eksternal karena laporan keuangan yang belum diaudit kurang dipercaya kewajarannya oleh pihak-pihak yang berkepentingan. Ada kemungkinan bahwa

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. (Ikatan Akuntan Indonesia, 2009:1). Tujuan laporan keuangan menurut Ikatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring perkembangan perusahaan-perusahaan yang go publik, maka makin

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan berkembangnya perusahaan go public di Indonesia. Perusahaan go

BAB I PENDAHULUAN. mungkin dapat tertutupi hanya dengan mengandalkan sumber daya internal. Salah

BAB I PENDAHULUAN. pengguna laporan keuangan dalam pembuatan keputusan ekonomi (Ikatan

BAB 1 PENDAHULUAN. pihak (Halim, 2001). Banyak pihak seperti manajemen, pemegang saham,

BAB I PENDAHULUAN. pengambilan keputusan bagi Manajer maupun Stakeholder. Sehingga pada

BAB I PENDAHULUAN. posisi keuangan serta kinerja perusahaan. Informasi ini digunakan untuk keperluan

BAB I PENDAHULUAN. membuat informasi yang terkandung di dalam laporan keuangan bermanfaat bagi sejumlah besar

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia sebagai perusahaan go public. Sehingga perkembangan perusahaan go

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan salah satu instrumen penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peranan dalam proses pengukuran dan penilaian kinerja suatu

BAB I PENDAHULUAN. sengit. Tidak sedikit perusahaan yang berlomba-lomba menarik perhatian investor

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai kepentingan atas informasi tersebut (Belkaui dalam Wicaksono,

keberlangsungan suatu perusahaan, terutama perusahaan-perusahaan go public. Peningkatan jumlah perusahaan go public diikuti dengan tingginya

Abstrak. Kata kunci: audit report lag, audit tenure ukuran kantor akuntan publik, dan spesialisasi auditor.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang penelitian. Meningkatnya bisnis investasi di pasar modal Indonesia saat ini,

1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN. Informasi akuntansi yang tercantum dalam laporan keuangan haruslah

BAB I PENDAHULUAN. sebagai salah satu alat ukur untuk melihat baik atau buruknya kinerja sebuah

BAB I PENDAHULUAN. utama dalam memberikan informasi keuangan perusahaan kepada pihak-pihak

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin meningkat. Hasil audit atas perusahaan publik mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. miliki serta kinerjanya kepada calon investor, calon kreditor, dan para

BAB I PENDAHULUAN. proses pengukuran dan penilaian kinerja suatu perusahaan. Menurut Kieso

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia keuangan di Indonesia kini berkembang pesat.

BAB 1 PENDAHULUAN. aktivitas perusahaan kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Dalam hal ini

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perusahaan publik di Indonesia telah mengalami perkembangan yang pesat.

BAB I PENDAHULUAN. informasi yang memadai, akurat, dan tepat waktu kepada stakeholders harus

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan merupakan salah satu alat yang penting dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu perusahaan. Sehingga banyaknya perusahaan yang go public membuat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. menjalankan fungsi pasar modal (Owusu, 2006). Perusahaan go public di

BAB I PENDAHULUAN. dalam pelaporan keuangan adalah laporan keuangan itu sendiri. Menurut Belkaui

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya jumlah perusahaan go public pada Bursa Efek Indonesia (BEI).

BAB I PENDAHULUAN. atau merupakan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Audit Laporan Keuangan bertujuan untuk memberikan pendapat mengenai

BAB 1 PENDAHULUAN. menanam modalnya pada perusahaan-perusahaan yang go public. Semua

BAB 1 PENDAHULUAN. para pengguna laporan keuangan. Pengguna laporan keuangan terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Laporan keuangan merupakan salah satu instrumen penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan merupakan salah satu instrumen penting yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. akuntansi yang akan membantu semua pengguna untuk mengetahui kondisi. baik oleh pihak eksternal maupun pihak internal.

