BAB I PENDAHULUAN. sekalipun mereka berasal dari anak kembar. Tiap orang memiliki ciri-ciri pribadi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu hal yang harus dipenuhi dalam upaya meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. dan kecerdasan intelektualnya agar menjadi manusia yang terampil, cerdas,

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan, pengendalian diri dan keterampilan untuk membuat dirinya berguna di

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi yang diharapkan. Karena hal itu merupakan cerminan dari kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya merupakan proses pengembangan sumber daya

dasar hal itulah maka sudah sepantasnya mata pelajaran matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diwajibkan dalam pendidikan jalur sekolah,

I. PENDAHULUAN. berpengaruh dalam kemajuan suatu bangsa. Pendidikan juga awal dari. terbentuknya karakter bangsa. Salah satu karakteristik bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. perundang-undangan di Indonesia juga sudah tercantum dalam pembukaan. kehidupan berbangsa dan bernegara adalah dengan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. dengan peserta didik dalam situasi intruksional edukatif. Melalui proses belajar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan satu sektor yang paling penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu faktor yang menentukan kemajuan bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan pendidikan manusia akan belajar mengenai hal hal baru sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi tuntutan wajib bagi setiap negara, pendidikan memegang

BAB I PENDAHULUAN. ketekunan dan keteladanan baik dari pendidik maupun peserta didik.

BAB I PENDAHULUAN. dipenuhi. Mutu pendidikan yang baik dapat menghasilkan sumber daya manusia

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana yang tertuang dalam Undang Undang Nomor 20 tahun negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tujuan Negara Indonesia termuat dalam pembukaan UUD

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku pada diri pribadinya. Perubahan tingkah laku inilah yang

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya. Hal ini dijelaskan dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB 1 PENDAHULUAN. pembelajaran. Karena itu guru harus dapat membuat suatu pengajaran menjadi

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya. merupakan satu usaha yang sangat penting dan dianggap pokok dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

1. PENDAHULUAN. menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan. Kualitas sumber

I. PENDAHULUAN. Sistem pendidikan di Indonesia ternyata telah mengalami banyak perubahan.

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang bermartabat dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Secara spesifik

BAB I PENDAHULUAN. maka dari itu perlu dilakukan peningkatan mutu pendidikan. Negara Kesatuan

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar ( PGSD) Oleh :

Berdasarkan pendapat diatas, menegaskan bahwa pendidikan sangat penting bagi setiap insan manusia. Pendidikan sangat erat kaitannya dengan guru dan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang. Negara Republik Indonesia tahun 1945 berfungsi mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. ini semakin berkembanng dengan sangat pesat. integratif, produktif, kreatif dan memiliki sikap-sikap kepemimpinan dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengembangkan semua aspek dan potensi peserta didik sebaikbaiknya

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku yang baik. Pada dasarnya pendidikan merupakan proses untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi seperti sekarang ini, segala sesuatu berkembang secara pesat dan sangat cepat.

I. PENDAHULUAN. cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan dan tujuan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Dikutip dari Pendidikan Nasional Bab II pasal 3, menyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan kurikulum pada awal kemerdekaan di tahun 1946 sampai sekarang, Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)

BAB I PENDAHULUAN. guru yang melaksanakan kegiatan pendidikan untuk orang-orang muda

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar adalah ilmu-ilmu soasial terpadu yang

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. karena belajar merupakan kunci untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Tanpa

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam

BAB I PENDAHULUAN. manusia, supaya anak didik menjadi manusia yang berkualitas, profesional,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. taraf hidup manusia. Sebagaimana disebutkan dalam Undang-undang Sistem

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Nasional bertujuan: Untuk mengembangkan potensi

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. dan olahraga; (9) Keterampilan/kejuruan dan; (10) Muatan lokal.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. karakter kuat, berpandangan luas ke depan untuk meraih cita-cita yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. ataupun tidaknya suatu pendidikan pada bangsa tersebut. Oleh karena itu, saat ini

