FUZZY SUBTRACTIVE CLUSTERING BERDASARKAN KEJADIAN BENCANA ALAM PADA KABUPATEN/KOTA DI JAWA TENGAH

dokumen-dokumen yang mirip
ISSN: JURNAL GAUSSIAN, Volume 4, Nomor 4, Tahun 2015, Halaman Online di:

Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Terapannya 2016 p-issn : ; e-issn :

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH AGUSTUS 2011: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 5,93 PERSEN

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2014 PROVINSI JAWA TENGAH

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. Provinsi Jawa Tengah sebagai salah satu Provinsi di Jawa, letaknya diapit

ASPEK : PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMAKAIAN KONTRASEPSI INDIKATOR : HASIL PEROLEHAN PESERTA KB BARU

ASPEK : PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMAKAIAN KONTRASEPSI INDIKATOR : HASIL PEROLEHAN PESERTA KB BARU

Gambar 1 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Jawa Tengah,

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2018 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi mengikuti pola yang tidak selalu mudah dipahami. Apabila

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

KONDISI UMUM PROVINSI JAWA TENGAH

GUBERNUR JAWA TENGAH

TABEL 4.1. TINGKAT KONSUMSI PANGAN NASIONAL BERDASARKAN POLA PANGAN HARAPAN

GUBERNUR JAWA TENGAH

BPS PROVINSI JAWA TENGAH

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 27 TAHUN 2015 TENTANG

PROVINSI JAWA TENGAH. Data Agregat per K b t /K t

GUBERNUR JAWA TENGAH

PENGELOMPOKAN KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TENGAH BERDASARKAN PERSENTASE PENDUDUK MISKIN TAHUN MENGGUNAKAN METODE KOHONEN

BAB 1 PENDAHULUAN. dan Jusuf Kalla, Indonesia mempunyai strategi pembangunan yang

ASPEK : PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMAKAIAN KONTRASEPSI INDIKATOR : HASIL PEROLEHAN PESERTA KB BARU

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

Lampiran 1. Data Penelitian No Kabupaten Y X1 X2 X3 1 Kab. Cilacap Kab. Banyumas Kab.

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

I. PENDAHULUAN. cepat, sementara beberapa daerah lain mengalami pertumbuhan yang lambat.

Keadaan Tanaman Pangan dan Hortikultura Jawa Tengah April 2015

KATA PENGANTAR. Demikian Buku KEADAAN TANAMAN PANGAN JAWA TENGAH kami susun dan semoga dapat digunakan sebagaimana mestinya.

BERITA RESMI STATISTIK

BPS PROVINSI JAWA TENGAH

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

Sebelum melaksnakan pembelajaran guru terlebih dulu membuat Rencana Proses Pembelajaran (RPP), judul penelitian ini terkait dengan tujuan

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

BAB IV GAMBARAN UMUM

PENEMPATAN TENAGA KERJA. A. Jumlah Pencari Kerja di Prov. Jateng Per Kab./Kota Tahun 2016

BAB I PENDAHULUAN. turun, ditambah lagi naiknya harga benih, pupuk, pestisida dan obat-obatan

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

PENEMPATAN TENAGA KERJA

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Kemampuan yang meningkat ini disebabkan karena faktor-faktor. pembangunan suatu negara (Maharani dan Sri, 2014).

KEGIATAN PADA BIDANG REHABILITASI SOSIAL TAHUN 2017 DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TENGAH

BPS PROVINSI JAWA TENGAH

TABEL 2.1. ESTIMASI KETERSEDIAAN PANGAN JAWA TENGAH 2013 ASEM _2012

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK

LUAS TANAM, LUAS PANEN DAN PREDIKSI PANEN PADI TAHUN 2016 DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA PROVINSI JAWA TENGAH

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. yang melibatkan seluruh kegiatan dengan dukungan masyarakat yang. berperan di berbagai sektor yang bertujuan untuk meratakan serta

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kebijakan-kebijakan pembangunan yang didasarkan kekhasan daerah

