BAB I PENDAHULUAN UKDW. trakea bahkan paru-paru. ISPA sering di derita oleh anak anak, baik di negara

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Balita. Pneumonia menyebabkan empat juta kematian pada anak balita di dunia,

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 ISPA

BAB I PENDAHULUAN. (Infeksi Saluran Pernafasan Akut). Saat ini, ISPA merupakan masalah. rongga telinga tengah dan pleura. Anak-anak merupakan kelompok

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan lima tahun. Pada usia ini otak mengalami pertumbuhan yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. disekelilingnya khususnya bagi mereka yang termasuk ke dalam kelompok rentan

BAB I PENDAHULUAN. balita di dunia, lebih banyak dibandingkan dengan penyakit lain seperti

7-13% kasus berat dan memerlukan perawatan rumah sakit. (2)

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan salah satunya adalah penyakit infeksi. Masa balita juga merupakan masa kritis bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diare merupakan penyakit yang sangat umum dijumpai di negara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada bayi dan balita. United Nations Children's Fund (UNICEF) dan

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan suatu negara, karena merupakan generasi penerus bangsa

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tingginya angka kematian dan kesakitan karena ISPA. Penyakit infeksi saluran

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. yaitu program pemberantasan penyakit menular, salah satunya adalah program

BAB I PENDAHULUAN. dan batuk baik kering ataupun berdahak. 2 Infeksi saluran pernapasan akut

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Batuk pilek merupakan gangguan saluran pernafasan atas yang paling

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas di masa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh virus atau bakteri dan berlangsung selama 14 hari.penyakit

BAB I PENDAHULUHAN A. Latar Belakang

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA ISPA PADA BAYI (1-12 BULAN) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAJABASA INDAH BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. kehilangan cairan tubuh sehingga menyebabkan dehidrasi tubuh, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. disebut infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). ISPA merupakan

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Pencapaian tujuan

BAB I PENDAHULUAN. (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. lima tahun pada setiap tahunnya, sebanyak dua per tiga kematian tersebut

BAB I PENDAHULUAN. kematian terbesar kedua di dunia setelah Human Immunodeviciency Virus

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sehingga menimbulkan gejala penyakit (Gunawan, 2010). ISPA merupakan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Diare merupakan penyakit dengan tanda - tanda perubahan frekuensi buang air

BAB I PENDAHULUAN. yang paling banyak diderita oleh masyarakat. Sebagian besar dari infeksi

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di Indonesia diare merupakan penyebab kematian utama pada bayi dan anak.

BAB I PENDAHULUAN. kematian bayi (AKB) masih cukup tinggi, yaitu 25 kematian per 1000

BAB I PENDAHULUAN juta kematian/tahun. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya angka

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN UPAYA PENCEGAHAN ISPA PADA BALITA DI PUSKESMAS NGORESAN SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan

BAB I PENDAHULUAN. WHO (World Health Organization) mendefinisikan Diare merupakan

F. Originalitas Penelitian. Tabel 1.1 Originalitas Penelitian. Hasil. No Nama dan tahun 1. Cohen et al Variabel penelitian.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di masyarakat. Wujud

Jurnal Harapan Bangsa, Vol.1 No.1 Desember 2013 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. seluruh daerah geografis di dunia. Menurut data World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. diprioritaskan dalam perencanaan dan pembangunan bangsa (Hidayat, 2008).

BAB 1 PENDAHULUAN. saluran pernapasan sehingga menimbulkan tanda-tanda infeksi dalam. diklasifikasikan menjadi dua yaitu pneumonia dan non pneumonia.

BAB V PEMBAHASAN. balita yang menderita ISPA adalah kelompok umur bulan yaitu

BAB 1 : PENDAHULUAN. dalam kehidupannya. Millenium Development Goal Indicators merupakan upaya

BAB 1 PENDAHULUAN. terbesar baik pada bayi maupun pada anak balita. 2 ISPA sering berada dalam daftar

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan lingkungan mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penyakit diare masih merupakan masalah global dengan morbiditas dan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kualitas lingkungan dapat mempengaruhi kondisi individu dan

Syntax Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia ISSN : e-issn : Vol. 2, No 4 April 2017

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN atau Indonesia Sehat 2025 disebutkan bahwa perilaku. yang bersifat proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan;