BAB I PENDAHULUAN. aspirasi (cita-cita) untuk maju, sejahtera, dan bahagia menurut konsep

BAB I PENDAHULUAN. Esa, berakhlak mulia, sehat Jasmani dan Rohani, berilmu, cakap, kreatif,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah pembelajaran, pengetahuan, keterampilan, dan

BAB I PENDAHULUAN. (KTSP) memasukkan keterampilan-keterampilan berpikir yang harus dikuasai

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu kebutuhan yang penting bagi setiap bangsa.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dengan inovasi dalam bidang pendidikan. Peningkatan kualitas pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Undang No.20 tahun 2003). Pendidikan memegang peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran baik berkenanaan dengan guru ataupun siswa.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan proses untuk membantu manusia dalam

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik. Pada hakikatnya pendidikan adalah sarana untuk mencerdaskan

BAB I PENDAHULUAN. sampai kapanpun, sepanjang ada kehidupan manusia di dunia ini.

BAB I PENDAHULUAN. dan keterampilan. Menurut Suharjo (2006: 1), pendidikan memainkan peranan. emosi, pengetahuan dan pengalaman peserta didik.

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana tercantum di dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor

BAB I PENDAHULUAN. meletakkan dasar hukum yang kuat yaitu dengan dikeluarkannya Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan kurikulum

BAB I PEDAHULUAN. manusia. Pendidikan merupakan faktor utama dalam proses untuk membentuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pertama dan utama adalah pendidikan. Pendidikan merupakan pondasi yang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor yang penting dalam kehidupan. Negara

BAB I PENDAHULUAN. lingkungannya masing-masing. Pendidikan di Indonesia di mulai dari pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran berakar pada pihak pendidik. Anshari (1979:15) mengemukakan bahwa :

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sebab penduduk di Indonesia kurang memperhatikan pendidikan adalah

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah Indonesia yang sangat luas mengakibatkan adanya perbedaan

BAB I PENDAHULUAN. suatu upaya melalui pendidikan. Pendidikan adalah kompleks perbuatan yang

BAB I PENDAHULUAN. sertifikasi untuk meningkatkan kemampuan profesional pendidik, kebijakan baik kurikulum maupun standar pendidikan.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah sosio individual. Kita mengerti pula bahwa tidak seorangpun manusia yang sanggup hidup seorang diri di luar pergaulan manusia. Sebaliknya juga tidak ada dua orang manusia yang sama sekali dalam segala hal sekalipun mereka berasal dari anak kembar. Tiap orang memiliki ciri-ciri pribadi sendiri. Untuk mengembangkan hal tersebut, maka manusia perlu mengembangkannya di dalam proses pendidikan. Pendidikan adalah menginvestasikan jangka panjang yang memperlukan usaha dan dana yang cukup besar, hal ini diakui oleh semua orang atau suatu bangsa demi kelangsungan masa depannya. Demikian halnya Indonesia menaruh harapan besar terhadap para pendidik dalam perkembangan masa depan bangsa ini, karena dari sanalah dibentuk generasi penerus harapan bangsa. Salah satu upaya yang dilakukan agar mampu meningkatkan potensinya adalah dengan pendidikan. Pendidikan nasional bertujuan membentuk manusia seutuhnya. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang sistem Pendidikan no. 20 tahun 2003 yang menegaskan bahwa: Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlaq mulia, sehat,berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga yang demokratis serta bertanggung jawab. 1

