1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan pembangunan yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggitingginya. Derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari berbagai indikator, yang meliputi indikator angka harapan hidup, status gizi masyarakat. angka morbiditas, dan angka mortalitas (Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2008). Negara di seluruh dunia berkomitmen untuk mempercepat pembangunan pada manusia, yaitu mencapai 8 target hingga tahun 2020 yaitu menanggulangi kemiskinan dan kelaparan, memenuhi pendidikan dasar, pemberdayaan perempuan dan mendorong kesetaraan gender, menurunkan angka kematian balita, meningkatkan kualitas kesehatan ibu melahirkan, memerangi HIV/AIDS, malaria dan penyakit menular lain, menjamin kelestarian lingkungan dan gaya hidup dan mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan. Tantangan untuk memenuhi delapan tujuan diatas tersebut memiliki keterkaitan satu dengan yang lainnya. Komitmen tersebut di kenal dengan Suistinable Development Goals (SDGs). Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2020 adalah meningkatkan kesadaran, kemajuan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar terwujut derajat kesehatan yang optimal melalui terciptanya masyarakat, Bangsa dan
2 Negara Indonesia yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, melalui kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang optimal diseluruh Indonesia (Almazini, 2010). Seiring perkembangan zaman, departemen kesehatan telah melaksanakan beberapa program untuk menunjukkan berbagai dampak positif dibidang kesehatan. Hal ini dapat dilihat tingginya angka harapan hidup. Setiap individu pasti berkeinginan untuk dapat terus hidup sehat dan kuat sampai tua, untuk mencapainya salah satu cara yang dapat dilakukan adalah perilaku hidup sehat. Adanya perubahan pola hidup sehat membawa konsekuensi terhadap perkembangan penyakit degeneratif, salah satunya adalah Hipertensi (Haryono, 2013). Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah meningkat melebihi batas normal. Batas tekanan darah normal bervariasi sesuai dengan usia. Berbagai faktor dapat memicu terjadinya hipertensi, walaupun sebagian besar (90%) penyebab hipertensi tidak diketahui (hipertensi essential). Penyebab tekanan darah meningkat adalah peningkatan kecepatan denyut jantung, peningkatan resistensi (tahanan) dari pembuluh darah dari tepi dan peningkatan volume aliran darah (Kurniawan, 2013). Sebanyak 90% kasus hipertensi yang penyebabnya belum diketahui secara pasti. Namun dapat juga disebabkan oleh penyakit sekunder yang berupa akibat DM, penyakit jantung, ginjal, atau tumor dari kelenjar adrenal, obat-obatan, maupun kehamilan. Sesungguhnya gaya hidup merupakan faktor terpenting yang sangat mempengaruhi kehidupan masyarakat. Gaya hidup yang
3 tidak sehat, dapat menyebabkan terjadinya penyakit hipertensi, misalnya; Makanan, aktifitas fisik, stres, dan merokok (Andini, 2014). Penyakit hipertensi sering disebut sebagai salah satu penyakit degeneratif. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang serius, karena jika tidak terkendali akan berkembang dan menimbulkan komplikasi yang berbahaya seperti stroke sehingga dapat menimbulkan kematian (Gunawan, 2012). Untuk mengatasi penyakit hipertensi digunakan beberapa terapi salah satunya adalah terapi herbal. Terapi herbal adalah pengobatan yang berasal dari seluruh atau sebagian dari tumbuh-tumbuhan yang berkhasiat obat. Tanaman telah berkemampuan untuk mensintesis senyawa kimia yang membantu pertahanan diri dari berbagai penyakit. Tanaman obat yang dapat digunakan sebagai obat herbal hipertensi adalah seledri, ketimun, mengkudu, rumput laut dan daun salam (Samsudin, 2014). Daun salam biasanya dimanfaatkan sebagai pelengkap bumbu dapur, kulit pohonnya digunakan sebagai bahan pewarna jala atau anyaman bambu dan buahnya dapat dimakan. Tanaman ini berkhasiat sebagai obat hipertensi, sebagai analgetik, obat maag dan penyakit diabetes melitus. Kandungan senyawa flavonoid yang ada di dalam daun salam dapat digunakan sebagai pengobatan hipertensi, menurunkan kadar gula darah dan kadar kolesterol (Candra, 2013). Daun salam merupakan salah satu jenis bumbu makanan dengan senyawa yang sulit dicerna oleh tubuh dan dapat menyebabkan efek
4 konstipasi seperti sulit buang air besar. Hal ini terjadi karena proses pencernaan yang lambat sehingga buang air besar pun akan terasa lama dan sulit. Jika daun salam digunakan sebagai obat dan mengonsumsinya dalam intensitas yang rutin dan jumlah yang besar penderita darah tinggi maka rentan terkena efek samping (Cahyani, 2014). Penelitian yang dilakukan oleh Saputra (2012) dengan judul efek air rebusan daun salam terhadap penurunan tekanan darah sistol dan diastol pada laki-laki dewasa. Hasil dari penelitian ini adalah rata-rata tekanan darah sesudah meminum air rebusan daun salam 105,20/71,80 mmhg, lebih rendah dari pada sebelum meminum air rebusan daun salam sebesar 138,83/77,93 mmhg (p < 0,01). Di seluruh dunia, sekitar 972 juta orang atau 26,4% penghuni bumi mengidap hipertensi dengan perbandingan 26,6% pria dan 26,1% wanita. Angka ini kemungkinan akan meningkat menjadi 29,2% di tahun 2025. Dari 972 juta pengidap hipertensi, 333 juta berada di negara maju dan 639 sisanya berada di negara sedang berkembang, temasuk Indonesia (WHO, 2011). Sementara itu, di Provinsi Riau periode 2013 2014 tercatat masih tinggi, yaitu mencapai 24%. Padahal tahun 2010 2011 dapat diturunkan 7,9%, tapi justru terjadi penambahan tahun 2012 menjadi 11,4% dan tahun 2013 terus meningkat menjadi 24%. Hal ini menyebabkan semakin meningkatnya angka morbiditas dan mortalitas setiap tahun akibat penyakit hipertensi terutama jika penyakit ini tidak dapat dikontrol secara teratur (Profil Kesehatan Riau, 2012).