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP ORANG TUA DENGAN UPAYA PENCEGAHAN KEKAMBUHAN ISPA PADA ANAK DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PURWANTORO I SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. pneumonia masih merupakan penyakit utama penyebab kesakitan dan

BAB I PENDAHULUAN. (mordibity) dan angka kematian (mortality). ( Darmadi, 2008). Di negara

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. prasarana kesehatan saja, namun juga dipengaruhi faktor ekonomi,

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP ORANG TUA DENGAN KEKAMBUHAN ISPA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS PEKALONGAN SELATAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan suatu negara, karena merupakan generasi penerus bangsa

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat Gelar S 1 Keperawatan. Oleh: WAHYUNI J

BAB I PENDAHULUAN. 2,7% pada wanita atau 34,8% penduduk (sekitar 59,9 juta orang). 2 Hasil Riset

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah infeksi akut yang

BAB I PENDAHULUAN. terbanyak yang diderita oleh anak-anak, baik di negara berkembang maupun di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Batasan anak balita adalah setiap anak yang berada pada kisaran umur

BAB I LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. karena penularannya mudah dan cepat, juga membutuhkan waktu yang lama

BAB I PENDAHULUAN. di negara berkembang. ISPA yang tidak mendapatkan perawatan dan pengobatan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

SUMMARY ABSTRAK BAB 1

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Diare adalah perubahan frekuensi dan konsistensi tinja. World Health

BAB I PENDAHULUAN. Nigeria masing-masing 6 juta episode (Kemenkes RI, 2011). (15%-30%). Berdasarkan hasil penelitian Khin, dkk tahun 2003 di Myanmar

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat menekankan pada praktik-praktik kesehatan (Wong, 2009). Di dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular langsung yang

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN ORANG TUA TENTANG ISPA DI PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. dari sepuluh kali sehari, ada yang sehari 2-3 kali sehari atau ada yang hanya 2

PERILAKU IBU DALAM MENGASUH BALITA DENGAN KEJADIAN DIARE

BAB I PENDAHULUAN. lebih dalam sehari. Dengan kata lain, diare adalah buang air besar

UKDW. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Anak merupakan generasi penerus bangsa untuk melanjutkan

BAB I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG ISPA DI PUSKESMAS DESA DAYEUH KOLOT KABUPATEN BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. dan Angka Kematian Balita (AKABA/AKBAL). Angka kematian bayi dan balita

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1 Anak usia sekolah di Indonesia ± 83 juta orang (

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diare adalah suatu keadaan dimana penderita mengalami defekasi

BAB I PENDAHULUAN. komplek dan heterogen yang disebabkan oleh berbagai etiologi dan dapat. berlangsung tidak lebih dari 14 hari (Depkes, 2008).

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit diare adalah kondisi dimana terjadi buang air besar atau defekasi

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DALAM PENCEGAHAN PNEUMONIA DENGAN KEKAMBUHAN PNEUMONIA PADA BALITA DI PUSKESMAS SEI JINGAH BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pandemik yang terlupakan atau the forgotten pandemic. Tidak

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan salah satu penyakit yang

BAB 1 PENDAHULUAN. dari kedua belah tangan dengan memakai sabun dan air. Tujuan cuci tangan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Salah satu penyakit yang dialami siswa dimana merupakan salah satu masalah kesehatan yang menonjol di masyarakat adalah penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut ( ISPA ) yaitu infeksi yang menganggu proses pernafasan seseorang Infeksi ini umumnya disebabkan oleh virus yang menyerang hidung, trakea bahkan paru-paru. ISPA sering di derita oleh anak anak, baik di negara berkembang maupun di negara maju. Kebanyakan anak perlu di rawat di rumah sakit akibat penyakit ISPA dimana penyakit ini adalah penyakit yang di derita tergolong cukup gawat dan dapat pula memberi kecacatan sampai masa dewasa (Depkes RI, 2008). ISPA merupakan penyakit yang sering dijumpai pada anak-anak dengan keadaan ringan sampai berat. ISPA yang berat jika masuk kejaringan paru - paru dapat menjadi pneumonia. Pneumonia merupakan penyakit infeksi penyebab kematian. Hal ini disebabkan penyakit ISPA merupakan kelompok penyakit yang dapat menginfeksi pada berbagai lapisan masyarakat dan berbagai daerah dengan letak geografis yang berbeda (Maramis, 2013). Saat ini ISPA menjadi perhatian khusus bagi anak-anak (termasuk balita) baik dinegara berkembang maupun dinegara maju karena penyakit ini berkaitan dengan sistem kekebalan tubuh. Anak-anak dan balita akan sangat rentan terinfeksi penyebab ISPA karena sistem 1