BAB I PENDAHULUAN. pengukuran dan penilaian kinerja suatu perusahaan, terutama perusahaan yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. keuangan tersebut (Sembiring, 2010). Laporan keuangan memiliki peranan

BAB 1 PENDAHULUAN. internal yang mendukung keberlangsungan suatu perusahaan. Setiap perusahaan go

BAB I PENDAHULUAN. auditan yang diaudit oleh auditor independen disebut dengan audit report lag

BAB I PENDAHULUAN. disediakan oleh setiap perusahaan yang go public menjadi salah satu sumber

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan merupakan sarana utama melalui mana informasi

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi yang. pengguna lainnya untuk mengambil keputusan.

BAB I PENDAHULUAN. dapat menentukan keberlangsungan suatu perusahaan (going concern). Laporan keuangan

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan yang sudah go public wajib menyampaikan laporan keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga Keuangan Nomor: KEP-346/BL/2011 Peraturan Nomor X.K.2

BAB I PENDAHULUAN. dibuktikan dengan banyak perusahaan-perusahaan baru yang mulai tumbuh

BAB I PENDAHULUAN. (intern perusahaan) dengan pihak di luar perusahaan. Namun demikian, informasi

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan Go Public adalah perusahaan terbuka yang melakukan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. menuju perdagangan bebas yang semakin memperketat persaingan antar. dengan cara menjual kepemilikan saham perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. pengambilan keputusan, khususnya oleh beberapa pihak seperti kreditor, investor,

BAB I PENDAHULUAN. keuangan. Setiap perusahaan yang go public diwajibkan untuk. yang terdaftar di Badan Pengawas Pasar Modal.

BAB I PENDAHULUAN. public tentu harus mempublikasikan laporan keuangan perusahaan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. keberlangsungan suatu perusahaan, terutama perusahaan-perusahaan yang sudah

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan sumber informasi bagi pihak-pihak diluar

BAB I PENDAHULUAN. dalam pengambilan keputusan. Selain itu laporan keuangan juga berfungsi sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Kerangka Dasar Penyusunan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Laporan keuangan merupakan bagian utama dalam proses pelaporan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelaporan keuangan merupakan cara untuk menyampaikan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan semakin meningkat. Perusahaan go public diwajibkan untuk

BAB I PENDAHULUAN. tepat waktu untuk digunakan dalam pengambilan keputusan.

BAB I PENDAHULUAN. perjanjian perdagangan bebas seperti AFTA (ASEAN Free Trade Area), kemudian ACFTA (ASEAN-China Free Trade Area) serta Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. satunya berdampak pada peningkatan permintaan akan Audit Delay laporan

BAB I PENDAHULUAN. independen mengalami peningkatan. Laporan keuangan merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dewasa ini, kondisi perekonomian di indonesia dapat dilihat dari kondisi

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan bermanfaat bagi pengguna bila disajikan secara akurat

BAB I PENDAHULUAN. kinerja perusahaan dalam suatu periode tertentu. Tujuan dari laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. pengguna lainnya untuk mengambil keputusan (Setiawan, 2013 ).

BAB I PENDAHULUAN. dan dilaksanakan oleh seorang auditor yang sifatnya sebagai jasa pelayanan.

BAB I PENDAHULUAN. keuangan merupakan cara untuk menyampaikan informasi-informasi dan. manajemen perusahaan untuk periode mendatang.

