BAB II TINJAUAN PUSTAKA. saham (principal) dengan manajer (agent). Pemegang saham memberikan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai prinsipal dan manajer sebagai agen. Jensen dan Meckling (1976)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. variabel pengembalian yang akan menentukan nilai saham bagi pemilik dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Teori mengenai kebijakan pembayaran dividen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. karena bagi para investor dividen merupakan return (tingkat pengembalian) atas

BAB II LANDASAN TEORI. Kebijakan dividen (dividend policy) adalah keputusan apakah laba yang diperoleh

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. kebijakan dividen (Brigham dan Houston 2011:211), yaitu : perusahaan. Teori MM berpendapat bahwa nilai suatu perusahaan

II TINJAUAN PUSTAKA. Kebijakan dividen (Dividend Policy) merupakan keputusan mengenai laba yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Hubungan agensi terjadi karena adanya suatu perjanjian atau kontrak yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa penelitian dalam menentukan kebijakan hutang telah banyak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diterbitkan oleh pemerintah, public authorities, maupun perusahaan swasta.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama dari setiap perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaannya

BAB II KAJIAN PUSTAKA. keuntungan bagi investor yaitu keuntungan berupa dividend. gain. Capital gain diperoleh dari selisih harga jual dan harga beli.

BAB II KAJIAN TEORI. dividen non kas (Mahmud M Hanafi, 2014:361). Dividen kas (cash dividend)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kondisi perusahaan dicerminkan dari Laporan Keuangan yang telah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. konflik kepentingan antara prinsipal dan agen, kontrak yang tidak lengkap, serta

BAB 1 PENDAHULUAN. Dividen merupakan bentuk pengembalian (return) diluar capital gain yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan melalui

BAB I PENDAHULUAN. melimpahkan kepada pihak lain yaitu manajer sehingga menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Struktur pendanaan merupakan indikasi bagaimana perusahaan membiayai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. saham dan akan diinvestasikan kembali atau ditahan di dalam perusahaan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

yang diangkat oleh pemegang saham bertindak atas kepentingan pemegang saham.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dipertimbangkan secara seksama. Sebagaimana dikemukakan oleh Bishop et al. (2000) dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

akibatnya dapat menghambat tingkat pertumbuhan perusahaan (rate of growth)

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dalam memenuhi kebutuhan dananya. Dana yang diperoleh dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Aliran kas bebas atau lebih sering dikenal dengan free cash flow dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Isyarat atau signal menurut (Brigham dan Houston, 2001 dalam Diah, 2009)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kebijakan dividen menjadi perhatian banyak pihak seperti pemegang saham,

BAB II KAJIAN PUSATAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. memaksimumkan kemakmuran pemegang saham atau stockholder. Kartika

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II URAIAN TEORITIS. Penelitian mengenai dividend payout ratio atau kebijakan dividen telah

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dapat mempengaruhi persepsi investor terhadap perusahaan. berdampak terhadap nilai perusahaan (Fama dan French, 1998).

Shella Febri Priatama ABSTRAKSI

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

1 Universitas Indonesia

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS Hubungan Keagenan dan Masalah Keagenan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama dari perusahaan adalah memaksimalkan kesejahteraan pemilik

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. a. Teori burung di tangan (Bird in the Hand)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. Tinjauan Pustaka. baik dalam bentuk kas maupun saham kepada para pemegang saham suatu

BAB I PENDAHULUAN. harapan dapat meningkatkan nilai perusahaannya. Manajer perusahaan harus

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Menurut Lukas Setia Atmaja (2010:110) menyebutkan ada lima

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Signal merupakan suatu hal yang dilakukan manajemen perusahaan bertujuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh invesment opportunity

BAB II VARIABEL YANG MEMPENGARUH DIVIDEND PAYOUT RATIO DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk membiayai investasi yang dianggap memiliki net present

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian sebelumnya. Berikut ini uraian beberapa penelitian terdahulu beserta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian tentang pengaruh profitabilitas, arus kas bebas, dan investment

BAB I PENDAHULUAN. pemegang saham. Manajer mempunyai kewajiban untuk memaksimumkan. kepentingan untuk memaksimumkan kesejahteraan mereka.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pajak. Menurut Bastian dan Suhardjono (2006), net profit margin adalah

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. tersebut. Nilai perusahaan lazim diindikasikan dengan Price to Book Value

BAB I PENDUHULUAN. mengembangkan usahanya perusahaan harus mengembangkan perusahaannya

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 1 PENDAHULUAN. Aktivitas investasi yang dilakukan oleh investor kepada perusahaan bertujuan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kepercayaan investor terhadap perusahaan yang sudah go

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. baik berupa pendapatan dividen (dividend yield) maupun pendapatan dari selisih

BAB I PENDAHULUAN. orientation) maupun organisasi yang tidak berorentasi pada laba (non-profit

BAB 1 PENDAHULUAN. pendapatan atau tingkat kembalian investasi (return) baik berupa pendapatan dividen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini semakin banyaknya perusahaan-perusahaan besar yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manajemen perusahaan dalam rangka mendanai operasional perusahaan

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tujuan akhir yang ingin dicapai suatu perusahaan yang terpenting adalah

BAB I PENDAHULUAN. offline hingga bisnis online. Dalam perkembangan bisnis offline Indonesia bisa

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keuntungan yang diperolehnya. Menurut Ross et al. (2003:606) dividen adalah

BAB I PENDAHULUAN. kas kepada para pemegang sahamnya (Grinblatt dan Titman, ). Kebijakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen. Perusahaan yang sukses akan memperoleh pendapatan (income).