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 116 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH,

BAB 3 GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN DAN KEUANGAN DAERAH KAB/KOTA DI JAWA TENGAH

RUANG LINGKUP KERJA DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI PROVINSI JAWA TENGAH

REKAPITULASI PESERTA PAMERAN SOROPADAN AGRO EXPO 2017 TANGGAL JULI 2017

GUBERNUR JAWA TENGAH

APLIKASI PENGGUNAAN METODE KOHONEN PADA ANALISIS CLUSTER (Studi Kasus: Pendapatan Asli Daerah Jawa Tengah Dalam Menghadapi Asean Community 2015)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Tembakau merupakan salah satu komoditas perdagangan penting di dunia. Menurut Rachmat dan Sri (2009) sejak tahun

BAB 5 PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Ringkasan Hasil Regresi

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber-sumber yang ada

BOKS PERKEMBANGAN KINERJA BPR MERGER DI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. pada 6`LU- 11` LS dan antara 95` BT - 141` BT1. Sementara secara geografis

EVALUASI DAERAH PRIORITAS PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN PENARGETAN BERBASIS WILAYAH

BAB I PENDAHULUAN. World Bank dalam Whisnu, 2004), salah satu sebab terjadinya kemiskinan

Gambar 4.1 Peta Provinsi Jawa Tengah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PEMODELAN KEMISKINAN DAERAH MENGGUNAKAN METODE FUZZY MULTI CRITERIA DECISION MAKING (MCDM) (STUDI KASUS : PROPINSI JAWA TENGAH)

PEDOMAN PENYUSUNAN JAWABAN TERMOHON TERHADAP PERMOHONAN PEMOHON (PERSEORANGAN CALON ANGGOTA DPD)

1.1. UMUM. Statistik BPKH Wilayah XI Jawa-Madura Tahun

Penerapan Algoritma Fuzzy C-Means untuk Pengelompokan Kabupaten/Kota di Jawa Tengah Berdasarkan Status Kesejahteraan Tahun 2015

KATA PENGANTAR. Semarang, 22 maret 2018 KEPALA STASIUN. Ir. TUBAN WIYOSO, MSi NIP STASIUN KLIMATOLOGI SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 561.4/52/2008 TENTANG UPAH MINIMUM PADA 35 (TIGA PULUH LIMA) KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2009

GUBERNURJAWATENGAH. PERATURANGUBERNUR JAWA TENGAH NOM0R '2 TAJroJii 2e15 TENTANG

TIM KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN KENDAL. 0 Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah (LP2KD) Kabupaten Kendal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

GUBERNUR JAWA TENGAH

HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 (ANGKA TETAP)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Bab 4 Hasil dan Pembahasan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sektor industri mempunyai peranan penting dalam pembangunan ekonomi

DAFTAR NOMINASI SEKOLAH PENYELENGGARA UN CBT TAHUN 2015

KEMENTERIAN DALAM NEGERI DIREKTORAT JENDERAL BINA KEUANGAN DERAH

BAB I PENDAHULUAN. keadilan sejahtera, mandiri maju dan kokoh kekuatan moral dan etikanya.

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB III PEMBAHASAN. Analisis cluster merupakan analisis yang bertujuan untuk. mengelompokkan objek-objek pengamatan berdasarkan karakteristik yang

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL PROVINSI JAWA TENGAH

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. hasil dari uji heterokedastisitas tersebut menggunakan uji Park. Kriteria

DAMPAK PERKAWINAN USIA DINI TERHADAP KONDISI SOSIO-EKONOMI KELUARGA DI KOTA SALATIGA JAWA TENGAH 1 BAB 1. PENDAHULUAN

REKAP JUMLAH KELAS GELOMBANG 5 ( 2 s/d 6 JULI 2014 ) PELATIHAN KURIKULUM 2013 BAGI GURU SASARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Keadaan Ketenagakerjaan Provinsi Jawa Tengah Agustus 2017