BAB I PENDAHULUAN. pengguna laporan keuangan atau kepada pihak-pihak yang berkepentingan diluar

BAB 1 PENDAHULUAN. ( perusahaan ) sebagai modal. Dalam beberapa tahun belakang ini, pasar modal

BAB 1 PENDAHULUAN. mendorong terciptanya alokasi dana yang efisien. Pasar modal di Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan pasar modal di Indonesia yang semakin berkembang pesat,

BAB I PENDAHULUAN. suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna. Informasi

BAB I PENDAHULUAN. menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2015: 1.3), bahwa tujuan laporan keuangan

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan. Perusahaan di Indonesia khususnya perusahaan yang sudah go public

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan adalah hasil akhir dari proses akuntansi yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. adalah laporan yang memenuhi kriteria dapat dibandingkan (comparability),

BAB I PENDAHULUAN. datang akan semakin tumbuh dan bersaing secara ketat dimana masing-masing

BAB I PENDAHULUAN. pengambilan keputusan. Sehingga informasi yang dihasilkan akan kehilangan

BAB I PENDAHULUAN. tinggi permintaan audit terhadap laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan

- 2 - SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 56 /POJK.04/2015 TENTANG PEMBENTUKAN DAN PEDOMAN PENYUSUNAN PIAGAM UNIT AUDIT INTERNAL

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. mengukur dan menilai kinerja perusahaan serta mendukung keberlangsungan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan yang go public wajib menerbitkan laporan keuangan.

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk kepentingan manajemen perusahaan dan juga digunakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. cost-benefit, dan materialitas. Relevansi informasi keuangan dapat dilihat

BAB I PENDAHULUAN. dunia usaha. Disatu sisi, Indonesia merupakan negara yang memiliki daya

BAB I PENDAHULUAN. Lampiran Keputusan Ketua Bapepam Nomor: KEP- 36/PM/2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. menanamkan modal pada perusahaan tersebut. Untuk memperoleh modal dari

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sektor infrastruktur, utilitas dan transportasi tergolong ke dalam sektor industri jasa di Bursa Efek Indonesia (BEI). Sektor ini merupakan sektor yang bergerak dalam bidang pembangunan dan penyediaan sumber energi, transportasi, telekomunikasi, serta konstruksi non bangunan. Pada akhir periode tahun 2016, perusahaan yang termasuk dalam sektor infrastruktur, utilitas dan transportasi berjumlah 57 perusahaan yang terbagi dalam lima subsektor, yaitu subsektor energi (6 perusahaan), subsektor jalan tol, bandara, pelabuhan dan sejenisnya (3 perusahaan), subsektor telekomunikasi (6 perusahaan), subsektor transportasi (33 perusahaan), dan subsektor konstruksi non bangunan (9 perusahaan) (www.sahamok.com). Salah satu aspek penting untuk mempercepat proses pembangunan ekonomi nasional adalah pembangunan infrastruktur. Infrastruktur memegang peranan penting sebagai salah satu roda pergerakan pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi suatu Negara tidak dapat terlepas dari ketersediaan infrastruktur seperti sarana transportasi, telekomunikasi, sanitasi, dan energi. Fokus pemerintah untuk memacu berbagai pembangunan proyek infrastruktur di tahun Percepatan Pembangunan Nasional membutuhkan dana yang tidak sedikit. Badan Perencana Pembangunan Nasional (Bappenas) menyatakan bahwa biaya pembangunan seluruh sektor infrastruktur hingga tahun 2019 diestimasi mencapai Rp. 5.519,4 triliun. Dari estimasi biaya tersebut, 40,1% atau sebesar Rp. 2.215,6 triliun berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), dan masih jauh untuk dapat menutup anggaran yang dibutuhkan. Di sinilah peran investasi dari sektor swasta harus ditingkatkan agar dapat memenuhi kebutuhan pembiayaan proyek-proyek pembangunan infrastruktur (www.energyworld.co.id). 1