BAB I PENDAHULUAN. Rasio pembayaran dividen atau dividend payout ratio merupakan persentase

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyerahkan barang atau jasa pada tanggal tertentu. Hutang juga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari suatu perusahaan secara proporsional sesuai dengan jumlah lembar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS PENGARUH PROFITABILITAS, LEVERAGE, DAN HARGA SAHAM TERHADAP JUMLAH DIVIDEN TUNAI. (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dan menjadi pusat perhatian stakeholders. Keputusan finansial

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Agency Theory Agency theory merupakan teori yang mengatur hubungan antara pemegang saham (principal) dengan manajer (agent). Pemegang saham memberikan wewenang kepada manajer untuk menjalankan bisnis perusahaan demi kepentingan principal. Dengan demikian, setiap keputusan manajer adalah keputusan yang bertujuan untuk memaksimalkan sumber daya perusahaan. Apabila manajer mementingkan kepentingan individunya daripada pemegang saham maka perusahaan akan dirugikan. Keadaan inilah yang memunculkan konflik keagenan antara manajer dengan pemilik perusahaan. Konflik keagenan ini timbul karena terjadi pemisahan antara fungsi pengelolaan dan kepemilikan (Syahyunan, 2013:7). Konflik antara pihak manajemen serta pemegang saham ini dapat diminimalkan dengan suatu mekanisme pengawasan yang dapat menyejajarkan kepentingan yang terkait. Oleh karena adanya mekanisme inilah maka akan menimbulkan biaya yaitu biaya agensi (Haryono, 2005). Agency cost yaitu biaya yang meliputi biaya pengawasan (monitoring), biaya ikatan (bonding), dan biaya sisa (residual). Biaya pengawasan aktivitas manajer, biaya ikatan dalam meyakinkan manajer bekerja untuk kepentingan pemegang saham tanpa perlu pengawasan, biaya sisa merupakan 9

perbedaan return yang diperoleh karena perbedaan keputusan investasi antara pemegang saham dan manajemen. Untuk mengurangi agency cost ada beberapa alternatif, antara lain: a. Meningkatkan kepemilikan saham perusahaan oleh manajemen (Jensen dan Meckling, 1976 dalam Wijayaningtyas, 2009). Analisisnya menyatakan bahwa proporsi kepemilikan saham yang dikontrol oleh manajer dapat mempengaruhi - perusahaan; b. Meningkatkan d payout ratio. Akibatnya manajemen harus mencari dana dari luar untuk melakukan investasi. Penelitian mereka menyatakan bahwa pembayaran akan mengurangi aliran kas perusahaan akibatnya perusahaan dalam memenuhi kebutuhan operasinya akan mencari alternatif sumber pendanaan yang relevan; c. Meningkatkan pendanaan hutang (Sartono, 2010). Penurunan utang dapat menurunkan besarnya konflik antar pemegang saham dengan manajemen; d. Institutional investor sebagai pihak yang memonitoring agen (Moh d, et al. 1998 dalam Wahidahwati, 2002) menyatakan bahwa distribusi saham antara pemegang saham dari luar seperti institutional investor dapat mengurangi biaya keagenan karena dapat mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal kinerja manajemen; e. Menggunakan free cash flow untuk membayar kas (Jensen, 1976 dalam Ullah, 2012) sehingga menghindari manajemen untuk melakukan tindakan demi kepentingan pribadinya yang dibiayai perusahaan. 10

2.1.2 Kebijakan Dividen Menurut Weston dan Copeland (2005:122), Dividen adalah keuntungan perusahaan yang berbentuk perseroan terbatas yang diberikan kepada pemegang saham. Besar kecilnya akan sangat bergantung pada besar kecilnya laba yang diperoleh serta proporsi laba yang akan dibagikan kepada pemegang saham. Adapun jenis-jenis yang dapat dibayarkan kepada pemegang saham, yaitu: 1. Dividen tunai (cash d) yaitu yang dibayarkan dalam bentuk uang tunai. Pada umumnya tunai lebih disukai para pemegang saham dan pembagian tunai ini sering dilakukan oleh perusahaan perseroan. 2. Dividen saham (stock d) yaitu yang dibayarkan kepada pemegang saham berupa saham, bukan dalam bentuk uang tunai. 3. Dividen kekayaan (property d) yaitu pembayaran dengan bentuk barang (aset selain kas). Barang yang dibagi adalah barang yang dapat dibagi-bagi atau bagian-bagian yang homogeny serta penyerahannya kepada pemegang saham tidak mengganggu keberlangsungan operasi perusahaan. 4. Scrip d yaitu pembayaran dalam bentuk surat (scrip) janji hutang. Pembayaran akan dilakukan perusahaan sesuai dengan perjanjian yang tercantum pada surat tersebut. 5. Liquidating d yaitu pembayaran dengan mengurangi modal perusahaan, bukan berdasarkan keuntungan yang diperoleh perusahaan. 11