Metode Statistika STK211/ 3(2-3)

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan pembangunan ekonomi tradisional. Indikator pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Zat-zat dalam Susu Nilai Kandungan

Transkripsi:

FUZZY SUBTRACTIVE CLUSTERING BERDASARKAN KEJADIAN BENCANA ALAM PADA KABUPATEN/KOTA DI JAWA TENGAH 1 Diah Safitri, 2 Rita Rahmawati, 3 Onny Kartika Hitasari 1,2,3 Departemen Statistika FSM Universitas Diponegoro e-mail: diahsafitri.fifi@gmail.com ABSTRAK Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam. Provinsi Jawa Tengah terdiri dari 76 kabupaten/kota, kabupaten/kota tersebut dapat dikelompokkan menjadi beberapa kelompok berdasarkan frekuensi terjadinya bencana, yang mana masing-masing kelompok mempunyai karakteristik yang berbeda berdasarkan kejadian bencana alam. Metode untuk mengelompokkan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Fuzzy Subtractive Clustering yang merupakan metode dalam fuzzy. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa cluster dengan jari-jari 0,92 0,94 merupakan jumlah cluster yang terbaik yang digunakan dalam permasalahan ini. Pada jari-jari (r) antara 0,92 0,94 diperoleh kesamaan kecenderungan data yang masuk pada setiap cluster, maka cluster yang terbentuk dengan r = 0,92 sampai 0,94 adalah sebagai berikut, cluster 1 terdapat 14 Kabupaten/Kota, cluster 2 terdapat 7 Kabupaten/Kota, cluster 3 terdapat 7 Kabupaten/Kota, cluster 4 terdapat 5 Kabupaten/Kota, dan Cluster 5 terdapat 2 Kabupaten/Kota. Kata Kunci: bencana alam, fuzzy subtractive clustering PENDAHULUAN Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor [1]. Provinsi Jawa Tengah merupakan daerah yang memiliki frekuensi bencana paling banyak urutan kedua di Indonesia dengan 27 kali bencana, meliputi banjir 6 kali, longsor 4 kali, puting beliung 13 kali dan gunung api 4 kali[5]. Provinsi Jawa Tengah terdiri dari 76 kabupaten/kota, kabupaten/kota tersebut dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok berdasarkan frekuensi terjadinya bencana, yang mana masingmasing kelompok mempunyai karakteristik yang berbeda berdasarkan kejadian bencana alam. Ada beberapa macam metode untuk mengelompokkan, diantaranya adalah Fuzzy Subtractive Clustering dan Gustafson Kessel Clustering yang merupakan metode dalam fuzzy. Dalam [4] dasar logika fuzzy adalah teori himpunn fuzzy, dimana pada teori himpunan fuzzy, peranan derajat keanggotaan sebagai penentu keberadaan 7

