Gesture. Landasan Teori

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. budaya. Indonesia merupakan negara di dunia ini yang memiliki ragam budaya

ini. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda, salah satunya di

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Riau adalah rumpun budaya melayu yang memiliki beragam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari berbagai suku

BAB I PENDAHULUAN. terletak diujung pulau Sumatera. Provinsi Aceh terbagi menjadi 18 wilayah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya terdiri dari suku yang berbeda-beda, dan hal itu menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia adalah negara dengan penduduk yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Budaya merupakan kebutuhan hidup manusia secara kodrati, dan sekaligus

BAB V PENUTUP. perkawinan Masyarakat Arab di Kota Medan kesimpulan sebagai berikut. a. Upacara Pernikahan Masyarakat Arab di Medan

BENTUK PENYAJIAN TARI TOR-TOR NAPOSO NAULI BULUNG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI KELURAHAN PIDOLI DOLOK ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. yang sesuai dengan fungsi dan tujuan yang diinginkan. Kesenian dapat

BAB I PENDAHULUAN. sehingga menjadikan Indonesia kaya akan kebudayaan. sangat erat dengan masyarakat. Salah satu masyarakat yang ada di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Barat Daya. Aceh Barat Daya sebagai hasil pemekaran dari Kabupaten Aceh

BAB I PENDAHULUAN. pada masyarakat Pesisir adalah pertunjukan kesenian Sikambang di Kelurahan

BAB I PENDAHULUAN. dalam sekelompok masyarakat. Masyarakat terbentuk oleh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki

PENYAJIAN MUSIK IRINGAN TARI LIKOK PULO DI PULAU ACEH KABUPATEN ACEH BESAR ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Angkola, Tapanuli Selatan dan Nias. Dimana setiap etnis memiliki seni tari yang

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dalam kehidupan sehari-hari mempunyai peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebudayaan merupakan suatu pola hidup yang kompleks, namun menjadi

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman suku, agama, ras, budaya dan bahasa daerah. Indonesia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Tujuh unsur kebudayaan universal juga dilestarikan di dalam kegiatan suatu suku

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Musik merupakan suara yang disusun sedemikian rupa sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk yang berbudaya dan berperadaban. Budaya itu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara yang dikenal dunia kaya akan suku dan

BAB I PENDAHULUAN. Busana tidak hanya terbatas pada pakaian yang dipakai sehari-hari seperti

BAB I PENDAHULUAN. Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia penuh dengan keberagaman atau kemajemukan. Majemuk memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Utara.Sumatera Utara juga memiliki kebudayaan yang beragam.

BAB I PENDAHULUAN. khas dan beragam yang sering disebut dengan local culture (kebudayaan lokal)

BAB I PENDAHULUAN. Aceh yang sebelumnya pernah disebut dengan nama Aceh Darussalam

menghubungkan satu kebudayaan dengan kebudayaan lain.

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan adat Melayu dan yang memenuhi syarat-syarat setempat tertentu.

BAB I PENDAHULUAN. dan juga dikenal dengan berbagai suku, agama, dan ras serta budayanya.

BAB I PENDAHULUAN. Proyek-proyek perumahan, gedung-gedung bertingkat dan pembenahan

BAB I PENDAHULUAN. seni musik merupakan salah satu cabang didalamnya. Musik dapat menjadi sarana

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Innez Miany Putri, 2013

BAB V KESIMPULAN. dituliskan dalam berbagai sumber atau laporan perjalanan bangsa-bangsa asing

BAB I PENDAHULUAN. memiliki nilai estetis (indah) yang disukai oleh manusia dan mengandung ide-ide

I. PENDAHULUAN. dilestarikan dan dikembangkan terus menerus guna meningkatkan ketahanan

BAB I PENDAHULUAN. Malinowyki mengemukakan bahwa cultural determinan berarti segala sesuatu

BAB I PENDAHULUAN. Minangkabau. Tradisi ini dapat ditemui dalam upacara perkawinan, batagak gala

BAB I PENDAHULUAN. Simalungun, Dairi, Nias, Sibolga, Angkola, dan Tapanuli Selatan.