Kebijakan perusahaan ditentukan oleh manajemen perusahaan. Setiap perusahaan memiliki keputusan yang berbeda-beda. Kebijakan (d policy) adalah keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi dimasa datang. Besar kecilnya sangat tergantung besar kecilnya laba yang diperoleh dan proporsi laba yang dibagikan dalam bentuk atau d payout ratio (Sartono 2010:73). Perubahan diartikan sebagai sinyal bagi prospek perusahaan di masa datang. Dengan demikian diartikan oleh pasar sebagai sinyal positif dan sebaliknya pengurangan digunakan sebagai sinyal negatif bagi prospek perusahaan (Wijayaningtyas, 2009). Menurut Sutrisno (2000:322), ada beberapa faktor yang mempengaruhi besar kecilnya yang akan dibayarkan oleh perusahaan kepada pemegang saham, yaitu: 1. Posisi Solvabilitas perusahaan Apabila perusahaan dalam kondisi insolvensi atau solvabilitasnya kurang menguntungkan, biasanya perusahaan tidak membagikan laba. Hal ini disebabkan laba yang diperoleh lebih banyak digunakan untuk memperbaiki posisi struktur modal. 2. Posisi likuiditas perusahaan Bagi perusahaan yang kondisi likuiditasnya kurang baik, biasanya d payout ratio kecil, karena sebagian besar laba digunakan untuk menambah likuiditas. 12

3. Kebutuhan untuk melunasi hutang Semakin banyak hutang yang harus dibayar semakin besar dana yang harus disediakan sehingga akan mengurangi jumlah yang akan dibayarkan kepada pemegang saham. 4. Rencana perluasan Perusahaan yang berkembang ditandai dengan semakin pesatnya pertumbuhan perusahaan, dan hal ini dapat dilihat dari perluasan yang dilakukan perusahaan. Konsekuensinya akan semakin besar kebutuhan dana untuk membiayai perluasan tersebut. Kebutuhan dana dalam rangka ekspansi tersebut bisa dipenuhi baik dari hutang, menambah modal sendiri yang berasal dari pemilik, dan salah satunya dapat diperoleh dari laba yang ditahan perusahaan. Dengan demikian, semakin pesat perluasan yang dilakukan perusahaan semakin kecil d payout ratio. 5. Kesempatan investasi Kesempatan investasi juga merupakan faktor yang mempengaruhi besarnya yang akan dibagi. Semakin terbuka kesempatan investasi semakin kecil yang dibayarkan karena dananya digunakan untuk memperoleh kesempatan investasi. 6. Stabilitas pendapatan Bagi perusahaan yang pendapatannya stabil, yang akan dibayarkan kepada pemegang saham lebih besar dibanding dengan perusahaan yang pendapatannya tidak stabil. 13

7. Pengawasan perusahaan Kekhawatiran berkurangnya kekuasaan pemilik dalam mengendalikan perusahaan cenderung mendorong perusahaan untuk memperbesar laba ditahan demi keperluan ekspansinya, yang berarti akan memperkecil pembayaran. Keputusan mengenai adalah keputusan yang menyangkut bagaimana cara dan dalam bentuk apa yang dibayarkan. Ada beberapa bentuk pemberian secara tunai (cash d) yang diberikan oleh perusahaan kepada pemegang saham (Sutrisno 2000:323). Bentuk tersebut, adalah: 1. Kebijakan pemberian stabil Kebijakan pemberian yang stabil ini artinya akan diberikan secara tetap per lembarnya untuk jangka waktu tertentu walaupun laba yang diperoleh perusahaan berfluktuasi. Kebijakan pemberian yang stabil ini dilakukan untuk dapat memberikan kesan kepada para investor bahwa perusahaan mempunyai prospek yang baik di masa yang akan datang. 2. Kebijakan yang meningkat Dengan ini, perusahaan akan membayarkan kepada pemegang saham dengan jumlah yang selalu meningkat dengan pertumbuhan yang stabil. 3. Kebijakan dengan rasio yang konstan Kebijakan ini memberikan yang besarnya mengikuti besarnya laba yang diperoleh perusahaan. Semakin besar laba yang diperoleh semakin besar 14

yang dibayarkan, dan sebaliknya apabila laba kecil yang dibayarkan juga kecil. 4. Kebijakan pemberian regular yang rendah ditambah ekstra Kebijakan pemberian dengan cara ini, perusahaan menentukan jumlah pembayaran per lembar yang dibagikan kecil, kemudian ditambahkan dengan ekstra bila keuntungannya mencapai jumlah tertentu. Dalam perkembangannya muncul beberapa teori tentang. Menurut Sartono (2010:282), terdapat beberapa teori yang dapat digunakan sebagai landasan dalam membuat yang tepat bagi perusahaan. 1. Dividend Irrelevance Theory (ketidakrelevanan ) Teori yang menyatakan bahwa perusahaan tidak mempunyai pengaruh nilai perusahaan maupun biaya modalnya. Modigliani-Miller (MM) menyimpulkan bahwa nilai perusahaan saat ini tidak dipengaruhi oleh. Keuntungan yang diperoleh atas kenaikan harga saham akibat pembayaran akan diimbangi dengan penurunan harga saham karena adanya penjualan saham baru. Oleh karenanya pemegang saham dapat menerima kas dari perusahaan saat ini dalam bentuk pembayaran atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan tidak mempengaruhi kemakmuran pemegang saham. 2. The Bird in The Hand Theory Myron Gordon dan John Lintner berpendapat bahwa investor lebih merasa aman untuk memperoleh pendapatan berupa pembayaran daripada 15