elemen dalam suatu himpunan sangat penting. Nilai keanggotaan atau derajat keanggotaan menjadi ciri utama dari penalaran logika fuzzy. Subtractive clustering didasarkan atas ukuran densitas (potensi) titik titik data dalam suatu ruang (variabel). Konsep dasar dari Subtractive Clustering adalah menentukan daerah daerah dalam suatu variabel yang memiliki densitas tinggi terhadap titik titik di sekitarnya. Titik dengan jumlah tetangga terbanyak akan dipilih sebagai pusat cluster. Titik yang sudah terpilih sebagai pusat cluster ini kemudian akan dikurangi densitasnya. Kemudian algoritma akan memilih titik lain yang memiliki tetangga terbanyak untuk dijadikan pusat cluster yang lain. Hal ini akan dilakukan berulang ulang hingga semua titik diuji [3]. Apabila terdapat N buah data: X1, X2,, XN dan dengan menganggap bahwa data data tersebut sudah dalam keadaan normal, maka densitas titik dapat dihitung sebagai: dengan adalah jarak antara dengan dan r adalah konstanta positif yang kemudian akan dikenal dengan nama jari jari (influence range). Jari jari berupa vektor yang akan menentukan seberapa besar pengaruh pusat cluster pada tiap tiap variabel. Dengan demikian, suatu titik data akan memiliki densitas yang besar jika dia memiliki banyak tetangga dekat. Setelah menghitung densitas tiap tiap titik, maka titik dengan densitas tertinggi akan dipilih sebagai pusat cluster. Misalkan Xc1 adalah titik yang terpilih sebagai pusat cluster pertama, sedangkan Dc1 adalah ukuran densitas atau potensi kelompok pertama. Selanjutnya dalam [4], densitas dari titik-titik disekitarnya akan dikurangi menjadi: dengan adalah nilai potensi baru data ke k, rb adalah konstanta positif. Hal ini berarti bahwa titik titik yang berada dekat dengan pusat cluster uc1 akan mengalami pengurangan densitas besar besaran. Hal ini akan berakibat titik tersebut akan sangat sulit untuk menjadi pusat cluster berikutnya. Nilai rb menunjukkan suatu lingkungan yang mengakibatkan titik titik berkurang ukuran densitasnya. Biasanya rb bernilai lebih besar dibandingkan dengan r, rb = q * ra (biasanya squash_factor (q) = 1,5). Setelah densitas tiap tiap titik diperbaiki, maka selanjutnya akan dicari pusat cluster yang kedua yaitu Xc2. Sesudah Xc2 didapat, ukuran densitas setiap titik data akan diperbaiki kembali, demikian seterusnya [4]. Pada implementasinya, bisa digunakan 2 pecahan sebagai faktor pembanding, yaitu accept ratio dan reject ratio. Apabila hasil bagi antara potensi tertinggi suatu titik data dengan potensi tertinggi pertama kali yang diperoleh pada iterasi pertama lebih besar daripada accept ratio, maka titik data tersebut diterima sebagai pusat cluster baru. Apabila hasil bagi antara potensi titik tertinggi suatu titik data dengan potensi tertinggi pertama kali yang diperoleh pada iterasi pertama lebih kecil daripada accept ratio namun lebih besar daripada reject ratio, maka titik data tersebut baru akan diterima sebagai pusat cluster baru hanya jika titik data tersebut terletak pada jarak yang cukup jauh dengan pusat cluster yang lainnya. Namun, apabila hasil bagi antara potensi tertinggi suatu titik data dengan potensi tertinggi pertama kali yang diperoleh pada iterasi pertama lebih kecil daripada accept ratio maupun reject ratio, maka titik data tersebut sudah tidak akan dipertimbangkan lagi untuk menjadi pusat cluster baru (potensinya sama dengan nol) [3]. 8