BAB I PENDAHULUAN. Bima itu. Namun saat adat istiadat tersebut perlahan-lahan mulai memudar, dan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut sejarah, sesudah Kerajaan Pajajaran pecah, mahkota birokrasi

BAB I PENDAHULUAN. keunikan masyarakat Indonesia itu sangat berkaitan erat dengan keberadaan

BAB I PENDAHULUAN. disepakati oleh adat, tata nilai adat digunakan untuk mengatur kehidupan

D. Dinamika Kependudukan Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. berbahasa, cara berpakaian, dan cara berperilaku antara sesama. Kehadiran seni tidak

WARISAN BUDAYA TAK BENDA KAB. MERANGIN, JAMBI TARI SAYAK & TARI PISANG

Program Studi Pendidikan Seni Drama Tari dan Musik, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Syiah Kuala *

BAB I PENDAHULUAN. identik dengan nada-nada pentatonik contohnya tangga nada mayor Do=C, maka

BAB I PENDAHULUAN. berada dari beberapa etnik yang ada di Sumatra Utara yaitu etnik Karo atau kalak

BAB I PENDAHULUAN. mencerminkan kepribadian seseorang. Tidak hanya pakaian sehari-hari saja

BAB I PENDAHULUAN. bangsa dan budaya. Seluruh suku yang tersebar mulai dari sabang sampai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan hal yang sangat vital dalam berkomunikasi dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

NANDONG (Studi Etnografi Tentang Kesenian Tradisional Di Kecamatan Simeulue Timur, Kabupaten Simeulue, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam)

BAB I PENDAHULUAN. Cianjur merupakan suatu kabupaten yang luas wilayahnya +/ ,48

BAB I PENDAHULUAN. 1 Sumber buku karangan Nirwabda Wow Building, 2014 : 88 2 Ibid : 88

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia dikenal dengan keberagaman tradisinya, dari

BAB II SENI TARI DAN UNSUR VISUAL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indra Jaya, 2014 Kesenian Janeng Pada Acara Khitanan Di Wonoharjo Kabupaten Pangandaran

BAB I PENDAHULUAN. Manusia ditakdirkan sebagai makhluk sosial yang diwajibkan untuk

BENTUK PENYAJIAN TARI RAMPHAK DI SANGGAR RAMPOE BANDA ACEH ABSTRAK

TARI GANGERENG ATAU TARI GIRING-GIRING

PENGEMBANGAN MOTIF KERAWANG GAYO PADA BUSANA PESTA WANITA DI ACEH TENGAH. Tiara Arliani, Mukhirah, Novita

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian merupakan unsur atau bagian dari kebudayan yang hidup di

BENTUK PENYAJIAN TARI PELEBAT DI SANGGAR LAC SUKU ALAS KABUPATEN ACEH TENGGARA ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. daerah terkaya jika di bandingkan dengan negeri-negeri muslim lainya.

BENTUK DAN FUNGSI KESENIAN OJROT-OJROT DI DESA KARANGDUWUR KECAMATAN PETANAHAN KABUPATEN KEBUMEN

BAB I PENDAHULUAN. ragam etnik, seperti Batak Toba, Karo, Pakpak-Dairi, Simalungun, Mandailing,

BAB I PENDAHULUAN. provinsi Sumatera dan Suku Mandailing adalah salah satu sub suku Batak

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Musik merupakan elemen yang sangat melekat di dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. lampau dimana kawasan Sumatera Utara masuk dalam wilayah Sumatera Timur

PELAKSANAAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT BIDANG KEBUDAYAAN

BAB I PENDAHULUAN. Enim Sumatera Selatan. Antan Delapan merupakan satu kelompok pemain musik

BAB I PENDAHULUAN. dominan dengan menggunakan bahasa Tamiang ( Melayu), Aceh Tengah Bener

TENTANG BERPAKAIAN MUSLIM DAN MUSLIMAH DI KABUPATEN SOLOK SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian dalam kehidupan manusia telah menjadi bagian dari warisan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan buku Ensiklopedi Jakarta Culture and Heritage (Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB IV SISTEM PERNIKAHAN ADAT MASYARAKAT SAD SETELAH BERLAKUNYA UU NO. 1 TAHUN A. Pelaksanaan Pernikahan SAD Sebelum dan Sedudah UU NO.

