BAB V PEMBAHASAN. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

dokumen-dokumen yang mirip
Maningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis Melalui Model Pembelajaran Connected Mathematics Project (CMP) Berbantu Media Gambar

BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN. A. Pembahasan Profil Kemampuan Penalaran Matematika Siswa dalam

BAB I PENDAHULUAN. matematika. Matematika dapat membekali siswa untuk memiliki kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam upaya meningkatkan pembelajaran matematika. Oleh karena

BAB I PENDAHULUAN. disampaikan oleh guru matematika, kesulitan siswa dalam menalar dan

BAB I PENDAHULUAN. intelektual. Matematika juga merupakan salah satu mata pelajaran yang di

PENINGKATAN PENALARAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA DENGAN CMP KELAS VIIG SMP NEGERI 3 GOMBONG

II. TINJAUAN PUSTAKA. Penalaran menurut ensiklopedi Wikipedia adalah proses berpikir yang bertolak

BAB I PENDAHULUAN. dalam belajar matematika. Kesulitan siswa tersebut antara lain: kesulitan

I. PENDAHULUAN. depan yang lebih baik. Melalui pendidikan seseorang dapat dipandang terhormat,

BAB I PENDAHULUAN. masalah kehidupan sehari-hari. Matematika terdiri dari beberapa komponen yang. serta sifat penalaran matematika yang sistematis.

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Winda Purnamasari, 2013

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Kemampuan Penalaran Matematis. a. Pengertian Penalaran Matematis

UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PENALARAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIKA. (PTK Pembelajaran Matematika Kelas VII Semester II SMP Negeri 2

BAB I PENDAHULUAN. Berpikir merupakan suatu kegiatan mental yang dialami seseorang jika

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan Sekolah Menengah Atas (SMA). Matematika perlu. diberikan kepada semua siswa mulai dari sekolah dasar untuk

BAB I PENDAHULUAN. mendatangkan berbagai efek negatif bagi manusia. Penyikapan atas

BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan di Indonesia mengindikasikan bahwa matematika sangatlah

I. PENDAHULUAN. untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya seoptimal mungkin. Pendidikan

KECAKAPAN MATEMATIS SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING

PENERAPAN STRATEGI SCAFFOLDING

DAYA MATEMATIS MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

I. PENDAHULUAN. bahwa pendidikan merupakan kunci kemajuan suatu bangsa. Pendidikan juga

BAB I PENDAHULUAN. dunia pendidikan matematika memiliki peran sebagai bahasa simbolik yang

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pendidikan. Kurikulum digunakan sebagai acuan

BAB I PENDAHULUAN. adalah kesulitan siswa dalam belajar matematika. Kesulitan-kesulitan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan matematika merupakan salah satu unsur utama dalam. mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hakikatnya matematika

Geometri Siswa SMP Ditinjau dari Kemampuan Matematika. (Surabaya: PPs UNESA, 2014), 1.

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini sangat berperan dalam upaya

Instrumen Kemampuan Penalaran Dan Komunikasi Matematis

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) secara global semakin

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pembelajaran Matematika dengan Metode Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi Matematis Siswa SMA

BAB I PENDAHULUAN. dituntut memiliki daya nalar kreatif dan keterampilan tinggi.

I. PENDAHULUAN. disebut proses komunikasi. Proses komunikasi berguna untuk menciptakan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Slameto (2010:3) belajar adalah proses usaha yang

Senada dengan standar isi dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006, The National Council of Teachers of Mathematics

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil temuan selama penelitian dan analisis data hasil

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Rasa percaya diri timbul dari keinginan mewujudkan diri untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

2016 PENERAPAN MODEL CONNECTED MATHEMATICS PROJECT (CMP) DENGAN METODE HYPNOTEACHING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN INDUKTIF MATEMATIS SISWA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurningsih, 2013

BAB I PENDAHULUAN. dan sekaligus pembangunan SDM (Sumber Daya Manusia). Matematika juga

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. logis, konsisten, dan dapat bekerjasama serta tidak mudah putus asa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kepada siswa bukan hanya sebagai hafalan, namun lebih dari itu dengan

Circle either yes or no for each design to indicate whether the garden bed can be made with 32 centimeters timber?