2 Pembelajaran dalam definisi pendidikan di atas adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar seperti tertuang dalam Bab 1 Pasal 1 ayat 20 Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003. Proses pendidikan ini pada dasarnya merupakan interaksi fungsional antar berbagai komponen pendidikan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Tujuan Pendidikan Nasional Indonesia No. 20 Tahun 2003 adalah untuk Berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Ketentuan dalam UU 20/2003 yang mengatur KTSP dalam pasal 37 ayat (1) adalah tentang: kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat: a) pendidikan agama; b) pendidikan kewarganegaraan; c) bahasa; d) matenatika; e) ilmu pengetahuan alam; f) ilmu pengetahuan sosial; g) seni dan budaya; h) pendidikan jasmani dan olahraga; i) keterampilan/kejuruan; j) muatan lokal. Pendidikan dan ilmu pengetahuan merupakan cahaya bagi kehidupan manusia. Sehingga manusia dapat membedakan mana yang halal dan mana yang haram, dan mana yang bathil. Salah satu kondisi yang memungkinkan manusia untuk menjadi taqwa dan beriman adalah kemauan untuk beraktivitas dalam berfikir yang bisa dicapai dan di tindak lanjuti dengan pendidikan. Pendidikan

3 merupakan salah satu kebutuhan penting bagi manusia untuk menjawab problematika kehidupan. Untuk tercapai tujuan diatas, sekolah merupakan bagian yang tidak terlepas dari masyarakat. Oleh karena itu, sekolah harus dapat mengupayakan terwujudnya pelestarian karakteristik kehidupan dan kekhasan lingkungan tersebut. Disamping itu masih banyak juga dikatakan oleh para ahli tentang tujuan pendidikan yang pada hakekatnya untuk memanusiakan manusia, atau mengantarkan anak didik untuk dapat menemukan jati dirinya yang sesuai dengan proporsi dan hakikat kemanusiaanya, maksudnya agar setiap individu itu menyadari dan memahami siapa dia, mengapa dia di adakan di dunia ini, dan harus kemana nantinya. Oleh karena itu, tujuan belajar bukan untuk mendapatkan kepuasan dan menerima pengetahuan semata. Belajar juga menyiapkan peserta didik untuk menghadapi masa yang akan datang. Ada dua macam belajar untuk meng hadapi masa yang akan datang. Pertama, aplikasi belajar dalam tugas-tugas khusus atau pekerjaanpekerjaan. Kedua, transfer belajar dalam bentuk prinsip dan sikap, orientasi ini dikarenakan proses belajar sangat menentukan siswa dalam bersikap dan prilaku sosial yang selaras dengan moral agama, tradisi hukum dan lainnya yang berlaku dengan norma masyarakat siswa yang bersangkutan. Begitu pentingnya arti belajar, maka ketika seorang pelajar perlu melakukan berbagai kegiatan yang dapat menunjukkan tercapai tujuan belajar

4 tersebut. Manakala tujuan yang di harapkan tercapai, maka dikatakan proses belajar mengajar itu berhasil. Sebaliknya tujuan belajar tidak tercapai, hal ini di sebabkan proses belajar mengajar itu sendiri. Dan keberhasilan proses belajar mengajar dengan pencapaian tujuan di harapkan itu tergantung dari beberapa faktor, antara lain sarana dan prasarana, Guru, metode, lingkungan, dukungan masyarakat, motifasi siswa dan sebagainya. Proses pembelajaran merupakan inti kegiatan guru dan mempunyai peran penting dalam menciptakan situasi yang interaksi didalam kelas. Dalam proses pembelajaran guru mengharapkan materi pembelajaran yang disampaikan dapat dikuasai oleh siswa yang berupa pengetahuan ketrampilan sosial. Untuk mewujudkan pembangunan nasional dibidang pendidikan, diperlukan peningkatan dan penyermpurnaan penyelenggaraan pendidikan nasional, yang disesuaikan dengan perkembangan ilmu Pengetahuan dan Teknologi serta seni budaya, perkembangan masyarakat serta kebutuhan pembangunan. Perkembangan ilmu pengetahuan dan Teknologi dan seni budaya begitu cepat, menuntut semua individu untuk bekerja keras dan berusaha agar dapat mengikuti perubahan-perubahan yang terjadi dari dampak perkembangan dan perubahan tersebut. Penyelenggaraan pendidikan pada jenjang sekolah Dasar (SD) bertujuan memberikan bekal kepada siswa untuk hidup bermasyarakat dan dapat melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi. Untuk mencapai