Dengan meningkatnya investasi swasta di Indonesia terutama dalam sektor infrastruktur, tentunya rencana pembangunan proyek-proyek infrastruktur dapat segera dilaksanakan dan diselesaikan. Dari data yang dimiliki oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal dalam periode semester I tahun 2016, realisasi investasi dari sektor infrastruktur mencapai angka Rp 44 triliun terdiri dari 790 proyek investasi penanaman modal asing (PMA) dan 494 proyek investasi penanaman modal dalam negeri (PMDN). Masuknya investasi di sektor infrastruktur akan memberikan pengaruh besar pada pertumbuhan ekonomi. Dari berbagai macam bidang yang memungkinkan masuknya investasi, infrastruktur menjadi bidang yang menjadi prioritas pemerintah. Apalagi pertumbuhan ekonomi sangat tergantung pada kekuatan investasi. Dari segala macam bidang salah satu yang bisa menjadi quick win adalah investasi di bidang infrastruktur (www.liputan6.com). 1.2 Latar Belakang Penelitian Laporan keuangan pada dasarnya merupakan sumber informasi yang digunakan sebagai salah satu dasar pertimbangan dalam pengambilan keputusan ekonomi bagi para penggunanya dan juga sebagai pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Ikatan Akuntan Indonesia (2012) mengemukakan bahwa laporan keuangan merupakan struktur yang menyajikan posisi keuangan dan kinerja keuangan dalam sebuah entitas. Tujuan umum dari laporan keuangan ini adalah penyajian informasi mengenai posisi keuangan (financial position), kinerja keuangan (financial performance), dan arus kas (cash flow) dari entitas yang sangat berguna untuk membuat keputusan ekonomi bagi para penggunanya. Penyusunan dan penyajian laporan keuangan yang dibuat oleh pihak manajeman harus bermanfaat serta dapat dipercaya oleh pengguna laporan keuangan. Oleh karena itu peran pihak ketiga yang kompeten dan independen dibutuhkan untuk melakukan pemeriksaan terhadap laporan keuangan (Al- Thuneibat et al. 2011). Laporan keuangan harus diaudit oleh seorang auditor 2

eksternal karena laporan keuangan yang belum diaudit kurang dipercaya kewajarannya oleh pihak-pihak yang berkepentingan. Ada kemungkinan bahwa laporan keuangan mengandung kesalahan baik yang disengaja maupun tidak disengaja. Ketika laporan keuangan sudah diaudit dan mendapat opini wajar tanpa pengecualian dari Kantor Akuntan Publik (KAP), berarti pengguna laporan keuangan bisa yakin bahwa laporan keuangan tersebut bebas dari salah saji yang material dan disajikan sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku umum (Agoes, 2012). Berdasarkan peraturan yang berlaku, setiap perusahaan go public diwajibkan untuk menyampaikan laporan keuangan auditan. Hal ini tertuang dalam Keputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor : KEP-346/BL/2011 atau yang sekarang berubah menjadi Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 29/POJK.04/2016 tentang Laporan Tahunan Emiten atau Perusahaan Publik bahwa emiten atau perusahaan publik wajib menyampaikan laporan tahunan kepada Otoritas Jasa Keuangan paling lambat pada akhir bulan keempat setelah tahun buku berakhir. Dalam kenyataannya, setiap tahun masih terdapat perusahaan go pubic yang terlambat menyerahkan laporan keuangan auditan. Pada tahun 2013 tercatat 49 perusahaan terlambat menyerahkan laporan keuangan auditan, tahun 2014 tercatat 52 perusahaan dan tahun 2015 tercatat 79 perusahaan yang tidak mematuhi kewajiban menyampaikan laporan keuangan auditan secara tepat waktu. Jumlah perusahaan yang terlambat dalam menyampaikan laporan keuangan auditan setiap tahunya terus meningkat. Perusahaan go public yang terlambat menyampaikan laporan keuangannya akan dikenai sanski dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Berdasaran Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 29/POJK.04/2016 tentang ketentuan sanksi bagi perusahaan terdaftar yang terlambat menyampaikan laporan keuangan auditan. Otoritas Jasa Keuangan berwenang mengenakan sanksi administratif terhadap setiap pihak yang melanggar ketentuan, berupa : a) peringatan tertulis; b) denda yaitu kewajiban untuk membayar sejumlah uang tertentu; c) pembatasan kegiatan usaha; d) pembekuan kegiatan usaha; e) pencabutan izin usaha; f) pembatalan persetujuan; dan g) pembatalan pendaftaran. 3