2 tubuh mereka yang masih rendah. Hal inilah yang menyebabkan angka prevalensi dan gejala ISPA pada anak masih tergolong sangat tinggi (Riskesdas, 2013) World Health Organization (WHO) memperkirakan insidensi Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) di negara berkembang dengan angka kematian balita di atas 40 per 1000 kelahiran hidup adalah 15%-20% pertahun pada golongan usia balita. Menurut WHO ± 13 juta anak balita di dunia meninggal setiap tahun dan sebagian besar kematian tersebut terdapat di negara berkembang dan ISPA merupakan salah satu penyebab utama kematian dengan membunuh ± 4 juta anak balita setiap tahun (WHO, 2012). Prevalensi kejadian ISPA di Indonesia adalah 25,0 persen (Riskesdas, 2013). Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas, 2008), didapatkan bahwa prevalensi penyakit ISPA berdasarkan umur balita dan anak-anak adalah untuk usia <6 bulan (4,5%), 6-11 bulan (11,5%), 12-23 bulan (11,8%), 24-35 bulan (9,9%), 36-47 bulan (9,2%), 48-59 bulan (8,0%). Prevalensi ISPA pada anak lakilaki (9,4%) hampir sama dengan perempuan (9,3%). ISPA menyebabkan kematian bayi dan balita yang cukup tinggi yaitu kira-kira 1 dari 4 kematian yang terjadi. Setiap anak diperkirakan mengalami 3-6 episode ISPA setiap tahunnya. Antara 40%-60% dari kunjungan di puskesmas adalah karena penyakit ISPA (Depkes, 2009) Data dari Dinas Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta, penyakit infeksi saluran nafas merupakan satu dari dua penyakit infeksi yang masuk sebagai penyebab kematian terbanyak di Yogyakarta. Laporan pemerintah dari berbagai sarana pelayanan kesehatan menunjukkan bahwa pada tahun 2010 dilaporkan 2

3 sebanyak 1.813, pada tahun 2011 dilaporkan terdapat 1.739 kasus pneumonia pada balita yang ditangani, sedangkan pada tahun 2012 ditemukan 2.936 kasus Pneumonia balita dan anak-anak. Kurang gizi pada anak dan dikombinasi dengan keadaan lingkungan yang tidak sehat akan menyebabkan penurunan reaksi kekebalan tubuh yang berarti kemampuan untuk mempertahankan diri terhadap serangan infeksi menjadi turun. Keadaan tersebut yang menyebabkan anak sangat potensial terkena penyakit infeksi seperti ISPA (Dikes, 2013) Penderita penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) di Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada tahun 2009 meningkat. Musim kemarau menjadi salah satu penyebab meningkatnya penderita ISPA. Data Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul tahun 2009 menunjukkan terdapat 20.136 penderita ISPA selama periode Januari-Juni 2009. (DinKes Kab. Bantul, 2009). Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas kesadaran individu sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di masyarakat (Depkes RI : 2008) Indikator dari Perilaku Hidup Bersih dan Sehat adalah perilaku siswa dalam melakukan kebersihan diri dengan cara Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS), perilaku siswa menggunakan air bersih, serta menggunakan jamban yang sehat. PHBS yang jarang ditemui pada anak-anak adalah mencuci tangan sebelum dan setelah melakukan tindakan. Mencuci tangan merupakan teknik dasar yang paling penting dalam pencegahan dan pengontrolan infeksi. (Midzi, 2011). 3