I. PENDAHULUAN. yakni berbeda-beda tetapi tetap satu. Maknanya meskipun berbeda-beda namun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Provinsi Sumatera Utara adalah salah Provinsi yang terletak di Negara

BAB I PENDAHULUAN. dan memenuhi kepentingan politis pihak yang berkuasa sari negara yang di

2015 PERTUNJUKAN KESENIAN EBEG GRUP MUNCUL JAYA PADA ACARA KHITANAN DI KABUPATEN PANGANDARAN

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi mengakibatkan terjadinya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Kabupaten Batubara yang terletak pada kawasan hasil pemekaran

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari semua yang sudah diteliti di lapangan dan berdasar kanuraian yang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat tersebut yang berusaha menjaga dan melestarikannya sehingga

Transkripsi:

1 Gesture

PENDAHULUAN Kabupaten Simeulue merupakan salah satu daerah terpencil di Aceh yang memiliki berbagai macam budaya dan kesenian tradisi, baik itu kesenian musik maupun tari, seperti kesenian musik nandong dan tari silongor. Selain kesenian tradisi tersebut, kesenian yang terdapat di Kabupaten Simeulue juga ada yang berasal dari daerah luar Kabupaten Simeulue. Kesenian yang berasal dari daerah luar Kabupaten Simeulue mengalami adaptasi yang disesuaikan dengan adat istiadat di daerah setempat. Salah satunya adalah tari bungkus. Tari bungkus adalah sebuah tari sapu tangan yang menceritakan tentang kisah awal perjumpaan sepasang muda-mudi daerah Pesisir Sumatera. Dari hasil penelitian yang dilakukan penulis pada tanggal 10 September 2015 di Kabupaten Simeulue kepada Bapak Juman (narasumber penulis yang merupakan keturunan dari salah satu murid Alm. Halilullah dan salah seorang seniman senior daerah di Kabupaten Simeulue) dapat diketahui bahwa tari bungkus berasal dari daerah Pesisir Sibolga yang dibawakan oleh Alm. Halilullah pada akhir abad ke 18 atau sebelum tahun 1907. Alm. Hailullah merupakan salah seorang pemuka agama dan budayawan yang berasal dari daerah Pesisir Minangkabau yang berimigrasi ke daerah Pesisir Sibolga untuk mendalami ajaran Agama Islam kemudian beliau melanjutkan perjalanannya ke Kabupaten Simeulue dengan tujuan melakukan menyebarkan ajaran Agama Islam di Kabupaten Simeulue. Beliau menyebarkan ajaran Agama Islam melalui seni dan budaya yang berasal dari daerah Pesisir Sibolga seperti tari bungkus. Tari bungkus yang diajarkan disesuaikan dengan hukum dan adat istiadat yang berlaku di daerah Kabupaten Simeulue. Tari bungkus yang telah diadaptasi tersebut terus diajarkan hingga pada akhir hayatnya beliau meninggal dunia di Kabupaten Simeulu dengan bukti autentik terdapatnya makam Alm. Hailullah di jalan Teungku Diujung Kabupaten Simeulue. Berbeda dengan informasi yang telah dijelaskan diatas, menurut buku yang diterbitkan oleh 1

pemerintah Kota Sibolga dengan judul Bunga Rampai Pesisir Kota Sibolga yang disusun oleh Sjawal Pasaribu (2014:88), tari sapu tangan berasal dari Pantai Barat Pesisir Tapanuli Tengah Sibolga. Tari sapu tangan ini menggambarkan bagaimana kisah dan cara perkenalan sepasang muda mudi pada zaman dahulu didaerah pesisir. Kejadiannya bermula dari perkenalan sepasang muda mudi pada saat para nelayan pulang dari menangkap ikan di pantai Barat Pesisr Tapanuli Tengah Sibolga. Dari tata cara perkenalan yang mereka lakukan didasari adat istiadat, terlukislah sebuah tata cara yang diperagakan dalam tarian yang bernama tari sapu tangan. Dari kedua informasi mengenai asal usul tari bungkus tersebut ditemukan persepsi budaya yang berbeda. Hal tersebut menyebabkan munculnya varian tari sapu tangan yang berbeda. Perbedaan tersebut dapat jelas dilihat dari nama tari, bentuk penyajian, ragam gerak, iringan musik dan busana yang terdapat pada tari tersebut. Nama tari sapu tangan di kabupaten simeulue adalah tari bungkus.nama dari Tari bungkus tersebut diambil dari sebuah pembungkus bekal yang menggunakan kain sebagai pembungkusnya dan diikatkan sebanyak dua kali. Apabila dihubungkaitkan dengan tari bungkus, nama dari tari bungkus tersebut diartikan sebagai permulaan kisah karena pembungkus tersebut merupakan bagian paling luar. Nama dari tari bungkus juga sangat berkaitan dengan adat istiadat di Kabupaten Simeulue karena ikatan dari pembungkus tersebut diikat sebanyak dua kali dan apabila dikaitkan dengan tari bungkus, ikatan pembungkus itu diibaratkan seperti sebuah rantai yang kuat sama halnya dengan Kabupaten Simeulue yang memiliki sebuah peraturan dan hukum adat istiadat yang sangat kuat. Selain nama, bentuk penyajian tari bungkus juga berbeda dengan tari sapu tangan Pesisir Sibolga. Jika pada tari sapu tangan daerah Pesisir Sibolga sepasang muda-mudi diperbolehkan untuk menari, maka berbeda halnya pada tari sapu tangan atau tari bungkus di Kabupaten Simeulue. Pada tari bungkus Kabupaten Simeulue yang 2