menunggu capital gain. Sementara itu MM berpendapat dan telah dibuktikan secara matematis bahwa investor merasa sama saja apakah menerima saat ini atau menerima capital gain di masa yang akan datang. Gordon dan Lintner beranggapan bahwa investor memandang satu burung di tangan lebih berharga daripada seribu burung di udara. Sementara itu MM berpendapat bahwa tidak semua investor berkeinginan untuk menginvestasikan kembali mereka di perusahaan yang sama atau sejenis dengan memiliki risiko yang sama, oleh sebab itu tingkat risiko pendapatan mereka di masa datang bukannya ditentukan oleh, tetapi ditentukan oleh tingkat risiko investasi baru. 3. Tax Preference Theory Investor menghendaki perusahaan untuk menahan laba setelah pajak dan dipergunakan untuk pembiayaan investasi daripada pembayaran dalam bentuk kas. Oleh karenanya perusahaan sebaiknya menentukan d payout ratio yang rendah atau bahkan tidak membagikan. Karena cenderung dikenaka pajak yang lebih tinggi dibandingkan dengan capital gain, maka investor akan meminta tingkat keuntungan yang lebih tinggi untuk saham dengan d yield yang tinggi. Selain teori diatas terdapat beberapa teori lain mengenai, yaitu: a. Information Content Hypothesis Teori ini menyatakan bahwa investor menganggap perubahan sebagai isyarat dari prakiraan manajemen atas laba. Modigliani-Miller yang menyatakan bahwa kenaikan merupakan suatu sinyal kepada para 16

investor bahwa manajemen meramalkan suatu penghasilan yang baik di masa datang. MM berkesimpulan bahwa reaksi investor perubahan tidak berarti sebagai indikasi bahwa investor lebih menyukai dibanding dengan laba ditahan. Kenyataan bahwa harga saham berubah mengikuti perubahan semata-mata karena adanya information content dalam pengumuman. b. Clientile Effect Terdapat banyak kelompok investor dengan berbagai kepentingan. Ada investor yang lebih menyukai memperoleh pendapatan saat ini dalam bentuk seperti halnya individu yang sudah pensiun sehingga investor ini menghendaki perusahaan untuk membayar yang tinggi. Tetapi ada pula investor yang lebih menyukai untuk menginvestasikan kembali pendapatan mereka, karena kelompok investor ini berada dalam tarif pajak yang cukup tinggi. 2.1.3 Struktur Kepemilikan (Ownership Structure) Menurut Sudana (2011:11), Struktur kepemilikan (ownership structure) merupakan pemisahan antara pemilik perusahaan dan manajer perusahaan. Pemilik atau pemegang saham adalah pihak yang menyertakan modal kedalam perusahaan, sedangkan manajer adalah pihak yang ditunjuk pemilik dan diberi kewenangan mengambil keputusan dalam mengelola perusahaan, dengan harapan manajer bertindak sesuai dengan kepentingan pemilik. Struktur kepemilikan merupakan komposisi modal antara hutang dan ekuitas termasuk juga proporsi antara kepemilikan saham inside shareholders dan outside shareholders 17

(Haryono, 2005). Struktur kepemilikan yang menyebarluas umumnya hanya terdapat di Amerika Serikat dan Inggris. Di negara-negara maju lainnya dan negara-negara berkembang, umumnya perusahaan masih dikendalikan oleh keluarganya (Siregar dan Utama, 2005). Struktur kepemilikan terdiri dari kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional. 2.1.3.1 Kepemilikan Manajerial (Managerial Ownership) Kepemilikan manajerial (managerial ownership) merupakan pemegang saham dari pihak manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan didalam perusahaan dan mengendalikan kepentingan dalam perusahaan direktur dan komisaris (Pujiati dan Widanar, 2009). Hartoro dan Dorkas (2007) dalam Wijayaningtyas (2009) mengungkapkan bahwa ada dua jalan menjadi insider yaitu pertama, pihak manajemen membeli atau memberi sebagian saham perusahaan. Kedua, apabila pihak manajemen sekaligus pemilik seratus persen perusahaan menjual sebagian porsi kepemilikannya kepada public. Agency problem potensial terjadi dalam perusahaan di mana manajer memiliki kurang dari seratus persen saham perusahaan dengan konsekuensi potensial terjadi konflik keagenan (Sartono, 2010). Oleh karena itu, salah satu alternatif dalam mengurangi biaya keagenan yaitu dengan meningkatkan kepemilikan manajerial. Menurut Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa penambahan kepemilikan manajerial memiliki keuntungan untuk mensejajarkan kepentingan manajer dan pemegang saham. 18