Meskipun sudah terdapat peraturan yang mewajibkan perusahaan go public untuk menyampaikan laporan keuangan auditan secara tepat waktu, namun masih terdapat banyak perusahaan yang terlambat menyampaikan laporan keuangan auditan. Pada tahun 2016 PT Bursa Efek Indonesia (BEI) telah mengganjar denda dan menghentikan sementara (suspensi) perdagangan saham 18 perusahaan tercatat karena belum menyampaikan laporan keuangan audit periode 31 Desember 2015. Bursa telah memberikan peringatan tertulis III dan denda senilai Rp150.000.000,- kepada masing-masing perusahaan tercatat yang terlambat menyampaikan laporan keuangan auditan per 31 Desember 2015 dan belum membayar denda atas keterlambatan penyampaian keuangan auditan. Bursa melakukan supensi perdagangan efek di pasar reguler dan tunai sejak sesi I perdagangan efek 30 Juni 2016 untuk 8 perusahaan tercatat dan memperpanjang suspensi perdagangan efek untuk 10 perusahaan. Tercatat tiga perusahaan pada sektor infrastruktur, utilitas dan transportasi yang juga termasuk ke dalam perusahaan yang dijatuhi suspensi oleh Otoritas Bursa antara lain PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL), PT Buana Listya Tama Tbk (BULL), dan PT Inovisi Infracom Tbk (INVS). Beberapa perusahaan pada sektor infrastruktur, utilitas dan transportasi termasuk ke dalam perusahaan yang sering terlambat dalam penyampaian laporan keuangan auditan. Pada tahun 2013 terdapat 11 dari 49 perusahaan terlambat menyampaikan laporan keuangan auditan, tahun 2014 terdapat 14 dari 52 perusahaan dan tahun 2015 terdapat 11 dari 79 perusahaan sektor infrastruktur, utilitas, dan transportasi terlambat menyampaikan laporan keuangan auditan. Tabel 1.1 menunjukkan persentase keterlambatan penyampaian laporan keuangan auditan. 4

Tabel 1.1 Persentase Perusahaan Sektor Infrastruktur, Utilitas, dan Transportasi yang Terlambat Menyampaikan Laporan Keuangan Auditan Tahun 2013-2015 Tahun Jumlah Perusahaan Sektor Infrastruktur, Terlambat Utilitas, dan Transportasi Persentase 2013 49 11 22,45% 2014 52 14 26,90% 2015 79 11 13,90% Sumber: www.idx.co.id (data yang diolah) Keterlambatan informasi akan menimbulkan reaksi negatif dari perilaku pasar modal, karena di dalam laporan keuangan auditan memuat informasi penting, seperti laba perusahaan. Informasi laba dari laporan keuangan yang dipublikasikan dapat menyebabkan kenaikan atau penurunan harga saham (Yulianti, 2011). Lamanya waktu antara tanggal laporan audit dengan laporan keuangan dapat mempengaruhi relevansi informasi yang terdapat pada laporan keuangan yang akan dipublikasikan. Selisih waktu antara tanggal tutup tahun buku dengan tanggal pelaporan auditor dalam laporan keuangan auditan menunjukkan lamanya waktu penyelesaian audit. Perbedaan waktu ini yang disebut dengan audit delay (Anggraeni dan Latrini, 2016). Beberapa faktor yang kemungkinan mempengaruhi audit delay antara lain, komite audit, kualitas audit, audit tenure, dan spesialisasi industri auditor. Perusahaan publik wajib memiliki komite audit yang paling sedikit terdiri dari 3 (tiga) orang anggota yang berasal dari komisaris independen dan pihak dari luar perusahaan publik. Penelitian Mumpuni (2011) memperoleh hasil bahwa jumlah anggota komite berpengaruh terhadap audit delay. Hussin dan Bamahros (2013) dalam penelitiannya menguji beberapa faktor yang berpengaruh terhadap audit delay salah satunya yaitu komite audit. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa komite audit berpengaruh dalam mempersingkat audit delay. Nor et al., (2010) dalam Arifa (2013) menyatakan bahwa audit commitee berpengaruh negatif terhadap audit delay dan total lag dikarenakan tugas komite audit berhubungan langsung dengan independensi 5