4 Perilaku siswa yang berhubungan dengan CTPS yaitu terdiri dari pengetahuan yang dimiliki oleh siswa itu sendiri, sikap siswa serta tindakan yang dilakukannya. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa, pengetahuan siswa didapatkan ketika mereka melihat objek sebagai pelajaran buat mereka yang menjadi contoh untuk mereka pelajari. Semakin sering siswa melakukan hal yang mereka pelajari tersebut, maka semakin tinggi pula pengetahuan mereka (Notoadmodjo, 2013),. Selain pengetahuan, terdapat sikap siswa dimana sikap ini mempengaruhi kesehatan siswa itu sendiri. Menurut Azwar (2010), sikap (attitude) adalah merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau obyek. Artinya, setelah siswa mendapatkan pengetahuan dari objek yang sebelunya ia lihat, maka ia akan mulai berfikir untuk melakukannya dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Tujuan cuci tangan adalah untuk menghilangkan kotoran dan debu secara mekanis dari permukaan kulit dan mengurangi jumlah mikroorganisme (Depkes RI : 2008). Perilaku siswa yang ketiga adalah tindakan. Berdasarkan pengetahuan dan sikap siswa diatas, kini siswa tersebut mulai melakukan tindakan. Mencoba perlahan, sedikit demi sedikit sampai sesering mungkin ia lakukan hingga hal tersebut menjadi kebiasaan positif bagi siswa itu sendiri. Jika hal ini terjadi, maka siswa tersebut rentan terhadap penyakit (Proverawati, 2010). 4

5 1.2 Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu Apakah Terdapat Hubungan Perilaku Cuci Tangan Terhadap Kejadian ISPA Pada Siswa Di Sekolah Dasar Kanisius Ganjuran 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini untuk mengetahui Hubungan perilaku cuci tangan terhadap kejadian ISPA pada Siswa di Sekolah Dasar Kanisius Ganjuran 1.3.2 Tujuan Khusus: 1. Mengidentifikasi pengetahuan siswa tentang cuci tangan di Sekolah Dasar Kanisius Ganjuran 2. Mengidentifikasi sikap siswa tentang cuci tangan di Sekolah Dasar Kanisius Ganjuran 3. Mengidentifikasi tindakan siswa tentang cuci tangan di Sekolah Dasar Kanisius Ganjuran 4. Menganalisis pengetahuan siswa tentang cuci tangan terhadap kejadian ISPA di Sekolah Dasar Kanisius Ganjuran 5. Menganalisis sikap siswa tentang cuci tangan terhadap kejadian ISPA di Sekolah Dasar Kanisius Ganjuran 6. Menganalisis tindakan siswa tentang cuci tangan terhadap kejadian ISPA di Sekolah Dasar Kanisius Ganjuran. 5

6 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat bagi ilmu pengetahuan dan masyarakat : Memberikan informasi mengenai hubungan perilaku cuci tangan terhadap kejadian Penyakit ISPA, sehingga bisa melakukan pencegahan terhadap resiko penularan penyakit ISPA. Bagi Sekolah Memberi pengetahuan yang dapat diterapkan di sekolah terkait hubungan perilaku cuci tangan terhadap kejadian ISPA. Bagi Siswa Membantu meningkatkan kesadaran anak anak untuk melakukan cuci tangan untuk mencegah terjadinya penularan penyakit, seperti infeksi virus ISPA dan penyakit lainnya 6

7 1.5 Keaslian Penelitian NO. Judul Penelitian Peneliti, Tahun 1. Hubungan Kristiandy, Antara Tingkat 2012 Pengetahuan Anak Tentang Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Dengan Kejadian ISPA Di Wilayah Kerja Puskesmas Dinoyo Penelitian yang dilakukan penulis memiliki perbedaan dengan penelitian sebelumnya, Pada penelitian saat ini, peneliti menggunakan variabel independen yaitu dengan meneliti perilaku siswa tentang mencuci tangan dengan cara ukurnya menggunakan kuesioner. Dengan subjek penelitian yaitu siswa kelas 4 dan 5 pada SD Kanisius Ganjuran yaitu meneliti hubungan perilaku cuci tangan terhadap kejadian ISPA pada siswa di SD Kanisius Ganjuran. Alasan peneliti ingin meneliti penelitian ini dari penelitian sebelumnya adalah lebih spesifik terhadap perilaku cuci tangan terhadap kejadian ISPA pada anak anak khususnya di Sekolah Dasar. Tabel 1. Penelitian Terkait Hubungan Perilaku Cuci Tangan Terhadap Kejadian ISPA Pada Siswa di Sekolah Dasar Kanisius Ganjuran Metode Hasil Perbedaan Observasional analitik dengan pendekatan Cross sectional study dari 36 responden, terdapat sebagian siswa 24 (66,7%) yang mempunyai tingkat pengetahuan yang baik tentang perilaku cuci tangan Di Wilayah Kerja Puskesmas Dinoyo a. Pada penelitian Kristiandy meneliti tingkat pengetahuan PHBS dengan Kejadian ISPA b.pada penelitian peneliti meniliti tentang perilaku cuci tangan terhadap kejadian ISPA 7