METODE PENELITIAN Sumber Data dan Variabel Penelitian Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data jumlah desa/kelurahan menurut jenis bencana alam dalam tiga tahun terakhir yang termuat dalam Berita Resmi Statistik Provinsi Jawa Tengah 17/02/33/Th. IX 16 Februari 2015, diambil dari situs resmi Badan Pusat Statistik Jawa Tengah. Pengelompokan kabupaten /kota di Jawa Tengah menggunakan Fuzzy Subtractive Clustering berdasarkan kejadian bencana alam dilakukan dengan bantuan software MATLAB R2010a. Metode Analisis Algoritma Fuzzy Subtractive Clustering [4] adalah sebagai berikut : 1. Memasukkan data yang akan dikelompokkan : Xij dengan i=1,2,,n; dan j=1,2,,m. 2. Menetapkan nilai: a. r (jari-jari setiap atribut data); j=1,2,,m b. q (squash factor) c. accept ratio d. reject ratio e. Xmin (minimum data yang diperbolehkan) f. Xmax (maksimum data yang diperbolehkan). 3. Melakukan normalisasi 4. Menentukan potensi awal tiap-tiap titik data 5. Mencari titik dengan potensi tertinggi 6. Menentukan pusat cluster dan mengurangi potensinya terhadap titik-titik di sekitarnya 7. Mengembalikan pusat cluster dari bentuk ternomalisasi ke bentuk semula 8. Menghitung nilai sigma cluster HASIL PENELITIAN Penggunaan metode Fuzzy Subtractive Clustering pada penelitian ini dilakukan dengan bantuan software MATLAB R2010a. Setelah melakukan input data kejadian bencana alam pada kabupaten/kota di Jawa Tengah yang diambil dari Berita Resmi Statistik Provinsi Jawa Tengah 17/02/33/Th. IX 16 Februari 2015 dari situs resmi Badan Pusat Statistik Jawa Tengah pada software MATLAB R2010a, ditetapkan nilai awal : a. r (jari-jari setiap atribut data) = 0,91 1,00 b. q (squash factor) c. accept ratio d. reject ratio e. Xmin (minimum data yang diperbolehkan) f. Xmax (maksimum data yang diperbolehkan). Proses clustering menggunakan algoritma Fuzzy Subtractive Clustering dicoba dengan memasukkan beberapa jari-jari (r) antara 0,91 1,00. Proses clustering ini diawali dengan memasukkan data yang akan dicluster yaitu data jumlah desa/kelurahan menurut jenis bencana alam dalam tiga tahun terakhir Kemudian diberikan nilai awal yaitu jari-jari, accept ratio, reject ratio, squash factor, batas bawah dan batas atas sebagai berikut: a. Jari-jari (r) = 0,91 1,00 b. Accept ratio = 0,50 c. Reject ratio = 0,15 d. Squash factor = 1,25 e. Batas bawah (Xmin) = [0 0 0 0 0 0 0 0 7] f. Batas atas (Xmax) = [99 159 44 36 10 73 5 27 307] Keanggotaan cluster diatas dapat dilihat dari Tabel 1 yang merupakan tabel derajat keanggotaan tiap data setiap cluster dengan r = 0,92 0,94 9

Tabel 1. Derajat Keanggotaan Tiap Data pada Setiap Cluster dengan r = 0,92 0,94 Data ke- Derajat Keanggotaan (μ) Data pada Cluster ke- Data Cenderung Masuk di Cluster ke- 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 0.0015 0.0001 0.0016 0.0000 0.3039 * 2 0.1324 0.0022 0.4488 0.0019 0.0048 * 3 0.0557 0.0022 0.0529 0.0002 0.0053 * 4 0.0454 0.0027 0.0360 0.0011 0.0008 * 5 0.0068 0.0001 0.1938 0.0018 0.0217 * 6 0.0008 0.0000 0.0054 0.0002 0.0002 * 7 0.0437 0.0009 0.3155 0.0013 0.0001 * 8 0.0328 0.0004 1.0000 0.0022 0.0018 * 9 0.2002 0.0079 0.1528 0.0012 0.0085 * 10 0.0005 0.0000 0.0018 0.0000 1.0000 * 11 0.2694 0.0929 0.0036 0.0004 0.0037 * 12 0.0236 0.0005 0.5385 0.0009 0.0027 * 13 1.0000 0.2419 0.0328 0.0032 0.0005 * 14 0.6985 0.2410 0.0124 0.0024 0.0005 * 15 0.0122 0.0028 0.0186 0.0003 0.0062 * 16 0.4652 0.0488 0.0593 0.0043 0.0010 * 17 0.0000 0.0000 0.0000 0.0003 0.0000 * 18 0.0001 0.0000 0.0001 0.0000 0.0000 * 19 0.3172 0.5002 0.0020 0.0010 0.0000 * 20 0.1447 0.1513 0.0114 0.1046 0.0006 * 21 0.0027 0.0101 0.0001 0.2168 0.0000 * 22 0.1089 0.0123 0.0354 0.0013 0.0004 * 23 0.3046 0.0100 0.2653 0.0039 0.0008 * 24 0.0039 0.0023 0.0015 0.0049 0.0001 * 25 0.6497 0.1293 0.0431 0.0053 0.0006 * 26 0.0032 0.0021 0.0022 1.0000 0.0000 * 27 0.5304 0.2108 0.0293 0.0093 0.0011 * 28 0.4186 0.0578 0.0961 0.0134 0.0018 * 29 0.0079 0.0012 0.0258 0.1326 0.0007 * 30 0.2632 0.6890 0.0004 0.0003 0.0000 * 31 0.3629 0.7672 0.0006 0.0004 0.0000 * 32 0.2528 0.7265 0.0003 0.0003 0.0000 * 33 0.3147 0.3090 0.0093 0.0836 0.0000 * 34 0.2419 1.0000 0.0004 0.0021 0.0000 * 35 0.2409 0.9127 0.0003 0.0016 0.0000 * Proses clustering dengan algoritma Fuzzy Subtractive Clustering dicoba dengan memasukkan jari-jari (r) antara 0,91 1,00. Berdasarkan output menggunakan software Matlab R2010a, banyaknya cluster yang terbentuk dengan jari-jari antara 0,91 1,00 dapat dilihat pada Tabel 2. 10