5 keberhasilan belajar siswa dibutuh model pembelajaran yang menyenangkan agar siswa dapat menerima materi secara maksimal. Berdasarkan observasi awal terhadap proses pembelajaran IPS di kelas IV SDN Babakan Ciparay I dalam pembelajaran IPS ternyata di lapangan belum menunjukkan kearah pembelajaran yang bermakna guru masih menggunakan metode konvensional dalam arti kegiatan pembelajaran di dominasi oleh guru (teacher centered). Dengan demikian, siswa kurang diberi kesempatan untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Guru kurang mengembangkan cara berfikir kritis sehingga siswa tidak bergairah dalam mengikuti pembelajaran, kurangnya antusias siswa terhadap materi yang disampaikan sehingga siswa kadang lebih memilih untuk mengobrol dan melamun ketika siswa diminta bertanya atau menjawab pertanyaan siswa lebih memilih diam meskipun tidak mengerti penjelasan yang disampaikan oleh guru, tidak adanya kerjasama dengan siswa lain, aktivitas belajar siswa tidak maksimal. Kurikulum tahun 2006, para guru dituntut untuk melibatkan siswa secara aktif sebagai subjek pembelajaran. Strategi yang sering digunakan untuk mengaktifkan siswa yaitu dengan melibatkan siswa dalam diskusi (kerja kelompok) di kelas. Sesuai dengan tujuan IPS pada KTSP dan karakteristik IPS maka siswa harus mampu bekerja sama dan harus memiliki keterampilan dalam bekerjasama. Kooperasi berarti bekerja bersama untuk mencapai tujuan bersama. Dalam

6 kegiatan yang kooperatif setiap anak berusaha mencapai hasil yang menguntungkan bagi diri mereka sendiri dan semua anggota kelompok. Dengan demikian, seorang guru perlu menerapkan sebuah model yang mengarahkan siswa untuk berperan aktif dan menggali potensi yang ada pada dirinya sendiri, sehingga siswa mampu mengembangkan keterampilanketerampilan tertentu seperti keterampilan dalam menyelesaikan masalah, keterampilan mengambil keputusan, keterampilan dalam menganalisis data, berpikir secara logis dan sistematis. Salah satu model pembelajaran yang melibatkan keaktifan siswa untuk menemukan konsepnya sendiri adalah dengan model inkuiri terbimbing (guided inquiry). Model pembelajaran Inquiry (inkuiri) terbimbing merupakan posisi guru membimbing siswa dengan melakukan kegiatan dengan memberi pertanyaan awal dan mengarahkan pada suatu diskusi. Guru mempunyai peran aktif dalam menentukan permasalahan dan tahap-tahap pemecahannya. Sehingga model pembelajaran inqury terbimbing ini cocok digunakan dalam pembelajaran tematik, dimana siswa terlibat langsung dengan objek yang dipelajarinya. Pembelajaran inkuiri yang melibatkan keakifan siswa, siswa didorong untuk belajar aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip untuk mereka sendiri. Pembelajaran Inquiry adalah belajar mencari dan menemukan sendiri. Dalam sistem belajar mengajar, guru menyajikan bahan pelajaran tidak dalam bentuk yang final, tetapi siswa diberi peluang untuk mencari dan menemukannya sendiri dengan mempergunakan teknik pendekatan pemecahan masalah.

7 Sistem belajar yang dikembangkan oleh Bruner ini menggunakan landasan pemikiran dan pendekatan belajar mengajar. Hasil belajar dengan cara ini lebih mudah dihafap dan diingat, mudah ditransfer untuk memecahkan masalah. Pengetahuan dan kecakapan siswa bersangkutan lebih jauh dapat merasa puas atas penggunanaannya sendiri. Berdasarkan uraian di atas, penulis merasa termotivasi untuk kemudian ingin mengetahui lebih jauh melalui sebuah penelitian tindakan kelas (PTK) dengan mengangkat judul sebagai berikut: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL INQUIRY TERBIMBING PADA PEMBELAJARAN IPS. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasikan permasalahan pada penelitian ini yaitu: 1. Kurangnya inisiatif guru untuk melakukan proses pembelajaran, sehingga pembelajaran yang dilakukan terkesan monoton. 2. Tidak melibatkan peserta didik dalam proses pembelajaran, sehingga proses KBM tidak sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. 3. Kurangnya pendidik untuk menerapkan model pembelajaran agar menjadi menyenangan dan menumbuhkan minat peserta didik.

