BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2010, sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes melitus adalah penyakit tidak menular yang bersifat kronis dan

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2007 menjadi 2,1 pada tahun 2013 (Riskesdas, 2013). Hasil riset tersebut

BAB I PENDAHULUAN. hidup secara tidak langsung menyebabkan manusia terus-menerus dihadapkan

BAB I PENDAHULUAN. DM tipe 1 (kurangnya sekresi insulin) dan tipe 2 (gabungan antara resistensi

BAB 1 PENDAHULUAN. berlebihnya asupan nutrisi dibandingkan dengan kebutuhan tubuh sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut American Diabetes Association (ADA), diabetes melitus (DM)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. intervensi), Kelompok II sebagai kontrol positif (diinduksi STZ+NA),

BAB I PENDAHULUAN. tingginya penyakit infeksi seperti thypus abdominalis, TBC dan diare, di sisi lain

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi yang semakin maju, terjadi pergeseran dan perubahan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Radikal bebas merupakan salah satu penyebab timbulnya berbagai penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes melitus merupakan suatu penyakit kronis yang ditandai oleh

BAB I PENDAHULUAN. Klasifikasi diabetes mellitus menurut ADA (2005) antara lain diabetes mellitus

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu 4 (LPPT 4) Universitas

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan, manusia amat tergantung kepada alam sekeliling. Yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik karbohidrat, yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. transparansinya. Katarak merupakan penyebab terbanyak gangguan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. diinduksi aloksan, dengan perlakuan pemberian ekstrak Buah Jambu Biji (Psidium

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tantangan dalam bidang kesehatan di beberapa negara (Chen et al., 2011).

BAB I. PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Diabetes mellitus (DM) adalah penyakit degeneratif yang merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu penyakit degeneratif yang

BAB 1 PENDAHULUAN. digunakan dalam jumlah kecil karena memiliki tingkat kemanisan yang tinggi,

BAB I PENDAHULUAN. sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya (American Diabetes

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB VI PEMBAHASAN Pengaruh pemberian ekstrak etanol daun salam terhadap kadar GDS. absolut (DM tipe 1) atau secara relatif (DM tipe 2).

BAB I PENDAHULUAN. mengidap penyakit ini, baik kaya, miskin, muda, ataupun tua (Hembing, 2004).

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. membunuh serangga (Heller, 2010). Sebanyak dua juta ton pestisida telah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB V PEMBAHASAN. STZ merupakan bahan toksik yang dapat merusak sel ß pankreas secara langsung.

BAB VI PEMBAHASAN. salam dapat menurunkan ekspresi kolagen mesangial tikus Sprague dawley DM.

ditandai oleh poliuria, polidipsia, penurunan berat badan walaupun terjadi polifagia (peningkatan nafsu makan), hiperglikemia, glikosuria, ketosis,

BAB I PENDAHULUAN. bidang obstetri, karena merupakan penyulit 2% sampai 20% dari semua

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jumlah penderita diabetes mellitus (DM) di Indonesia menurut World Health

I. PENDAHULUAN. semakin meningkat. Prevalensi DM global pada tahun 2012 adalah 371 juta dan

I. PENDAHULUAN. masalah utama dalam dunia kesehatan di Indonesia. Menurut American. Diabetes Association (ADA) 2010, diabetes melitus merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. bahwa, penderita diabetes mellitus di Indonesia pada tahun 2013 yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 1) DM tipe I atau Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM) Adanya kerusakan sel β pancreas akibat autoimun yang umumnya

I. PENDAHULUAN. Roundup adalah herbisida yang menggunakan bahan aktif glifosat yang banyak

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan kadar glukosa dalam darah. Pengobatan diabetes melitus dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, berbagai macam penyakit degeneratif semakin berkembang pesat dikalangan masyarakat.

TINJAUAN PUSTAKA Organ Hati Hati adalah organ terbesar dalam tubuh, yaitu sekitar 2.5% dari berat badan orang dewasa (Rodney dan Tanner 2004).

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan pemberian ekstak biji klabet (Trigonella foenum-graecum L) secara oral

4. PEMBAHASAN 4.1. Formulasi Cookies

BAB I PENDAHULUAN. Aktifitas fisik merupakan kegiatan hidup yang dikembangkan dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. kelainan pada sekresi insulin, kerja insulin atau bahkan keduanya. Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1,5 juta kasus kematian disebabkan langsung oleh diabetes pada tahun 2012.

