air hujan di suatu wilayah, terutama untuk mengetahui kapan dan seberapa besar kelebihan air (surplus) dan kekurangan air (defisit) yang terjadi di suatu daerah. Evaluasi kelebihan air 36

CURAH HUJAN DAN EVAPOTRANSPIRASI (mm) (surplus) yang sering disebut sebagai bulan basah, sedangakan bulan kekuranganan air (defisit) sering disebut sebagai bulan kering di Kabupaten Kebumen dapat dilihat pada gambar dibawah. EVALUASI BULAN BASAH DAN BULAN KERING KABUPATEN KEBUMEN 450 400 350 300 BL. BASAH (SURPLUS) 250 200 BL. BASAH (SURPLUS) Ep Hujan 150 100 BL. KERING (DEFISIT) 50 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 BULAN Gambar 3.4 Grafik Penentuan Bulan Basah dan Kering di Kebumen. Berdasarkan dari hasil perhitungan rata-rata jumlah curah hujan dan evapotranspirasi daerah kabupaten kebumen menunjukan bahwa bulan-bulan yang kekurangan air terdapat pada sekitar bulan Mei hingga pertengahan September, sedangkan bulan yang kelebihan air berkisar antara pertengahan September hingga Akhir bulan April. Bulan Mei dan September merupakan peralihan dari bulan basah ke bulan kering dan dari bulan kering ke bulan basah. Potensi sumberdaya air yang berasal dari air hujan tersebut sebagian akan menjadi air permukaan dan sebagian lagi akan menjadi timbunan air dalam tanah (storage). Banyaknya timbunan air dalam tanah sangat tergantung dengan tektur 37

tanah, dalamnya perakaran dari vegetasi maupun penutup lahan yang terdapat di sekitarnya dan kemiringan lereng. Adapun perhitungan neraca air DAS Ijo sebagai berikut : 38

Tabel 3.2 Perhitungan Neraca Air DAS Ijo Bulan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Jumlah T o C 25,99 26,42 27,65 27,54 28,00 27,46 26,73 26,08 27,39 27,47 27,05 26,47 P (mm) 341,68 342,03 319,26 229,04 115,67 84,26 48,89 31,40 39,58 265,89 432,68 374,08 2628,31 Ep (mm) 76,13 79,87 91,50 90,35 94,90 89,63 82,69 76,88 88,89 89,70 85,69 80,34 1026,56 P-Ep (mm) 265,55 262,16 227,76 138,69 20,77-5,37-33,81-45,48-49,31 176,19 346,99 293,75 1597,89-133,97 APWL (mm) -5,37-39,18-84,66 ST (mm) 150,00 150,00 150,00 150,00 150,00 145,00 114,00 84,00 60,00 150,00 150,00 150,00 1603,00 ST mm 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00-5,00-31,00-30,00-24,00 90,00 0,00 0,00 AE mm 76,13 79,87 91,50 90,35 115,67 89,26 79,89 61,40 63,58 86,19 346,99 293,75 1474,57 S (mm) 265,55 262,16 227,76 138,69 20,77 0,00 0,00 0,00 0,00 176,19 346,99 293,75 132,78 66,39 33,19 16,60 8,30 4,15 2,07 1,04 0,52 0,26 0,13 0,06 131,08 65,54 32,77 16,38 8,19 4,10 2,05 1,02 0,51 0,26 0,13 0,06 113,88 56,94 28,47 14,23 7,12 3,56 1,78 0,89 0,44 0,22 0,11 0,06 69,35 34,67 17,34 8,67 4,33 2,17 1,08 0,54 0,27 0,14 0,07 0,03 10,38 5,19 2,60 1,30 0,65 0,32 0,16 0,08 0,04 0,02 0,01 0,01 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 88,10 44,05 22,02 11,01 5,51 2,75 1,38 0,69 0,34 0,17 0,09 0,04 173,49 86,75 43,37 21,69 10,84 5,42 2,71 1,36 0,68 0,34 0,17 0,08 146,87 73,44 36,72 18,36 9,18 4,59 2,29 1,15 0,57 0,29 0,14 0,07 RO (mm) 260,95 261,52 244,61 191,64 106,20 53,10 26,55 13,27 6,64 91,39 219,15 256,41 1731,43 A = 306 m3/det 30,81 30,87 28,88 22,62 12,54 6,27 3,13 1,57 0,78 10,79 25,87 30,27 38

Berdasarkan hasil perhitungan luas jenis tanah dan luas penutup lahan antara lain; sawah, tegalan, hutan, perkebunan dan pemukiman timbunan air yang terdapat di bawah permukaan tanah dan untuk timbunan air pada daerah aliran sungai Ijo adalah 150 mm. Pada bulan-bulan tertertu dimana hujan mulai berkurang atau bahkan tidak ada hujan maka timbunan air yang ada di dalam tanah ini akan mengalami penguapan, sehingga pada batas tertentu dimana persediaan air di dalam tanah lebih kecil dari besarnya evapotranspirasi maka akan terjadi defisit. Sedangkan apabila terjadi hujan maka air hujan tersebut pertama kali akan mengisi atau meresap kedalam tanah hingga mencapai titik kejenuhan, selanjutnya setelah jenuh maka sisa air hujan akan menjadi aliran permukaan (runoff), selanjutnya akan masuk ke badan sungai maupun di ledokan, kolam, danau dan tempat-tempat yang dapat jadi penampungan aliran permukaan. Keadaan dimana tanah sudah jenuh dan terjadi kelebihan air yang lebih besar dari kebutuhan evapotranspirasi, maka bulan tersebut merupakan bulan basah. Perhitungan jumlah curah hujan yang sebagian menguap, sebagian tertimbun dalam tanah dan sebagian mengalir ke permukaan disebut sebagai neraca air. 39

DEBIT (m3/det) 3.5.3 Debit Daerah Aliran Sungai Ijo Debit merupakan besaran jumlah air permukaan yang mengalir pada suatu tubuh sungai dalam satuan waktu tertentu. Berdasarkan perhitungan neraca air (lihat tabel neraca air) maka dapatlah dibuatkan debit bulanan pada DAS Ijo. Debit bulanan pada DAS Ijo dihitung berdasarkan potensi besarnya run off dikalikan dengan luas DAS Ijo. Variasi debit bulanan daerah aliran sungai dapat dilihat pada grafik berikut ini. DEBIT BULANAN DAS IJO 35 30 25 20 15 m3/det 10 5 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 BULAN Gambar 3.5 Debit Bulanan DAS Ijo Berdasarkan tabel debit DAS Ijo di atas maka dapat dilihat bahwa debit run off DAS Ijo dengan luas sekitar 306 km 2, berkisar antara 0,78 m 3 /detik 31 m 3 /detik. 40

3.6 Bagan Alir Mulai Survey pendahuluan dan studi literatur Perhitungan nilai manfaat embung untuk memenuhi kebutuhan air irigasi dan pengendali banjir Input Data Analisa Data Hidrologi Analisa Daerah Aliran Sungai Analisa Embung Yang Sudah Ada Analisa Peningkatan Embung Kedung Weru Analisa Pelimpah Samping Meliputi : - Analisa Hujan - Neraca Air - Debit Banjir Rancangan Meliputi kapasitas tampungan mati, kapasitas tampungan total, dan pemanfaatan embung Meliputi kapasitas tampungan efektif dan pemanfaatan peningkatan embung Rekomendasi Analisa Pintu Air Meliputi analisa pintu inlet, analisa pintu outlet, dan analisa pintu air irigasi Selesai Gambar 3.6 Bagan Alir 41