Tabel 2. Banyaknya Cluster yang Terbentuk dengan r = 0,91 1,00 Jari-jari ( r ) Banyaknya Cluster 0,91 6 0,92 0,94 5 0,95 1,00 4 Dapat dilihat pada Tabel 2 bahwa banyaknya cluster yang diperoleh dengan jari-jari (r) = 0,91 adalah 6 cluster, jarijari (r)= 0,92 sampai 0,94 adalah 5 cluster dan jari-jari (r) = 0,95 sampai 1,00 adalah 4 cluster Perhitungan nilai varian cluster dilakukan pada seluruh jari-jari (r) yang membentuk beberapa jumlah cluster yang telah dianalisis menggunakan Fuzzy Subtractive Clustering. Nilai varian cluster untuk jari-jari (r) antara 0,91 sampai 1,00 tertera pada Tabel 3. Jari-jari ( r ) Tabel 3. Nilai Batasan Varian Cluster Banyaknya Cluster Terbentuk Batasan Varian Cluster 0,91 6 0,02041 0,92 0,94 5 0,01204 0,95 1,00 4 0,02133 Berdasarkan Tabel 3 nilai batasan varian cluster yang terkecil terdapat pada jarijari (r) antara 0,92 0,94. Dapat disimpulkan bahwa cluster dengan jarijari 0,92 0,94 merupakan jumlah cluster yang terbaik yang digunakan dalam permasalahan ini. Pada jari-jari (r) antara 0,92 0,94 diperoleh kesamaan kecenderungan data yang masuk pada setiap cluster, maka cluster yang terbentuk dengan r = 0,92 sampai 0,94 adalah sebagai berikut : 1. Cluster 1 terdapat 14 Purbalingga, Kab. Banjarnegara, Kab. Boyolali, Kab. Sukoharjo, Kab. Karanganyar, Kab. Sragen, Kab. Blora, Kab. Pati, Kab. Semarang, Kab. Temanggung, Kab. Batang, Kab. Pemalang, Kab. Tegal dan Kota Semarang. 2. Cluster 2 terdapat 7 Kabupaten/Kota yaitu Kab. Kudus, Kab. Jepara, Kota Magelang, Kota Surakarta, Kota Salatiga, Kota Pekalongan dan Kota Tegal. 3. Cluster 3 terdapat 7 Kabupaten/Kota yaitu Kab. Banyumas, Kab. Kebumen, Kab. Purworejo, Kab. Wonosobo, Kab. Magelang, Kab. Wonogiri, dan Kab. Grobogan. 4. Cluster 4 terdapat 5 Kabupaten/Kota yaitu Kab. Rembang, Kab. Demak, Kab. Kendal, Kab. Pekalongan dan Kab. Brebes. 5. Cluster 4 terdapat 2 Kabupaten/Kota yaitu Kab. Cilacap dan Kab. Klaten. Dari pusat cluster yang terbentuk dapat diperoleh informasi, misal pusat cluster dengan r = 0,92 dengan pusat cluster (C) tertera pada Tabel 4. Misalkan dapat dilihat pada Tabel 4, cluster 1 merupakan cluster dengan kejadian tanah longsor rata-rata 25, banjir rata-rata 8, banjir bandang rata-rata 0, gempa bumi rata-rata 1, gelombang pasang laut ratarata 0, angin puyuh/puting/beliung/topan rata-rata 23, kebakaran hutan rata-rata 0, kekeringan rata-rata 0, dan tidak ada bencana alam rata-rata 129. 11