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB VI PEMBAHASAN. Kadar trigliserida dan kolesterol VLDL pada kelompok kontrol

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. manusia dari semua kelompok usia dan ras. Jong (2005) berpendapat bahwa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam air, tidak berbau dan sangat manis. Pemanis buatan ini mempunyai tingkat kemanisan 550

BAB I PENDAHULUAN. DM yaitu DM tipe-1 dan DM tipe-2. Diabetes tipe-1 terutama disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan, termasuk di bidang kedokteran, salah satunya adalah ilmu Anti Aging

BAB I PENDAHULUAN. ketidakmampuan sel tubuh yang memiliki reseptor insulin untuk mengoksidasi

Bab IV Hasil dan Pembahasan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Penelitian Pengaruh ekstrak jahe terhadap jumlah spermatozoa mencit yang terpapar 2-ME

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit kronis yang dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. banyak ditemukan di lingkungan (WHO, 2010). Logam plumbum disebut non

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 4 HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Molekul ini sangat reaktif sehingga dapat menyerang makromolekul sel seperti lipid,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. mengurangi kualitas dan angka harapan hidup. Menurut laporan status global

BAB I PENDAHULUAN. Transisi epidemiologi yang terjadi di dunia saat ini telah mengakibatkan UKDW

Patogenesis Diabetes Melitus Tipe 2

BAB I PENDAHULUAN. Secara global, prevalensi penderita diabetes melitus di Indonesia

I. PENDAHULUAN. tingkat gen akan kehilangan kendali normal atas pertumbuhannya. Tumor

HASIL DAN PEMBAHASAN. Nilai Karbohidrat dan Kalori Ransum, Madu dan Kayu Manis

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. seperti kurang berolahraga dan pola makan yang tidak sehat dan berlebihan serta

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1.1. LATAR BELAKANG MASALAH

Penyakit diabetes mellitus digolongkan menjadi dua yaitu diabetes tipe I dan diabetes tipe II, yang mana pada dasarnya diabetes tipe I disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Merokok merupakan suatu masalah kesehatan pada masyarakat dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari emisi pembakaran bahan bakar bertimbal. Pelepasan timbal oksida ke

BAB I PENDAHULUAN. 2,3% pada penduduk berusia lebih dari 15 tahun. Diperkirakan pada tahun

Di seluruh dunia dan Amerika, dihasilkan per kapita peningkatan konsumsi fruktosa bersamaan dengan kenaikan dramatis dalam prevalensi obesitas.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 LANDASAN TEORI 2.1.1 Diabetes Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2010, Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. Tabel 2 Konsensus Pengendalian dan Pencegahan DM di Indonesia (Parkeni,2011) Di dalam kelenjar pankreas terdapat kumpulan sel yang berbentuk seperti pulau yang disebut pulau-pulau Langerhans yang berisi sel beta 7

8 yang mengeluarkan hormon insulin. Secara fisiologis, hormon insulin dikeluarkan sebagai respon terhadap peningkatan kadar gula dalam darah. Insulin diibarat anak kunci yang dapat membuka pintu masuknya glukosa dalam sel, yang kemudian akan dimetabolisme menjadi tenaga. Insulin juga berperan mengkonversi glukosa menjadi glikogen sebagai cadangan di sel otot dan hepar. Dengan ini, kadar gula darah tetap dalam keadaan normal (Parkeni,2011). Gambar 1. Etiologi dan Progresivitas DM tipe 2 (Jaya,2014) Resistensi insulin berperan penting dalam patogenesis DM tipe 2. Resistensi insulin didefinisikan sebagai munculnya respons biologis / gejala klinis akibat meningkatnya kadar insulin. Hal ini sering dikaitkan dengan terganggunya sensitivitas jaringan terhadap insulin yang diperantarai glukosa (Wilcox, 2005). Manifestasi klinis dari resistensi insulin, intoleransi glukosa dan hiperinsulinemia, adalah konsekuensi dari ketidakmampuan insulin untuk merangsang