8 C. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah diatas, yang menjadi fokus permasalahan dalam penelitian ini adalah: Apakah dengan menggunakan model pembelajaran Inquiry Terbimbing dapat menumbuhkan keterampilan berfikir kritis dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS? Sub pertanyaan yang menjadi fokus penelitian adalah: 1. Bagaimana perencanaan pembelajaran model Inquiry Terbimbing untuk meningkatkan berpikir kritis dan hasil belajar dalam pembelajaran IPS pada siswa kelas IV SDN Babakan Ciparay I? 2. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran model Inquiry Terbimbing untuk meningkatkan berpikir kritis dan hasil belajar dalam pembelajaran IPS pada siswa kelas IV SDN Babakan Ciparay I? 3. Adakah peningkatan kemampuan berpikir kritis dalam pembelajaran IPS pada siswa kelas IV SDN Babakan Ciparay I? 4. Adakah peningkatan hasil belajar dalam pembelajaran IPS pada siswa kelas IV SDN Babakan Ciparay I? D. Pembatasan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas, maka dalam penelitian ini perlu adanya pembatasan masalah agar pengkajian masalah dalam penelitian ini dapat lebih terfokus pada penelitian meningkatkan berpikit kritis dan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS dengan menggunakan model pembelajaran inquiry terbimbing.

9 E. Tujuan Penelitian Tujuan umum dalam penelitian ini adalah ingin memperbaiki dan meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar di SDN Babakan Ciparay I melalui penggunaan model Inquiry terbimbing dalam pembelajaran IPS. Tujuan khusus dari penelitian ini adalah : 1. Ingin mengetahui perencanaan pembelajaran model Inquiry Terbimbing untuk meningkatkan berpikir kritis dan hasil belajar dalam pembelajaran IPS pada siswa kelas IV SDN Babakan Ciparay I. 2. Ingin mengetahui pelaksanaan pembelajaran model Inquiry Terbimbing untuk meningkatkan berpikir kritis dan hasil belajar dalam pembelajaran IPS pada siswa kelas IV SDN Babakan Ciparay I. 3. Ingin mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kritis dalam pembelajaran IPS pada siswa kelas IV SDN Babakan Ciparay I. 4. Ingin mengetahui peningkatan hasil belajar dalam pembelajaran IPS pada siswa kelas IV SDN Babakan Ciparay I. F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan akan memberi manfaat kepada dunia pendidikan tentang upaya untuk meningkatkan motivasi peserta didik agar mencapai hasil belajar yang diharapkan dan yang akan membantu proses pembelajaran khususnya pada pembelajaran IPS.

10 2. Manfaat Praktis a. Bagi Peserta Didik: 1. Meningkatkan berpikir kritis dan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS. 2. Meningkatkan kemampuan siswa dalam mengemukakan pendapatnya pada pembelajaran IPS. 3. Membantu mempermudah siswa dalam menguasai materi sesuai standar kompetensi dan kompetensi dasar. 4. Meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran IPS. b. Bagi Pendidik: 1. Meningkatkan kemampuan pendidik dalam proses pembelajaran sehingga lebih professional. 2. Memberikan wawasan pengetahuan dan pengalaman tentang pendekatan pembelajaran yang inovatif. 3. Meningkatkan kualitas pembelajaran, sehingga pembelajaran yang dilakukan tidak membosankan. 4. Memberikan gambaran kepada guru tentang penerapan pembelajaran Inquiry terbimbing dalam pembelajaran IPS sehingga dapat melaksanakan pembelajaran serupa untuk materi yang lain, dan sebagai bahan evaluasi. c. Manfaat Bagi Sekolah