Cluster ke- Cluster Tanah Longsor Tabel 4. Pusat Cluster dengan r = 0,92 Banjir Banjir Bandang Gempa Bumi Gelombang Pasang Laut 1 25 8 0 1 0 2 0 24 0 0 2 3 84 27 3 1 0 4 55 39 1 0 10 5 17 70 0 30 0 Angin Puyuh/ Puting/ Beliung/ Topan Kebakaran Hutan Kekeringan Tidak Ada Bencana Alam 1 23 0 0 129 2 5 0 0 23 3 41 0 11 234 4 15 0 5 186 5 62 1 14 267 KESIMPULAN Penelitian dengan menggunakan metode Fuzzy Subtractive Clustering dapat disimpulkan bahwa cluster dengan jari-jari 0,92 0,94 merupakan jumlah cluster yang terbaik yang digunakan dalam permasalahan ini. Pada jari-jari (r) antara 0,92 0,94 diperoleh kesamaan kecenderungan data yang masuk pada setiap cluster, maka cluster yang terbentuk dengan r = 0,92 sampai 0,94 adalah sebagai berikut : 1. Cluster 1 terdapat 14 Purbalingga, Kab. Banjarnegara, Kab. Boyolali, Kab. Sukoharjo, Kab. Karanganyar, Kab. Sragen, Kab. Blora, Kab. Pati, Kab. Semarang, Kab. Temanggung, Kab. Batang, Kab. Pemalang, Kab. Tegal dan Kota Semarang. 2. Cluster 2 terdapat 7 Kudus, Kab. Jepara, Kota Magelang, Kota Surakarta, Kota Salatiga, Kota Pekalongan dan Kota Tegal. 3. Cluster 3 terdapat 7 Banyumas, Kab. Kebumen, Kab. Purworejo, Kab. Wonosobo, Kab. Magelang, Kab. Wonogiri, dan Kab. Grobogan. 4. Cluster 4 terdapat 5 Rembang, Kab. Demak, Kab. Kendal, Kab. Pekalongan dan Kab. Brebes. 5. Cluster 4 terdapat 2 Cilacap dan Kab. Klaten DAFTAR PUSTAKA [1] Badan Nasional Penanggulangan Bencana,http://www.bnpb.go.id/pen getahuan-bencana/definisi-danjenis-bencana, diakses pada tanggal 3 Maret 2015 jam 11.27 [2] Badan Pusat Statistik, Berita Resmi Statistik Provinsi Jawa Tengah 17/02/33/Th. IX 16 Februari 2015, diambil dari situs resmi Badan Pusat Statistik Jawa Tengah. [3]Kusumadewi, S., 2002, Analisis & Desain Sistem Fuzzy Menggunakan 12

Tool Box Matlab, Graha Ilmu, Yogyakarta [4]Kusumadewi, S. dan Purnomo, H., 2010, Aplikasi Logika Fuzzy Untuk Pendukung Keputusan Edisi 2, Graha Ilmu, Yogyakarta [5]Tempo Media Group, 161 Bencana Alam Terjadi Sepanjang 2014, http://www.tempo.co/read/news/20 14/12/20/173629808/161-Bencana- Alam-Terjadi-Sepanjang-2014, diakses pada tanggal 3 Maret 2015 jam 11.54 13