dan kualitas auditor. Berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan Angruningrum dan Wirakusuma (2013) yang menyebutkan bahwa komite audit tidak mempengaruhi audit delay. Pernyataan yang sama juga diutarakan Setiawan dan Nahumury (2014) bahwa audit delay tidak dipengaruhi oleh komite audit. Audit yang berkualitas akan menghasilkan informasi laporan keuangan yang akurat. Hal ini disebabkan auditor memiliki kemampuan dan ketelitian saat proses audit atas laporan keuangan. Namun, hal ini juga dapat menjadi penyebab terjadinya audit delay yang lebih panjang. Penelitian yang dilakukan oleh Onefe et al., (2013) menyebutkan bahwa kualitas audit berhubungan secara positif terhadap audit delay. Hal ini menambah indikasi penelitian ini bahwa kualitas audit dengan proxy earning surprise benchmark akan mempengaruhi jangka waktu penyelesaian audit. Argumen penelitian ini menggunakan proxy earning surprise benchmark yaitu data mengenai manajemen laba. Dewi dan Yuyetta (2014) dalam penelitiannya juga memperoleh hasil bahwa kualitas audit memiliki pengaruh signifikan terhadap audit delay dengan arah positif. Audit yang berkualitas memiliki audit delay yang lebih lama. Namun, terdapat perbedaan pada hasil penelitian Badriyah (2015) serta Krishnan dan Yang (2009) yang menemukan tidak adanya pengaruh terhadap audit delay. Argumen Lee et al. (2009) dalam Pham (2014) menyebutkan bahwa semakin meningkat audit tenure maka pemahaman auditor atas operasi, risiko bisnis, serta sistem akuntansi perusahaan akan turut meningkat, sehingga menghasilkan proses audit yang lebih efisien. Audit tenure didefinisikan sebagai jumlah tahun suatu KAP atau seorang auditor mengaudit perusahaan. Anggraeni dan Latrini (2016) menemukan adanya pengaruh negatif pada kecepatan publikasi laporan keuangan auditan. Semakin lama perikatan klien dengan auditor yang sama menyebabkan kecepatan publikasi laporan keuangan meningkat atau cenderung cepat. Namun terdapat perbedaan pendapat dengan Susilawati et al, (2012) yang menemukan lamanya perusahaan menjadi klien KAP tidak berpengaruh signifikan terhadap audit delay. Hasil penelitian berbeda terjadi juga pada penelitian Wiguna (2012) yang menemukan bahwa 6