diperbolehkan untuk menarikannya adalah sepasang muda-muda dan sepasang pasangan yang telah menikah. Hal tersebut dikarenakan adanya peraturan adat setempat yang berpedoman kepada syariat Islam. Namun seiring perkembangan zaman, tari bungkus tersebut saat ini hanyalah ditarikan oleh muda-muda saja dikarenakan adanya keterikatan pekerjaan bagi pasangan yang telah menikah baik itu pekerjaan rumah maupun pekerjaan untuk mencari nafkah. Sehingga banyak dintara pasangan yang telah menikah tersebut menolak untuk menarikan tari bungkus pada acara pernikahan maupun acara besar di Kabupaten Simeulue. Bukan hanya perbedaan pada bentuk penyajiannya saja yang dapat dilihat, ada beberapa perbedaan lainnya yang dapat dilihat pada tari bungkus Kabupaten Simeulue. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, penulis sangat tertarik untuk mengetahui lebih dalam dan mengangkatnya dalam suatu karya tulis ilmiah yang berjudul Transformasi Tari Bungkus di Kabupaten Simeulue. Landasan Teori Untuk membahas transformasi tari bungkus di Kabupaten Simeulue maka penulis menggunakan teori sejarah dari Gilbert J. Garraghan, S.J, teori transformasi dari Sumaryono, dan teori akulturasi dari Koentjaraningrat. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di Kabupaten Simeulue, Aceh. Waktu yang digunakan dalam penelitian ini adalah selama dua bulan yaitu dimulai dari awal bulan September 2015 sampai bulan Oktober 2015. Populasi dan Sampel Populasi Yang menjadi obyek populasi dalam penelitian ini adalah tari bungkus sedangkan yang akan menajdi subyek populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat Simeulue. Sampel Sampel pada penelitian ini yaitu ketua adat, narasumber, seniman, 3

dan masyarakat umum yang mengetahui Tari Bungkus di Kabupaten Simeulue. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Studi kepustakaan 2. Observasi 3. Wawancara 4. Dokumentasi Teknik Analisis Data Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif dimana penelitian ini sesuai dengan fakta sosial dan memberi gambaran, keterangan serta uraian. ISI Gambaran Umum Kabupaten Simeulue Kabupaten Simeulue adalah salah satu kabupaten di Aceh, Indonesia. Berada kurang lebih 150 km dari lepas pantai barat Aceh, Kabupaten Simeulue berdiri tegar di Samudera Indonesia. Kabupaten Simeulue merupakan pemekaran dari Kabupaten Aceh Barat sejak tahun 1999, dengan harapan pembangunan semakin ditingkatkan di kawasan ini.ibukota Kabupaten Simeulue adalah Sinabang. Kabupaten Simeulue merupakan salah satu daerah terpencil di Aceh yang memiliki berbagai macam kesenian tradisi, baik itu kesenian musik maupun tari, seperti kesenian musik nandong dan tari silongor. Selain kesenian tradisi tersebut, kesenian yang terdapat di Kabupaten Simeulue juga ada yang berasal dari daerah luar Kabupaten Simeulue. Kesenian yang berasal dari daerah luar Kabupaten Simeulue mengalami adaptasi yang disesuaikan dengan adat istiadat di daerah setempat. Salah satunya adalah tari bungkus. Sejarah Tari Bungkus di Kabupaten Simeulue Tari Bungkus adalah sebuah tari tradisional yang berasal dari daerah Pesisir Pulau Sumatera tepatnya dari daerah Pesisir Sibolga. Tari Bungkus merupakan tari sapu tangan yang menggambarkan tentang awal pertemuan sepasang muda mudi. Tari 4