9 penyerapan glukosa dalam jaringan target insulin, seperti otot dan lemak (Garvey et al, 2004). Glucose transporter type 4 (GLUT-4) adalah transporter glukosa yang utama terletak pada sel otot dan sel lemak. Penelitian pada tikus yang salah satu allele gen GLUT-4 nya dirusak menghasilkan resistensi insulin yang parah (Kahn, Shepherd, 2012). Pentingnya GLUT-4 dalam homeostasis glukosa ditunjukkan melalui penelitian pada tikus di mana satu alel dari GLUT-4 gen diganggu. Tikus-tikus ini mengalami pengurangan 50 persen konsentrasi GLUT-4 pada otot rangka, jantung, dan sel lemak, dan mereka mengalami resistensi insulin berat, diabetes berkembang pada setidaknya setengah tikus jantan (Sheperd et al, 1999). Pada sel otot dan sel lemak normal, GLUT-4 didaur ulang antara membran plasma dan vesikel penyimpanan intraseluler. GLUT-4 berbeda dari transporter glukosa lain, yaitu sekitar 90 persen terletak di intrasel saat kondisi tidak ada rangsang insulin atau rangsangan lain seperti olahraga (Sheperd et al, 1999) Dengan adanya insulin atau stimulus lain, keseimbangan dari proses daur ulang ini diubah untuk mendukung translokasi GLUT-4 dari vesikel penyimpanan intraseluler ke arah membran plasma, dan juga ke tubulus transversa pada sel otot. Efeknya adalah peningkatan kecepatan maksimal

10 transpor glukosa ke dalam sel. (Sheperd et al, 1999; Shulman, 2000). Shulman, 2000 melaporkan bahwa stress oksidatif menjadi dasar patomekanisme dari resistensi insulin dan DM tipe II (Meigh B, et al, 2007). Salah satu penelitian menyebutkan bahwa penurunan transport glukosa ke dalam sel adalah akibat dari metabolisme free fatty acid, yang produk akhirnya adalah ROS, secara langsung mempengaruhi aktivitas GLUT-4. 2.1.2 Radikal bebas dan stress oksidatif Stress oksidatif merupakan kondisi dimana produksi radikal bebas melebihi kapasitas antioksidan dalam tubuh sehingga akan mengarahkan pada oksidasi molekul penting dalam tubuh dan mengakibatkan kerusakan diberbagai jaringan. Peningatan ROS dalam mitokondria akan meningkatkan pembentukan ekspresi tumor necrosis factor α (TNF α) dan sitokin lainnya. TNF α akan merubah kerja pankreas diantaranya mengakibatkan resistensi insulin, menurunkan sensifitas insulin yang kemudian akan mengakibatkan terjadinya kondisi hyperglikemia dan perubahan lainnya melalui penurunan autofosforilasi dari reseptor insulin. Selanjutnya akan terjadi perubahan reseptor insulin subtrat1 menjadi inhibitor insulin reseptor tyrosine kinase activity, perubahan yang terjadi akan menurunkan kemampuan dari GLUT-4 yang mengakibatkan diabetes. Stress oksidatif merupakan modulator yang penting dalam

11 patogenesis komplikasi vascular diabetes, penyakit arteriosklerosis perifer, dan teratogenesis (Hendromartono, 2000). Reactive oxygen species (ROS) disebut juga radikal bebas adalah senyawa oksigen yang tidak stabil dan sangat reaktif karena mengandung satu elektron atau lebih yang tidak berpasangan pada orbital terluarnya. Demi mencapai kestabilan atom atau molekulnya, ROS cenderung menarik elektron dari molekul-molekul penting disekitarnya seperti protein, lipid, dan DNA untuk memperoleh pasangan elektron. Radikal bebas berasal dari hasil metabolisme normal sel-sel tubuh, ROS memiliki efek menguntungkan dan merugikan. Efek menguntungkan radikal bebas ketika konsentrasinya dalam tubuh berada pada tingkatan rendah hingga sedang. Hal ini berkaitan dengan hasil dari proses fisiologis dalam respon selular terhadap bahan-bahan yang merugikan seperti pada pertahanan diri saat terinfeksi, induksi respon mitogenik dan sejumlah fungsi system sinyal selular (valko et al., 2006). Efek merugikan radikal bebas dapat menyebabkan kerusakan yang disebut juga stress oksidatif (kovaci,2001).