5 Laporan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Kampar penderita hipertensi tahun 2015, menunjukkan bahwa penderita hipertensi diseluruh wilayah Kabupaten Kampar sebesar 22.516 jiwa, di lihat dari urutan 10 besar, Tambang menempati urutan tertinggi yang menderita hipertensi sebanyak 4.504 (20,0%) setelah itu diikuti Puskesmas Kampar 2.286 (10,1%) dan Puskesmas Kampar Timur 1.740 (7,72%). Data kejadian hipertensi dari Puskesmas Kampar Timur tahun 2015 bisa di lihat pada tabel 1.1 berikut : Tabel 1.1 : Distribusi Frekuensi Penderita Hipertensi Menurut Golongan Umur Di Puskesmas Tambang Tahun 2015 No Desa Kasus Hipertensi Menurut Umur 36-44 Tahun 45-59 Tahun 60 Tahun 1 Tambang 112 124 130 2 Kuapan 90 136 119 3 Aur sati 56 79 78 4 Gobah 65 85 94 5 Padang Luas 82 109 92 6 Terantang 62 93 81 7 Rimbo panjang 78 103 75 8 Kualu 52 81 68 9 Teluk kenidan 48 67 62 10 Parit baru 56 74 50 11 Kemang indah 34 73 62 12 Tarai bangun 89 152 138 13 Kualu nenas 71 99 81 14 Sei piinang 110 125 102 15 Balam jaya 72 91 88 16 Pulau permai 98 89 90 17 Palung raya 130 115 104 Jumlah 1305 1685 1514 Sumber : Puskesmas Tambang Tahun 2015 Berdasarkan tabel 1.1 dapat dilihat bahwa penyakit hipertensi tertinggi berada di Desa Tarai Bangun yaitu 152 orang dengan golongan umur yaitu pada umur 45-59 tahun. Obat-obat hipertensi sekarang ini masih belum
6 sepenuhnya memberikan jawaban atau solusi untuk para penderita. Selain harganya yang cukup mahal banyak efek samping yang ditimbulkan pada pemakaian obat- obatan ini. Hal inilah yang menyebabkan masyarakat mulai mencari alternatif pengobatan yang lain Salah satunya melalui terapi herbal (Utami 2013). Berdasarkan hasil survei awal yang dilakukan dipuskesmas Tambang terhadap penderita hipertensi yang sudah berobat, dari 10 orang penderita hipertensi, 3 orang mengatakan pernah mencoba daun salam sebagai obat herbal penurun tekanan darah, 7 orang mengatakan bahwa mereka hanya mengetahui tanaman daun salam hanya digunakan sebagai bumbu masakan, mereka tidak mengetahui tentang daun salam bisa mengobati hipertensi, cara mengkonsumsi serta manfaat dari tanaman daun salam tersebut. Selama ini masyarakat penderita hipertensi hanya mengkonsumsi obat obat kimia untuk mengatasi hipertensi mereka yang tinggi tanpa memikirkan efek samping dari obat kimia tersebut. Berdasarkan latar masalah dan fenomena yang terjadi diatas, maka peneliti termotivasi untuk melakukan penelitian tentang Pengaruh Rebusan Daun Salam Terhadap Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi Usia 45-59 Tahun Di Desa Tarai Bangun Wilayah Kerja Puskesmas Tambung Timur Tahun 2016. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian masalah pada latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut: Apakah ada pengaruh
7 rebusan daun salam terhadap tekanan darah pada penderita hipertensi usia 45-59 tahun di desa Tarai Bangun wilayah kerja puskesmas Tambang tahun 2016? C. Tujuan penelitian 1. Tujuan umum : untuk menganalisis pengaruh rebusan daun salam terhadap tekanan darah pada penderita hipertensi usia 45-59 tahun di desa Tarai Bangun wilayah kerja puskesmas Tambang tahun 2016. 2. Tujuan khusus : a. Untuk mengetahui karakteristik responden. b. Untuk mengetahui tekanan darah responden sebelum diberikan daun salam. c. Untuk mengetahui tekanan darah responden setelah diberikan daun salam. d. Untuk mengetahui apakah rebusan rebusan daun salam berpengaruh terhadap tekanan darah pada penderita hipertensi di Desa Tarai Bangun Wilayah Kerja Puskesmas Tambang. D. Manfaat Penelitian 1. Aspek Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan suatu masukan untuk teori dan menambah hasil informasi ilmiah yang berhubungan dengan pengaruh pemberian rebusan daun salam terhadap penurunan tekanan darah. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai penelitian terkait dalam merancang penelitian selanjutnya.
8 2. Aspek Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat diterapkan oleh masyarakat dengan mengkonsumsi rebusan daun salam untuk penurunan tekanan darah