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (UU Sisdiknas 2003:5).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Elita Lismiana, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tujuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk mata

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pengembangan Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa. Melalui Pembelajaran Matematika

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PENERAPAN MODEL ADVANCE ORGANIZER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN ANALOGI MATEMATIS SISWA SMP

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan salah satu aspek penting yang akan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eka Rachma Kurniasi, 2013

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TTW PADA SISWA KELAS VII A

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Elly Susanti, Proses koneksi produktif dalam penyelesaian mmasalah matematika. (surabaya: pendidikan tinggi islam, 2013), hal 1 2

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran.

Komunikasi dalam Pembelajaran Matematika

Pengaruh Model Pembelajaran Koperatif Tipe Think Talk Write Terhadap Kemampuan Komunikasi Dan Penalaran Matematis

BAB II LANDASAN TEORI. A. Pembelajaran SAVI (Somatis, Auditori, Visual, Intelectual)

BAB I PENDAHULUAN. konsep-konsep sehingga siswa terampil untuk berfikir rasional. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pengembangan LKS berbasis masalah yang berorientasi pada kemampuan

ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MAHASISWA PENDIDIKAN MATEMATIKA PADA MATERI REGULA FALSI

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kemampuan Penalaran Matematis. Menurut Majid (2014) penalaran adalah proses berpikir yang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam pengembangan kemampuan matematis peserta didik. Matematika

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, antara lain pembaharuan kurikulum, peningkatan kualitas tenaga. pendidik dan peningkatan sarana dan pra sarana.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana terhadap suasana belajar

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang berkualitas, berkarakter dan mampu berkompetensi dalam

BAB II. Kajian Teoretis

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Pendidikan memegang peranan penting dalam menunjang. kemajuan bangsa Indonesia di masa depan. Setiap orang berhak

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat,

NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1. Program Studi Matematika. Diajukan Oleh : AGUS SRI PAMADI

Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis melalui Pembelajaran berbasis Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembelajaran, hal ini menuntut guru dalam perubahan cara dan strategi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

2015 MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN LOGIS MATEMATIS SERTA KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA SMP MELALUI LEARNING CYCLE 5E DAN DISCOVERY LEARNING

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. menjadi kebutuhan mendasar yang diperlukan oleh setiap manusia. Menurut UU

BAB I PENDAHULUAN. matematis sehingga dapat dimengerti secara pasti oleh manusia untuk

I. PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi telah berkembang secara pesat sehingga cara berpikir

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia dapat menuju ke arah hidup yang lebih baik dengan menempuh

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pernyataan yang telah dibuktikan kebenarannya (Tim PPG matematika:2006).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Matematika mempunyai peran yang sangat besar baik dalam kehidupan

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB I PENDAHULUAN. Menara Kudus), Jilid II, hlm Departemen Agama RI, Al-Qur an dan Terjemahnya, (Kudus:

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan dunia hampir di semua aspek kehidupan manusia, berkembang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Deden Rahmat Hidayat,2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB V PEMBAHASAN A. Pembahasan Profil Kemampuan Penalaran Matematis dan Keterampilan Sosial Siswa Dalam Pembelajaran Connected Mathematics Project (CMP) Ditinjau dari Kemampuan Matematika Siswa Telah dijelaskan sebelumnya bahwa tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan mengenai profil kemampuan penalaran matematis dan keterampilan sosial siswa melalui pembelajaran Connected Mathematics Project (CMP) ditinjau dari kemampuan matematika siswa. Oleh karena itu, mengacu hasil analisis data dari hasil tes, hasil wawancara, dan hasil observasi yang dilakukan, diketahui bahwa keempat subjek penelitian yang mewakili dua kelompok siswa dengan kemampuan matematika yang berbeda memiliki profil kemampuan penalaran matematis dan keterampilan sosial yang berbeda pula. Berikut merupakan pembahasan dari hasil analisis yang telah dilakukan pada bab sebelumnya. 1. Profil Kemampuan Penalaran Matematis Siswa Dalam Pembelajaran Connected Mathematics Project (CMP) pada Siswa yang Memiliki Kemampuan Matematika Tinggi S1 dan S2 diketahui bahwa S1 dan S2 terdapat perbedaan dalam mengajukan dugaan. S1 mampu mengajukan dugaan secara tertulis dan pada saat wawancara, S1 juga mampu menjelaskan alasan dugaannya secara logis. Sedangkan S2 hanya mampu menuliskan dugaannya pada lembar jawaban, namun pada saat wawancara S2 tidak mampu menjelaskan alasan dugaannya. Pada indikator menentukan pola atau sifat dari gejala matematis untuk membuat generalisasi, S1 dan S2 mampu menuliskan dan menjelaskan konsep untuk menyelesaikan masalah yang diberikan. Kedua subjek sama-sama menggunakan konsep keliling persegipanjang. Pada indikator melakukan manipulasi, S1 dan S2 mampu menuliskan dan menjelaskan langkah-langkah penyelesaian sesuai dengan konsep yang telah dibuat sampai diperoleh hasil akhir yang 95