12 Gambar 2. Kerusakan Akibat ROS ( Kohen dan Nyska, 2002) Superoksida adalah radikal radikal bebas yang sangat reaktif dan merupakan inisiator reaksi berantai yang sangat kuat. Radikal superoksida terbentuk salah satunya berasal dari mekanisme autookisdasi glukosa. Autooksidasi glukosa berkaitan dengan mekanisme pembentukan protein glikasi mekanisme tersebut menghasilkan advance glycosylation end products (AGEs) yang merupakan penanda terjadinya modifikasi protein. Pada penderita diabetes akan terjadi peningkatan akumulasi AGEs di jaringan yang mengakibatkan peningkatan pembentukan radikal bebas. Kemudian radikal bebas yang terbentuk berperan dalam peningkatan stress oksidatif di dalam tubuh (Bambang Setiawan, 2005). 2.1.3 Antioksidan dan Superoksida dismutase (SOD)

13 Sehubungan dengan potensi toksisitas senyawa radikal bebas, tubuh memiliki mekanisme sistem pertahanan alami berupa enzim antioksidan endogen yang berfungsi menetralkan dan mempercepat degradasi senyawa radikal bebas untuk mencegah kerusakan komponen makromolekul sel 2007). Sistem ini dibagi dalam dua kelompok besar yaitu: sistem pertahanan preventif seperti enzim superoksida dismutase, katalase, dan glutation peroksidase (Valko et al. 2007) dan sistem pertahanan melalui pemutusan reaksi radikal seperti isoflavon, vitamin A, vitamin C, dan vitamin E (Suarsana et al, 2013). Gambar 3. fisiologi pembentukan dan katalisasi radikal bebas (Jauniaux dkk,2004) Tubuh memiliki tiga ensim antioksidan intrasel atau antioksidan endogen, yaitu superoksida dismutase (SOD), glutation peroksidade

14 (GPx) dan katalse (Cat). SOD merupakan salah satu antioksidan endogen yang berfungsi mengkatalisis reaksi dismutasi radikal bebas anion superoksida (O2 - ) menjadi hidrogen peroksida dan molekul oksigen (Halliwell 2006 dalam Suarsana, et al., 2013). Pada mamalia terdapat 2 bentuk SOD yaitu: a. Bentuk CuZn-SOD yang berada di dalam sitoplasma; b. Bentuk Mn-SOD yang terdapat di dalam matriks SOD merupakan pertahanan primer terhadap stress oksidtif. Banyak penelitian untuk mengetahui fungsi SOD diantaranya dapat menghambat kerusakan rantai DNA yang diinduksi oleh suproksida, berperan dalam pertahanan sel melawan efek toksik radikal oksigen, sebagai agen penghambat inflamantori dengan cara menurunkan pelepasan prostaglandin, tromboksan dan leukotrine dari hasil peroksidasi lipid (Nurhayati et al, 2011). 2.1.4 Kayu manis (Cinnamomum burmanii) Kayu manis merupakan tanaman yang berasal dari Sri langka namun telah banyak dijumpai dan dibudidayakan di Indonesai. Jenis kayu manis yang banyak dijumpai keberadaanya di Indonesia adalah Cinnamomum burmanii. Kayu manis merupakan tanaman yang tumbuh musiman didaerah bersuhu 10-23 o C dan pada ketinggian 600-1200 mdpl. panjangnya sekitar 9-12cm dan lebarnya 3,-5,4cm

15 tergantung jenisnya, warna pucuknya kemerahan, sedangkan daun tuanya hijau tua. Gambar 4. Kayu manis Klasifikasi morfologi kayu manis adalah : Kingdom : Plantae Divisi : Gymnospermae Subdivisi : Spermatophyta Kelas : Dicotyledonae Subkelas : Dialypetalae Ordo : Policarpicae Famili : Lauraceae Genus : Cinnamomum Spesies : Cinnamomum burmanii Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ravidran, 2004 kandungan pada batang kayu manis terdiri : abu (2,4%), protein (3,5%) lemak (4%), serat (33%), karbohidrat (52%) dan energi sebesar 285 Kcal/100g. Kandungan mineral di dalam kayu manis terdiri zat besi (7.0 mg/g) zinc (2,6 mg/g) kalsium (83,8mg/g)