bungkus ini dibawa dan diajarkan ke daerah Pesisir Kabupaten Simeulue oleh Alm. Halilullah pada akhir abad ke 18 atau sebelum tahun 1907 yaitu pada zaman kolonial Belanda atau sebelum terjadinya Smong untuk yang pertama kali di Kabupaten Simeulue. Tari bungkus yang diajarkan oleh Alm. Hailullah mengalami beberapa perubahan, perubahan tersebut terjadi dikarenakan adanya penyesuaian atau adaptasi dengan hukum dan adat istiadat yang berlaku di daerah Kabupaten Simeulue. Tari bungkus yang telah diadaptasi tersebut awalnya diajarkan Alm. Halilullah hanya kepada pemuda-pemuda Kabupaten Simeulue setiap hari dan ditampilkan ketika diadakannya acara-acara besar di Kabupaten Simeulue. Hal tersebut dikarenakan dalam hukum adat yang berlaku di Kabupaten Simeulue menyatakan bahwa seorang wanita tidak diperbolehkan untuk menari. Menurut hukum adat Kabupaten Simeulue, wanita adalah perhiasan dunia yang harus tetap dijaga dan dilindungi. Wanita Simeulue juga tidak diperbolehkan untuk berada diluar rumah dalam waktu yang lama terlebih untuk berkomunikasi dengan lelaki yang bukan muhrimnya. Tari bungkus yang telah diadaptasi tersebut secara terus-menerus diajarkan Alm. Halilullah hingga pada akhir hayatnya. Beliau meninggal dunia dan dimakamkan di Gampong Latak Ayah, Kecamatan Simeulue Cut, Kabupaten Simeulue dengan bukti otentik terdapatnya makam Alm. Hailullah di jalan Teungku Diujung, Gampong Latak Ayah, Kecamatan Simeulue Cut, Kabupaten Simeulue. Proses Transformasi Proses terjadinya transformasi pada tari bungkus di Kabupaten Simeulue terjadi karena adanya budaya luar yaitu budaya dari daerah Pesisir Sibolga yang masuk ke Kabupaten Simeulue. Budaya tersebut dibawa ke kabupaten Simeulue oleh Alm. Halilullah berupa bahasa dan kesenian-kesenian daerah Pesisir Sibolga seperti tari-tarian. Budaya tersebut tidak mudah untuk diterima olah masyarakat Kabupaten Simeulue karena Kabupaten Simeulue memiliki budaya yang 5

berbeda dengan budaya pesisir yang dibawakan oleh Alm. Halilullah. Budaya di Kabupaten Simeulue sangat erat kaitannya dengan adat istiadat yang berlaku di Kabupaten Simeulue sehingga apabila budaya luar yang dibawa harus dapat beradaptasi dengan adat istiadat yang berlaku di Kabupaten Simeulue. Transformasi Tari Bungkus Sebelum membahas mengenai transformasi tari bungkus di Kabupaten Simeulue, terlebih dahulu diketahui bagaimana bentuk tari bungkus atau yang biasa dikenal oleh masyarakat Pesisir Sibolga sebagai tari sapu tangan. Tari sapu tangan adalah sebuah tari tradisional yang berasal dari daerah Pesisir Pulau Sumatera tepatnya dari daerah Pesisir Sibolga. Tari sapu tangan menceritakan tentang awal pertemuan sepasang muda mudi. Seperti proses adaptasi yang dilakukan oleh Alm. Halilullah ketika mengajarkan keseniankesenian daerah Pesisir Sibolga kepada masyarakat Kabupaten Simeulue. Salah satunya yaitu tari bungkus. Tari Bungkus ini dibawa dan diajarkan ke daerah Pesisir Kabupaten Simeulue oleh Alm. Halilullah. Seperti yang telah dibahas sebelumnya tari bungkus ini mengalami proses adaptasi dengan kebudayaan dan adat istiadat di Kabupaten Simeulue sehingga menghasilkan suatu perubahan bentuk yang baru. Dari proses adaptasi yang telah dilakukan Alm. Halilullah, tari sapu tangan daerah Pesisir Sibolga berubah nama dan wujudnya menjadi sebuah tarian yang baru yang disebut masyarakat Kabupaten Simeulue dengan tari bungkus. nama dari tari bungkus tersebut diambil dari sebuah pembungkus bekal yang menggunakan kain sebagai pembungkusnya dan diikatkan sebanyak dua kali. Apabila dihubungkaitkan dengan tari bungkus, nama dari tari bungkus tersebut diartikan sebagai permulaan kisah karena pembungkus tersebut merupakan bagian paling luar. Nama dari tari bungkus juga sangat berkaitan dengan adat istiadat di Kabupaten Simeulue karena ikatan dari pembungkus tersebut diikat sebanyak dua kali dan apabila 6