semakin lama perusahaan menjadi klien suatu KAP, maka semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan audit atas laporan keuangan. Primantara dan Rasmini (2015) menyatakan auditor yang memilki banyak pengalaman melakukan audit yang terkonsentrasi pada suatu industri tertentu dan mendapatkan pelatihan yang terfokus di suatu industri tertentu dapat disebut sebagai auditor yang memiliki spesialisasi pada suatu industri. Auditor dengan spesialisasi industri memiliki pengetahuan yang spesifik tentang industri tersebut sehingga dapat memahami karakteristik perusahaan dalam industri secara lebih baik. Hossien dan Zohreh (2013) membuktikan bahwa auditor yang berpredikat spesialisasi industri dapat menyelesaikan proses audit atas laporan keuangan lebih cepat dibandingan dengan auditor yang bukan spesialisasi industri, hal tersebut dikarenakan auditor spesialisasi diyakini memiliki kemampuan untuk mendeteksi kesalahan-kesalahan secara lebih baik, meningkatkan efisiensi dan pengetahuan tentang kejujuran laporan keuangan (Herusetya, 2009). Primantara dan Rasmini (2015) menyatakan bahwa perusahaan yang diaudit oleh auditor dengan tingkat spesialisasi industri yang tinggi memiliki tingkat audit delay yang rendah. Hasil penelitian Habib dan Bhuiyan (2011) juga menemukan bahwa audit delay lebih singkat jika audit dilakukan oleh auditor yang berpredikat spesialisai industri. Sebaliknya penelitian Rahadianto (2012) yang juga menggunakan spesialisasi industri auditor sebagai variabel bebas mendapatkan hasil yang tidak berpengaruh pada audit delay. Berdasarkan beberapa hasil penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa masih terdapat ketidak konsistenan hasil penelitian terdahulu atas faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh komite audit dan faktor auditor (kualitas audit, audit tenure, dan spesialisasi industri auditor) terhadap audit delay pada perusahaan sektor infrastruktur, utilitas dan transportasi yang terdaftar di BEI tahun 2013-2015. 7

1.3 Perumusan Masalah Laporan keuangan auditan harus disampaikan tepat waktu agar manfaat dari laporan keuangan tersebut dapat digunakan oleh pihak-pihak yang berkepentingan. Selisih waktu antara tanggal tutup tahun buku dengan tanggal pelaporan auditor dalam laporan keuangan auditan menunjukkan lamanya waktu penyelesaian audit atau disebut audit delay (Anggraeni dan Latrini, 2016). Keterlambatan waktu penyusunan atau penyampaian suatu laporan keuangan auditan dapat mempengaruhi manfaat laporan keuangan tersebut. Para pengguna laporan keuangan membutuhkan informasi yang cepat dimana kepastian informasi laporan keuangan tersebut harus dinilai relevan sesuai standar akuntansi yang berlaku umum oleh pihak independen yakni auditor eksternal yang telah ditunjuk dan memiliki izin dari Otoritas Jasa Keuangan. Oleh karena itu dibutuhkan perhatian khusus terkait faktor-faktor yang mempengaruhi waktu audit. Peneliti ingin menguji kembali faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay yang digunakan dalam penelitian terdahulu, dikarenakan hasil penelitian terdahulu selalu menunjukkan hasil yang kontradiksi (research gap), di mana terjadi ketidak konsistenan. Peneliti akan menguji kembali beberapa variabel yang kemungkinan mempengaruhi audit delay, variabel yang akan diuji yakni komite audit dan faktor auditor (kualitas audit, audit tenure, dan spesialisasi industri auditor). 1.4 Pertanyaan Penelitian Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: 1) Bagaimana komite audit, faktor auditor (kualitas audit, audit tenure, spesialisasi industri auditor), dan audit delay pada perusahaan sektor infrastruktur, utilitas dan transportasi yang terdaftar di BEI tahun 2013-2015? 8