Kepemilikan manajerial merupakan insentif bagi para manajer dalam perusahaan untuk meningkatkan kinerja perusahaan dan mengelola hutang secara optimal sehingga akan meminimumkan biaya keagenan yang pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan pemegang saham. Dewi (2008) menyatakan bahwa kepemilikan manajerial negatif. Dapat dikatakan bahwa kepemilikan manajerial yang tinggi menyebabkan yang dibayarkan kepada pemegang saham rendah. Penetapan rendah disebabkan manajer memiliki harapan investasi di masa mendatang yang dibiayai dari sumber internal. Apabila sebagian pemegang saham menyukai yang tinggi maka menimbulkan perbedaan kepentingan sehingga perlu peningkatan (Wijayaningtyas, 2009). 2.1.3.2 Kepemilikan Institusional ( Institutional Ownership) Kepemilikan institusional adalah kepemilikan saham perusahaan yang dimiliki oleh institusi atau lembaga seperti perusahaan asuransi, bank, perusahaan investasi, dan kepemilikan institusi lain (Wijayaningtyas, 2009). Kepemilikan saham institusional yang tinggi akan menghasilkan upaya-upaya pengawasan yang lebih intensif sehingga dapat membatasi perilaku opportunity manager, yaitu manajer melaporkan laba secara oportunis untuk memaksimumkan kepentingan pribadinya (Scoot, 2000 dalam Dewi, 2008). Menurut Putri dan Nasir (2006) kepemilikan institusional negatif. Semakin tinggi kepemilikan saham institusional maka akan mengurangi biaya keagenan dan perusahaan akan cenderung memberikan yang rendah. 19

2.1.4 Leverage Leverage adalah penggunaan aktiva atau sumber dana di mana untuk penggunaan tersebut perusahaan harus menanggung biaya tetap atau membayar beban tetap. Terdapat dua macam leverage perusahaan, yaitu leverage operasi dan leverage keuangan. Perusahaan menggunakan leverage operasi dan keuangan dengan tujuan agar keuntungan yang diperoleh perusahaan lebih besar daripada biaya aset dan sumber dananya (Suharli Michell, 2006). Dengan demikian, akan meningkatkan keuntungan bagi para pemegang saham. Ada beberapa macam rasio leverage yang bisa dihitung, salah satu diantaranya adalah rasio total hutang total aktiva. Debt to total asset ratio merupakan rasio antara total hutang (total debt) baik hutang dalam jangka pendek (current liability) maupun hutang jangka panjang (long term debt) total aktiva (total asset) baik aktiva lancar dan aktiva tetap maupun aktiva lainnya. Semakin besar rasio DAR menunjukkan semakin besarnya tingkat ketergantungan perusahaan pihak eksternal (kreditur) dan semakin besar pula beban biaya hutang (biaya bunga) yang harus dibayar oleh perusahaan. Dengan semakin besarnya rasio DAR, maka hal tersebut berdampak profitabilitas yang diperoleh perusahaan, karena sebagian digunakan untuk membayar bunga pinjaman. Dengan biaya bunga yang semakin besar, maka profitabilitas (earning after tax) semakin berkurang karena sebagian digunakan untuk membayar bunga, maka hak para pemegang saham () juga semakin berkurang (Rachmad, 2013). 20

Menurut Hanafi (2008:81) bahwa rasio yang tinggi berarti perusahaan menggunakan financial leverage yang tinggi. Semakin tinggi rasio ini maka semakin besar risiko yang dihadapi, dan investor akan meminta tingkat keuntungan yang semakin tinggi. Rasio yang tinggi juga menunjukkan proporsi modal sendiri yang rendah untuk membiayai aktiva. Al ajmi dan Hussain (2011) menjelaskan bahwa perusahaan dengan tingkat hutang yang tinggi cenderung akan membagikan dalam jumlah yang rendah. Ada beberapa alasan, yang pertama hutang dapat mempengaruhi kemampuan beberapa perusahaan untuk membayar. Hal ini disebabkan karena perusahaan membiayai kegiatan bisnisnya melalui hutang sehingga perusahaan memiliki kewajiban untuk membayar bunga dan pokok pinjaman. Kedua, pada beberapa perjanjian hutang berlaku pembatasan dalam pembagian oleh kreditur. 2.1.5 Return on Asset (ROA) Return on asset (ROA) merupakan bagian dari rasio profitabilitas dalam menganalisa laporan keuangan atas laporan kinerja keuangan perusahaan. Menurut Sartono (2010:201), Return on asset merupakan rasio yang menunjukan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari aktiva yang dipergunakan. ROA menunjukkan keefisienan perusahaan dalam mengelola seluruh aktiva untuk memperoleh pendapatan. Nilai ROA yang tinggi akan menunjukkan bahwa perusahaan mampu menghasilkan keuntungan berbanding aset yang relatif tinggi. Investor akan menyukai nilai ROA yang tinggi, karena perusahaan dengan nilai ROA yang tinggi mampu menghasilkan tingkat keuntungan lebih besar (Andriyani, 2008). 21