dikaitkan dengan tari bungkus, ikatan pembungkus itu diibaratkan seperti sebuah rantai yang kuat sama halnya dengan Kabupaten Simeulue yang memiliki sebuah peraturan dan hukum adat istiadat yang sangat kuat. Adapun perubahan wujud tersebut dapat dilihat dari unsur-unsur kebaruan yang meliputi rupa, rasa, gaya dan makna Transformasi Tari Bungkus di Kabupaten Simeulue A. Rupa Rupa memiliki arti segala hal-hal yang dapat dilihat wujud dan bentuknya secara nyata. Dalam tari bungkus, yang dapat dilihat wujud dan bentuknya secara nyata terdiri dari bentuk gerak, busana, dan alat musik. 1. Transformasi Bentuk Tari Bungkus Dilihat Dari Gerak Dilihat dari geraknya, tari sapu tangan Pesisir Sibolga dengan tari bungkus Kabupaten Simeulue samasama memiliki empat ragam gerak. Meskipun sama-sama memiliki jumlah ragam gerak yang sama, namun jumlah gerak di dalam ragam geraknya berbeda. Selain itu, bentuk geraknya juga sangat berbeda. Apabila pada tari sapu tangan Pesisir Sibolga gerakan kakinya dihenjut, berbeda dengan tari bungkus di Kabupaten Simeulue yang kakinya tidak dihenjut. 2. Transformasi Bentuk Tari Bungkus Dilihat Dari Pola Lantai Selain bentuk geraknya yang berbeda, pola lantai dan bentuk penyajian pada tari bungkus Kabupaten Simeulu ini juga memiliki perbedaan. Pola lantai tari bungkus yaitu membentuk angka delapan pada ragam intinya. Angka delapan tersebut dilihat dari sebuah bungkusan kain yang diikatkan sebanyak dua kali dan diibaratkan sebuah rantai yang memiliki makna bahwa di Kabupaten Simeulue memiliki adat istiadat yang saling berkaitan dan sangat mempengaruhi sistem kemasyarakatan di Kabupaten Simeulue. Untuk itu ketika melakukan sebuah perkenalan seorang pemuda dan pemudi haruslah tetap berpegang teguh pada adat istiadat yang ada. 7

3. Transformasi Bentuk Tari Bungkus Dilihat Dari Penari Penari pada tari bungkus Kabupeten Simeulue adalah sebanyak dua orang. Pada tari bungkus di Kabupaten Simeulue yang diperbolehkan untuk menarikannya adalah sepasang muda-muda dan sepasang pasangan yang telah menikah. Hal tersebut dikarenakan adanya peraturan adat setempat yang berpedoman kepada syariat Islam. Namun seiring perkembangan zaman, tari bungkus tersebut saat ini hanyalah ditarikan oleh muda-muda saja dikarenakan adanya keterikatan pekerjaan bagi pasangan yang telah menikah baik itu pekerjaan rumah maupun pekerjaan untuk mencari nafkah. Sehingga banyak dintara pasangan yang telah menikah tersebut menolak untuk menarikan tari bungkus pada acara pernikahan maupun acara besar di Kabupaten Simeulue. Bentuk penyajian yang berubah juga mempengaruhi fungsi dari tari bungkus meskipun samasama berfungsi sebagai tari hiburan namun tari bungkus pada saat ini lebih dikenal dengan sebuah tari pergaulan bukanlah tari percintaan. 4. Transformasi Bentuk Tari Bungkus Dilihat DariInstrument Instrument Tari Sapu Tangan Pesisir Sibolga Gambar. Biola Gambar. Singkadu Instrument Tari Bungkus Kabupaaten Simeulue 8