16 chromium (0,4 mg/g), mangan(20,1 mg/g), magnesium(85,5 mg/g), kalium ((134,7 mg/g) dan fosfar (42,2 mg/g). Berdasarkan uji fitokimia kayu manis memiliki kandungan, cinammaldehid, cinnamic acid, cinnamate, essential oil, flavonoid golongan polifenol yang terdiri dari quarcetin, kaemphrol, dan catechin (Medagama, 2015). Polifenol yang merupakan doubly linked procyanidin type-a ini memiliki aktivitas mirip dengan insulin ( insulin mimetic) dan termasuk bagian dari catechin atau epicatechin, yang selanjutnya disebut sebagai methylhyroxychalcinepolymer MHCP atau cinnamtannin B1. (Shofiati,2013). Methylhydroxychalcone polymer (MHCP) yang terkandung dalam kayu manis menunjukkan peningkatan aktivitas insulin lebih dari 20 kali dibandingkan dengan komponen lain. MHCP berperan menstimulasi peningkatan autofosforilasi dan menurunkan defosforilasi reseptor insulin sehingga terjadi peningkatan sensivitas insulin, pengambilan glukosa, menghambat aktivitas glikogen sintase-3 ß dan mengaktifkan glikogen sintase (Imparl-Radosevich J, 1998 dalam Medagama, 2015). Selain itu, kandungan cinnamate dapat menghambat aktivitas HMG-CoA reduktase hepar dan menurunkan peroksidasi lipid di hepar. Dilaporkan juga kayu manis dapat berfungsi sebagai hepatoprotektor karena mampu menurunkan kadar malonilaldehyde (MDA) dan

17 meningkatkan kadar superoksida dismutase (SOD) dan catalase (CAT) (Shofiati,2013). 2.1.5 Streptozotocin dan Nicotinamide Streptozotocin (STZ) merupakan agen diabetes yang mempunyai efek toksik selektif pada sel ß pancreas dikarenakan afinitasnya yang tinggi pada membran sel ß (Battell ML et al, 1999 dalam Ghasemi et al, 2014). Streptozotocin (STZ) mengikat oksidasi glukosa, menurunkan sintesis dan sekresi insulin, serta mengganggu transport glukosa dan aktivitas glukokinase (Szkudelski T, 2001 dalam Ghasemi et al, 2014). Sedangkan Nicotinamide (NA) adalah agen scavenger terhadap radikal bebas memiliki peran sebagai cytoprotective agent yang menghambat apoptosis dan degradasi DNA serta meningkatkan regenerasi sel ß (Maiese, et al., 2009). Induksi tikus dengan pemberian STZ+NA telah diuji dapat menghasilkan model tikus diabetes DM tipe 2 non obesitas yang cocok untuk penelitian farmakologi dan biokimia mengenai potensi anti diabetes pada bahan alam. (masiello et al, 1998 dalam Ghasemi et al, 2014). Tikus diabetes dengan induksi STZ+NA memilki beberapa karakteristik diantaranya keadaan hiperglikemia dalam kategori sedang sehingga tidak membutuhkan insulin eksogen untuk bertahan hidup, intoleransi glukosa terjadi

18 gangguan sekresi insulin karena penurunan produksi insulin oleh pannkreas sekitar 60%, responsif terhadap sulfonylurea (tolbutamine dan glibenklamid) dan glukosa, polifagia dan polidipsi. Keunggulan menggunakan metode induksi STZ dan NA adalah lebih mudah, hiperglikemia stabil, menghasilkan model tikus diabetes yang cocok untuk menilai efektifitas potensi baru agen antidiabetes, resiko kematian tikus minimal. Pada penelitian ini pemberian STZ+NA yang diinduksikan pada tikus strain sparague dowley dengan dosis NA 120 mg/kgbb secara intraperitoneal dan STZ 60 mg/kgbb secara intravena injeksi dilakukan dengan jeda waktu 15 menit (Ghasemi, et al., 2014).

19 2.2 KERANGKA TEORI Hiperglikemi metabolisme tubuh Percepatan pembentukan ROS melalui Autooksidasi glukosa, protein glikasi AGEs di jaringan pembentukan radikal bebas (anion superoksida ) TNF α di mitokondria Stress Oksidatif Kerusakan sel β pankreas sensivitas dan resistensi insulin Kayu manis (cinnamomum burmanii) kadar SOD di dalam tubuh Diabetes (Widowati, 2008; Winarsi, 2007)

20 2.3 KERANGKA KONSEP Tikus diabetes yang diinduksi STZ+NA Peningkatan kadar superoksida dismutase (SOD) Infusa batang kayu manis (Cinammon burmanii) 2.4 HIPOTESIS H0 : Tidak terdapat peningkatan aktivitas superoksida dismutase pada tikus diabetes yang diberi infusa kayu manis. H1 : Terdapat peningkatan aktivitas superoksida dismutase pada tikus diabetes yang diberi infusa kayu manis.