Solberg dan Zorn (1992) dalam Wahidahwati (2002) menemukan bahwa profitabilitas yang lebih tinggi bisa diperkirakan menghasilkan yang lebih tinggi. ROA dapat dijadikan sebagai indikator untuk mengetahui seberapa mampu perusahaan memperoleh laba yang optimal dilihat dari posisi aktivanya. 2.1.6 Ukuran Perusahaan (Firm Size) Perusahaan besar memiliki kemudahan dalam mengakses untuk memasuki pasar modal, sehingga perusahaan memiliki kemudahan fleksibilitas dan kemampuan untuk mendapatkan dana. Menurut Haruman (2008) Ukuran perusahaan (Firm Size) berhubungan dengan fleksibilitas dan kemampuan untuk mendapatkan dana dan memperoleh laba dengan melihat pertumbuhan penjualan perusahaan. Hasil penelitian yang dilakukannya yaitu ukuran perusahaan yang diukur natural logaritma of sales dengan arah positif. Perusahaan yang memiliki ukuran besar akan lebih mudah masuk ke pasar modal sehingga dengan kesempatan ini perusahaan membayar besar kepada pemegang saham. Perusahaan yang memiliki aset besar cenderung membayar tinggi untuk menjaga reputasi di kalangan investor aktual maupun potensial. Selain menggunakan natural logaritma of sales, proksi ukuran perusahaan dapat menggunakan natural log total asset (Nuringsih, 2005) atau natural log capitalization (Chen dan Steiner, 1999 dalam Sari, 2010). 22

2.2 Penelitian Terdahulu Penelitian tentang struktur kepemilikan sudah dilakukan oleh beberapa peneliti. Penelitian tersebut antara lain: Stouraitis (2004) melakukan penelitian dengan judul The Impact of Ownership Structure on the Dividend Policy of Japanese Firms with Free Cash Flow Problem selama tahun 1999-2000. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah OLS, 2-SLS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur kepemilikan (manajerial dan institusional) dan free cash flow positif dan. Nuringsih (2005) melakukan penelitian tentang analisis pengaruh kepemilikan manajerial, utang, ROA, dan ukuran perusahaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar dalam Indonesian Capital Market Directory tahun 1995-1996. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah metode regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial positif den dengan sama halnya dengan penelitian Stouraitis (2004). Hasil ini menunjukkan bahwa semakin besar keterlibatan manajer dalam kepemilikan manajerial menyebabkan aset tidak terdiversifikasi secara optimal sehingga menginginkan yang semakin besar. Pengaruh positif juga ditunjukkan pada hubungan antara ukuran perusahaan dengan. Sedangkan utang dan ROA negatif dan. Penelitian yang berbeda dilakukan oleh Dewi (2008) yang melakukan penelitian tentang pengaruh kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, 23

hutang, profitabilitas, dan ukuran perusahaan. Objek penelitian ini menggunakan seluruh perusahaan go public yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta selama tahun 2002-2005. Metode penelitian yang digunakan adalah analisis regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemilikan saham manajerial, kepemilikan saham institusional negatif dan sehingga berlawanan dengan penelitian Stouraitis (2004) dan Nuringsih (2005). Kebijakan hutang, dan profitabilitas negatif dan. Sedangkan ukuran perusahaan positif dan. Penelitian lain yang dilakukan Afza (2010) yang meneliti dengan judul Ownership Structure and Cash Flows As Determinants of Corporate Dividend policy in Pakistan. Objek penelitian pada seluruh sektor dari KSE dengan sampel 100 perusahaan pada periode tahun 2005-2007. Metode penelitian yang digunakan yaitu regresi OLS. Penelitian ini menggunakan size, leverage, dan profitabilitas sebagai variabel kontrol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur kepemilikan (individu dan manajerial), size, dan leverage memiliki pengaruh negatif sedangkan operating cash flow sebagai proksi dari arus kas memiliki pengaruh positif dan sedangkan profitabilitas dan leverage tidak memiliki pengaruh. Pribadi dan Djoko (2012) melakukan penelitian tentang Analisis Pengaruh Cash position, Firm size, Growth Opportunity, Ownership, dan Return on Asset Dividend Payout Ratio. Objek penelitian pada perusahaan manufaktur 24

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2008 sampai 2011. Metode penelitian menggunakan regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ownership (institutional ownership) dan ROA positif dan d payout ratio, sedangkan variabel firm size dan cash position negatif dan d payout ratio, namun growth opportunity negatif namun tidak d payout ratio. Penelitian yang berbeda dilakukan oleh Rizqia, et al. (2013) dengan judul Effect of Managerial Ownership, Financial Leverage, profitability, Firm Size, and Investment Opportunity on Dividend Policy and Firm Value. Objek penelitian pada perusahaan manufaktur go public di Bursa Efek Indonesia selama periode 2006 sampai 2011. Hasil menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial dan kesempatan investasi negatif dan. Sedangkan hutang, profitabilitas, dan ukuran perusahaan tidak. Kepemilikan manajerial, hutang, profitabilitas, ukuran perusahaan, kesempatan investasi, dan positif nilai perusahaan. Penelitian-penelitian terdahulu disajikan dalam tabel berikut: Peneliti/ No Tahun 1 Stouraitis/ 2004 Judul The Impact of Ownership Structure on the Dividend Policy of Japanese Firms with Free Cash Flow Problem Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu Variabel Dependen: Kebijakan Dividen Independen: 1. Struktur Kepemilikan, 2. Free Cash Flow Teknik Analisis Regresi: persamaan OLS (Ordinary Least Square), dan 2SLS (Two Stage Hasil Penelitian 1. Kepemilikan manajerial positif dan 25