8 2. Hubungan Faktor Predisposisi dengan Perilaku Personal Hygine Anak Jalanan Bimbingan Rumah Singgah YMS Bandung 3. Efektifitas Mencuci Tangan Menggunakan Air Yang Mengalir Terhadap Jumlah Angka Kuman Sari, 2016 Desiyanto, 2013 Observasional analitik dengan pendekatan Cross sectional study Jenis penelitian true experiment dengan rancangan penelitian posttest only control group design dari 68 anak, mayoritas anak mempunyai sikap yang kurang baik dalam menjaga Personal Hygine yaitu sebanyak 47 (69,1%) responden anak yang mencuci tangan dibawah air yang mengalir, maka angka kuman lebih sedikit dibandingkan dengan anak yang mencuci tangan pada air yang menggenang. a. Pada penelitian ini faktor predisposisi merupakan variabel independen sedangkan perilaku merupakan variabel dependen. b.pada penelitian peneliti. Perilaku merupakan variabel independen, sedangkan kejadian ISPA merupakan variabel dependen a.pada penelitian Desiyanto membahas tentang efektifitas cuci tangan dengan air mengalir terhadap jumlah kumah, serta jenis penelitian menggunakan posttest b.pada penelitian peneliti membahas tentang perilaku cuci tangan terhadap kejadian ISPA serta jenis penelitian menggunakan cross sectional study 8

9 4. Hubungan Pengetahuan Siswa Tentang Cuci Tangan Terhadap Kejadian ISPA pada Anak di Wilayah Kerja Puskesmas Nguntoronadi I Wonogiri 5. Hubungan Antara Pengetahuan Dan Sikap Dengan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Pada Pelajar Di SD Inpres Sukur Kecamatan Airmadidi Kabupaten Minahasa Utara Prasetyonin gsih, 2015 Koem, 2015 Observasional analitik dengan pendekatan Cross sectional study Observasional analitik dengan pendekatan Cross sectional study Terdapat hubungan pengetahuan siswa tentang cuci tangan terhadap kejadian ISPA pada anak di wilayah kerja puskesmas Dari hasil uji statistic diperoleh nilai Pvalue <0,001. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara sikap siswa dengan perilaku hidup bersih dan sehat pada pelajar SD Inpres Sukur a.penelitian Prasetyoningsih meneliti tentang pengetahuan terhadap kejadian ISPA. Selain itu objek penelitian menggunakan anak di wilayah kerja puskesmas b.pada penelitian peneliti membahas pengetahuan, sikap, dan tindakan dan dilaksanakan di sekolah pada kelas IV dan V a. Pada penelitian Koem, variabel independen meliputi pengetahuan dan sikap. Sementara variabel dependen adalah PHBS, dengan sampelnya adalah siswa kelas IV, V dan VI. b. Pada penelitian peneliti variabel independen adalah pengetahuan, sikap, dan tindakan. Sementara variabel dependen adalah kejadian ISPA dengan sampelnya adalah siswa kelas IV dan V 9

10 6. Hubungan Antara Perilaku Mencuci Tangan Dengan Insiden diare Pada Anak Usia Sekolah Di Kabupaten Jember Purwandari, 2013 Observasional analitik dengan pendekatan Cross sectional study Hasil analisis menggunakan spearmen terlihat adanya hubungan antara cuci tangan dengan insiden diare dengan Pvalue 0,000 dan r 0,792, semakin baik tindakan cuci tangan, maka kejadian diare semakin rendah a. Pada penelitian Purwandi variabel dependennya adalah Insiden diare b.pada penelitian peneliti variabel dependennya adalah kejadian ISPA 10