11 Hasil penelitian ini akan memberikan sumbangan yang baik bagi sekolah itu sendiri dalam rangka perbaikan pembelajaran IPS. Sehingga apa yang menjadi tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik. d. Manfaat Bagi Peneliti Penelitian ini dapat dijadikan umpan balik mengenai upaya penggunaan model pembelajaran Inquiry terbimbing pada pembelajaran IPS, sehingga memperoleh hasil dan proses pembelajaran yang bermakna. e. Manfaat Bagi PGSD Diharapkan mampu mencetak calon-calon guru yang berkualitas dan mampu mengembangkan penggunaan model Inquiry terbimbing dengan baik, serta menjadi referensi sebagai bahan kajian yang lebih mendalam guna meningkatkan kualitas pembelajaran dan layanan pendidikan. Serta memperkaya keilmuan sebagai bahan petimbangan untuk penelitian sejenis, dan hasil penelitian ini dapat meningkatkan pedagogik dan kompetensi peofesional pendidik. G. Kerangka Pemikiran Proses belajar mengajar adalah suatu aspek dari lingkungan sekolah yang diorganisasi. Lingkungan belajar yang baik adalah lingkungan belajar yang menantang dan merangsang para siswa untuk belajar, memberikan rasa aman dan kepuasan serta mencapai tujuan yang diharapkan.

12 Para ahli sependapat bahwa yang di maksud proses pembelajaran ialah sebuah kegiatan integral (utuh dan terpadu) antara anak sebagai pelajar yang sedang belajar dengan guru sebagai pengajar dalam kesatuan kegiatan ini terjadi interaksi vesiprokal yakni hubungan guru dengan para siswa dalam situasi intruksional yaitu suasana yang bersifat pengajaran. Menurut E. Mulyasa, pembelajaran pada hakekatya adalah interaksi antara murid dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku kearah yang lebih baik. Dalam interaksi tersebut banyak sekali faktor yang mempengaruhinya, baik faktor internal, yang datang dalam diri individual, maupun faktor eksternal yang datang dari lingkungan. Hampir semua pendekatan, model dan metode pembelajaran dikembangkan oleh para pelaksana kurikulum untuk mewujudkan kemampuan tertentu seperti kognitif, afektif, dan psikmotor kemampuan yang di inginkan diwujudkan tersebut dapat berupa kemampuan toadying paling rendah juga tahap yang paling tinggi. Untuk mengimplementasikan model, metode dan pendekatan belajar harus dipertimbangkan berbagai aspek seperti perkembangan siswa, karakteristik siswamata pelajaran, dukungan sarana dan fasilitas belajar serta lingkungan di mana model, metoda dan pendekatan tersebut dapat diterapkan. Dengan demikian, agar terjadinya proses belajar mengajar yang sesuai dengan tujuan pendidikan, diperlukan metode atau model pembelajaran yang efektif. Salah satunya dengan menerapkan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing.

13 Bagan Kerangka Penikiran 1. Siswa kurang termotivasi sehingga perhatian pada situasi pembelajaran kurang maksimal. 2. Kurangnya alat peraga pada saat pembelajaran berlangsung. 3. Partisipasi siswa pada kegiatan pembelajaran kurang aktif. 4. Masih mendominasi metode ceramah pada saat pembelajaran. Menerapkan sebuah metode pembelajaran yang mengarahkan siswa untuk berperan aktif dan menggali potensi yang ada pada dirinya. Menerapkan pembelajaran Inquiry Terbimbing Untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa. Siswa membangun pengalaman sendiri melalui kegiatan penyelidikan dan proses ilmiah. Sumber:Dika Deristian (2015: hal.56) H. Asumsi Asumsi adalah pernyataan yang dapat diuji kebenarannya seccara empiris berdasarkan penemuan, pengamatan dan percobaan dalam peneitian yang dilakukan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) asumsi/asum si/ n1 dugaan yang diterima sebagai dasar; 2 landasan berpikir karena dianggap benar; mengasumsikan/meng a sum si kan/vmenduga;memperkirakan;memperhitungkan