No Peneliti/ Tahun 2 Nuringsih/ 2005 Judul Analisis Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kebijakan Utang, ROA, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kebijakan Dividen 3 Dewi/ 2008 Pengaruh Kepemilikan Managerial, Kepemilikan Institusional, Kebijakan Hutang, Profitabilitas dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kebijakan Dividen Lanjutan Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu Variabel Dependen: Kebijakan Dividen Independen: 1.Kepemilikan manajerial 2. Kebijakan utang 3. ROA 4. Ukuran perusahaan Dependen: Kebijakan Dividen Independen: 1. Kepemilikan managerial 2. Kepemilikan institusional 3. Kebijakan hutang 4. Profitabilitas 5. Ukuran perusahaan Teknik Analis Least Square) Analisis Regresi Berganda Analisis regresi berganda Hasil Penelitian 2. Kepemilikan institusional positif dan 3. Free cash flow positif dan 1. Kepemilikan manajerial positif dan. 2. ROA negatif dan 3. Kebijakan utang negatif dan 1. Kepemilikan manajerial negatif dan 2. Kepemilikan institusional negatif dan 26

No Peneliti/ Tahun 4 Afza/ 2010 Struktur Kepemilikan dan Arus Kas sebagai Determinan dari Corporate Dividend Policy. Lanjutan Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu Judul Variabel Teknik Analisis Dependen: Kebijakan Dividen Independen: 1.Struktur kepemilikan 2.Arus Kas Bebas Kontrol: 1. Size, 2. Leverage, 3. Profitabilitas Analisis regresi Hasil Penelitian 3. Kebijakan hutang negatif dan 4. Profitabilitas negatif dan 5. Ukuran perusahaan positif dan 1. Kepemilikan manajerial negatif dan 2. Arus kas positif dan 3. Size negatif dan 27

No Peneliti/ Tahun 5 Pribadi dan Djoko/ 2012 6 Rizqia, Siti, dan Sumiati/ 2013 Lanjutan Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu Judul Variabel Teknik Analisis Analisis Dependen: Regresi Pengaruh Cash Dividend OLS Position, Firm Payout Ratio size,growth Independen: Opportunity, 1. Cash position Ownership, dan 2. Firm size Return on Asset 3. Growth opportunity Dividend 4. Ownership Payout Ratio 5. ROA Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Financial Leverage, Profitabilitas, Ukuran Perusahaan dan Investment Opportunity Kebijakan Dividen dan Nilai Perusahaan Dependen: 1. Kebijakan Dividen 2. Nilai Perusahaan Independen: 1. Kepemilikan manajerial 2. Financial leverage 3. Profitabilitas 4. Ukuran perusahaan 5. Investment opportunity Analisis regresi berganda Hasil Penelitian 1. Ownership (institutional ownership) positif dan d payout ratio 2. ROA positif dan d payout ratio 3. Firm size negatif dan d payout ratio 4. Cash position negatif dan d payout ratio. 1. Kepemilikan manajerial negatif dan 2. Investment opportunity negatif 3. Kepemilikan manajerial positif dan nilai perusahaan 28

No Peneliti/ Tahun Lanjutan Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu Judul Variabel Teknik Analisis Hasil Penelitian 4. Financial leverage positif dan nilai perusahaan 5. Profitabilitas positif dan nilai perusahaan 6. Ukuran perusahaan positif dan nilai perusahaan 7. Investment opportunity positif dan nilai nilai perusahaan 8. Kebijakan positif nilai perusahaan 2.3 Kerangka Konseptual Kepemilikan manajerial berupa saham perusahaan akan mengurangi biaya keagenan dari para pemegang saham. Manajer mendapatkan kesempatan untuk terlibat dalam kepemilikan saham dengan tujuan mensetarakan kepentingan dengan pemegang saham. Melalui ini manajer diharapkan mampu menghasilkan kinerja yang lebih baik. Pada tingkat kepemilikan manajerial yang tinggi, manajer akan cenderung membayar yang rendah kepada pemegang 29

saham. Pada tingkat kepemilikan manajerial yang tinggi, manajer mengalokasikan laba pada laba ditahan daripada membagikan. Hal ini dikarenakan sumber dana internal dinilai lebih efisien daripada sumber dana eksternal. Sebaliknya, pada tingkat kepemilikan manajerial yang rendah, manajer melakukan pembagian yang tinggi untuk memberikan sinyal yang bagus tentang kinerja perusahaan sehingga meningkatkan reputasi perusahaan di mata investor. Penelitian yang dilakukan oleh Afza (2010) menyatakan bahwa kepemilikan manajerial memiliki pengaruh yang negatif. Penelitian yang dilakukan oleh Rizqia, et al. (2013) juga menyatakan bahwa kepemilikan manajerial memiliki pengaruh yang negatif. Penelitian yang dilakukan oleh Dewi (2008) juga menyatakan bahwa kepemilikan manajerial memiliki pengaruh yang negatif. Kepemilikan institusional sebagai kepemilikan saham oleh pihak-pihak yang berbentuk institusi seperti bank, perusahaan asuransi, perusahaan investasi, dana pensiun, dan institusi lainnya. Berdasarkan penelitian Bathala et al. (1994) dalam wijayanintyas (2009) mengindikasikan bahwa kepemilikan institusional dapat menggantikan peranan utang sebagai monitor agent dalam mengurangi biaya keagenan. Menurut Kouki dan Guizani (2009) menyatakan bahwa kepemilikan institusional yang besar merupakan cara untuk monitoring agent. Sistem kepemilikan institusional pada suatu perusahaan keputusan yang diambil dalam tiap periode, karena bisa saja keputusan yang diambil oleh pihak perusahaan akan berdasarkan kemauan dari pihak institusional yang mempunyai kepemilikan yang lebih besar. Jika kepemilikan institusional 30