96 benar dan sesuai dengan hasil dugaaan yang disampaikan sebelumnya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kedua siswa telah melakukan penalaran matematis dengan baik. Hal ini sesuai dengan definisi yang tercantum pada Math Glossary yang mendefinisikan bahwa terdapat dua hal yang harus dimiliki siswa dalam melakukan penalaran matematis yaitu kemampuan menjalankan prosedural penyelesaian masalah secara matematis dan kemampuan menjelaskan atau memberikan alasan atas penyelesaian yang dilakukan 1. Pada indikator menarik kesimpulan, S1 dan S2 tidak menuliskan kesimpulan pada lembar jawaban, namun saat wawancara S1 dan S2 mampu menyatakan kesimpulan dengan lengkap dari masalah yang diberikan. Kedua subjek belum mampu mencapai indikator memeriksa kesahihan suatu argumen dan menyusun bukti terhadap kebenaran solusi. Hal ini ditandai dengan ketika kedua subjek diminta untuk memeriksa kembali hasil yang diperoleh, kedua subjek tidak membuktikan kebenarannya. Kedua subjek hanya menyatakan bahwa mereka telah memeriksa perhitungannya dari awal hingga akhir. Berdasarkan uraian tersebut diketahui bahwa siswa dengan kemampuan matematika tinggi mampu mencapai 4 indikator dari 5 indikator kemampuan penalaran yang digunakan oleh peneliti. 2. Profil Kemampuan Penalaran Matematis Siswa Dalam Pembelajaran Connected Mathematics Project (CMP) pada Siswa yang Memiliki Kemampuan Matematika Sedang S3 dan S4 diketahui bahwa S3 dan S4 belum mampu mengajukan dugaan atau jawaban sementara dari masalah yang diberikan. Pada indikator menentukan pola atau sifat dari gejala matematis untuk membuat generalisasi, siswa S3 dan S4 tidak menuliskan konsep secara lengkap pada lembar jawaban, namun S3 dan S4 mampu menjelaskan konsep yang digunakan untuk menyelesaikan masalah yang diberikan. Kedua subjek menggunakan konsep keliling persegipanjang. Pada indikator 1 Sastrosudirjo, S.S. Hubungan Kemampuan Penalaran dan Prestasi Belajar untuk Siswa SMP, Jurnal Kependidikan. Vol 18 No.1, IKIP Yogyakarta 1988. 78.