Gambar. Alat Musik Pada Tari Bungkus Gambar. Pemain dan Alat Musik Biola pada Tari Bungkus Kabupaten Simeulue Gambar. Alat musik gendang yang digunakan pada tari bungkus di Kabupaten Simeulue. 5. Transformasi Bentuk Tari Bungkus Dilihat Dari Busana Busana yang digunakan pada tari bungkus mengalami perubahan pada rupa dan fungsinya. Apabila pada zaman dahulu busana yang digunakan penari pada tari bungkus adalah hanya baju yang sopan dan menutup aurat untuk penari lakilaki, baju kurung serta rok panjang dan menutupi aurat untuk penari perempuan maka sejak terbentuknya pemerintahan Kabupaten Simeulue busana yang digunakan penari pada tari bungkus tersebut adalah menggunakan teluk belanga, celana panjang, dan songket atau kain sarung untuk penari laki-laki sedangkan untuk penari perempuan menggunakan baju kurung dan rok panjang. Untuk warna pakaian yang digunakan penari dan pemusik haruslah berwarna kuning. Karena menurut adat istiadat Kabupaten Simeulue warna kuning adalah warna yang biasa digunakan oleh pihak kerajaan Kabupaten Simeulue serta sebagai lambang kebijaksanaan serta keagungan raja. Busana yang digunakan oleh penari dan pemusik pada tari sapu tangan Pesisir Sibolga sama dengan busana yang digunakan oleh penari dan pemusik pada tari bungkus Kabupaten Simeulue, hanya saja pada tari sapu tangan Pesisir Sibolga busana yang digunakan oleh penari dan pemusik tidak diharuskan menggunakan busana warna kuning. 9

Gambar. Celana yang digunakan penari dan pemusik pada tari bungkus Kabupaten Simeulue B. Gaya Gambar. Busana yang digunakan penari dan pemusik pada tari bungkus Kabupaten Simeulue Gambar. Peci dan kain songket yang digunakan penari dan pemusik pada tari bungkus Kabupaten Simeulue Setiap daerah memiliki gaya atau ciri khas masing-masing dalam menari. Ciri khas tersebut ada dikarenakan adanya suatu aturan maupun kebiasaan masyarakat dalam menari. Di dalam tari bungkus terdapat gaya atau etika dalam menari, etika tersebut disesuaikan dengan peraturan adat yang berlaku di Kabupaten Simeulue. Tari bungkus Kabupaten Simeulu memiliki gaya yang lebih tegas dibandingkan dengan gaya pada tari sapu tangan Pesisir Sibolga. Gaya Gambar. Teluk belangatari bungkus Kabupaten Simeulue Tari Tangan Sibolga Sapu Pesisir Sibolga memilki gerakan tidak tegas Gerakan dihenjut yang begitu kaki Simeulue Memiliki gerakan yang lebih tegas dari Tari Sapu Tangan Sibolga Gerakan tidak dihenjut Pesisir kaki Table. Transformasi Gaya Pada Tari Bungkus 10

C. Rasa Adanya adat istiadat yang berlaku di Kabupaten Simeulue mempengaruhi rasa dalam menarikan tari bungkus. Rasa tersebut hadir karena pantun yang terdapat pada musik yang meniringi tari bungkus tersebut berisikan tentang nasehat yang bersangkut paut dengan adat istiadat Kabupaten Simeulue. Pantun tersebut mengingatkan siapapun yang mendengar pantun tersebut akan adat istiadat yang berlaku di Kabupaten Simeulue. Rasa Sibolga mendalam karena syair lebih didalam berisi tentang nasehatnasehat Rasa Rasa Simeulue mendalam karena syair lebih didalam berisi tentang nasehatnasehat Tabel. Transformasi Rasa Pada Tari Bungkus D. Makna Makna yang terkandung didalam tari bungkus tersebut berisikan tentang nasehat mengenai batasan-batasan dalam sebuah pertemuan antara muda-mudi dan mengenai proses yang harus dilalui oleh sepasang muda-mudi ketika sedang melakukan pendekatan. Makna tersebut diambil dari hukum adat yang berlaku di Kabupaten Simeulue dan kemudian dituangkan kedalam syair sebagai lantunan untuk mengiringi tari bungkus tersebut. Makna Sibolga Makna yang terkandung pada tari sapu tangan Pesisir Sibolga terdapat didalam syair mengiringi sapu tersebut. yang tari tangan Makna Simeulue yang terkandung pada tari bungkus di Kabupaten Simeulue terdapat didalam syair mengiringi yang tari bungkus tersebut. Tabel. Transformasi Makna Pada Tari Bungkus Kesimpulan PENUTUP Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dan diuaraikan didalam penulisan ini mulai dari latar belakang hingga pembahasan terhadap transformasi tari bungkus di Kabubaten Simeulue, maka secara 11