dalam suatu perusahaan jumlahnya besar, maka akan lebih memilih untuk mengalokasikan keuntungan yang didapatkan perusahaan dalam bentuk dengan persentase yang lebih stabil. Penelitian yang dilakukan oleh Storaitis (2004) mengatakan bahwa kepemilikan institusional positif. Penelitian yang dilakukan oleh Ullah, et al. (2012) juga menyatakan bahwa kepemilikan institusional positif. Penelitian yang dilakukan oleh Pribadi dan Djoko (2012) juga menyatakan bahwa kepemilikan institusional positif. Maka dengan demikian kepemilikan institusional. Debt to total asset (DAR) digunakan untuk mengukur tingkat leverage (penggunaan hutang) total aktiva yang dimiliki oleh perusahaan. Perusahaan dengan tingkat hutang yang tinggi akan mengurangi agency cost of debt dengan mengurangi hutangnya. Pengurangan hutang dapat dilakukan dengan membiayai investasinya dengan sumber dana internal sehingga pemegang saham akan merelakan nya untuk membiayai investasi. Penelitian Jensen, Solberg dan Zorn (1992) dalam Nuringsih (2005), menemukan mekanisme substitusi antara hutang dengan. Penggunaan hutang yang tinggi akan menyebabkan penurunan karena sebagian besar keuntungan perusahaan dialokasikan sebagai cadangan pelunasan hutang. Sebaliknya pada tingkat penggunaan hutang yang rendah, perusahaan mengalokasikan tinggi sehingga sebagian besar keuntungan digunakan untuk kesejahteraan pemegang saham. Penelitian yang dilakukan Nuringsih (2005) mengatakan bahwa leverage negatif dan 31

. Penellitian yang dilakukan oleh Dewi (2008) juga mengatakan bahwa leverage negatif dan. Dengan demikian leverage mempunyai pengaruh. Rasio return on asset digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan cara memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Faktor profitabilitas karena adalah sebagian laba bersih yang diperoleh perusahaan, oleh karena itu akan dibagikan apabila perusahaan memperoleh keuntungan. Menurut Lintner (1956) dalam Rachmad (2013) jumlah bergantung akan keuntungan perusahaan sekarang dan tahun sebelumnya. Hal ini dapat disimpulkan bahwa perusahaan yang semakin tinggi keuntungannya, maka manajer cenderung membagikan yang tinggi pula. Hal ini dikarenakan oleh semakin tinggi suatu laba perusahaan menunjukkan semakin tinggi pula arus kas atau ketersediaan kas di dalam perusahaan, sehingga manajer dapat menggunakan labanya untuk dibagikan kepada pemegang saham. Penelitian yang dilakukan Pribadi dan Djoko (2012) mengatakan bahwa ROA memiliki pengaruh positif dan. Dengan demikian ROA mempunyai pengaruh. Ukuran atau besarnya perusahaan dapat peranan dalam menjelaskan rasio pembayaran dalam perusahaan. Perusahaan yang memiliki ukuran besar akan lebih mudah memasuki pasar modal sehingga dengan kesempatan ini perusahaan membayar besar kepada pemegang saham. Pembayaran 32

besar dilakukan untuk menjaga reputasi perusahaan di mata investor potensial maupun aktual. (Nuringsih, 2005). Perusahaan besar cenderung membagikan yang lebih besar daripada perusahaan kecil, karena perusahaan yang memiliki aset besar lebih mudah memasuki pasar modal. Sedangkan perusahaan yang memiliki aset sedikit akan cenderung membagikan yang rendah karena laba dialokasikan pada laba ditahan untuk menambah aset perusahaan. Penelitian yang dilakukan Dewi (2008) mengatakan bahwa ukuran perusahaan mempunyai pengaruh positif dan. Penelitian yang dilakukan oleh Al Gharaibeh (2013) juga mengatakan bahwa ukuran perusahaan mempunyai pengaruh positif dan. Dengan demikian, ukuran perusahaan mempunyai pengaruh. Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan, maka kerangka konseptual dari penelitian ini adalah sebagai berikut: Variabel Independen Kepemilikan Manajerial Kepemilikan Institusional Variabel Dependen Kebijakan Dividen Variabel Kontrol Return on Asset Leverage Ukuran Perusahaan Gambar 2.1 Kerangka Konseptual 33

2.4 Hipotesis Penelitian Berdasarkan kerangka konseptual tersebut, maka hipotesis penelitiannya adalah: 1. Kepemilikan Manajerial memiliki pengaruh negatif dan. 2. Kepemilikan Institusional memiliki pengaruh positif dan. 3. Leverage memiliki pengaruh negatif dan. 4. Return on Asset memiliki pengaruh positif dan. 5. Ukuran perusahaan memiliki pengaruh positif dan. 34