97 melakukan manipulasi, kedua subjek mampu menuliskan dan menjelaskan langkah-langkah penyelesaian sesuai dengan konsep yang telah dibuat sampai diperoleh hasil akhir yang benar. Pada indikator menarik kesimpulan, S3 dan S4 belum menarik kesimpulan dengan lengkap. Meskipun kesimpulan yang dibuat oleh S3 dan S4 belum lengkap, namun kedua subjek telah melakukan manipulasi matematika dengan baik sehingga diperoleh hasil akhir yang benar. Sehingga dikatakan bahwa S3 dan S4 telah melakukan penalaran matematis sesuai dengan pendapat Thontowi yang menyatakan bahwa penalaran matematis adalah proses berpikir secara logis dalam menghadapi problem dengan mengikuti ketentuan-ketentuan yang ada. Dalam proses penalaran matematis diakhiri dengan memperoleh kesimpulan berupa pengetahuan 2. Namun, S3 dan S4 belum mampu mencapai indikator memeriksa kesahihan suatu argumen dan menyusun bukti terhadap kebenaran solusi. Kedua subjek belum mampu membuktikan kebenaran hasil akhir yang diperoleh. Berdasarkan uraian tersebut diketahui bahwa siswa dengan kemampuan matematika yang sedang hanya mampu memenuhi 2 indikator dari 5 indikator kemampuan penalaran matematis, yaitu menentukan pola atau sifat dari gejala matematis untuk membuat generalisasi dan melakukan manipulasi matematika. 3. Profil Keterampilan Sosial Siswa Dalam Pembelajaran Connected Mathematics Project (CMP) pada Siswa yang Memiliki Kemampuan Matematika Tinggi S1 dan S2 diketahui bahwa S1 memiliki keterampilan bertanya yang baik. Hal ini ditandai dengan subjek berani bertanya kepada guru dengan bahasa yang sopan dan pertanyaan sesuai dengan materi. Sedangkan S2 memiliki keterampilan bertanya yang cukup. S2 berani bertanya, tetapi pertanyaan tidak sesuai 2 Susanti, E., Meningkatkan penalaran siswa melalui koneksi matematika. Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY, (Yogyakarta: UNY Press, 2012), 289-296.

98 dengan materi. S1 dan S2 memiliki kemampuan menjawab pertanyaan dengan cukup. Kedua subjek berani menjawab pertanyaan dari guru dengan bahasa yang sopan, namun jawaban yang disampaikan kedua subjek belum tepat. Pada indikator kemampuan menyatakan pendapat atau ide, S1 dan S2 memiliki kemampuan yang baik. Hal ini ditandai dengan S1 berani menyatakan pendapat tentang cara mencari keliling persegipanjang dan pada saat wawancara, S1 juga mampu menyatakan bahwa ada cara dan jawabanlain untuk menyelesaikan masalah yang diberikan. Sedangkan S2 mampu menyatakan jawaban lain dari masalah yang diberikan. Pada indikator menghargai pendapat orang lain, S1 dan S2 memiliki kemampuan yang baik. Kedua subjek bisa menerima dan menghargai pendapat teman yang salah dan berani membenarkan dengan sopan. Pada indikator kemampuan bekerjasama dalam kelompok, S1 dan S2 memiliki kemampuan yang baik. S1 dan S2 mampu menyelesaikan tugas kelompok dengan benar dan tepat waktu. Berdasarkan keterampilan sosial yang dimiliki S1 dan S2 dapat diketahui bahwa kedua subjek memiliki motif keingintahuan yang tinggi pada mata pelajaran matematika. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan Puji Astuti bahwa motif keingintahuan siswa yang besar pada suatu pelajaran, akan dapat dilihat dari pada semangatnya mengikuti pelajaran, salah satunya ialah kebiasaannya mengajukan pertanyaan dan mengemukakan gagasan 3. 4. Profil Keterampilan Sosial Siswa Dalam Pembelajaran Connected Mathematics Project (CMP) pada Siswa yang Memiliki Kemampuan Matematika Sedang S3 dan S4 diketahui bahwa S3 dan S4 memiliki keterampilan bertanya yang kurang. Selama pembelajaran, kedua subjek tidak bertanya kepada guru. Dengan kurangnya minat bertanya, kedua subjek dapat dikatakan lamban dalam belajar matematika. Hal ini sesuai dengan pernyataan Puji Astuti yang 3 Parera, Josh Daniel, Keterampilan Bertanya dan Menjelaskan, (Jakarta:Erlangga, 1993), 34.