14 ; meramalkan. Tersedia di: http://kbbi.web.id/asumsi di akses pada 13 Mei 2016 pukul 18.49 WIB Berdasarkan pengertian diatas, maka pembelajaran Inquiry terbimbing memungkinkan siswa untuk berpikir kritis ingga mencapai hasil belajar yang sesuai dengan harapan. Asumsi dari tindakan penelitian ini adalah untuk mencapai tujuan pembelajaran yang dimuat dalam kurikulum bahwa diperlukan bahwa diperlukan aanya suatu model pembelajaran yang baru yang harus digunakan oleh seorang pendidik dalam menyampaikan pembelajaran. I. Hipotesis Tindakan Menurut Erwan Agus Purwanto dan Dyah Ratih Sulistyastuti (2007:13) Hipotesis adalah pernyataan atau dugaan yang bersifat sementara terhadap suatu masalah penelitian yang kebenarannya masih lemah (belum tentu kebenarannya) sehingga harus diuji secara empiris. Tersedia di: http:// www. asikbelajar. Com 2015 10 pengertian hipotesis menurut para ahli.html (Diakses pada 24 April 2016 pukul 14.50 WIB). Berdasarkan pengertian hipotesis diatas, maka hipotesis tindakan yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah jika diterapkannya model pembelajaran Inquiry terbimbing maka dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS. J. Definisi Operasional Untuk mempelajari fokus penelitian ini maka penulis memberi definisi mengenai hal-hal sebagai berikut :

15 1. Menurut Ahmad Zain dalam Taufik Anwar (2009: 10) Penerapan adalah perbuatan menerapkan. Sedangkan menurut beberapa ahli berpendapat bahwa, penerapan adalah suatu perbuatan mempraktekkan suatu teori, metode, dan hal lain untuk mencapai tujuan tertentu dan untuk suatu kepentingan yang diinginkan oleh suatu kelompok atau golongan yang telah terencana dan tersusun sebelumnya. 2. Sudirman (1988: 172-173) Pembelajaran Inquiry (inkuiri) terbimbing merupakan posisi guru membimbing siswa dengan melakukan kegiatan dengan memberi pertanyaan awal dan mengarahkan pada suatu diskusi. Guru mempunyai peran aktif dalam menentukan permasalahan dan tahap-tahap pemecahannya. Sehingga model pembelajaran inqury terbimbing ini cocok digunakan dalam pembelajaran tematik, dimana siswa terlibat langsung dengan objek yang dipelajarinya. Pembelajaran inkuiri yang melibatkan keakifan siswa, siswa didorong untuk belajar aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip untuk mereka sendiri. 3. Menurut Mohammad Zain dalam Milman Yusdi (2010:10) mengartikan bahwa Kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, kakuatan kita berusaha dengan diri sendiri. Sedangkan Anggiat M.Sinaga dan Sri Hadiati (2001:34) mendefenisikan kemampuan sebagai suatu dasar seseorang yang dengan sendirinya berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan secara efektif atau sangat berhasil. 4. Sementara itu, Robbin (2007:57) kemampuan berarti kapasitas seseorang individu unutk melakukan beragam tugas dalam suatu pekerjaan. lebih lanjut

16 Robbin menyatakan bahwa kemampuan (ability) adalah sebuah penilaian terkini atas apa yang dapat dilakukan seseorang. Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa suatu penerapan dalam pembelajaran inquiry dengan bertujuan memahami kemampuan peserta didik sangat berkaitan erat pada kegiatan belajar mengajar di sekolah, maka dari itu peserta didik sangat penting untuk mempelajari akan suatu kemampuan dalam (Ability) adalah kecakapan atau potensi seseorang individu untuk menguasai keahlian dalam melakukan pembelajaran.