keseluruhan dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Tari Bungkus merupakan sebuah tari tradisi yang berasal dari daerah Pesisir Sibolga yang kemudian oleh Hailullah pada tahun 1907 dibawa dan diajarkan ke daerah Pesisir Kabupaten Simeulue. Hailullah adalah salah seorang pemuka agama dan budayawan yang berasal dari daerah Pesisir Minangkabau yang berimigrasi ke daerah Pesisir Sibolga untuk mendalami ajaran agama Islam dan kemudian berlayar ke Kabupaten Simeulue dengan tujuan untuk menyiarkan ajaran agama Islam di Kabupaten Simeulue. 2. Dalam proses pengajarannya, tari bungkus mengalami perubahan. Perubahan tersebut terjadi karena adanya penyesuaian terhadap adat istiadat di Kabupaten Simeulue yang sangat dipegang teguh oleh masyarakat setempat. 3. Perubahan atau transformasi yang terjadi menghasilkan wujud yang baru dari tari sapu tangan. Wujud dari tari yang baru tersebut dinamakan tari bungkus. Wujud dari tari bungkus dapat dilihat dari rupa (bentuk gerak, pola lantai, penari, syair dan instrument, busana), gaya, rasa, dan makna. Saran Dari hasil kesimpulan penelitian diatas, maka dapat dihasilkan beberapa saran oleh penulis yang sangat diharapkan untuk diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Adapun beberapa saran tersebut antara lain sebagai berikut : 1. Penulis berharap dengan adanya penelitian ini masyarakatkabupaten Simeulue untuk menjaga, mengembangkan serta melestarikan kesenian asli Kabupaten Simeulu khususnya tari-tarian yang berada di Kabupaten Simeulue. 2. Diharapkan kepada masyarakat Kabupaten Simeulue khususnya kepada pemerintah daerah Kabupaten Simeulue dan pemerintah provinsi Nanggroe Aceh Darussalam senantiasa memperkenalkan berbagai kesenian asli dan tari-tarian khas Simeulue kepada masyarakat luas baik lokal maupun 12

interlokal. Dengan begitu keberadaan kesenian daerah dan tari-tarian khas Kabupaten Simeulue tersebut dapat dikenal dan dipelajari oleh khalayak banyak. 3. Denganmenjaga,mengembangka n serta melestarikan dan meningkatkan kepedulian terhadap kesenian daerah, berarti telah menyelamatkan anak cucu kita dari pengaruh budaya luar yang akan merusak budaya sendiri. DAFTAR PUSTAKA Agus Sachari dan Yan Yan Sunarya. (1998) Reformasi Budaya Kita sebuah wacana Dinamika, Desain dan Dunia Kesenirupaan di Indonesia. Koentjaraningrat. (2003). Pengantar Antropologi I. Jakarta: PT Rineka Cipta -------------------. (2009). Pengantar Ilmu Antropologi. PT Rineka Cipta Moleong. (2014). Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi revisi. PT. Remaja Rosdakarya Bandung. Nugrahaningsih, Yusnizar Heniwaty. (2012). Tari Identitas dan Resistensi. Medan :Unimed Press Nurwani. (2014). Bahan Ajar Pengetahuan Seni Tari. Medan : Unimed Press Nurwani (2015). Seni Dalam Perspektif Ilmu Sosial : Unimed Press Pasaribu Sjawal. (2014). Bunga Rampai Pesisir Kota Sibolga. Pemerintah Kota Sibolga. Pelly Usman. (1994). Urbanisasi dan Adaptasi:Peranan Misi Budaya Minangkabau dan Mandailing. Jakarta : Pustaka LP3ES Indonesia. Ruwaida. (2014). Kesenian Sikambang: Prespektif 13

Multikultural sebagai Identitas Budaya Pesisir Sibolga. Skripsi untuk memeuhi syarat Sarjana S-1 pada Program Studi Pendidikan Tari, Jurusan Sendratasik, Universitas Negeri Medan. Sibarani Robert. (2014). Kearifan Lokal Hakikat, Peran dan Metode Tradisi Lisan. Asosiasi Tradisi Lisan (ATL). Sugiyono. (2010) Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta. Sumaryono. (2003). Restorasi Seni Tari dan Transformasi Budaya. Yogyakarta : Ikaphi. Yusmidar. (1999) Mengenal Tari Tradisional Aceh. Banda Aceh : Dinas Kebudayaan 1999. 14