2) Apakah komite audit dan faktor auditor (kualitas audit, audit tenure, spesialisasi industri auditor) berpengaruh secara simultan terhadap audit delay pada perusahaan sektor infrastruktur, utilitas dan transportasi yang terdaftar di BEI tahun 2013-2015? 3) Apakah komite audit dan faktor auditor (kualitas audit, audit tenure, spesialisasi industri auditor) berpengaruh secara parsial terhadap audit delay pada perusahaan sektor infrastruktur, utilitas dan transportasi yang terdaftar di BEI tahun 2013-2015, yaitu? a) Apakah komite audit berpengaruh terhadap audit delay? b) Apakah kualitas audit berpengaruh terhadap audit delay? c) Apakah audit tenure berpengaruh terhadap audit delay? d) Apakah spesialisasi industri auditor berpengaruh terhadap audit delay? 1.5 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1) Untuk mengetahui komite audit, faktor auditor (kualitas audit, audit tenure, spesialisasi industri auditor) dan audit delay pada perusahaan sektor infrastruktur, utilitas dan transportasi yang terdaftar di BEI tahun 2013-2015. 2) Untuk mengetahui komite audit dan faktor auditor (kualitas audit, audit tenure, spesialisasi industri auditor) berpengaruh secara simultan terhadap audit delay pada perusahaan sektor infrastruktur, utilitas dan transportasi yang terdaftar di BEI tahun 2013-2015. 3) Untuk mengetahui komite audit dan faktor auditor (kualitas audit, audit tenure, spesialisasi industri auditor) berpengaruh secara parsial terhadap audit delay pada perusahaan sektor infrastruktur, utilitas dan transportasi yang terdaftar di BEI tahun 2013-2015. a) Untuk mengetahui pengaruh komite audit terhadap audit delay. b) Untuk mengetahui pengaruh kualitas audit terhadap audit delay. 9

c) Untuk mengetahui pengaruh audit tenure terhadap audit delay. d) Untuk mengetahui pengaruh spesialisasi industri auditor terhadap audit delay. 1.6 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi beberapa pihak, yaitu: 1.6.1 Aspek Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay seperti, komite audit, kualitas audit, audit tenure, dan spesialisasi industri auditor pada perusahaan sektor infrastruktur, utilitas dan transportasi yang terdaftar di BEI. 1.6.2 Aspek Praktis 1) Bagi profesi auditor Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi auditor dengan mencermati faktor-faktor yang berpengaruh terhadap audit delay dalam meningkatkan pemahaman auditnya, sehingga diharapkan dapat meminimalisir audit delay yang terjadi. 2) Bagi perusahaan Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan pertimbangan bagi perusahaan publik dalam usaha meningkatkan ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan kepada publik. 3) Bagi investor dan calon investor Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh investor maupun calon investor sebagai masukan dan bahan pertimbangan dalam menilai kondisi perusahaan sebelum menanamkan modalnya di perusahaan tersebut. 10

1.7 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup pada penelitian ini mencakup faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay. Penelitian ini terdiri atas satu variabel terikat (variabel dependen) dan empat variabel bebas (variabel independen). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah komite audit dan faktor auditor (kualitas audit, audit tenure, dan spesialisasi industri auditor) sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini adalah audit delay. Penelitian ini menggunakan sampel dari perusahaan sektor infrastruktur, utilitas dan transportasi yang terdaftar di BEI tahun 2013-2015. 1.8 Sistematika Penelitian Pembahasan dalam skripsi ini akan dibagi menjadi lima bab yang terdiri dari beberapa sub-bab antara lain: BAB I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan gambaran umum objek penelitian, latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian serta sistematika penulisan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LINGKUP PENELITIAN Bab ini mengemukakan dengan jelas, ringkas, dan padat hasil kajian kepustakaan yang terkait dengan topik dan variabel penelitian sebagai dasar penyusunan kerangka pemikiran dan perumusan hipotesis. BAB III METODE PENELITIAN Bab ini menegaskan pendekatan, metode, dan teknik yang digunakan untuk mengupulkan dan menganalisis data yang dapat menjelaskan masalah penelitian. Meliputi uraian tentang jenis penelitian, variabel operasional, tahapan penelitian, populasi dan sampel, pengumpulan data, dan teknik analisis data. 11

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini menguraikan deskripsi hasil penelitian yang telah diidentifikasi, analisis model dan hipotesis, dan pembahasan mengenai pengaruh variabel independen yaitu komite audit dan faktor auditor (kualitas audit, audit tenure, dan spesialisasi industri auditor) terhadap variabel dependen yaitu audit delay. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Bab memuat mengenai kesimpulan hasil penelitian serta saran penulis untuk penelitian selanjutya. 12