99 menyatakan bahwa siswa yang tidak banyak mengajukan pertanyaan-pertanyaan, kurang berkeinginan untuk mengikuti jawabannya, siswa yang kurang berinisiatif untuk mengajukan pertanyaan yang belum dipahaminya cenderung merupakan siswa yang lamban belajar 4. S3 memiliki keterampilan menjawab yang cukup yang ditandai dengan S3 mampu menjawab pertanyaan guru dengan bahasa yang sopan tetapi jawaban yang disampaikan belum benar. Sedangkan S4 berani menjawab pertanyaan dari guru dengan bahasa yang sopan dan jawaban yang disampaikan benar sehingga S4 memiliki keterampilan bertanya yang baik. Pada indikator kemampuan menyatakan pendapat atau ide, S3 berani menyatakan pendapat tentang cara menemukan luas persegipanjang.. Sedangkan S4 menyatakan pendapat tentang besar sudut pada persegipanjang. Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan bahwa kedua subjek memiliki kemampuan menyatakan pendapat atau ide yang baik. Pada indikator menghargai pendapat orang lain, S3 memiliki kemampuan yang baik dan S4 memiliki kemampuan yang cukup. S3 mampu menghargai pendapat teman yang salah dan berani membenarkan dengan sopan. Sedangkan S4 menghargai pendapat teman yang salah, tetapi tidak berani membenarkan. Pada indikator kemampuan bekerjasama dalam kelompok, S3 dan S4 memiliki kemampuan yang sangat baik. Kedua subjek mampu menyelesaikan tugas kelompok dengan benar dan tepat waktu. B. Diskusi Hasil Penelitian Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan hasil penelitian tentang kemampuan penalaran matematis dan keterampilan sosial siswa melalui pembelajaran Connected Mathematics Project (CMP) ditinjau dari kemampuan matematika siswa, dapat dilihat bahwa siswa dengan kemampuan matematika tinggi memiliki kemampuan penalaran matematis yang sedang. Siswa dengan kemampuan matematika tinggi mampu mencapai 4 indikator kemampuan penalaran matematis, yaitu: mengajukan 4 Puji Astuti, Menumbuhkan Keberanian Siswa Untuk Aktif Dalam Pembelajaran, diakses dari https://poojetz.wordpress.com, pada tanggal 15 September 2017.

100 dugaan, menentukan pola atau sifat dari gejala matematis untuk membuat generalisasi, melakukan manipulasi matematika, dan menarik kesimpulan dari pernyataan. Sedangkan siswa dengan kemampuan matematika sedaang hanya mampu mencapai 2 indikator kemampuan penalaran matematis, yaitu menentukan pola atau sifat dari gejala matematis untuk membuat generalisasi dan melakukan manipulasi matematika menarik kesimpulan dari pernyataan. Hal ini menunjukkan bahwa siswa dengan kemampuan matematika tinggi memiliki kemampuan penalaran matematis yang lebih baik daripada siswa dengan kemampuan matematika sedang. Siswa dengan kemampuan matematika tinggi dan sedang, sama-sama belum mampu mencapai indikator kemampuan penalaran matematis memeriksa keshahihan suatu argumen dan memberikan alasan atau bukti terhadap kebenaran solusi. Keempat subjek ketika diminta untuk memeriksa dan membuktikan kebenaran atas jawaban yang diperoleh, mereka hanya memeriksa perhitungan dari awal sampai akhir. Namun, keempat subjek sudah mampu membuat konsep dan menyelesaikan masalah yang diberikan sesuai konsep yang telah mereka buat. Hal ini menunjukkan bahwa siswa mampu memahami masalah yang diberikan dengan baik. Untuk keterampilan sosial siswa dengan kemampuan matematika tinggi dan sedang, terdapat perbedaan adanya minat atau rasa keingintahuan pada pelajaran matematika. Siswa dengan kemampuan matematika tinggi memiliki minat keingintahuan yang tinggi, sedangkan siswa dengan kemampuan matematika sedang kurang memiliki rasa ingin tahu. Hal ini dapat dilihat ketika proses pembelajaran, siswa dengan kemampuan matematika tinggi berani bertanya kepada guru sedangkan siswa dengan kemampuan matematika rendah tidak terlihat mengajukan pertanyaan kepada guru. Namun, keempat subjek memiliki kemampuan menyatakan pendapat atau ide yang baik. Siswa juga mampu menghargai pendapat orang lain dengan baik. Ada siswa yang berani membenarkan pendapat temannya yang salah dengan bahasa yang sopan yang tidak menyinggung perasaan orang lain. Siswa juga mampu bekerjasama dalam kelompok dengan baik yang ditandai dengan siswa mampu menyelesaikan tugas kelompok dengan baik dan tepat waktu.